Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus


1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
1) Identitas Klien:
Nama : An. R.
Tempat, tanggal lahir : Bengkulu, Desember 2015
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal kunjugan ke peskesmas : 6 Juli 2017
Tanggal pengkajian : 6 Juli 2017
Diagnose Medis : Diare
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny. M.
Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMU
Agama : Islam
Alamat : Pepabri Kota Bengkulu
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: An. R mencret (Diare) >8x dengan konsistensi
cair.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang: Ibu mengatakan anak masih buang
air besar > 8 kali dengan konsistensi encer dan agak kehijauan.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu: Ibu mengatakan anak tidak pernah
mengalami mencret sebelumnya, An. R. pernah mengalami batuk
ndan pilek tetapi jarang.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga: bapak An. R mengalami diare 1
minggu yang lalu, keluarga tidak memiliki penyakit genetic seperti
hipertensi, DM, dll.
c. Riwayat Imunisasi
Tabel 4.1. Riwayat Imunisasi
Waktu
No Jenis Imunisasi Frekuensi Efek samping
Pemberian
1 BCG 2 bulan 1 kali Terjadinya Ulkus
dan timbul
jaringan parut
2 DPT 2 bulan; 3 kali Demam setlah
4 bulan; diberi imunisasi
6 bulan.
3 Polio 2 bulan; 3 kali Tidak ada
4 bulan;
6 bulan.
4 Hepatitis B 0 bulan; 3 kali Tidak ada
2 bulan;
4 bulan
5 Campak 9 bulan 1 kali Tidak ada
Kesimpulan: An. R mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan
program Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
d. Riwayat Tumbuh Kembang
Ibu mengatakan anak dapat berguling usia 4 bulan, dapat duduk usia
7 bulan, merangkak usia 9 bulan, berdiri usia 11 bulan, berceloteh
ma ma ma usia 7 bulan, berjalan usia 11 bulan, mengucapakan 1-2
kata dengan jelas pada usia 1,6 tahun.
e. Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi:
a) Makan: sebelum sakit, jenis makanan nasi lembek dengan
jumlah/ porsi 1 mangkok dengan frekuensi 3x sehari. Saat
sakit, jenis makanan nasi lembek dengan jumlah/ porsi
mangkok dengan frekuensi 3x sehari. Ibu mengatakan napsu
makan anak menurun saat sakit.
b) Minum: sebelum sakit, jenis minuman susu dan air putih
dengan jumlah 6 botol dengan frekuensi 6 kali. Saat sakit,
jenis minuman susu sebanyak 4-5 botol dengan frekuensi 4-5
kali.
2) Eliminasi:
a) Buang Air Besar: sebelum sakit, frekuensi BAB adalah 1x
sehari, dengan konsistensi padat. Saat sakit, frekuensi BAB >8
x sehari, konsistensi cair, anus An. R tampak kemerahan dan
An. R Tampak meringis bila dibersihkan sekitar anusnya.
b) Buang Air Kecil: sebelum sakit, frekuensi BAK 6-7x sehari
dengan warna urine kuning jernih. Saat sakit, frekuensi BAK 6-
7x sehari dengan warna urine kuning jernih.
3) Jumlah jam tidur: sebelum sakit, An. R tidur siang selama 3 jam,
tidur malam selama 9 jam. Saat sakit, An. R tidur siang selama
1 jam, tidur malam selama 6-7 jam.
4) Personal Hygiene: Sebelum sakit dan saat sakit, An. R. mandi 2x
sehari, , cuci rambut 2x sehari, gunting kuku 7 hari sekali.
5) Aktivitas: sebelum sakit, An. R. suka menulis, berjalan dengan
siapapun yang mengajaknya. Saat sakit, An. R. masih suka
berjalan dan menulis tetapi tidak sesering saat sehat.
f. Pemeriksaan Fisik
An. R. tampak lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, kesadaran
compos mentis, frekuensi pernapasan 23x/ menit, frekuensi nadi
90x/menit, suhu tubuh 36,50C, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat
badan sebelum sakit 9,5 Kg, tinggi badan 68 cm.
1) Kepala: warna rambut hitam, penyebaran rambut merata, kulit
kepala dan rambut tampak bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan, tekstur rambut halus.
2) Wajah: bentuk muka oval, simetris, tidak ada gerakan abnormal,
wajah tampak pucat.
3) Mata: mata tampak cekung, tidak ada pembengkakan dan nyeri
tekan pada mata, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik, pupil
isokor, reaksi pupil terhadap cahaya mengecil (miosis), posisi
mata simetris.
4) Hidung: hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan.
5) Telinga: telinga simetris, bersih, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada nyeri tekan.
6) Mulut: mukosa bibir kering, tidak terdapat labiopalatoskizis, jumlah
gigi 8 buah, tidak terdapat karies dan lubang gigi, gusi berwarna
kemerahan, tidak terdapat pembengkakan/ radang, terlihat
keputihan pada lidah, anak dapat berbicara dengan jelas hanya 1-
2 kata.
7) Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar parotis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
8) Dada: bentuk dada normal, simetris,
Pernapasan: irama pernapasan teratur, pola napas normal, tidak
ada nyeri tekan pada dada.
Jantung: tidak terkaji
9) Abdomen: abdomen simetris, turgor kulit baik, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada bekas luka pada abdomen, bising usus 40x/menit.
10) Genitalia: anus tampak kemerahan.
11) Ekstermitas: tidak terdapat kelainan pada ekstermitas atas dan
bawah, anak berjalan seperti anak normal, bentuk kaki dan tangan
simetris, tanda babinski (+).
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrinning Test):
1) Motorik kasar: perkembangan motorik kasar An. R. normal, An. R.
dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan, dapat mengambil mainan
di lantai dengan membungkuk dan berdiri kembali tanpa jatuh,
dapat berjalan dengan lancar tanpa jatuh.
2) Motorik halus: perkembangan motorik An. R. normal, An. R. dapat
mengambil benda kecil seperti biscuit dengan menggunakan ibu
jari dan telunjuk, dapat menggelindingkan bola.
3) Kemampuan Bahasa: perkembangan kemampuan bahasa pada
An. R normal, An. R. dapat mengucapkan 1-2 kata dengan jelas.
4) Sosialisasi dan kemandirian: perkembangan sosialisasi dan
kemandirian pada An. R. normal, An. R. dapat melambai tangan,
bertepuk tangan, bermain dengan anak lainnya, akan tetapi belum
dapat memegang botol minuman sendiri tanpa terjatuh.
h. Pemeriksaan Penunjang: tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
i. Terapi saat ini:
Tabel 4.2. Jenis Terapi
No Jenis Obat Dosis Rasional
1 Oralit Setiap kali Menggantikan elektrolit/
buang air besar ion dan mineral penting
yang hilang dalam tubuh
agar tidak terjadi
dehidrasi.
2 Probiotik Lacto B 3x sehari Menjaga fungsi normal
selama diare saluran pencernaan pada
balita

