Anda di halaman 1dari 93

TUGAS AKHIR

DESAIN SUMUR RESAPAN DENGAN KONSEP


ZERO RUN OFF DIKAWASAN DUSUN JATEN
SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

MOHAMMAD RUSLI (03 511 016)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN

DESAIN SUMUR RESAPAN DENGAN KONSEP


ZERO RUN OFF DIKAWASAN DUSUN JATEN
SLEMAN YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

Mohammad Rusli 03 511 016

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Dosen Pembimbing Tugas Akhir

Ir. H. Faisol AM, MS. DR. Ir. H. Ruzardi, MS.


Tanggal : Juni 2008 Tanggal : Juni 2008
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HASIL
TUGAS AKHIR

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Mohammad Rusli 03 511 016

Menyatakan bahwa seluruh hasil penelitian ini adalah hasil karya saya
sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa ada beberapa bagian dari karya
ini adalah bukan hasil karya sendiri, maka saya siap menanggung resiko dan
konsekuensi apapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Juni 2008

Mohammad Rusli
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir yang berjudul Desain sumur resapan dengan konsep zero
run off dikawasan dusun Jaten Sleman Yogyakarta ini disusun sebagai penerapan
dari ilmu teknik sipil yang telah didapat dibangku kuliah, dan sebagai satu syarat
untuk memperoleh Gelar Sarjana di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Atas terselesainya laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:.
1. Bapak Ruzardi, Ir. MS. DR. H, selaku Dekan FTSP.
2. Bapak Faisol AM, Ir. MS. H, selaku ketua jurusan Teknik Sipil.
3. Bapak Ruzardi, Ir. MS. DR. H, selaku dosen pembimbing yang penuh
kesabaran dan kebijaksanaan dalam membimbing hingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Munadhir, Ir. H. MS dan Ibu Endang Tantrawati, Ir. MT
selaku dosen penguji yang dengan kesabaran dan kebijaksanaan telah
menambah wawasan saya.
5. Bapak, Ibu dan adik Q tercinta. Terimakasih atas semua dukungan dan
doa kalian.
6. Kekasih Q Ragaya Abd. R. Balafif, ST, yang selama ini telah sabar
mendampingi dan memberi Q semangat sehingga TA ini bisa
terselesaikan dengan cepat.
7. Seluruh civitas akademika di lingkungan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
8. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan Tugas Akhir ini


masih banyak kekurangan dan kelemahan serta jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Besar harapan saya semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi yang memerlukannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis
Katakanlah Muhammad SAW sekiranya samudra menjadi tinta untuk
mencatat kalimat Tuhanku, pasti samudra akan kering sebelum habis kalimat
Tuhanku dicatat,sekalipun kami datangkan sebanyak itu lagi
(QS. Al Kahfi: 100)

Allah pasti akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berpengetahuan
di antaramu beberapa tingkat lebih tinggi
(QS. Al Mujadilah:11)

Pelajarilah ilmu dan ajarkan pada manusia,dalam mencari ilmu bukanlah suatu
aib jika kita gagal dalam suatu usaha tapi yang merupakan aib adalah jika kita
tidak berusaha dari kegagalan itu
( Ali bin Abi Thalib )

Sungguh bersama kesukaran pasti ada kemudahan


(QS. Al Insyirah: 5)

Barang siapa berjalan mengusahakan kebutuhan saudaranya, dan usaha itu


berhasil untuknya , itu lebih baik daripada beritikaf sepuluh tahun.
(HR. Baihaqi).

Dua hal yang mengantarkan kita di kebenaran, satu untuk memunculkannya


dan satunya lagi untuk memahaminya (Rus_Lee)

Janganlah bangga hanya karena dunia mengenalmu, tetapi berbahagialah


karena kau mengenal dunia (Rus_Lee)

Carilah Ilmu sampai ke negri Cina dan bila perlu sampai ke liang kubur

Bila hidup adalah untuk bekerja dan berkarya dia akan panjang dan tak
berakhir ,keindahan begitu manis dimata, karena ia berlenggang dalam irama
yang sama dengan hidup kita. Pengetahuan menjadi berharga untuk kita,
karena kita tidak pernah punya waktu untuk melengkapkannya, Dan segalanya
akan selesai dan berakhir di surga abadi...Wahai mahasiswa, ingatlah itu dalam
hati, berjuang dan bergembiralah (Rus_Lee)
Karyaku ini akan kupersembahkah buat orang- orang yang begitu
berharga dalam hidupku:

Kedua orang tuaku, Papa dan Mama ( Anwar Lanasi S.sos, M.Kes
dan Hj. Kalsum Pettalolo ) yang selalu memberi cinta, perhatian,
teladan dan selalu curahkan segala tenaga dan pikiran untuk masa
depanku dan kebahagiaanku.

