Anda di halaman 1dari 47

CASE PRESENTATION

KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA Nn. I DI PUSKESMAS NGALIYAN

KOTA SEMARANG

DiajukanUntuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Program

Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Periode Kepaniteraan 24 Juli 23 September 2017

Oleh :

Putri Kusuma Indriyani

30101206704

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017
HALAMAN PENGESAHAN

KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA Nn. I DI PUSKESMAS NGALIYAN

PERIODE 24 Juli 23 September 2017

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Putri Kusuma Indriyani

30101206704

Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim penilai

Puskesmas Ngaliyan Semarang

Semarang, Agustus 2017

Disahkan Oleh:

Mengetahui,

Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pembimbing Pembimbing Bagian

dr. H. Azmi Syahril Fandi dr. H Tjatur Sembodo. MS (PH)

Kepala Puskesmas Ngaliyan Kepala Bagian IKM FK UNISSULA

dr. Indah Widiasuti DR. Siti Thomas Z., SKM, M. Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepadaAllah SWT,shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan Laporan Kejadian Demam Tifoid Pada Nn. Ika Puskesmas Ngaliyan

Periode 24 Juli 23 September 2017.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan

Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data hasil

kunjungan pasien dengan demam tifoid 14 Agustus 2017 dan intervensi 18 Agustus

2017 di puskesmas Ngaliyan.

Laporan ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. dr. Indah Widiastuti, selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan yang telah memberikan

bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Ngaliyan, Semarang.

2. dr. Azmi Syahril F selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan Kota

Semarang.

3. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Ngaliyan atas bimbingan dan

kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat

berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

iii
Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus kejadiandemam tifoiddi

wilayah kerja puskesmas Ngaliyan Semarang berdasarkan pendekatan segitiga

epidemiologi di puskesmas Ngaliyan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3

1.3 Tujuan penelitian ................................................................. 3

1.3.1 Tujuan umum .......................................................... 3

1.3.2 Tujuan khusus ......................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 3

1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa ......................................... 4

1.4.2 Manfaat bagi masyarakat ......................................... 4

BAB II ANALISA SITUASI ................................................................. 29

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan .................................................... 29

2.2 Hasil pengamatan ..................................................................... 29

2.2.1 Identitas pasien .................................................. 29

2.2.2 Keluhan Pasien ............................................ 30

2.2.3 Anamnesis ......................................................... 30

2.2.4 Pemeriksaan Fisik ............................................. 31

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang .................................... 33

2.2.6 Terapi ................................................................ 34

2.2.7 Data Keluarga ................................................... 34

v
2.2.8 Data Lingkungan ............................................. 35

2.2.9 Data periaku .................................................... 39

2.2.10 Data pelayanan kesehatan terdekat................. 39

2.2.11 Data genetik .................................................... 39

2.2.12 Data penghuni rumah....................................... 39

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 41

3.1 Analisa Penyebab Masalah .................................................. 41

3.1.1 Host.. 41

3.1.2 Agent..... 42

3.1.3 Environment. 43

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................ 44

3.3 Plan of Action (POA) ........................................................... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 46

4.1 Kesimpulan ........................................................................... 47

4.2 Saran ..................................................................................... 47

4.2.1 Untuk pasien ................................................................. 47

4.2.2 Untuk Puskesmas .......................................................... 47

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 49

LAMPIRAN ............................................................................................. 50

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Penyakit demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan yang serius di daerah

tropis terutama di negara negara berkembang. Di negara berkembang, penyakit ini

termasuk penyakit yang endemik, dapat dijumpai sepanjang waktu walaupun ada fluktuasi

pada waktu waktu tertentu (Sudibjo, 2000). Penyakit ini termasuk penyakit menular

yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok

penyakit menular ini merupakan penyakit penyakit yang mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Juwono, 1999). Hal ini

kerat hubungannya dengan kualitas dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti

higiene perorangan, dan higiene penjamah makanan yang rendah, lingkungan yang

kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang kurang, serta perilaku masyarakat yang

kurang untuk hidup sehat (KMK/364/MENKES/SK/V/2006). Sampai saat ini penyakit

demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di negara tropis termasuk Indonesia

dengan angka kejadian sekitar 760 sampai 820 kasus per tahun, dan angka kematian 3,1

sampai 10,4% (WHO, 2014). Menurut Dinas Kesehatan kota Semarang 2014, tifoid

termasuk dalam 10 besar penyakit Rumah sakit, yaitu sebanyak 9721 kasus rawat inap.

