2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 4.3. Analisa Data
No Data senjang Interprestasi data Masalah
1. DS: Ibu mengatakan Diare Defisit Nutrisi
napsu makan anak
Gangguan
menurun pencernaan
DO:
Gangguan absorbsi
1. Porsi makan nutrisi
mangkok.
Defisit nutrisi
2. An. R. tampak
lesu dan lemah,
agak rewel, wajah
pucat, kesadaran
compos mentis,
berat badan saat
sakit 9,2 Kg, berat
badan sebelum
sakit 9,5 Kg.
No Data senjang Interprestasi data Masalah
2. DS: Ibu mengatakan Diare Diare
anak sudah buang air
Gangguan sirkulasi
besar > 8 kali dengan
Tekanan koloid
konsistensi encer
dan agak kehijauan. Osmotik menurun,
tekanan hidrostatik
DO:
meningkat
1. Mata cekung
Volume plasma
2. Mukosa bibir
menurun
kering
Imbalance cairan
3. Anus tampak
dan elektrolit
kemerahan
4. Bising usus
40x/menit
b. Diagnosa keperawatan
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengobsorbsi nutrient dibuktikan dengan Ibu mengatakan napsu
makan anak menurun, porsi makan mangkok, An. R. tampak
lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos
mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit
9,5 Kg, bising usus 40 x/menit.
2) Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai
dengan Ibu mengatakan anak sudah buang air besar > 8 kali
dengan konsistensi encer dan agak kehijauan, mata cekung,
mukosa bibir kering, anus tampak kemerahan, bising usus
40x/menit.
3. Intervensi Keperawatan
Nama pasien : An. R.
Usia : 1 tahun 7 bulan Dx Medis : Diare
B. Pembahasan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada An. R, penulis
melibatkan peran orang tua terutama ibu An. R dikarenakan berdasarkan
Halimul (2015), konsep dasar asuhan keperawatan anak sehat dan sakit
berfokus pada keluarga. Hal ini berarti, peran orang tua (ibu) sangat penting
dalam membantu proses kesembuhan anak. Menurut Wilson (2009), dalam
pemberian asuhan keperawatan anak, seorang perawat tidak hanya berfokus
pada pemberian asuhan keperawatan pada anak tetapi selalu melibatkan
peran orang tua hal ini dikarenakan secara psikologis, seorang anak belum
dapat mengambil keputusan dalam perawatan terhadap dirinya sendiri.
1. Pengkajian Keperawatan
Selama melakukan pengkajian terhadap An. R, penulis tidak
mengalami banyak kesulitan dalam mendapatkan informasi yang penulis
butuhkan dari An. R dan ibunya, selain itu penulis juga mendapatkan
informasi dari petugas kesehatan di Puskesmas Lingkar Barata Kota
Bengkulu.
Pada pengkajian yang penulis lakukan selama studi kasus ini tidak
ada perbedaan yang terjadi pada saat mengkaji An. R. Dari status pasien
didapatkan usia An. R. 1,7 tahun. Hal ini sesual dengan teori menurut
Howidi (2012), bahwa secara global setiap tahun diperkirakan 2 juta
kasus diare yany terjadi dikalangan anak berusia kurang dari 5 tahun.
Walaupun penyakit ini seharusnya dapat diturunkan dengan pencegahan,
namun penyakit ini tetap menyerang anak terutama yang berumur < 2
tahun.
Penulis menemukan tanda dan gejala penyakit diare pada An. R
antara lain: BAB > 8 kali dengan konsistensi encer. Hal ini sejalan dengan
pendapat Malyuni (2010) yang mengatakan bahwa diare adalah apabila
penderita buang air besar, perubahan bentuk dan konsistensi tindak
lembek sampai cair, denga frekuensi BAB lebih dari biasanya. Menurut
Wijayaningsih (2013) dapat diartikan sebagai suatu kondisi buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda dan gejala: An. R tampak
lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, berat badan menurun (sebelum
sakit 9,5 Kg; setelah sakit 9,2 Kg), mata tampak cekung, anus tampak
kemerahan, napsu makan menurun. Menurut Suratmaja (2007),
manifestasi klinis diare antara lain: berat badan berkurang, mata cekung,
pasien gelisah, muka pucat. Menurut Kliegman (2010), tanda-tanda awal
dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan cengeng,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, warna tinja bisa lama-kelamaan
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
Pada riwayat kesehatan keluarga, ditemukan bapak An. R.