2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 4.3. Analisa Data
No Data senjang Interprestasi data Masalah
1. DS: Ibu mengatakan Diare Defisit Nutrisi

napsu makan anak
Gangguan
menurun pencernaan

DO:
Gangguan absorbsi
1. Porsi makan nutrisi

mangkok.
Defisit nutrisi
2. An. R. tampak
lesu dan lemah,
agak rewel, wajah
pucat, kesadaran
compos mentis,
berat badan saat
sakit 9,2 Kg, berat
badan sebelum
sakit 9,5 Kg.
No Data senjang Interprestasi data Masalah
2. DS: Ibu mengatakan Diare Diare

anak sudah buang air
Gangguan sirkulasi
besar > 8 kali dengan
Tekanan koloid
konsistensi encer

dan agak kehijauan. Osmotik menurun,
tekanan hidrostatik
DO:
meningkat
1. Mata cekung
Volume plasma
2. Mukosa bibir
menurun
kering
Imbalance cairan
3. Anus tampak
dan elektrolit
kemerahan
4. Bising usus
40x/menit

b. Diagnosa keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengobsorbsi nutrient dibuktikan dengan Ibu mengatakan napsu
makan anak menurun, porsi makan mangkok, An. R. tampak
lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos
mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit
9,5 Kg, bising usus 40 x/menit.
2) Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai
dengan Ibu mengatakan anak sudah buang air besar > 8 kali
dengan konsistensi encer dan agak kehijauan, mata cekung,
mukosa bibir kering, anus tampak kemerahan, bising usus
40x/menit.
3. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : An. R.
Usia : 1 tahun 7 bulan Dx Medis : Diare