Prevalensi demam tifoid di Indonesia diperkirakan 900.000 kasus per tahun

dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015

jumlah kejadian demam tifoid dan paratifoid di Rumah Sakit mencapai 82.887 kasus pada

penderita rawat inap dan 1.132 di antaranya meninggal dunia.angka kematian diperkirakan

sekitar 5 6% sebagai akibat dari keterlambatan mendapat pengobatan serta kurang

sempurnanya proses pengobatan. Berdasarkan data yang di peroleh Dinas Kesehatan

7
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyaki terpilih

pada tahun 2010 penderita Demam Tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan ketiga

dibawah diare dan TBC selaput otak, sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam

tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini menunjukan bahwa kejadian demam

tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi. (Dinkes Prov Jateng,2011).

Penemuan kasus Tifoid di Puskesmas Ngaliyan, tahun 2016 dari

Januari sampai Desember 2016 sebanyak 263 penderita, tahun 2017 pada bulan

januari sampai bulan juli sebanyak 459 penderita. Oleh karena itu angka

kejadian Tifoid di Ngaliyan masih tinggi yang disebabkan karena kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai Demam Tifoid, baik itu gejala, cara

penularan, cara pengobatan, dan cara pengendaliannya.

Kejadian suatu penyakit hakekatnya adalah sebagai hasil interaksi

antara berbagai faktor seperti faktor host (pejamu), agent, dan environment

(lingkungan) (Budioro, 2007). Berdasarkan pendekatan segitiga epidemiologi,

penyakit terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen

tersebut (Soemirat, 2010). Demam tifoid adalah penyakit menular yang

disebabkan Salmonella typhi yang berhubungan dengan kualitas higiene

pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik (Panduan Praktik Klinis,

2014). Sanitasi lingkungan terlihat dari keadaan sanitasi lingkungan yang

belum memadai seperti kepemilikan sarana sanitasi dasar yang meliputi

kepemilikan jamban sehat, kepemilikan tempat sampah, dan kepemilikan

pengelolaan air limbah.

8
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk lebih

mendalami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian demam tifoid pada Nn. I

di Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan pendekatan segitiga epidemiologi.

1.1 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dibuat rumusan masalah : Apa saja faktor
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Demam tifoid pada Nn. I di
Puskesmas Ngaliyan dengan pendekatan trias epidemiologi.?
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian demam tifoid Nn. I di Puskesmas

Ngaliyan kota Semarang.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pejamu (host)


yang mempengaruhi terjadinya Demam tifoid pada Nn. I

1.3.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang


mempengaruhi terjadinya Demam tifoid pada Nn. I

1.3.2.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan


(environtment) yang mempengaruhi terjadinya Demam tifoid
pada Nn. I

1.3 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa

1.3.1.1 Memberi informasi ilmiah untuk memperkaya ilmu.

1.3.1.2 Menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut

1.3.2 Manfaat bagi masyarakat

9
1.3.2.1 Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan.

1.3.2.2 Memberi masukan kepada tenaga kesehatan untuk lebih

memberdayakan masyarakat dalam upaya kesehatan promotif

dan preventif.

BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1 Cara dan Waktu Pengamatan

Pengamatan kasus Demam Tifoid dilakukan berdasarkan data

kunjungan pasien terdiagnosis Demam Tifoid di Puskesmas Ngaliyan pada

tanggal 10 Agustus 2017. Analisis segitiga epidemiologi terhadap kejadian

Demam Tifoid diperoleh dari kunjungan rumah pasien pada 14 Agustus 2017.

Anamnesa dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi lingkungan,

perilaku pasien, dan keluarga pasien. Intervensi pada tanggal 18 Agustus

2017.

2.2 Laporan Hasil Pengamatan

A. Identitas Pasien

10
Nama : Nn. IM

Alamat : Beringin putih 06/09

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 16 November 2000

Usia : 16 tahun 7 bulan

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Kristen

Pekerjaan : Pelajar SMA

Cara Pembayaran : BPJS

B. Identitas Orangtua Pasien

Nama : Tn. W

Alamat : Beringin putih 06/09

Usia : 41 tahun

Agama : Kristen

Pekerjaan : Wiraswasta

2.3 Anamnesis Holistik

2.3.1 ASPEK 1 Personal

11
Keluhan Utama : Demam 7 hari, demam dirasakan

semakin bertambah terutama sore hari,

naik perlahan dan turun lagi ketika pagi.

Harapan : Kembali sehat seperti sedia kala dan

tidak mengalami kekambuhan

Kekhawatiran : Khawatir jika penyakitnya bertambah

parah

2.3.2 ASPEK 2 Anamnesis Medis Umum

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Puskesmas Ngaliyan diantar oleh ibunya

karena panas sejak 1 minggu. Demam tidak terus menerus di

rasakan terutama menjelang sore hari dan malam hari. Pasien

sebelumnya telah berobat ke Bidan X dan diberi obat penurun

panas namun tetap tidak ada perbaikan. Selain demam, pasien

juga mengeluh pusing kepala, mual dan muntah berisi makanan

sebanyak 3 kali denngan jumlah gelas belimbing, nyeri perut

bagian bawah serta nafsu makan menurun, BAK lancar, BAB

juga lancar .