mengalami diare 1 minggu yang lalu. Menurut Sodikin (2011), penularan
diare dapat melalui makanan/ minuman yang tercemar, kontak langsung
dengan penderita diare atau dapat melalui penggunaan WC/ Kloset
secara bersamaan.
Terapi yang diberikan pada An. R. Adalah oralit setiap selesai
BAB untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Menurut Tjay (2007), larutan
oralit dapat diserap usus kecil sehingga dapat menggantikan air dan
elektrolit yang hilang selama diare.
2. Diagnosa keperawatan
Pada diagnosa keperawatan, penulis menganalisa data yang
diperoleh dari pengkajian sebelum menegakkan diagnosa keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan teori penulis menentukan 2 diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien diare menurut standar diagnosa
keperawatan indonesia (2017), yaitu:
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient dibuktikan dengan mual dan muntah, keadaan umum lemas,
klien tidak menghabiskan makanannya, bising usus meningkat, diare,
perut terasa nyeri.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai dengan
BAB cair, frekuensi > 3x dalam sehari, mukosa mulut kering, berat
badan menurun, mata cekung.
Pada tinjauan kasus, penulis menemukan kedua diagnosa tersebut
dengan simptom yang hampir sama yaitu:
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengobsorbsi
nutrient dibuktikan dengan Ibu mengatakan napsu makan anak
menurun, porsi makan mangkok, An. R. tampak lesu dan lemah,
agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos mentis, berat badan saat
sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit 9,5 Kg, bising usus 40
x/menit.
b. Diare berhubungan dengan fisiologis: proses infeksi ditandai dengan
Ibu mengatakan anak sudah buang air besar > 8 kali dengan
konsistensi encer dan agak kehijauan, mata cekung, mukosa bibir
kering, anus tampak kemerahan, bising usus 40x/menit.
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, penulis menggunakan
diagnosa keperawatan menurut NIC-NOC (2016). Penulis menetapkan
diagnose utama adalah defisit nutrisi. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Asmadi (2008), bahwa nutrisi merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Zat-zat makan yang didapatkan dari
pemasukan makanan merupakan materi yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Apabila kebutuhan dasar ini sudah terpenuhi, maka seseorang
akan berusaha memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap intervensi keperawatan yang penulis susun pada
kasus telah mengacu pada asuhan keperawatan secara teoritis dengan
disesuaikan pada masalah keperawatan yang dirumuskan. Penulis
membuat intervensi dengan menyesuaikan pada masalah keperawatan
yang ditemukan dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
penulis untuk menyelesaikan atau mengatasi masalah dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada. Intervensi yang ada pada tinjauan
teoritis menurut NIC-NOC (2016) dapat direncanakan pada kasus diare
An. R.
Intervensi yang penulis susun antara lain: Nutrition management,
yaitu kaji adanya alergi makanan, anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, anjurkan pasien untuk meningkatkan protein, yakinkan diet
yang dimakan mengandung rendah serat untuk mencapai konstipasi,
berikan makanan yang terpilih. Nutrition Monitoring, yaitu berat badan
pasien dalam batas normal, monitor adanya penurunan berat badan,
monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa lakukan, monitor lingkungan
selama makan, monitor pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Lifshitz (2001), makanan berperan dalam menimbulkan
ataupun meningkatkan factor resiko diare karena dengan pemberian
makanan mungkin disertai dengan kontaminasi mikroba. Oleh sebab itu
ada 3 aspek penting dalam pemberian terapi nutrisi, antara lain: 1)
makanan dapat berlaku sebagai penyebab timbulnya diare atau sebagai
factor resiko untuk timbulnya diare, 2) makanan mempunyai sifat
memperberat atau mempersulit penyakit diare, dan 3) makanan dalam
penatalaksanaan diare.