Adikku tercinta, Irma Novrianti. Yang selalu memberi dukungan


yang Sangat berarti bagi Rusli. kakak selalu sayang ama kamu.
SPECIAL THANKS TO:

ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat, HidayahNya dan


Kemudahan sehingga aku dapat menyelesaikan Tugas Akhirku ini.

Papa dan Mama yang yang selalu memberi dukungan dan yang selalu
menjadi lentera dalam hidupku.

Adikku Irma Semoga kamu menjadi anak yang soleha.love u

Semua keluargaku ( Semua keluarga besar Lanasi dan Pettalolo ) yang ga


dapat disebut satu persatu. makasi ya atas dukungannya.

Buat Pak Mujiman dan Warga Dusun Jaten.thanks banget atas dukungan
bapak dan warga jaten.

To Ragaya Abd. R. Balafif, ST, makasi atas kesabaran, pengertiannya,


dukungan, doa, and cintanya selama ini. yang selalu membuat hidupku
lebih berarti dan berwarna-warni. thanks for everything. I love U so much...

Sobat sobatku Civil Angk. 2003 kalian emang sobat sobat sejatiku yang
selalu ada dalam suka dan duka.i love u gays

Teman teman Kelembagaanku PSM UII, LEM FTSP, KOPMA FTSP, LPM
FTSP dan HMI MPO FTSP UII. Tetap semangat ya.., Selalu berjuang untuk
kemaslahatan ummat..

Buat Anak kost Pondokan Putra Dewi. (Rico Thanks ya ngajarin


Autucadnya) dan yang lainnya Kalian mang mahasiswa tangguh dan
nakal-nakal, tapi jangan nakal lagi ya and belajar yang rajin.. tetap
kompak ok!

Buat semuanya yang telah dukung aku, yang ga dapat aku sebutin one by
one yang tua maupun yang muda. Makasi banget..
DAFTAR ISI

Halaman Judul .. i
Halaman Pengesahan ...................... ii
Halaman Pernyataan .......................................................................................... iii
Kata Pengantar.....................................................................................................iv
Motto ...................................................................................................................vi
Halaman Persembahan ................................................................................... vii
Special Thanks To ......... ................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiii
Intisari................................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian.............................1
1.2. Rumusan Masalah.....3
1.3. Tujuan Penelitian .........3
1.4. Manfaat Penelitian .......3
1.5. Batasan Masalah ..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Emka Geasil dan Abdul Gofur, 2004 ..5
2.2. Chiarullah dan Furqon, 2005 ...............6
2.3. Ferna dan Nurmin, 2004,..6
2.4. Abdul Ghoni dan Manzri Erizon, 2006, ..7

BAB III LANDASAN TEORI


3.1. Konsep Umum Infiltrasi .......................................................................8
3.2. Infiltrasi ................................................................................................8
3.2.1. Pengukuran Laju Infiltrasi .....................................................8
3.2.2. Rumus Horton .....................................................................10
3.2.3. Rumus Umum .....................................................................11
3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju Infiltrasi................................12
3.3.1. Dalamnya genangan diatas permukaan tanah & tebal lapisan
jenuh ..................................................................................12
3.3.2. Kadar air dalam tanah ........................................................12
3.3.3. Pemampatan oleh partikel-partikel curah hujan .................12
3.3.4. Tumbuh-tumbuhan ..............................................................13
3.3.5. Pemampatan oleh orang dan hewan ....................................13
3.3.6. Kelembaban tanah ...............................................................13
3.3.7. Karateristik air yang berinfiltrasi ........................................14
3.4. Permeabilitas Tanah ...........................................................................14
3.5. Proses Limpasan ( run off ) ................................................................15
3.5.1. Pengisian lengas tanah dan air tanah ...15
3.5.2. Debit aliran akibat air hujan.16
3.6. Analisis frekuensi Curah Hujan .18
3.6.1. Distribusi Normal ...19
3.6.2. Distribusi log Normal .20
3.6.3. Distribusi log Pearson Type III ..20
3.6.4. Distribusi Gumbel....21
3.7. Analisis Intensitas Hujan .......22
3.8. Perencanaan Sumur Resapan .........26
3.8.1. Resapan Vertikal .. ......26
3.8.2. Resapan Horizontal (Resapan memanjang).....33