Tabel 4.4. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Defisit nutrisi NOC NIC
berhubungan 1. Nutritional Nutrition Nutrition
dengan Status : food Management Management
ketidakmampuan and floud 1. Kaji adanya 1. Memantau
mengobsorbsi intake alergi adanya alergi
nutrient 2. Nutritional makanan terhadap
dibuktikan status: nutrient makanan
dengan Ibu intake 2. Anjurkan 2. Memantau
mengatakan 3. Weight control pasien untuk peningkatan
napsu makan Kriteria Hasil meningkatkan intake Fe
anak menurun, 1. Adanya intake Fe
porsi makan peningkatan 3. Anjurkan 3. Memantau
mangkok, An. R. berat badan pasien untuk peningkatan
tampak lesu dan sesuai dengan meningkatkan protein
lemah, agak tujuan protein
rewel, wajah 2. Berat badan 4. Yakinkan diet 4. Membantu
pucat, kesadaran ideal sesuai yang dimakan mencapai
compos mentis, dengan tinggi mengandung konstipasi
berat badan saat badan rendah serat
sakit 9,2 Kg, berat 3. Mampu untuk
badan sebelum mengidentifi- mencapai
sakit 9,5 Kg, kasi kebutuhan konstipasi
bising usus 40 nutrisi 5. Berikan 5. Membantu
x/menit. 4. Tidak ada makanan kebutuhan
tanda-tanda yang terpilih nutrisi
malnutrisi
5. Menunjukkan Nutrition Nutrition
peningkatan Monitoring Monitoring
fungsi 1. BB pasien 1. Memantau berat
pengecapan dalam batas badan dalam
dari menelan normal batas normal
6. Tidak terjadi 2. Monitor 2. Memantau
penurunan adanya penurunan
berat badan penurunan berat badan
yang berarti berat badan
3. Monitor tipe 3. Memantau
dan jumlah aktivitas yang
aktivitas yang dilakukan
biasa lakukan
4. Monitor 4. Memantau
lingkungan lingkungan
selama makan selama makan
5. Monitor 5. Memantau
pertumbuhan pertumbuhan
dan dan
perkembangan perkembangan
2 Diare NOC NIC
berhubungan 1. Fluid balance Fluid Fluid
dengan 2. Hydration management management
fisiologis: proses 3. Nutritional 1. Pertahankan 1. Memantau
infeksi ditandai status: food intake dan intake dan
dengan Ibu and fluid output yang output
mengatakan intake akurat
anak sudah Kriteria Hasil: 2. Monitor 2. Membantu
buang air besar 1. Mempertahan status kelembaban
> 8 kali dengan kan urine (kelembaban membrane
konsistensi hidrasi output membran mukosa
encer dan agak sesuai dengan mukosa, nadi
kehijauan, mata usia dan BB, adekuat)
cekung, mukosa Bj urine 3. monitor 3. Memantau
bibir kering, normal, HT masukan masukan dan
anus tampak normal makanan / menghitung
kemerahan, 2. Tekanan cairan dan intake kalori
bising usus darah, nadi, Hitung Intake dan cairan
40x/menit. suhu tubuh kalori dan
dalam batas cairan
normal 4. kolaborasi 4. Membantu
3. Tidak ada pemberian pemenuhan
tanda-tanda cairan IV cairan
dhidrasi, 5. monitor 5. Membantu
elastisitas status gizi kebutuhan gizi
turgor kulit 6. dorong 6. Membantu
baik, keluarga agar keluarga untuk
membran membantu memotivasi
mukosa pasien pasien makan
lembab. Tidak makan
ada rasa haus hypovolemia hypovolemia
yang managemen managemen
berlebihan 1. monitor 1. Memantau
masuk cairan intake dan
termasuk ouput cairan
intake dan
ouput cairan
2. monitor tanda 2. Memantau
vital tanda-tanda
vital
3. monitor 3. Membantu
respon pasien dalam
pasien penambahan
terhadap cairan
penambahan
cairan
4. monitor berat 4. Memantau berat
badan badan
5. dorong 5. Membantu
pasien untuk pasien untuk
menambah penambahan
intake oral intake oral
4. Implementasi Keperawatan
Nama pasien : An. R
Usia : 1 tahun 7 bulan Dx Medis : Diare

