PENDAHULUAN kan terdapat 115.000 kematian pada Kedua proses ini menyebabkan
Long-term oxygen therapy (LTOT) ada- tahun 2000. 2 berkurangnya elastic recoil, tahanan
lah salah satu modalitas terapi pend- aliran udara yang meningkat akibat fi-
erita penyakit paru obstruktif kronik PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF brosis serta meningkatnya air trapping
(PPOK). Penatalaksanaan PPOK bertu- KRONIK dalam paru. Progresivitas kerusakan
juan mencegah progresivitas penyakit, Penyakit paru obstruktif kronik adalah paru akan menyebabkan penurunan
mengurangi gejala, meningkatkan tol- penyakit yang ditandai keterbatasan faal paru antara lain kapasitas vital
eransi latihan, mencegah dan mengo- jalan napas yang tidak sepenuhnya re- paksa (KVP) dan volume ekspirasi de-
bati eksaserbasi berulang, mencegah versibel. Gangguan yang bersifat pro- tik pertama (VEP1) 3,4
dan meminimalkan efek samping obat, gresif ini disebabkan inflamasi kronik
memperbaiki dan mencegah penu- akibat pajanan partikel atau gas bera- HIPOKSEMIA
runan faal paru, meningkatkan kuali- cun dalam waktu lama dengan gejala Hipoksemia terjadi karena penurunan
tas hidup penderita dan menurunkan sesak napas, batuk dan produksi spu- tekanan oksigen arteri (PaO2) dan
angka kematian. Long term oxygen tum. Penyakit paru obstruktif kronik umumnya terjadi pada PPOK. Nilai
therapy menjadi standar terapi pend- menurut Global Initiative for Chronic normal PaO2 adalah 80 100 mmHg
erita PPOK dengan hipoksemia berat. Obstruktive Lung Disease (GOLD) sedangkan nilai normal SaO2 95 %.5
Beberapa penelitian menyimpulkan 2006 adalah penyakit yang bisa dice- Pembagian hipoksemia berdasarkan
LTOT dapat meningkatkan kualitas gah dan diobati serta mempunyai efek nilai dari PaO2 dan SaO2 ( tabel 1).
hidup penderita PPOK, mencegah ekstrapulmoner yang mempengaruhi
hospitalisasi dan menurunkan angka beratnya penyakit. Penderita PPOK mempunyai nilai PaO2
kematian. Program terapi ini memer- dengan interval berbeda. Secara nor-
lukan kerjasama penderita sehingga Keterbatasan aliran udara yang bersi- mal terjadi penurunan PaO2 berdasar-
diperlukan edukasi secara komprehen- fat progresif pada PPOK disebabkan kan kenaikan umur akibat proses penu-
sif terhadap penderita.1 dua proses patologis, yaitu : aan. Setiap penambahan umur satu
1. Airway remodelling dan penyem- tahun, pada usia di atas 60 tahun terjadi
Penyakit paru obstruktif kronik meru- pitan jalan napas kecil penurunan PaO2 sebanyak 1 mmHg.
pakan salah satu penyebab utama ke- 2. Destruksi parenkim paru disertai Terjadinya hipoksemia karena hipoven-
sakitan dan kematian di dunia. Preva- rusaknya jaringan penyangga al- tilasi, ketidakseimbangan ventilasi per-
lensinya cukup tinggi dan berdampak veolar fusi, gangguan difusi dan pirau. 5,7
luas bagi kualitas hidup pasien dan
keluarganya dengan angka kematian
Tabel 1. Nilai PaO2 dan SaO2 pada orang dewasa(6)
yang signifikan. WHO melaporkan
pada tahun 1998 PPOK menjadi pe- PaO2 ( mm Hg ) SaO2 ( % )
nyebab kematian ke lima dan makin Normal 97 97
meluas di berbagai negara, diper- Kisaran normal 80 95
kirakan tahun 2020 akan menjadi pe- Hipoksemia < 80 < 95
nyebab kematian ke empat di seluruh
Ringan 60 79 90 94
dunia. Penyakit paru obstruksi kronik
menjadi penyebab kematian ke em- Sedang 40 59 75 89
pat di Amerika Serikat dan diperkira- Berat < 40 < 75
O2 dan tidak terlalu sering diisi ulang. 1. Memerlukan pengisian ulang pasien tidak nyaman. Pulse oxymeter
Berbagai inovasi terus dikembangkan 2. Bahaya bakar termal dapat digunakan sebagai alternatif
