Anda di halaman 1dari 16

PENCAHAYAAN ALAMI

RUANG AUDIO VISUAL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
DENGAN ECOTECT

FISIKA BANGUNAN 2

Dosen Pembimbing:
Abdul Rachmad Zahrial Amin,S.T, M.T.

Disusun oleh:
Elisa Meilani (14.11.019)
Ferdy Charlie Saputra (14.11.009)

TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah pencahayaan suatu ruangan terbagi 2 jenis yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan buatan adalah
pencahayaan yang berasal dari perubahan energi listrik menjadi
cahaya yang biasanya ditemukan pada malam hari atau saat
matahari tidak menampakkan cahayanya Maka berfungsi lah cahaya
buatan. Yang kedua adalah pencahayaan alami, yang bersumber
pada matahari. Dalam pengolahannya cahaya matahari dapat
masuk ke dalam suatu ruangan baik secara langsung maupun
melalui pemantulan. Namun penggunaan sinar matahari secara
langsung yang berlebih akan membuat suhu ruangan menjadi panas
yang membuat suatu ruangan tidak nyaman.
Pada dasarnya kebanyakan ruangan memiliki sebuah
jendela, kaca maupun ventilasi kecil yang digunakan sebagai usaha
untuk membuat penghawaan pada ruangan. Namun dari celah-celah
kecil itu pulalah cahaya dapat masuk untuk menerangi ruangan di
dalamnya. Namun untuk mendapatkan suatu ruangan yang baik
penerangan alaminya diperlukan minimal 1/6 dari luas ruang
tersebut sebagai tempat masuk cahaya. Selain mendapatkan
ruangan yang terang, pencahayaan alami dapat meminimalisir
penggunaan listrik pada siang hari. Hal ini berkaitan dengan isu
penghematan energi. Namun tidak semua ruangan dan tidak semua
bangunan dalam perancangannya mampu memaksimalkan
pencahayaan alami tersebut. Letak tapak, orientasi dan arah mata
angin menjadi hal yang sangat signifikan dalam kaitannya untuk
memaksimalkan pencahayaan ruangan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa
maksimalkah pencahyaan alami yang terjadi pada Ruang Audio
Visual Fakultas Sains dan Teknologi UNIKA Musi Charitas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimakah pencahayaan alami pada Ruang Audio Visual
Fakultas Sains dan Teknologi UNIKA Musi Charitas?
1.2.2 Apakah pencahayaan alami yang masuk keruangan sudah
cukup?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui pencahayaan alami yang terjadi pada Ruang
Audio Visual Fakultas Sains dan Teknologi UNIKA Musi Charitas
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan alami yang
terbentuk dengan akitivitas dalamnya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Sebagai bahan untuk mengetahui apakah sebuah ruangan
dengan pencahayaan alami sudah cukup baik untuk manfaat
nya.
1.4.2 Sebagai sampel keadaan ruangan lain di Fakultas Sains dan
Teknologi UNIKA Musi Charitas

1.5 Teori
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidan kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
(KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02). Sistem pencahayaan
dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan
sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan
sistem pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik
yang berbeda, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari
sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain
menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk
mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-
jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6
daripada luas lantai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding
dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas
cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama
saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan
sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:
1. Variasi intensitas cahaya matahari.
2. Distribusi dari terangnya cahaya.
3. Efek dari lokasi, pemantulan cahaya.
4. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung.
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi
penggunaan cahaya buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi
energi dan mengurangi tingkat polusi. Tujuan digunakannya
pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas yang
efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang.
Selain itu cahaya alami dalam sebuah bangunan juga dapat
memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan membawa efek
positif lainnya dalam psikologi manusia.
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali
ke beberapa sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan:
1. Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya
tinggi.
2. Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan
tingkat cahayanya rendah.
3. Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan.
(Muchlisin Riadi,Sistem Pencahayaan Alami,
www.kajianpustaka.com)
Faktor pencahayaan siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahyaan pasa suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu
ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan
terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan
tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen
meliputi:
1. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan
langsung dari cahaya langit

2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar frl) yakni komponen


pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang
berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.

3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni


komponen-komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi
permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk
ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan
maupun dari cahaya langit. (SNI 03-2396-2001)
Berikut adalah tabel standar pencahayaan bagi suatu ruang:
Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
TINGKAT
JENIS
PENCAHAYAA
KEGIATA KETERANGAN
N MINIMAL
N
(LUX)
Pekerjaan 100 Ruang
kasar dan penyimpanan &
tidak terus ruang
menerus peralatan/instalasi
yang memerlukan
pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan 200 Pekerjaan dengan
kasar dan mesin dan
terus perakitan kasar
menerus
Pekerjaan 300 Ruang
rutin administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan
mesin &
perakitan/penyusu
n
Pekerjaan 500 Pembuatan
agak halus gambar atau
bekerja dengan
mesin kantor,
pekerjaan
pemeriksaan atau
TINGKAT
JENIS
PENCAHAYAA
KEGIATA KETERANGAN
N MINIMAL
N
(LUX)
pekerjaan dengan
mesin
Pekerjaan 1000 Pemilihan warna,
halus pemrosesan teksti,
pekerjaan mesin
halus & perakitan
halus
Pekerjaan 1500 Mengukir dengan
amat halus Tidak tangan,
menimbulkan pemeriksaan
bayangan pekerjaan mesin
dan perakitan yang
sangat halus
Pekerjaan 3000 Pemeriksaan
terinci Tidak pekerjaan,
menimbulkan perakitan sangat
bayangan halus
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam


Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan
kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area kegiatannya,
seperti berikut:
Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Pencahayaa Contoh Area
Keperluan
n (LUX) Kegiatan
Pencahayaan 20 Layanan
Umum untuk penerangan
ruangan dan area yang minimum
yang jarang dalam
digunakan area sirkulasi
dan/atau tugas- luar ruangan,
tugas atau pertokoan
visual sederhana didaerah
terbuka,
halaman tempat
penyimpanan
50 Tempat pejalan
kaki & panggung
70 Ruang boiler
100 Halaman Trafo,
ruangan tungku,
dll.
150 Area sirkulasi di
industri,
pertokoan dan
ruang penyimpa
n.
Pencahayaan 200 Layanan
umum untuk penerangan
interior yang minimum
dalam tugas
Pencahayaa Contoh Area
Keperluan
n (LUX) Kegiatan
300 Meja & mesin
kerja ukuran
sedang, proses
umum dalam
industri kimia
dan makanan,
kegiatan
membaca dan
membuat arsip.
450 Gantungan baju,
pemeriksaan,
kantor untuk
menggambar,
perakitan mesin
dan bagian yang
halus, pekerjaan
warna, tugas
menggambar
kritis.
1500 Pekerjaan
mesin dan
diatas meja
yang sangat
halus, perakitan
mesin presisi
kecil dan
instrumen;
komponen
Pencahayaa Contoh Area
Keperluan
n (LUX) Kegiatan
elektronik,
pengukuran &
pemeriksaan
bagian kecil
yang rumit
(sebagian
mungkin
diberikan oleh
tugas
pencahayaan
setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan
tambahan setemp berpresisi dan
at untuk rinci sekali,
tugas visual yang misal instrumen
tepat yang sangat
kecil,
pembuatan jam
tangan,
pengukiran
Sumber : www.energyefficiencyasia.org

Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada


penerangan untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan
yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat
berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial.
Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux
seperti berikut.
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja
Dengan Komputer
Tingkat
Keadaan Pekerja Pencahayaan
(lux)
Kegiatan Komputer dengan 300
sumber dokumen yang terbaca
jelas
Kegiatan Komputer dengan 400-500
sumber dokumen yang tidak
terbaca jelas
Tugas memasukan data 500-700
(Prabu, Sistem dan Standar Pencahayaan,
https://putraprabu.wordpress.com)

1.6 Kondisi Ruang Audio Visual Fakultas Sains dan Teknologi UNIKA Musi
Charitas
Ruang Audio Visual Fakultas Sains dan Teknologi UNIKA Musi
Charitas merupakan ruangan audio yang tertutup rapat sehingga suara
tidak bisa keluar. Terdapat juga kursi. Di sisi depan kelas terdapat
sebuah teras selasar yang langsung berhadapan dengan eksterior
gedung. Dan dari situ pulalah cahaya alami masuk ke dalam ruangan
melalui jendela-jendela kaca kusen kayu yang berjajar dengan dimensi
1.8 x 1 m dan pintu 2,3x0.8m serta ventilasi udara yang cukup banyak.
Dinding bangunan merupakan dinding pasangan bata dengan lantai
keramik 60x60 yang cukup berteksur. Orientasi bukaan menghadap
utara.
Penelitian sepenuhnya menggunakan program ecotech agar
perhitungan lebih jelas dan akurat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pencahayaan Alami pada Ruang Audio visual Fakultas Sains dan
Teknologi UNIKA Musi Charitas
Berikut adalah hasil dari perhitungan yang dibuat oleh Ecotech
untuk melihat keadaan cahaya alami dalam ruangan:

Ruangan ini tidak memiliki kaca sehingga hanya dari kaca mati
pintu saja yang bisa memasuki cahaya.
Penelitian ini dilakukan pada jam 12 siang saat matahari benar benar diatas
sehingga bayangan dari ruangan tersebut terlihat

Luas total jendela (1,8 x 1 x 7) telah lebih dari 1/6 luas lantai (8x7).
Tapi dari jendela jendela ini semua ditutup mati sehingga ruangan ini tidak
mendapat cahaya dari luar. Tetapi ada satu jendela kecil di pintu yang
memakai horden yang bisa dibuka. satu satu ny tempat untuk melihat keluar
bangunan adalah dari jendela tersebut. Jendela mati. Jadi satu satu nya
cara menerangi ruangan ini yaitu dengan cahaya buatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut kami ruangan audio visual bukan tempat yang tepat untuk
pencahayan alami. Karna di haruskan untuk mengunakan cahaya
buatan dikarenakan ruangan nya yang tertutup sehingga tidak dapat
cahaya masuk kedalam. Kami pikir ruangan ini tidak bagus untuk
pencahayaan alami
4.2 Saran
Untuk lebih lanjut dari penelitian ini mungkin memang dilakukan
dengan teliti karena bagus untuk referensi sebuah bangunan bagus
atau tidak nya dengan pencahayan alami.
DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Indutri
PRABU. 2009. Sistem dan Standar Pencahayaan,
https://putraprabu.wordpress.com. 13/6/2016, 22:00
RIADI, Muchlisin. 2014. Sistem Pencahayaan Alami.
www.kajianpustaka.com. 13/6/2-16, 21:30
SNI 03-2396-2000 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan
Alami Pada Bangunan Gedung.
www.energyefficiencyasia.org
LAMPIRAN

Tampak atas hasil analisis cahaya

Tampak depan hasil analisis cahaya

Anda mungkin juga menyukai