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan dari

pasien, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan

darah yaitu pemeriksaan trombosit dan widal tes. Hasil dari

12
pemeriksaan didapatkan trombosit 160.000 dan widal tes

S.typhi O : 1/320 sehingga dokter mendiagnosis demam tifoid.

Pasien pun dianjurkan istirahat dan mendapat pengobatan

selama 3 hari kemudian kembali kontrol setelah pengobatan 3

hari.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami sakit serupa 4 tahun yang lalu

dan dirawat inap di RS selama 5 hari.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pelajar SMA, tinggal serumah

dengan kedua orangtuanya dan adiknya. Kedua orangtua

pasien bekerja sebagai wiraswasta. Biaya pengobatan

keluarga menggunakan BPJS. Kesan: cukup

2.3.3 ASPEK 3 Faktor Resiko Internal

Data Individu

Pasien berusia 16 tahun sebagai murid SMA. Berat badan

pasien 52 kg dan tinggi badannya 165 cm sehingga diperoleh

BMI = 19,11 kg/m2. Faktor internal yang mempengaruhi

terjadinya demam tifoid: pengetahuan pasien, suka


13
mengonsumsi makanan yang kurang bersih, jarang mencuci

tangan, serta perilaku hidup bersih dan sehat pasien yang

kurang baik

Data Keluarga

Tabel 2.1. Data Keluarga

No Nama Usia Pendidikan Status

1. Tn. W 41 th SMA Suami

2. Ny. N 37 th SMA Istri

3. Nn. I 16 th Pelajar SMA Pasien

4. An. S 11 th SD Adek

Data Genetik

14
Gambar 2.1. Data Genetik

Keterangan:

: Perempuan hidup

: Laki-laki Hidup

: Pasien perempuan

2.3.4 ASPEK 4 Faktor Resiko Eksternal

A. Lingkungan dan Bangunan Rumah

Tinggal di rumah ukuran sekitar 20 x10 meter,

berlantai keramik, berdindingkan tembok dan beratapkan

genteng. Di dalam rumah terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur,

1 dapur tempat masak, 1 kamar mandi dan WC. Pasien tidur

sekamar dengan adeknya sedangkan kedua orang tuanya tidur

di kamar terpisah. Listrik ada, ventilasi cukup baik

pencahayaan cukup. Sumber air berasal dari PDAM dan sumur,

namun air tampak agak keruh, untuk keperluan makan dan

minum menggunakan air PDAM yang telah dimasak dan

ditampung di jerigen. Lingkungan di dalam rumah kurang


15
bersih dan tampak kurang rapi. Namun, lingkungan sekitar

rumah tampak bersih

B. Perilaku Kesehatan Keluarga Pasien

Pola makan 2 3 kali sehari dengan menu yang

tidak tentu. Nn. I lebih sering membeli makanan/jajan di

warung sekitar rumah/sekolah dibanding makan masakan

dirumah. Menu makan pun tidak menentu. Menu yang paling

sering di konsumsi adalah nasi, tahu, tempe, ikan dan sayur.

Bahan makanan sebelum diolah, dicuci menggunakan air

PDAM. Sebelum mengolah dan menyajikan makanan

terkadang orangtua pasien mencuci tangan. Makanan yang

dihidangkan diletakkan di depan ruang TV.

2.3.5 ASPEK 5 Derajat Fungsional

Derajat fungsional :

1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit

2. Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam

dan luar rumah

3. Mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak mampu

melakukan pekerjaan ringan

4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi

sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring

16
5. Perawatan diri oleh orang lain, hanya berbaring pasif

Derajat fungsional :4

2.4 Pemeriksaan Fisik Pasien

1. Keadaan Umum: Composmentis

2. Vital Sign:

Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100/80mmHg

Frek. Nadi : 90 x/menit

Frek Pernapasan : 26 x/menit

Suhu : 37,8 C

3. Status Generalis

a. Antropometri : BB=52 kg/TB=165 cm,

BMI=19,11kg/m2 (normal)

b. Pemeriksaan Kepala

- Bentuk Kepala : normosefali, simetris

- Rambut : hitam, tidak mudah patah

- Nyeri tekan : tidak ada

c. Pemeriksaan Mata
17
- Palpebra : tidak ada edem

- Konjungtiva : anemis (-/-), injeksi (-/-)

- Sklera : ikterik (-/-)

- Pupil : refleks cahaya (+/+), isokor

d. Pemeriksaan Telinga : dalam batas normal

e. Pemeriksaan Hidung : dalam batas normal

f. Pemeriksaan Mulut : bibir pucat (-), kering (+), sianosi (-),

lidah kotor (+)

g. Pemeriksaan Leher : dalam batas normal

h. Pemeriksaan Thoraks

- Pulmo

o Inspeksi : pergerakan hemithoraks dextra sama

dengan hemithorax sinistra, baik statis

maupun dinamis

o Palpasi : fremitus taktil dan vokal hemithorax

destra et sinistra sama

o Perkusi : sonor seluruh lapang paru

o Auskultasi : suara dasar vesikuler

- Jantung

18
o Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

o Palpasi : iktus cordis tidak teraba, thrill (-)

o Perkusi :