untuk menciptakan alat penghantar 3. Biaya tinggi. mengevaluasi LTOT karena lebih mu-
LTOT yang nyaman dan efektif buat dah, sederhana dan non-invasif. Evalu-
pasien. Tantangan yang cukup sulit Konsentrator O2 asi pengobatan medikamentosa harus
karena alat penghantar LTOT ini harus Sistem ini lebih cocok untuk pasien teratur dan pemeriksaan spirometri
selalu terpakai pasien saat aktivitas, yang statis di tempat tidur selama 24 perlu dilakukan. Kepatuhan pasien da-
perjalanan jauh, penerbangan mau- jam, atau digunakan hanya waktu ti- lam pemakaian LTOT harus senantiasa
pun istirahat. Pada dasarnya ada 3 sis- dur. Konsentrator O2 merupakan per- dipantau sesuai instruksi dan dosis.9,18
tem penghantar O2 : 8,9 alatan yang menggunakan molecular
1. Silinder O2 bertekanan sieve untuk memisahkan O2 dari air BAHAYA LTOT
2. Silinder O2 likuid kemudian mengalirkan O2 ke pasien Ada tiga risiko utama dalam penggu-
3. Konsentrator O2 dengan mengeluarkan nitrogen (N2) naan LTOT yang perlu diperhatikan un-
ke atmosfer. tuk meminimalkan komplikasinya : 11,13
Silinder O2 bertekanan
Pasien PPOK yang mendapat LTOT Keuntungan sistem ini : 8,9,10,13 1. Risiko fisis
cukup nyaman dengan menggunakan 1. Lebih ekonomis. Oksigen merupakan gas yang mudah
tabung silinder portable. Pasien dapat 2. Tidak perlu pengisian ulang. terbakar. Oksigen dapat menyebab-
bernapas nyaman dengan O2 dalam kan jaringan setempat kering dan agak
waktu singkat atau beberapa jam ter- Kendala : keras. Alat penghantar O2 yang kurang
gantung kebutuhan aliran O2. 1. Cocok hanya untuk low-flow oxy- kuat bisa meledak. Masker dan kanul
gen dapat menimbulkan cedera pada hi-
Keuntungan sistem ini : 10 2. Membutuhkan sumber energi lis- dung dan mulut.
1. Mampu memberikan aliran tinggi trik.
2. Bisa dipakai untuk berbagai kebu- 2. Risiko fungsional
tuhan EVALUASI DAN MONITORING Pasien bisa kehilangan sensitivitas ter-
3. Tabung silinder yang kecil sehing- LTOT hadap CO2 dan hypoxic drive sehing-
ga transportable. Long term oxygen therapy (LTOT) ga ventilasi dapat tertekan. Hipoven-
pada pasien PPOK memperbaiki sur- tilasi dapat terjadi dan menyebabkan
Kendala: vival dan meningkatkan kualitas hidup narkose CO2.
1. Perlu pengawasan terhadap cede- dengan pemberian minimal 14 jam per
ra hari. British Medical Research Council 3. Risiko struktur sel
2. Cukup mahal dan berat. Study of COPD menyebutkan bahwa Pemberian FiO2 yang tidak terkontrol
perbaikan survival belum terlihat sebe- menyebabkan pelepasan berbagai
Silinder O2 likuid lum pemberian LTOT selama 500 hari. substansi bersifat reaktif yang dapat
Sistem ini lebih disukai untuk pasien Pemberian LTOT akan memperbaiki merusak lipid, protein dan deoxyri-
dengan banyak aktivitas yang me- fungsi jantung, menurunkan risiko bonucleic acid. Perubahan struktur
merlukan O224. Oksigen dalam suhu hipertensi pulmoner, meningkatkan jaringan parenkim paru akibat proses
-183C berubah menjadi likuid. Vo- oksigenasi ke otak dan meningkatkan proliferasi dan fibrosis.
lume O2 likuid < 1 % dari volume O2 perfusi berbagai organ vital. Hal ini
atmosfer. Oksigen likuid statis seberat ditandai dengan perbaikan tanda vital, SIMPULAN
109 kg mampu menyediakan kebutu- menurunnya tekanan arteri pulmonar 1. Hipoksemia sering terjadi pada
han O2 untuk 7 hari secara terus me- dan perbaikan toleransi aktivitas. 3,8,9 pasien PPOK dan menjadi salah
nerus dengan kecepatan 2 liter/menit. satu penyebab progre sivitas pe-
Adapun bentuk portabel seberat 4,3 Alat alat sistem penghantar O2 harus nyakit.