Tujuan keperawatan untuk diagnose pertama diharapkan:
nutritional status: food and floud intake, nutritional status: nutrient intake,
weight control. Dengan criteria hasil adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan,
mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan,
tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Dalam Intervensi keperawatan ini, tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari
rencana tindakan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh
perawat dalam membantu klien dalam melakukan tindakan keperawatan
harus memperhatikan kenyamanan dan keadaan klien. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan pada An. R. Dengan penyakit diare
di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari perawatan. Penulis melaksanakan semua
intervensi yang telah dibuat.
Implementasi pertama dilakukan pada tanggal 7 Juli 2017.
Adapun implementasi yang dilakukan adalah Nutrition management, yaitu
mengkaji adanya alergi makanan, menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe, menganjurkan pasien untuk meningkatkan
protein, menyakinkan diet yang dimakan mengandung rendah serat untuk
mencapai konstipasi, memberikan makanan yang terpilih. Nutrition
Monitoring, yaitu memonitor berat badan pasien dalam batas normal,
memonitor adanya penurunan berat badan, memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa lakukan, memonitor lingkungan selama makan,
memonitor pertumbuhan dan perkembangan.
Implementasi dilakukan sesuai pendapat Maryunani (2010), terapi
nutrisi pada penderita diare adalah makanan yang mengandung banyak
Fe dan protein bernilai tinggi karena protein dan Fe berfungsi dalam
proses penyembuhan penyakit. Menurut Chandrawati (2010), Protein dan
Fe sangat penting bagi anak-anak dikarenakan dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan, kekurangan Fe dapat menyebabkan gangguan
perkembangan mental dan motorik anak sedangkan kekurangan protein
dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak.
Respon hasil yang diperoleh dari implementasi hari pertama
adalah Ibu mengatakan An. R tidak memiliki alergi terhadap makanan;
An. R tidak mau makan sayuran seperti bayam; saat An. R. mengalami
diare, harus mengkonsumsi makanan yang rendah serat seperti: tempe,
tahu, daging ayam; An. R makan di dalam rumah; An. R. masih kurang
napsu makan, porsi nasi mangkok tidak habis; ibu menyiapkan
makanan tertentu (rendah serat, tinggi protein dan Fe) seperti ikan rebus,
nasi tim, wortel dan kentang rebus; tidak ada gangguan tumbuh
kembang; anak kurang beraktivitas, tampak lemah; lingkungan dalam dan
luar rumah tampak bersih, ventilasi ada, pencahayaan cukup terang;
berat badan 9,2 Kg.
Implementasi hari kedua dilakukan pada tanggal 8 Juli 2017.
Tidak semua intervensi yang telah direncanakan dilakukan dikarenakan
kondisi An. R. adapun intervensi yang tidak dilakukan adalah mengkaji
adanya alergi. Hal ini dikarenakan respon hasil dari implementasi hari
pertama didapatkan bahwa ibu mengatakan An. R tidak memiliki alergi
makanan. Implementasi hari ketiga dilakukan pada tanggal 9 Juli 2017,
adapun intervensi yang tidak dilakukan adalah memberikan makanan
yang terpilih; memonitor adanya penurunan berat badan. Hal ini dilakukan
karena Ibu mengatakan An. R mau makan nasi tim campur wortel, berat
badan 9,2 Kg (tidak ada penurunan berat badan).
Hal yang mendukung dalam kelancaran proses keperawatan yaitu
keluarga klien koopertif, dukungan dari fasilitas pelayanan kesehatan,
tersedia sarana dan prasarana yang memadai, tersedianya referensi,dan
saran pembimbing yang sangat membantu dalam penyusunan
perencanaan. Untuk mengamati penerapan proses keperawatan dan
melihat dampak dari proses keperawatan yang direncanakan, penulis
berencana untuk melakukan penelitian selama 3 hari karenah apa bila
penulis melakukan pengamatan kurang dari 3 hari penulis sulit untuk
melihat proses perkembangan klien dan dampak asuhan penulis,
menurut Wong (2010), proses keperawatan pada anak sakit dapat
dilakukan minimal dalam waktu 3 hari dikarenakan untuk menilai
keberhasilan proses keperawatan tersebut.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan
masalah utama An. R saat dilakukan dalam 3 hari perawatan dari tanggal
6 Juli 2017 sampai 9 juli 2017 dikatakan berhasil.
Perkembangan pasien pada hari pertama belum sesuai dengan
kriteria hasil yang diharapkan sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
Perkembangan pada hari kedua, belum sesuai dengan kriteria hasil tetapi
masalah sudah teratasi, sedangkan perkembangan pada hari ketiga
sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan sehingga diberikan
pendidikan kesehatan pada ibu An. R. mengenai penyakit diare.
Evaluasi proses keperawatan pada An. R yaitu, Subject: Ibu
mengatakan An. R mau makan, ibu mengatakan sudah mengerti
makanan apa saja yang boleh diberikan jika anak mengalami diare, Ibu
mengatakan An. R. BAB 1x sehari. Object: porsi nasi > mangkok >1
mangkok, tidak ada gangguan tumbuh kembang, anak beraktivitas seperti
biasanya: bermain, berjalan dan belajar menulis, berat badan 9,3 Kg.
Aassessment: masalah teratasi, Planning: Intervensi dihentikan.
C. Keterbatasan
Dalam pelaksanaan studi kasus ini, penulis tidak menemukan kesulitan
dalam memperoleh data dan menganalisa kasus diare pada An. R. An. R dan
ibunya sangat kooperatif dan mau melaksanakan asuhan keperawatan yang
penulis berikan selama sakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Diare merupakan peradangan pada mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan kosistensi tinja lembek, disertai frekuensi BAB
lebih dari biasanya (> 3 x sehari). Nutrisi dalah zat dalam makanan yang
dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Nutrisi diperoleh dari hasil pemecahan
makanan oleh sistem pencernaan.
2. Dari pengkajian yang dilakukan pada An. R dengan penyakit diare,
penulis menemukan BAB > 8 kali dengan konsistensi encer dan agak
kehijauan, Ibu mengatakan napsu makan anak menurun, porsi makan
mangkok, An. R. tampak lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat,
kesadaran compos mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan
sebelum sakit 9,5 Kg.
3. Diagnosa yang ditegakkan pada An. R yaitu Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengobsorbsi nutrient dibuktikan dengan Ibu
mengatakan napsu makan anak menurun, porsi makan mangkok, An.
R. tampak lesu dan lemah, agak rewel, wajah pucat, kesadaran compos
mentis, berat badan saat sakit 9,2 Kg, berat badan sebelum sakit 9,5 Kg,
bising usus 40 x/menit.
4. Berdasarkan diagnosa keperawatan penulis menyusun intervensi yang
disesuaikan dengan teori dengan mempertimbangkan prosedur
kebijakan dan fasilitas di puskesmas, serta disesuaikan juga dengan
kemampuan penulis dan keadaan An. R.
5. Implemetasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan, serta mengevaluasi setiap respon hasil atau
kemajuan An. R setelah dilakukan asuhan keperawatan.
6. Pada evaluasi disemua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil.
7. Dari hasil pembahasan anatar teori dan kasus yang ditemukan pada An.
R. tidak terdapat kesenjangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan alternative pemecahan
masalah yang berupa saran-saran,yaitu untuk mencapai asuhan
keperawatan yang optimal.
1. Pihak lahan/ tempat penelitian
Di harapkan kepada petugas puskesmas agar memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat khusus di wiliyah kerja
puskesmas tersebut tentang nutrisi pada penderita diare dalam upaya
penurunan angka kesakitan pada anak usia di bawah 5 tahun.
2. Pihak akademik
Diharapakan kepada pihak akademik agar menambah buku
referensi terbaru tentang asuhan keperawatan anak sehinga membantu
mahasiswa/i dalam penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
3. Peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang asuhan
keperawatan pada anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang
berhubungan dengan penyakit diare terutama masalah nutrisi yang
sering terabaikan dalam kasus diare.