Tabel 4.5. Implementasi Keperawatan


No Hari/ Tanggal/ Paraf
Implementasi Evaluasi
Diagnosa Jam Petugas
Dx 1 Jumat Nutrition Management S:
7 Juli 2017 1. Mengkaji adanya alergi makanan 1. Ibu mengatakan An. R tidak
Pkl. 10.00 wib pada An. R. memiliki alergi terhadap makanan
2. Menganjurkan An. R untuk 2. Ibu mengatakan An. R tidak mau Melisa
meningkatkan intake Fe dan protein, makan sayuran seperti bayam
seperti mengkonsumsi daging ayam, 3. Ibu mengatakan saat An. R.
ikan, telur, tahu, tempe. mengalami diare, harus
3. Meyakinkan diet yang dimakan mengkonsumsi makanan yang
mengandung rendah serat untuk rendah serat seperti: tempe, tahu,
mencapai konstipasi daging ayam.
4. Memberikan makanan yang terpilih 4. Ibu mengatakan An. R makan di
seperti wortel, nasi tim, dalam rumah
pisang.kentang rebus.
Nutrition Monitoring O:
1. Memonitor BB pasien dalam batas 1. An. R. masih kurang napsu
normal makan, porsi nasi mangkok
2. Memonitor adanya penurunan berat tidak habis.
badan 2. Ibu menyiapkan makanan tertentu
3. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas (rendah serat, tinggi protein dan
yang biasa lakukan Fe) seperti ikan rebus, nasi tim,
4. Memonitor lingkungan selama makan wortel dan kentang rebus.
5. Memonitor pertumbuhan dan 3. Tidak ada gangguan tumbuh
perkembangan kembang
4. Anak kurang beraktivitas, tampak
lemah
5. Lingkungan dalam dan luar rumah
tampak bersih, ventilasi ada,
pencahayaan cukup terang.
6. Berat badan 9,2 Kg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Nutrition management No,2,3, dan 4.
Nutrition monitoring No 1,2,3,4 dan 5
I: implementasi yang dilakukan
Nutrition management No,2,3, dan 4.
Nutrition monitoring No 1,2,3,4 dan 5
E: Klien masih tampak lemah dan
lesu, napsu makan belum
bertambah (1/2 porsi tidak habis).
R: Tidak ada perubahan intervensi
Dx 2 Jumat Fluid management S:
7 Juli 2017 1. Pertahankan intake dan output yang 1. Ibu mengatakan An. R. BAB
Pkl. 11.00 wib akurat sudah 4 kali.
2. Memonitor kelembaban membran 2. Ibu mengatakan setiap selesai
mukosa, nadi adekuat BAB, An. R selalu diberi minum
3. Memonitor masukan makanan / oralit Melisa
cairan dan hitung Intake kalori dan 3. Ibu mengatakan selalu
cairan memodifikasi bentuk makanan
4. Monitor status gizi supaya anak tertarik untuk
5. Dorong keluarga agar membantu makan.
pasien makan O:
hypovolemia managemen 1. Frekuensi nadi: 96x/ menit
1. Memonitor masuk cairan termasuk 2. Frekuensi pernapasan: 24x/ menit
intake dan ouput cairan 3. Suhu tubuh: 36,80C
2. Memonitor tanda vital 4. Mukosa bibir masih kering
3. Memonitor respon pasien terhadap 5. An. R. masih kurang napsu
penambahan cairan makan, porsi nasi mangkok
4. Memonitor berat badan tidak habis.
5. Dorong pasien untuk menambah 6. Minum susu sudah 3 kali dan
intake oral habis 1 botol.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam 7. Berat badan 9,2 Kg.
pemberian obat A: Masalah belum teratasi
Oralit dan antidiare P: intervensi dilanjutkan
Fluid management no 1, 2, dan 3
Hypovolemia management no 1, 2, 3,
5, dan 6.
I: Implementasi yang dilakukan
Fluid management no 1, 2, dan 3
Hypovolemia management no 1, 2, 3,
5, dan 6.
E: An.R. tampak lesu, lemah,
frekuensi BAB sudah berkurang,
pemberian minum setiap kali BAB.
R: Tidak ada perubahan intervensi.
Dx 1 Sabtu, Nutrition Management S:
8 Juli 2017 1. Menganjurkan An. R untuk 1. Ibu mengatakan An. R mau
Pkl. 10.00 wib meningkatkan intake Fe dan protein, makan nasi tim campur wortel.
seperti nasi tim campur ayam dan 2. Ibu mengatakan selama diare
wortel rebus anak diberi makanan yang rendah Melisa
2. Meyakinkan diet yang dimakan serat seperti sayuran hijau.
mengandung rendah serat untuk O:
mencapai konstipasi 1. Porsi nasi mangkok tidak habis.
3. Memberikan makanan yang terpilih 2. Ibu menyiapkan makanan nasi tim