kg dan 3 kg masing-masing mampu dikontrol setiap 6 bulan; setiap kali 2. Long term oxygen therapy men-
menyediakan O2 selama 8 dan 4 jam O2 diisi ulang harus dipastikan kelan- jadi salah satu modalitas penting
dengan kecepatan sama. caran dan keamanannya. Pemeriksaan dalam penatalaksanaan PPOK
analisis gas darah arteri dan hemoglo- 3. Long term oxygen therapy seperti
Keuntungan sistem ini: 8,10 bin perlu dilakukan setiap 3 6 bulan bahan farmakologik lain mempu-
1. Volume gas lebih banyak sekali. Apabila terjadi perburukan ge- nyai indikasi, cara pemberian, do-
2. Bobot ringan dan lebih cocok un- jala klinis pasien, pemeriksaan anali- sis dan komplikasi.
tuk mobilitas tinggi. sis gas darah perlu segera dilakukan. 4. Pemberian LTOT memperbaiki
Penilaian analisis gas darah secara kualitas hidup dan survival pasien
Kendala : berulang kadang sulit dan membuat PPOK
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunnegoro H, Amin M, Yunus F, Abdullah A, Widjaja A, Surjanto E, dkk. PPOK: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Edisi revisi. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2004.hal.1-7.
2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global strategy for the diagnosis, management and prevention of chronic obstructive pulmonary disease,
2006.p.1-69.
3. Mitrouska I, Tzanakis N, Siafakas NM. Oxygen therapy in chronic obstructive pulmonary disease. In: Larsson K, Siafakas NM, editors. Management of chronic
obstructive pulmonary disease. Sheffield: European Respiratory Society Journals Ltd;2006.p.302-9.
4. Cherniack RM. Gas transport and acid-base balance. In: Cherniack L, Cherniack RM, eds. Respiration and health and disease, 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders
Co. 1983. p. 74-80.
5. Ganong WF. Respiratory adjustments in health and disease. In: Ganong WF, ed. Medical Physiology, 21st ed. New York: Mc Graw-Hill Co; 2001. p. 687-95.
6. Levitsky MG. The causes of hypoxia. In: Martin W, Pam H, Peter MC, eds. Pulmonary Physiology, 5th ed. New York: Mc Graw-Hill Co; 1999. p. 183-7.
7. Perruzi WT. Normal ranges and interpretive guidelines. In: Shapiro BA, Peruzzi WT, Templin RK, eds. Clinical application of blood gases, 6th ed. Missouri: Mosby-
Year book Inc; 1994. p. 63-4.
8. Sherwood L. Respiratory system. In: Sherwood L, ed. Human physiology: From cells to system, 2nd ed. Virgina: A division of International Thomson Publishing Inc;
1996. p. 443-7.
9. West JB. Ventilation. USA : William and Wilkins Co. 1994. p. 11-20.
10. Barthlen G, Matthys H. Recommendations and guidelines for long term oxygen therapy (LTOT) of The International Respiratory Care Association (IRCA). IRCA
2002. [cited 2008 March 12]. Available from: URL: http://www.ircass.org/.
11. Thomas L, Dennis E, Robert W, McCoy BS. Long-term oxygen therapy. History, scientific, foundations and emerging technologies. [cited 2008 March 12]. Avail-
able from: URL://www.NLHEP.org/.
12. Croxton TL, Bailey WC. Long-term oxygen treatment in COPD: Recommendations for future research. Am Thorac Soc 2006; 55: 1-11.
13. Tarpy SP, Cell BR. Current concepts of long-term oxygen therapy. NEJM 1995; 333: 710-14.
14. Singh CP, Singh N, Brar GK, Singh G, Singh J. Oxygen therapy. J Indian Acad. Clin. Med. 2001; 2: 178-183.
15. Ringbaek TJ. Home oxygen therapy in COPD patients. Dan Med Bull 2006; 53: 310-25.
16. Zielinski J. Long-term oxygen therapy in COPD patients with moderate hypoxaemia: does it add years to life? Eur Respir J 1998; 12: 756-8.
17. Viskum K, Lange P, Ringbaek TJ. Does long-term oxygen therapy reduce hospitalization in hypoxaemic chronic obstructive pulmonary disease? Eur Respir J 2002;
20: 38-42.
18. Langenhof S, Fichter J. Comparison of two demand oxygen delivery devices for administration of oxygen in COPD. Chest 2005; 128: 2082-7.
19. Wijkstra PJ, Guyatt GH, Celli BR, Guell R, Muir JF, Austin P, et al. International approaches to the prescription of long-term oxygen therapy. Eur Respir J 2001; 18:
909-13.
20. Maclntyre NR. Long-term oxygen therapy: Conference summary. Respiratory Care 2000; 45: 237-45.