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1. Persiapan.....................................................................................35
4.1.1. Data Primer .....35
4.1.2. Data Sekunder ....35
4.2. Lokasi dan waktu Pelaksanaan ..........................................................35
4.2.1. Lokasi .................................................................................35
4.2.2. Waktu ..................................................................................37
4.2.3. Peralatan .............................................................................37
4.3. Pengujian Laju Infiltrasi .....................................................................37
4.4. Perhitungan Debit Limpasan ............................................................. 38
4.5. Tahapan Penelitian .............................................................................40

BAB V DATA, ANALISIS DAN HASIL


5.1. Data Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi.........................................41
5.2. Data Curah Hujan ...............................................................................42
5.3. Analisis Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi ..........................................43
5.4. Analisis Debit Air Hujan ................................................................... 48
5.4.1. Analisis Frekuensi Curah Hujan .........................................48
5.4.2. Analisis Intensitas Hujan ....................................................51
5.4.2.1. Metode Van Breen ..........................................................51
5.4.2.2. Metode Hasper Der Weduwen .......................................52
5.4.3. Penentuan Metode Perhitungan Intensitas Hujan ...............54
5.5. Perencanaan Dimensi Sumur Resapan ...............................................61
5.6. Perencanaan Dimensi Saluran ............................................................66

BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Umum.........................................................................................70
6.2. Tinjauan Laju Infiltrasi ......................................................................73
6.3. Tinjauan Perhitungan Debit Limpasan ..............................................74
6.4. Tinjauan Perencanaan Dimensi Sumur Resapan ...............................74

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan.................................................................................75
7.2. Saran ..................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Derajat Permeabilitas Tanah..15
Tabel 3.2. Koefisien Run Off ( ) Untuk Drainase Muka Tanah .................... 17
Tabel 3.3. Koefisien Penyebaran Hujan ( ) ................................................... 18
Tabel 3.4. Jarak Minimum Sumur Resapan ..................................................... 28
Tabel 5.1. Hasil Pengujian Pada Titik I ........................................................... 41
Tabel 5.2. Hasil Pengujian Pada Titik II .......................................................... 41
Tabel 5.3. Hasil Pengujian Pada Titik III ......................................................... 42
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Pada Titik IV ......................................................... 42
Tabel 5.5. Hasil Pengujian Pada Titik V .......................................................... 42
Tabel 5.6. Hasil Pengujian Pada Titik VI ......................................................... 42
Tabel 5.7. Data Curah Hujan ............................................................................ 43
Tabel 5.8. Perhitungan Laju Infiltrasi Pada Tititk I .......................................... 45
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi Cara Infiltrometer........................ 48
Tabel 5.10. Skew Curve Faktor (K) ................................................................... 49
Tabel 5.11. Perhitungan Jumlah Rata-rata, SD dan g ........................................ 50
Tabel 5.12. Perhitungan HMM ( Hujan Harian Maksimum ) ............................ 51
Tabel 5.13. Perhitungan Intensitas Hujan Menurut Metoda Van Breen ............ 52
Tabel 5.14. Perhitungan Intensitas Hujan Menurut Metoda Hasper Den W ...... 53
Tabel 5.15. Uji Kecocokan Intensitas Hujan ( I ) dengan PUH 2 Tahun .......... 57
Tabel 5.16. Persamaan Intensitas Hujan Menurut
Van Breen dengan Pola Talbot........................................................ 59
Tabel 5.17. Intensitas Hujan Menurut Van Breen dengan Pola Talbot .... ......... 60
Tabel 5.18. Perhitungan Debit Kawasan .............................................................61
Tabel 5.19. Perhitungan Analisis Jumlah Sumur Resapan
Pada Setiap Kawasan........................................................................63
Table 5.20. Hasil Perhitungan Debit Air Yang Masuk Ke Sumur Resapan
Dan Jumlah Sumur Yang Dibutuhkan ............................ 65
Tabel 5.21. Hasil Perhitungan Debit air yang mengalir di permukaan.............. 67
Tabel 5.22. Hasil Perhitungan Dimensi Saluran ................................................ 69
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Grafik Hubungan t Terhadap log (fo fc) ............................... 11