Batas atas : SIC II linea parasternalis

sinistra

Pinggang : SIC III linea parasternal

sinistra

Batas kanan bawah : SIC V linea sternalis dextra

Batas kiri bawah : SIC V 2cm medial linea

midclavicula sinistra

Kesan: Konfigurasi jantung dalam batas normal

o Auskultasi :

Frekuensi : 80 x/menit

Irama : Reguler

Bunyi Jantung : BJ I-II reguler

Bising : (-)

i. Pemeriksaan Abdomen

o Inspeksi : datar

o Palpasi : nyeri tekan di daerah ulu hati, defense

muskular (-), supel (+), hepar dan

lien dalam batas normal

o Perkusi : timpani

o Auskultasi : bising usus (-)

19
j. Pemeriksaan Anggota Gerak

Superior Inferior

Akral Dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Edema -/- -/-

Capillary Refill <2 detik <2 detik

k. Pemeriksaan Genitalia : Perempuan

l. Pemeriksaan Penunjang:

Hasil

Hemoglobin 12,4g/dL

Hematokrit 36,0%

Leukosit 7.800

Trombosit 160.000mg/dL

S. Typhi O 1/320

20
S. Typhi H Negatif

2.5 Diagnosis Holistik

ASPEK 1

Keluhan Demam 7 hari, demam dirasakan

semakin bertambah terutama sore hari,

naik perlahan dan turun lagi ketika pagi.

Keluhan disertai : pusing kepala, mual

dan muntah berisi makanan sebanyak 3

kali denngan jumlah gelas belimbing,

nyeri perut bagian bawah serta nafsu

makan menurun, BAK lancar, BAB juga

lancar .

Harapan Kembali sehat seperti sedia kala dan tidak

mengalami kekambuhan

Kekhawatiran Khawatir jika penyakitnya bertambah

parah

ASPEK 2

Diagnosis Kerja Demam Tifoid

21
Diagnosis Banding Demam Berdarah, Malaria

ASPEK 3

Faktor Internal Pengetahuan dan Personal Hygiene

ASPEK 4

Faktor Eksternal Lingkungan di dalam rumah kurang

bersih dan tampak kurang rapi dan

Perilaku Kesehatan Keluarga yang kurang

baik

ASPEK 5

Derajat Fungsional Derajat 4

2.6 Usaha Penatalaksanaan Komprehensif

2.6.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan anamnesis, pasien mengalami demam selama

7 hari yang sifatnya hilang timbul. Demam muncul pada sore

hingga malam hari. Ibu pasien telah membawa pasien berobat

ke Bidan X namun demam tidak kunjung reda sehingga ibu

pasien membawa anaknya berobat ke Puskesmas Ngaliyan.

Dokter Puskesmas mendiagnosis pasien mengalami demam

tifoid.
22
Berdasarkan identifikasi dari faktor internal, diperoleh:

faktor pengetahuan, dan personal hygiene

Berdasarkan identifikasi dari faktor eksternal, diperoleh:

Lingkungan di dalam rumah kurang bersih dan tampak kurang

rapi serta perilaku kesehatan keluarga yang kurang baik.

2.6.2 Intervensi

a. Promotif

Patient Oriented

a. memberi edukasi mengenai cuci tangan

b. memberi edukasi mengenai prilaku hidup bersih dan

sehat

Family Oriented

a. memberi edukasi mengenai tifoid

b. memberi edukasi mengenai prilaku hidup bersih dan

sehat

c. memberi edukasi mengenai makanan sehat dan

bergizi

Community Oriented

a. memberi edukasi mengenai prilaku hidup bersih dan

sehat

b. memberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan sekitar tempat tinggal