seperti wortel, nasi tim, campur ayam dan wortel.
pisang.kentang rebus. 3. Tidak ada gangguan tumbuh
Nutrition Monitoring kembang
1. Memonitor BB pasien dalam batas 4. Anak mulai aktif bermain dan
normal berjalan
2. Memonitor adanya penurunan berat 5. Berat badan 9,2 Kg, tidak ada
badan penurunan berat badan.
3. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas A: Masalah belum teratasi
yang biasa lakukan P: Intervensi dilanjutkan :
4. Memonitor lingkungan selama makan Nutrition management No 1, dan 2
5. Memonitor pertumbuhan dan Nutrition monitoring No 1, 3, 4 dan 5
perkembangan I: implementasi yang dilakukan
Nutrition management No 1, dan 2
Nutrition monitoring No 1, 3, 4 dan 5
E: An. R. mulai tampak fresh dan
relaks, napsu makan belum
meningkat, tidak ada penurunan
berat badan.
R: Pemberian pendidikan kesehatan
tentang nutrisi untuk pasien diare
Dx 2 Sabtu, Fluid management S:
8 Juli 2017 1. Pertahankan intake dan output yang 1. Ibu mengatakan An. R. BAB 1
Pkl. 11.00 wib akurat kali
2. Memonitor kelembaban membran 2. Ibu mengatakan setiap selesai
mukosa, nadi adekuat BAB, An. R selalu diberi minum Melisa
3. Memonitor masukan makanan / oralit
cairan dan hitung Intake kalori dan O:
cairan 1. Frekuensi nadi: 96x/ menit
hypovolemia managemen 2. Frekuensi pernapasan: 26x/ menit
1. Memonitor masuk cairan termasuk 3. Suhu tubuh: 36,30C
intake dan ouput cairan 4. Mukosa bibir lembab
2. Memonitor tanda vital 5. Minum susu sudah 4 kali dan
3. Memonitor respon pasien terhadap habis 1 botol.
penambahan cairan A: Masalah belum teratasi
4. Dorong pasien untuk menambah P: intervensi dilanjutkan
intake oral Fluid management no 1, dan 3
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam Hypovolemia management no 1, 2, 5
pemberian obat I: implementasi yang dilakukan
Oralit dan antidiare jika masih diare Fluid management no 1, dan 3
Hypovolemia management no 1, 2, 5
E: An.R. tampak fresh, frekuensi
BAB sudah berkurang
R: Pemberian pendidikan kesehatan
dalam pemenuhan cairan pada
penderita diare
Dx 1 Minggu Nutrition Management S:
9 Juli 2017 1. Menganjurkan An. R untuk 1. Ibu mengatakan An. R mau
Pkl. 10.00 wib mengkonsumsi makanan yang makan,
mengandung protein dan zat besi, 2. ibu mengatakan sudah mengerti
seperti nasi, wortel, kentang rebus, makanan apa saja yang boleh Melisa
ayam. diberikan jika anak mengalami
2. Menganjurkan ibu untuk diare
mengkonsumsi makanan yang 3. Ibu mengatakan An. R. BAB 1x
rendah serat sehari
Nutrition Monitoring O:
1. Memonitor BB pasien dalam batas 1. Porsi nasi > mangkok <1
normal mangkok
2. Memonitor tipe dan jumlah aktivitas 2. Tidak ada gangguan tumbuh
yang biasa lakukan kembang
3. Memonitor lingkungan selama 3. Anak beraktivitas seperti
makan biasanya: bermain, berjalan dan
4. Memonitor pertumbuhan dan belajar menulis.
perkembangan 4. Berat badan 9,3 Kg
5. Pendidikan kesehatan tentang A: Masalah teratasi
nutrisi pada pasien diare P: Intervensi dihentikan
I: -
E: An. R sudah mau makan seperti
biasanya
R: -
Dx 2 Minggu Fluid management S:
9 Juli 2017 1. Pertahankan intake dan output yang 1. Ibu mengatakan An. R. tidak
Pkl. 11.00 wib akurat mencret lagi, BAB 1 kali
2. Memonitor masukan makanan / 2. Ibu mengatakan An. R sudah
cairan dan hitung Intake kalori dan banyak minum susu (sudah 4 kali) Melisa
cairan O:
hypovolemia managemen 1. Frekuensi nadi: 110 x/ menit
1. Memonitor masuk cairan termasuk 2. Frekuensi pernapasan: 26x/ menit
intake dan ouput cairan 3. Suhu tubuh: 36,30C
2. Memonitor tanda vital 4. Minum susu 1 botol setiap kali
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam minum
pemberian obat A: Masalah teratasi
Oralit dan antidiare jika masih diare P: intervensi dihentikan
I: -
E: BAB 1x sehari, An. R tampak
ceria.
R: -
4. Evaluasi Keperawatan
Nama pasien : An. R
Usia : 1 tahun 7 bulan
Dx Medis : Diare