Gambar 3.2. Konstruksi Sumur Resapan Menggunakan
Pasangan Bata Kosongan ......................................................... 27
Gambar 3.3. Konstruksi Sumur Resapan Menggunakan Buis Beton ............28
Gambar 3.4. Tata Letak Sumur Resapan Dengan Obyek Lainnya ................29
Gambar 3.5. Sumur Resapan Air Hujan Dengan Konstruksi
Bata Kosongan..29
Gambar 3.6. Faktor Geometri Untuk Sumur Resapan Dengan
Berbagai Kondisi (Sunjoto, 1989) 32
Gambar 3.7. Konstruksi Resapan Air Hujan Dan Air Limbah Rumah
Tangga Dengan Pipa Berlubang .............................................. 33
Gambar 3.8. Tampak Atas Bidang Resapan Suatu Gedung Atau
Rumah Tinggal .33
Gambar 4.1. Foto Lokasi Penelitian ............................................................. 36
Gambar 4.2. Denah Lokasi Penelitian .......................................................... 36
Gambar 4.3. Flowchart Tahapan Penelitian................................................. 40
Gambar 5.1. Grafik Log (fo-fc) Terhadap Waktu Metode Horton ............... 45
Gambar 5.2. f(t) Horton Pada titik I ..47
Gambar 5.3. Kurva IDF Daerah Perencanaan............................................... 60
INTISARI