23
c. memberi edukasi mengenai tifoid

b. Preventif

Patient Centered

a. menyarankan pasien untuk tidak membeli makanan

yang kurang bersih

b. mengajarkan pasien menncuci tangan yang baik dan

benar pada waktu yang disarankan

c. menyarankan pasien untuk makan teratur yang sehat

dan bergizi karena bermanfaat bagi sistem

pertahanan tubuh terhadap penyakit

Family Oriented

a. menyarankan agar menjaga kebersihan saat

mengolah dan menyajikan makanan

b. menyarankan konsumsi makanan sehat dan bergizi

c. mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

d. mengedukasi ibu pasien tentang penularan dan gejala

tifoid sehingga jika suatu saat pasien mengalami

infeksi berulang pasien segera dibawa ke pelayanan

kesehatan terdekat

Community Oriented

a. menggalakan kerja bhakti untuk memperbaiki

sanitasi lingkungan yang kurang baik

24
b. Kader kesehatan segera melaporkan jika di

lingkungan tempat tinggalnya banyak yang

menderita tifoid

c. Kuratif

Patient Oriented

a. Kloramfenikol 500mg No.XL

S4ddtab1

b. Domperidon 10mg No. X

S3ddtabI

c. Parasetamol 500mg No. X

S3ddtab1prn

d. menganjurkan untuk banyak istirahat, makan

makanan lunak, dan banyak minum air putih

Family Oriented

a. mendampingi dan mengatur jadwal minum obat pada

anak

b. memberi asupan nutrisi yang sehat dan bergizi

Community Oriented

a. meningkatakan kesadaran akan pentingnya menjaga

kebersihan lingkungan tempat tinggal

25
b. penggerakan petugas posyandu/kader dalam rangka

menggalakan PHBS

d. Rehabilitatif

Patient Oriented

a. minum obat teratur dan menaati anjuran dokter

b. datang kontrol sesuai anjuran yang dijadwalkan

dokter

c. menambah asupan nutrisi yang sehat dan bergizi

Family Oriented

a. Usahakan memberi makan anak yang sakit sesering

mungkin selama sakit dan sesudah sembuh

b. pada umumnya anak yang sakit hanya bisa makan

sedikit, oleh karena itu setelah sembuh usahakan

pemberian makanan tambahan setiap hari selama

seminggu sampai berat badan anak mencapai

normal/kembali semula seperti sebelum sakit

26
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Host (Pejamu)

3.1.1 Pengetahuan dan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan

hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena

dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan.

WHO merekomendasikan agar pendidikan mengenai

higiene makanan dan daging diajarkan sejak Sekolah Dasar dan

dilanjutkan pada Sekolah Menengah, hal tersebut bertujuan untuk

mendidik semua masyarakat termasuk pemegang makanan agar

waspada dan mengambil tindakan untuk mencegah Salmonellosis

(Margawanai, 2010).

27
Ditinjau dari kebiasaan makan, pasien sering makan diluar

rumah (jajan) mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena

penyakit Demam Tifoid. Makanan yang tidak tertutup lebih

beresiko terjamah oleh penjual dan pembeli yang memilih makanan

sebelum dibeli, sehingga makanan tersebut mudah terkontaminasi

kuman patogen. Penularan terjadi melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi oleh bakteri S. typhi yang berasal dari tinja

penderita/carrier.

Ditinjau dari tingkat higienitas pasien memiliki kebiasaan

tidak mencuci tangan sebelum makan mempunyai risiko yang lebih

besar untuk terkena Demam Tifoid dibandingkan dengan kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan.Penularan bakteri Salmonella typhi

salah satunya melalui jari tangan atau kuku. Apabila orang tersebut

kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan

sebelum makan maka kuman Salmonella typhi dapat masuk ke

tubuh orang sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan

menjadi sakit.

3.1.2 Usia

Ditinjau dari umur pasien, pasien berusia 16 tahun termasuk

remaja awal, yang secara umum insiden tifoid dilaporkan 75%

didapatkan pada umur kurang dari 30 tahun (Depkes, 2006: 7). Pada

kelompok usia 3-19 tahun yaitu kelompok anak sekolah yang

28
kemungkinkan besar diakibatkan sering jajan di sekolah atau tempat

lain di luar rumah (Siska Ishaliani H, 2009).

3.2 Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah

kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 109 kuman

yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan, maka semakin

pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid. Basil penyebab tifoid

adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus Salmonella. Basil ini

adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak membentuk spora,

tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Ukuran

antara 2 4 x 0,6 mikrometer. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 37C

dengan pH antara 6 8.

Gambar Salmonella typhi sp.

29
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi

kedalam tubuh manusia dapat melalui transmisi oral melalui makanan

yang terkontaminasi kuman Salmonella typhi, transmisi dari tangan ke

mulut, dimana tangan yang tidak higienis yang terkontaminasi dengan

kuman Salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang

dimakan serta melalui transmisi dari kotoran, dimana kotoran individu

yang mempunyai basil Salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan

sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung

diminum tanpa dimasak. Sebagian kuman dimusnakan dalam lambung,

sebagian lolos dan masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang

biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka

kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke

lamina propria.

Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-

sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang

biak didalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyer ileum distal

dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui

duktus toracicus kuman yang terdapat dalam makrofag ini masuk kedalam

sirkulasi darah sehingga mengakibatkan bakteremia pertama yang

asimptomatik dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Diorgan-organ ini kuman meninggalkan sel-sel

fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang sinusoid dan

selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan

30
bakteremia yang kedua kalinya disertai tanda-tanda dan gejala penyakit

sistemik.