Tabel 4.6. Evaluasi Keperawatan


Diagnosa Paraf
Hari/tgl/jam Evaluasi Keperawatan
Keperawatan Perawat
Defisit nutrisi Minggu, S:
berhubungan 9 Juli 2017 1. Ibu mengatakan An. R mau
dengan Pkl. 12.00 makan,
ketidakmampuan WIB 2. ibu mengatakan sudah
mengobsorbsi mengerti makanan apa saja Melisa
nutrient yang boleh diberikan jika
dibuktikan anak mengalami diare
dengan Ibu 3. Ibu mengatakan An. R. BAB
mengatakan 1x sehari
napsu makan O:
anak menurun, 1. Porsi nasi > mangkok >1
porsi makan mangkok
mangkok, An. R. 2. Tidak ada gangguan
tampak lesu dan tumbuh kembang
lemah, agak 3. Anak beraktivitas seperti
rewel, wajah biasanya: bermain, berjalan
pucat, dan belajar menulis.
kesadaran 4. Berat badan 9,3 Kg
compos mentis, A: Masalah teratasi
berat badan saat P: Intervensi dihentikan
sakit 9,2 Kg,
berat badan
sebelum sakit
9,5 Kg, bising
usus 40 x/menit.
Diare Minggu, S:
berhubungan 9 Juli 2017 1. Ibu mengatakan An. R.
dengan Pkl. 12.00 BAB 1 kali
fisiologis: proses WIB 2. Ibu mengatakan An. R. mau
infeksi ditandai minum susu (sudah 4-6 kali
dengan Ibu dalam sehari).
mengatakan O:
anak sudah 1. Frekuensi nadi: 110 x/ menit
buang air besar 2. Frekuensi pernapasan: 26x/
> 8 kali dengan menit
konsistensi 3. Suhu tubuh: 36,30C
encer dan agak 4. Minum susu 1 botol setiap
kehijauan, mata kali minum.
cekung, mukosa A: Masalah teratasi
bibir kering, anus P: intervensi dihentikan
tampak
kemerahan,
bising usus
40x/menit.

B. Pembahasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada An. R, penulis
melibatkan peran orang tua terutama ibu An. R dikarenakan berdasarkan
Halimul (2015), konsep dasar asuhan keperawatan anak sehat dan sakit
berfokus pada keluarga. Hal ini berarti, peran orang tua (ibu) sangat penting
dalam membantu proses kesembuhan anak. Menurut Wilson (2009), dalam
pemberian asuhan keperawatan anak, seorang perawat tidak hanya berfokus
pada pemberian asuhan keperawatan pada anak tetapi selalu melibatkan
peran orang tua hal ini dikarenakan secara psikologis, seorang anak belum
dapat mengambil keputusan dalam perawatan terhadap dirinya sendiri.
1. Pengkajian Keperawatan
Selama melakukan pengkajian terhadap An. R, penulis tidak
mengalami banyak kesulitan dalam mendapatkan informasi yang penulis
butuhkan dari An. R dan ibunya, selain itu penulis juga mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan di Puskesmas Lingkar Barata Kota
Bengkulu.
Pada pengkajian yang penulis lakukan selama studi kasus ini tidak
ada perbedaan yang terjadi pada saat mengkaji An. R. Dari status pasien
didapatkan usia An. R. 1,7 tahun. Hal ini sesual dengan teori menurut
Howidi (2012), bahwa secara global setiap tahun diperkirakan 2 juta
kasus diare yany terjadi dikalangan anak berusia kurang dari 5 tahun.
Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan pencegahan,
namun penyakit ini tetap menyerang anak terutama yang berumur < 2
tahun.
Penulis menemukan tanda dan gejala penyakit diare pada An. R
antara lain: BAB > 8 kali dengan konsistensi encer. Hal ini sejalan dengan
pendapat Malyuni (2010) yang mengatakan bahwa diare adalah apabila
penderita buang air besar, perubahan bentuk dan konsistensi tindak
lembek sampai cair, denga frekuensi BAB lebih dari biasanya. Menurut
Wijayaningsih (2013) dapat diartikan sebagai suatu kondisi buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda dan gejala: An. R tampak
lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, berat badan menurun (sebelum
sakit 9,5 Kg; setelah sakit 9,2 Kg), mata tampak cekung, anus tampak
kemerahan, napsu makan menurun. Menurut Suratmaja (2007),
manifestasi klinis diare antara lain: berat badan berkurang, mata cekung,
pasien gelisah, muka pucat. Menurut Kliegman (2010), tanda-tanda awal
dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, warna tinja bisa lama-kelamaan
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
Pada riwayat kesehatan keluarga, ditemukan bapak An. R.
mengalami diare 1 minggu yang lalu. Menurut Sodikin (2011), penularan
diare dapat melalui makanan/ minuman yang tercemar, kontak langsung
dengan penderita diare atau dapat melalui penggunaan WC/ Kloset
secara bersamaan.
Terapi yang diberikan pada An. R. Adalah oralit setiap selesai
BAB untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Menurut Tjay (2007), larutan
oralit dapat diserap usus kecil sehingga dapat menggantikan air dan
elektrolit yang hilang selama diare.
2. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan, penulis menganalisa data yang
diperoleh dari pengkajian sebelum menegakkan diagnosa keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan teori penulis menentukan 2 diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien diare menurut standar diagnosa
keperawatan indonesia (2017), yaitu:
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient dibuktikan dengan mual dan muntah, keadaan umum lemas,
klien tidak menghabiskan makanannya, bising usus meningkat, diare,
perut terasa nyeri.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai dengan
BAB cair, frekuensi > 3x dalam sehari, mukosa mulut kering, berat
badan menurun, mata cekung.
Pada tinjauan kasus, penulis menemukan kedua diagnosa tersebut
dengan simptom yang hampir sama yaitu:
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengobsorbsi
nutrient dibuktikan dengan Ibu mengatakan napsu makan anak
menurun, porsi makan mangkok, An. R. tampak lesu dan lemah,
agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos mentis, berat badan saat
sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit 9,5 Kg, bising usus 40
x/menit.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai dengan
Ibu mengatakan anak sudah buang air besar > 8 kali dengan
konsistensi encer dan agak kehijauan, mata cekung, mukosa bibir
kering, anus tampak kemerahan, bising usus 40x/menit.
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, penulis menggunakan
diagnosa keperawatan menurut NIC-NOC (2016). Penulis menetapkan
diagnose utama adalah defisit nutrisi. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Asmadi (2008), bahwa nutrisi merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Zat-zat makan yang didapatkan dari
pemasukan makanan merupakan materi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi, maka seseorang
akan berusaha memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi.

3. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap intervensi keperawatan yang penulis susun pada
kasus telah mengacu pada asuhan keperawatan secara teoritis dengan
disesuaikan pada masalah keperawatan yang dirumuskan. Penulis
membuat intervensi dengan menyesuaikan pada masalah keperawatan
yang ditemukan dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
penulis untuk menyelesaikan atau mengatasi masalah dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada. Intervensi yang ada pada tinjauan
teoritis menurut NIC-NOC (2016) dapat direncanakan pada kasus diare
An. R.
Intervensi yang penulis susun antara lain: Nutrition management,
yaitu kaji adanya alergi makanan, anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, anjurkan pasien untuk meningkatkan protein, yakinkan diet
yang dimakan mengandung rendah serat untuk mencapai konstipasi,
berikan makanan yang terpilih. Nutrition Monitoring, yaitu berat badan
pasien dalam batas normal, monitor adanya penurunan berat badan,
monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa lakukan, monitor lingkungan
selama makan, monitor pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Lifshitz (2001), makanan berperan dalam menimbulkan
ataupun meningkatkan factor resiko diare karena dengan pemberian
makanan mungkin disertai dengan kontaminasi mikroba. Oleh sebab itu
ada 3 aspek penting dalam pemberian terapi nutrisi, antara lain: 1)
makanan dapat berlaku sebagai penyebab timbulnya diare atau sebagai
factor resiko untuk timbulnya diare, 2) makanan mempunyai sifat
memperberat atau mempersulit penyakit diare, dan 3) makanan dalam
penatalaksanaan diare.
Tujuan keperawatan untuk diagnose pertama diharapkan:
nutritional status: food and floud intake, nutritional status: nutrient intake,
weight control. Dengan criteria hasil adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,
mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan,
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Dalam Intervensi keperawatan ini, tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari
rencana tindakan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh
perawat dalam membantu klien dalam melakukan tindakan keperawatan
harus memperhatikan kenyamanan dan keadaan klien. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan pada An. R. Dengan penyakit diare
di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari perawatan. Penulis melaksanakan semua
intervensi yang telah dibuat.
Implementasi pertama dilakukan pada tanggal 7 Juli 2017.
Adapun implementasi yang dilakukan adalah Nutrition management, yaitu
mengkaji adanya alergi makanan, menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe, menganjurkan pasien untuk meningkatkan
protein, menyakinkan diet yang dimakan mengandung rendah serat untuk
mencapai konstipasi, memberikan makanan yang terpilih. Nutrition
Monitoring, yaitu memonitor berat badan pasien dalam batas normal,
memonitor adanya penurunan berat badan, memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa lakukan, memonitor lingkungan selama makan,
memonitor pertumbuhan dan perkembangan.
Implementasi dilakukan sesuai pendapat Maryunani (2010), terapi
nutrisi pada penderita diare adalah makanan yang mengandung banyak
Fe dan protein bernilai tinggi karena protein dan Fe berfungsi dalam
proses penyembuhan penyakit. Menurut Chandrawati (2010), Protein dan
Fe sangat penting bagi anak-anak dikarenakan dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan, kekurangan Fe dapat menyebabkan gangguan
perkembangan mental dan motorik anak sedangkan kekurangan protein
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak.
Respon hasil yang diperoleh dari implementasi hari pertama
adalah Ibu mengatakan An. R tidak memiliki alergi terhadap makanan;
An. R tidak mau makan sayuran seperti bayam; saat An. R. mengalami
diare, harus mengkonsumsi makanan yang rendah serat seperti: tempe,
tahu, daging ayam; An. R makan di dalam rumah; An. R. masih kurang
napsu makan, porsi nasi mangkok tidak habis; ibu menyiapkan
makanan tertentu (rendah serat, tinggi protein dan Fe) seperti ikan rebus,
nasi tim, wortel dan kentang rebus; tidak ada gangguan tumbuh
kembang; anak kurang beraktivitas, tampak lemah; lingkungan dalam dan
luar rumah tampak bersih, ventilasi ada, pencahayaan cukup terang;
berat badan 9,2 Kg.
Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 8 Juli 2017.
Tidak semua intervensi yang telah direncanakan dilakukan dikarenakan
kondisi An. R. adapun intervensi yang tidak dilakukan adalah mengkaji
adanya alergi. Hal ini dikarenakan respon hasil dari implementasi hari
pertama didapatkan bahwa ibu mengatakan An. R tidak memiliki alergi
makanan. Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 9 Juli 2017,
adapun intervensi yang tidak dilakukan adalah memberikan makanan
yang terpilih; memonitor adanya penurunan berat badan. Hal ini dilakukan
karena Ibu mengatakan An. R mau makan nasi tim campur wortel, berat
badan 9,2 Kg (tidak ada penurunan berat badan).
Hal yang mendukung dalam kelancaran proses keperawatan yaitu
keluarga klien koopertif, dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan,
tersedia sarana dan prasarana yang memadai, tersedianya referensi,dan
saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan
perencanaan. Untuk mengamati penerapan proses keperawatan dan
melihat dampak dari proses keperawatan yang direncanakan, penulis
berencana untuk melakukan penelitian selama 3 hari karenah apa bila
penulis melakukan pengamatan kurang dari 3 hari penulis sulit untuk
melihat proses perkembangan klien dan dampak asuhan penulis,
menurut Wong (2010), proses keperawatan pada anak sakit dapat
dilakukan minimal dalam waktu 3 hari dikarenakan untuk menilai
keberhasilan proses keperawatan tersebut.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan
masalah utama An. R saat dilakukan dalam 3 hari perawatan dari tanggal
6 Juli 2017 sampai 9 juli 2017 dikatakan berhasil.
Perkembangan pasien pada hari pertama belum sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
Perkembangan pada hari kedua, belum sesuai dengan kriteria hasil tetapi
masalah sudah teratasi, sedangkan perkembangan pada hari ketiga
sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan sehingga diberikan
pendidikan kesehatan pada ibu An. R. mengenai penyakit diare.
Evaluasi proses keperawatan pada An. R yaitu, Subject: Ibu
mengatakan An. R mau makan, ibu mengatakan sudah mengerti
makanan apa saja yang boleh diberikan jika anak mengalami diare, Ibu
mengatakan An. R. BAB 1x sehari. Object: porsi nasi > mangkok >1
mangkok, tidak ada gangguan tumbuh kembang, anak beraktivitas seperti
biasanya: bermain, berjalan dan belajar menulis, berat badan 9,3 Kg.
Aassessment: masalah teratasi, Planning: Intervensi dihentikan.
C. Keterbatasan
Dalam pelaksanaan studi kasus ini, penulis tidak menemukan kesulitan
dalam memperoleh data dan menganalisa kasus diare pada An. R. An. R dan
ibunya sangat kooperatif dan mau melaksanakan asuhan keperawatan yang
penulis berikan selama sakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Diare merupakan peradangan pada mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan kosistensi tinja lembek, disertai frekuensi BAB
lebih dari biasanya (> 3 x sehari). Nutrisi dalah zat dalam makanan yang
dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Nutrisi diperoleh dari hasil pemecahan
makanan oleh sistem pencernaan.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada An. R dengan penyakit diare,
penulis menemukan BAB > 8 kali dengan konsistensi encer dan agak
kehijauan, Ibu mengatakan napsu makan anak menurun, porsi makan
mangkok, An. R. tampak lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat,
kesadaran compos mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan
sebelum sakit 9,5 Kg.
3. Diagnosa yang ditegakkan pada An. R yaitu Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengobsorbsi nutrient dibuktikan dengan Ibu
mengatakan napsu makan anak menurun, porsi makan mangkok, An.
R. tampak lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos
mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit 9,5 Kg,
bising usus 40 x/menit.
4. Berdasarkan diagnosa keperawatan penulis menyusun intervensi yang
disesuaikan dengan teori dengan mempertimbangkan prosedur
kebijakan dan fasilitas di puskesmas, serta disesuaikan juga dengan
kemampuan penulis dan keadaan An. R.
5. Implemetasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan, serta mengevaluasi setiap respon hasil atau
kemajuan An. R setelah dilakukan asuhan keperawatan.
6. Pada evaluasi disemua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil.
7. Dari hasil pembahasan anatar teori dan kasus yang ditemukan pada An.
R. tidak terdapat kesenjangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan alternative pemecahan
masalah yang berupa saran-saran,yaitu untuk mencapai asuhan
keperawatan yang optimal.
1. Pihak lahan/ tempat penelitian
Di harapkan kepada petugas puskesmas agar memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khusus di wiliyah kerja
puskesmas tersebut tentang nutrisi pada penderita diare dalam upaya
penurunan angka kesakitan pada anak usia di bawah 5 tahun.
2. Pihak akademik
Diharapakan kepada pihak akademik agar menambah buku
referensi terbaru tentang asuhan keperawatan anak sehinga membantu
mahasiswa/i dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
3. Peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang asuhan
keperawatan pada anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang
berhubungan dengan penyakit diare terutama masalah nutrisi yang
sering terabaikan dalam kasus diare.

Anda mungkin juga menyukai