Air merupakan suatu komponen yang memegang peranan penting dalam


berbagai aspek kehidupan. Kebutuhan akan air terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini perlu di imbangi dengan
pelestarian air itu sendiri terutama air tanah. Dusun Jaten adalah daerah
perbukitan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang letak muka air tanahnya
cukup rendah dengan pertumbuhan penduduknya cukup pesat. Perubahan
daerah tersebut tidak hanya dikarenakan bertambahnya hunian tapi juga
kondisi daerah tersebut yang dulunya merupakan daerah yang perkebunan
dan persawahan yang kemudian diubah menjadi daerah pemukiman
sehingga lapisan kedap airnya sangat luas dan banyak genangan-genangan
yang terjadi. Untuk mempertahankan daerah tangkapan hujan tersebut
maka seharusnya semua air hujan yang jatuh pada kawasan tersebut dapat
diresapkan kedalam tanah, dalam hal ini dapat menggunakan sumur
resapan. Agar dalam merencanakan dimensi sumur resapan efisien, maka
diperlukan penelitian mengenai besar laju infiltrasi didaerah tersebut dan
mengetahui besar debit air hujan yang jatuh pada kawasan tersebut serta
untuk mencegah masih terjadinya limpasan maka desain sumur resapan ini
menggunakan konsep Zero Run Off.
Penelitian laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan ring
infiltrometer. Penelitian dilakukan pada 6 titik yang tersebar di Dusun Jaten
yang dianggap dapat mewakili kondisi tanah pada dusun jaten dan
penelitian laju infiltrasi juga dilakukan di Laboraturium. Debit air hujan
yang jatuh pada kawasan tersebut dihitung menggunakan rumus rasional.
Dari Hasil penelitian didapat laju infiltrasi dengan ring infiltrometer
masing-masing titik sebesar 6 cm/jam, 12 cm/jam, 19,2 cm/jam, 2,4 cm/jam,
6 cm/jam, dan 24 cm/jam. Dalam perhitungan selanjutnya laju infiltrasi
yang digunakan adalah laju infiltrasi masing-masing titik. Konstruksi sumur
resapan direncanakan dengan mengunakan buis beton. Untuk kawasan yang
luas areanya sekitar 8 ha dalam PUH (Periode Ulang Hujan) 2 tahun
menghasilkan debit air hujan sebesar 109,65 mm/hari. Maka dengan data
tersebut dihasilkan dimensi sumur resapan yaitu diameter 1,6 m sedalam
4 m.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Air merupakan suatu komponen yang memegang peranan penting dalam
berbagai aspek kehidupan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan
untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Bagi
manusia air berperan penting dalam kegiatan pertanian, industri dan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, dan hampir 70% kegiatan manusia
membutuhkan air. Bagi makhluk hidup lainnya air merupakan sumber
kehidupan baik sebagi tempat hidup maupun saran yang menunjang
kelangsungan kehidupan mereka. Karenanya keberadaan air tidak dapat
dipisahkan dengan keberadaan makhluk hidup disekitarnya termasuk
manusia.
Selain untuk minum, air juga di pergunakan untuk usaha usaha lainnya.
Seiring pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pertahunnya, secara
tidak langsung meningkatkan pertumbuhan akan air dan juga menambah jumlah
bangunan hunian ( tempat tinggal / rumah ) yang mengakibatkan bertambah
luasnya lapisan kedap air. Perubahan daerah yang dulunya sebagai resapan
menjadi daerah yang kedap air seperti rumah, jalan, dan sebagainya
mengakbatkan berkurangnya daerah tangkapan hujan ( daerah yang dapat
meresapkan air ). Hal hal tersebut tentunya sangat berlawanan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri akan sumber daya air, oleh sebab itu
permasalahan mengenai air, baik air hujan, maupun air buangan ( limbah rumah
tangga ) harus mendapatkan penanganan yang serius dari kita.
Pengelolaan yang tidak baik pada air hujan akan dapat mengakibatkan
efek efek buruk bagi lingkungan dan air tanah. Efek efek buruk tersebut antara
lain adalah banyaknya genangan genangan air yang menyebabkan lingkungan
menjadi kotor, berkembangbiaknya nyamuk penyebab demam berdarah, dan
apabila tidak diresapkan dengan baik akan menyebabkan berkurangnya pasokan
air tanah. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, air hujan dan air buangan
rumah tangga sebaiknya diresapkan kedalam tanah menggunakan sumur resapan.
Sumur resapan berfungsi untuk menampung dan dan meresapkan air hujan
maupun air buangan dari rumah tangga, guna mempertahankan atau menaikkan
muka air tanah untuk daerah yang elevasi muka air tanahnya cukup dalam.
Begitu halnya yang terjadi di Dusun Jaten saat ini, dimana Dusun Jaten
merupakan kawasan yang penduduknya memiliki aktifitas padat seperti
pedagang,, pegawai negeri sipil, petani dan wiraswasta, tentunya menjadi sasaran
berkembangnya hunian ( rumah tinggal ) yang dapat menyebabkan bertambah
luasnya lapisan kedap air dan juga kebutuhan akan air. Dusun Jaten terletak
didaerah pegunungan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang mempunyai luas
wilayah 8 Ha, dengan jumlah kepala keluarga 60 keluarga, dimana iklim
sangat berpengaruh terhadap kondisi muka air tanah. Pada saat musim hujan
banyak terdapat genangan di sekitar lapisan kedap air karena air yang jatuh tidak
dapat langsung meresap kedalam tanah dengan baik, sehingga ada kemungkinan
daya resap yang ada pada derah tersebut sangat minim, meskipun letak muka air
tanahnya sangat rendah yaitu ( 3 m ), dan selama ini belum ada usaha atau
penanganan untuk mengatasi masalah tersebut sehingga menyebabkan lingkungan
menjadi tidak sehat. Mengingat hal tersebut diatas maka perlu di fikirkan
bagaimana caranya untuk dapat mengelola air dengan baik terutama di Dusun
Jaten agar masalah - masalah yang ada dapat teratasi dan kebutuhan air dapat
terpenuhi.
Sistem resapan berhubungan erat dengan laju infiltrasi pada tanah, dimana
untuk menentukan dimensi sumur resapan, harus disesuaikan dengan besar laju
infiltrasi pada suatu kawasan. Dimensi sumur resapan haruslah disesuaikan
dengan kapasitas air yang masih dapat ditampung oleh system tersebut. Resapan
seyogyanya mampu mencegah genangan yang berpotensi sebagai tempat
pengembangbiakkan bibit penyakit dan nyamuk. Oleh sebab itu, untuk
menanggulangi permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian perancangan
dimensi sumur resapan untuk suatu kawasan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu bagaimana mengetahui besar laju infiltrasi, mengetahui besar debit curah
hujan dan merancang besar dimensi sumur resapan yang efektif dengan konsep
zero run off untuk kawasan Dusun Jaten,Sleman, Yogyakarta, berdasarkan air
hujan yang jatuh pada lapisan kedap air yang disesuaikan dengan kapasitas
infiltrasi tanah di kawasan Dusun Jaten,Sleman, Yogyakarta.