Didalam hati, kuman masuk kedalam kandung empedu,

berkembang biak, dan bersama cairan empedu dieksresikan secara

intermitten kedalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui

feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah menembus usus.

Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi

dan hiperaktif maka saat fagosit kuman Salmonella terjadi pelepasan

berbagai mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala

reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilitas vascular, gangguan mental, dan koagulasi.

Didalam plak peyer makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi

hyperplasia jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi

pembuluh darah sekitar plak peyer yang sedang mengalami nekrosis dan

hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses

patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot,

serosa usus dan dapat mengakibatkan perforasi.

Endotoksin dapat menempel direseptor sel endotel kapiler dengan

akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik,

kardiovaskuler, pernapasan dan gangguan organ lainnya.

31
3.3 Environment

3.3.1 Lingkungan Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil pengamatan, tempat tinggal pasien

tampak kurang bersih dan rapi. Dapur di rumah pasien berdekatan

dengan kamar mandi , dan tidak terdapat meja makan untuk

menyajikan makanan.

Sumber air yang digunakan keluarga dan pasien berasal dari

PDAM dan sumur dengan kualitas air yang kurang baik, untuk

keperluan makan dan minum terkadang membeli pada penjual air

keliling yang ditampung menggunakan jerigen. Hal tersebut bisa

menjadi sarana transmisi atau penyebaran kuman Salmonella typhi.

Air yang keruh tentunya tidak termasuk dalam kategori air sehat

yang layak dikonsumsi, karena air tersebut pasti tercemar oleh zat

kimia ataupun terkontaminasi kuman patogen salah satunya

Salmonella typhi. Air minum yang dibeli dari penjual air keliling

pun kebersihannya belum tentu terjamin karena kita tidak benar

benar tahu darimana air itu berasal serta tempat penyimpanan air

tergolong bersih atau tidak mengingat penularan demam tifoid

melalui fecal oral.

Dengan adanya kondisi tersebut perlu dilakukan intervensi

untuk mengedukasi warga mengenai pentingnya menjaga

32
kebersihan lingkungan dalam rangka upaya memutus mata rantai

penyebaran penyakit menular.

3.3.2 Kebiasaan Keluarga

Rendahnya tingkat pengetahuan terhadap perilaku dalam


mencegah penyakit demam tifoid berhubungan dengan tingkat
pendidikannya, dimana kedua orangtua pasien terakhir mengenyam
pendidikan SMA. Hal ini dapat dipahami karena semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan makin besaar
kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan, berpikir logis, dan
memahami informasi yang diperolehnya. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih melekat.
Menurut Green, pengetahuan merupakan predisposing factor
terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku.
Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai penyakit tifoid dan
kebersihan akan berdampak pada kurangnya PHBS di tingkat
keluarga.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasan mencuci


tangan sebelum mengolah dan menyajikan makanan berpengaruh
terhadap kejadian demam tifoid pada anak. Pada kasus pasien Nn. I
yang berperan dalam mengolah dan menyajikan makanan adalah
ibu, dimana ibu pasien juga jarang mencuci tangan sebelum
mengolah makanan dan menyajikan makanan. Kuman yang
menempel pada tangan bisa saja mencemari bahan makanan yang
akan dikonsumsi untuk anggota keluarga yang kemudian menjadi
mata rantai penyebaran penyakit tifoid. Menjamah makanan secara
langsung tanpa mencuci tangan adalah salah satu cara penularan
penyakit melalui 4F: finger, feces, food, fly (Ngastiyah, 2013).
Selain itu, anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien
33
membiarkan saja kebiasaan pasien yang suka jajan di warung yang
kurang bersih. Salmonella typhi dapat dipindahkan ke makanan
yang tidak ditutup oleh lalat atau kutu yang telah berkontak dengan
tinja yang terkontaminasi (Gehrmann, 2014). Kebiasaan keluarga
yang meletakkan makanan tanpa tudung saji di meja makan yang
berdekatan dengan tong sampah di dapur mengakibatkan hal serupa
yang telah dijelaskan sebelumnya.

Gambar 4.1. Analisis Segitiga Epidemiologi

Environment

Lingkungan rumah yang higenitasnya kurang dilihat


dari rumah yang kurang bersih dan dapur yang
letaknya berdekatan dengan kamar mandi
Kurangnya pengetahuan tentang tifoid
Prilaku Kesehatan Keluarga yang kurang baik

Host Agent
Hygenitas personal
Tifoid Salmonella typhi
kurang
Pasien sering jajan di
warung pinggir jalan
Kurangnya
Pengetahuan tentang
demam tifoid

34
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis, dapa diambil kesimpulan bahwa faktor faktor


yang mempengaruhi penyakit demam tifoid adalah sebagai berikut:

a. Host

Usia pasien termasuk risiko terjadinya demam tifoid


Pengetahuan pasien yang kurang memadai
Personal hygiene yang kurang baik

b. Agent

Salmonella typhi

c. Environment

Lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih


Pengetahuan dan Prilaku Keluarga yang kurang baik

4.2 Saran

4.2.1 Untuk Pasien dan Keluarganya

Memotivasi pasien agar menerapkan Prilaku Hidup Bersih dan


Sehat
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan

Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi makanan sehat dan


bergizi

35
4.2.2 Untuk Puskesmas

Memberikan pengobatan medikamentosa sesuai dengan alur

tatalaksana atau pedoman yang berlaku

Menggiatkan penyuluhan dan pengkaderan mengenai Prilaku

Hidup Bersih dan Sehat serta Pencegahan Penyakit Menular

36
BAB V

PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada

penderita Demam Tifoid Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan

ini sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak

akan terjun di masyarakat serta dalam membangun kesehatan yang layak untuk

masyarakat.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan

dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Ngaliyan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arief Rakhman, dkk., 2009. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Demam Tifoid Pada Orang Dewasa. Berita Kedokteran
Masyarakat Volume 25 No.4

Aru W, Sudoyo, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V, Jakarta,
Interna Publishing

Budioro, 2007. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro. Semarang, 67.

Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas.

Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kabupaten


Semarang, Semarang : DKK Semarang
Gehrmann. 2014. Typhoid Fever. New York: Medscape

Margawani, K. R., 2010. Epidemiologi Salmonellosis. Jurnal Jaringan


Epidemiologi, Edisi 2
Ngastiyah. 2013. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas PelayananKesehatan Primer,


2014, IDI
Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 364

Soemirat, Juli, 2010, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada

Suyono, dan Budiman. 2010. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta. EGC

WHO. 2008 Penyakit bawaan makanan, EGC: Jakarta

38
LAMPIRAN

KUESIONER ANALISIS FAKTOR RISIKO DAN PENGETAHUAN


TENTANG DEMAM TIFOID
PADA ORANG DEWASA
DESA BERINGIN PUSKESMAS NGALIYAN
KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Identitas Responden :
1. Nama : ika marcella...................................................

2. Alamat : beringin putih 6/9....................................

3. Umur :16............................................................tahun

4. Jenis Kelamin : perempuan......................................................

5. Pendidikan Terakhir : S MA...............................................................

I. Pertanyaan Karakterisik Individu


a. Status Sosial Ekonomi
Jumlah pendapatan suami per bulan Rp -
Jumlah pendapatan istri per bulan Rp -
Total pendapatan keluarga Rp -
Jumlah anggota keluarga yang menjadi - orang
tanggungan keluarga
Pendapatan perkapita Rp -
Kategori a. Tinggi ( Rp. 1.350.000,00)
b. Rendah (di bawah Rp.
1.350.000,00)

b. Tingkat Pengetahuan
Apakah saudara tahu apa itu demam a. Ya Skor 1
tifoid? b. Tidak Skor 0
Menurut saudara, apa yang menyebabkan a. Bakteri Skor 1
penyakit demam tifoid? b. Virus Skor 0

39
c. Lain-lain: ............... Skor 0
Menurut saudara, media apa saja yang a. Makanan dan air Skor 1
menularkan penyakit demam tifoid? b. Udara Skor 0
Menurut saudara apa yang menjadi a. Lalat Skor 1
vektor ( pembawa) yang menularkan b. Nyamuk Skor 0
penyakit demam tifoid?
Menurut saudara, bagaiaman gejala orang a. Demam disertai Skor 1
yang terkena demam tifoid mual muntah Skor 0
b. Demam tinggi
disertai bintik-bintik
merah
Menurut saudara, apakah penderita a. Ya Skor 1
demam tifoid membutuhkan pengobatan b. Tidak Skor 0
?
Menurut saudara, apakah demam tifoid a. Ya Skor 1
dapat menyebabkan kematian? b. Tidak Skor 0
Menurut saudara, apakah penyakit a. Ya Skor 1
demam tifoid dapat dicegah? b. Tidak Skor 0
Menurut saudara,apakah cara pencegahan a. Menerapkan Skor 1
yang paling efektif untuk demam tifoid? PHBS Skor 0
b. Vaksinasi
Kategori a. Baik ( Skor >
6)
b. Kurang (Skor
6)

II. PERTANYAAN HIGIENE PERORANGAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID

1. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Setelah Buang Air Besar

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1.Apakah anda mencuci tangan setelah
buang air besar ? V
2.Apakah anda mencuci tangan dengan Baik/ Kurang
menggunakan sabun? V Baik
3.Apakah anda mencuci tangan dengan
menggosok tangan, sela-sela jaru dan
kuku? V

40
2. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Sebelum Makan

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1. Apakah anda mencuci tangan sebelum
makan? V
2. Apakah anda mencuci tangan dengan Baik/ Kurang
menggunakan sabun? V Baik
3. Apakah anda mencuci tangan dengan
menggosok tangan, sela-sela jaru dan
kuku? V

3. Kebiasaan Makan di Luar Rumah (warung/pedagang keliling).

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
Apakah anda suka makan diluar rumah
seperti di warung, rumah makan, ataupun
pedagang keliling 3 kali dalam V Ya/Tidak
seminggu?

Jika jawaban Ya, jenis makanan apa yang sering anda beli ?(sebutkan)
Jawab: Makanan di depan SD yaitu makanan ringan dan kantin di sekolahan

4. Kebiasaan Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan


Dimakan Langsung

Pertanyaan Jawaban Keterangan


Ya Tidak
1. Ketika anda makan buah-buahan,
apakah buah tersebut di cuci sebelum V
dimakan? Kurang Baik/
2. Ketika anda makan sayuran mentah V Baik
(lalapan), apakah sayuran tersebut
dicuci sebelum dimakan?

41
Checklist survei PHBS
No Indikator Perilaku ya tidak
1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan V
2 Asi Ekslusif V
3 Penimbangan balita V
4 Gizi keluarga/ sarapan V
5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali V
KLP Kesling
6 Air bersih V
7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban V
8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada V
tempatnya
9 Lantai rumah kedap air V
KLP GAYA HIDUP
10 Aktivitas fisik/olahraga V
11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok V
12 Mencuci tangan V
13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari V
14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan V
Miras/Narkoba
KLP UKM
15 Anggota rumah tangga menjadi peserta V
JPK/Dana Sehat
16 Anggota rumah tangga melakukan PSN V
seminggu sekali

Dari hasil di atas didaptkan skor 12 sehingga dapat di

kasifikasikan sebagai keluarga yang memiliki PHBS Strata Sehat

Madya.

42
Checklist survei Rumah sehat

KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan
kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2 V
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau batu yang tidak
diplester/papan yang tidak kedap air. 2
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata V
yang diplester) papan kedap air. 3
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah V
panggung). 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
b. Ada 1 V
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0
b. Ada 1 V
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari
luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas V
lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari
luas lantai dapur 1 V
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari
luas lantai dapur (asap keluar dengan
sempurna) atau ada exhaust fan atau ada
peralatan lain yang sejenis. 2
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan
8 Pencahayaan untuk membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas
untuk membaca dengan normal 1
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat V
dipergunakan untuk membaca dengan 2

43
normal.
II SARANA SANITASI
1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). memenuhi syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat V
kesh. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi
syarat kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
ngan kotoran). disalurkan ke sungai / kolam 1
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,
disalurkan ke sungai atau kolam 2
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic
tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 V
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak
3 Sarana Pembuangan teratur di halaman 0
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari
sumber air (jarak sumber air (jarak dengan
Air Limbah (SPAL) sumber air < 10m). 1
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari V
sumber air (jarak dengan sumber air >
10m). 3
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. 4
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada
Sampah/Tempat Sampah tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 V
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
PERILAKU
III PENGHUNI

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2

44
2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0
Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari dibuka 2

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0


dan halaman b. Kadang-kadang 1 V
c. Setiap hari 2

a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam
4 Membuang tinja bayi sembarangan 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 V

a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam


5 Membuang sampah sembarangan 0
b. Kadang-kadang dibuang ke tempat
pada tempat sampah sampah 1 V
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2

TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :
: NILAI x BOBOT : 32x31 = 992
Hasil Penilaian (Rumah tidak sehat)
Kriteria :
1) Rumah Sehat = 1068 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

45
Kondisi Rumah dan Lingkungan Sekitar

Tampak depan Ruang Tamu

Kamar tidur Dapur

Jamban Tempat pembuangan sampah

46
Intervensi Edukasi Intervensi cuci tangan

47

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Presentation
    Case Presentation
    Dokumen47 halaman
    Case Presentation
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab I Tugas Koas Radiologi
    Bab I Tugas Koas Radiologi
    Dokumen3 halaman
    Bab I Tugas Koas Radiologi
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Soal Biokim
    Soal Biokim
    Dokumen1 halaman
    Soal Biokim
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • MEROKOK
    MEROKOK
    Dokumen2 halaman
    MEROKOK
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Agamaa
    Agamaa
    Dokumen36 halaman
    Agamaa
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen20 halaman
    Jiwa
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • LBM 2 - Bheta Silfana Ulul Azmi
    LBM 2 - Bheta Silfana Ulul Azmi
    Dokumen41 halaman
    LBM 2 - Bheta Silfana Ulul Azmi
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Case Presentation
    Case Presentation
    Dokumen47 halaman
    Case Presentation
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen20 halaman
    Jiwa
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen20 halaman
    Jiwa
    Putri Kusuma
    Belum ada peringkat