1.3 Tujuan Penelitian


Agar didapat solusi yang tepat dari permasalahan-permasalahan tesebut
diatas, maka penelitian ini ditujukan kepada beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengetahui besar laju infiltrasi pada kawasan Dusun Jaten, Sleman,
Yogyakarta
2. Mengetahui besar debit air hujan yang jatuh pada kawasan tinggal di
Dusun Jaten, Sleman, Yogyakarta.
3. Merancang dimensi sumur resapan air hujan untuk rumah tinggal dengan
konsep zero run off di Dusun Jaten, Sleman, Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini manfaat yang nantinya diharapkan oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Membuka wawasan masyarakat tentang kawasan uji sumber daya air
hujan.
2. Dapat dipakai sebagai pembanding atau pedoman dalam merancang
dimensi sumur resapan pada rumah tinggal, sehingga diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap masyarakat dalam merancang sumur
resapan yang berwawasan lingkungan di Kawasan Dusun Jaten, Sleman,
Yogyakarta.
1.5 Batasan Masalah
Untuk memberikan hasil penelitian yang optimal dan kemudahan dalam
perencanaan penelitian ini, maka diambil batasan-batasan sebagai berikut :
1. Lokasi penelitian di Dusun Jaten, Desa Bimomartani, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.
2. Periode ulang hujan ( PUH ) yang di rencanakan menggunakan periode
hujan 2 tahun.
3. Pengujian infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat ring infiltrometer.
Pengujian dilakukan pada tanggal 30 Februari 5 Maret 2008
4. Desain sumur resapan menggunakan debit air hujan dan laju infiltrasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Emka Geasil dan Abdul Gofur, 2004, Daya Infiltrasi Tanah Di
Daerah Dusun Setran, Sumberarum, Moyudan, Sleman
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar daya infiltrasi pada
limpasan permukaan tanah di daerah dusun Setran, Sumberarum, Moyudan,
Sleman dimana kedalaman muka air tanah dilokasi tersebut 1,50 m dari
permukaan tanah, dan juga untuk mengetahui apakah metode Horton bisa sesuai
dengan rumusan umum yang biasa dipakai, selanjutnya mengetahui apakah sistem
resapan horizontal efektif digunakan pada daerah tersebut. Dengan melakukan
studi kasus pada Pondok Pesantren KBIH BINA UMAT.
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengukur laju infiltrasi
lapangan hanya menggunakan cara konvensional yaitu dengan membuat
galian/lubang uji dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ( 50x50x70 ) cm3.
Rumus Horton dapat digunakan sebagai pembanding dan peresapan yang efektif
adalah menggunakan sistem resapan horizontal yaitu dengan pipa berlubang pada
sisinya yang di letakkan secara horizontal dibawah permukaan tanah disekitar
bangunan, karena daerah tersebut muka air tanahnya dekat dengan permukaan
tanah.
Dari hasil penelitian tersebut daya infiltrasi rerata dusun setran, Desa
Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman dari 10 titik pengujian
12,76355 cm/jam. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi
warga daerah tersebut dalam pengembangan sistem pembuangan atau peresapan
yang tepat dan efisien dari gedung hunian atau gedung-gedung lainnya.
2.2 Chairullah dan Furqon, 2005, Laju Infiltrasi Pada Areal Kampus
Terpadu Universitas Islam Indonesia Dengan Menggunakan Metode
Horton
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meneliti berapa besar laju
infiltrasi pada area Kampus Terpadu UII. Penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan hasil dari penelitian tahun-tahun sebelumnya.

Pada penelitian ini metode yang digunakan rumus Horton, dengan


menggunakan alat ring infiltrometer. Hasil pengujian tersebut dikomparasikan
dengan hasil hitungan laju infiltrasi dengan rumus umum menggunakan cara
konvensional yang dilakukan oleh saudara Nurmin dan Ferna.

Penelitian tersebut mendapatkan hasil perhitungan laju infiltrasi rerata di


areal Kampus Terpadu UII dengan Metode Horton sebesar 2.16 cm/jam. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa laju infiltrasi dengan metode Horton lebih kecil
dibandingkan dengan Metode Umum ( 9,2725 cm/jam ). Penelitian ini hanya
bersifat komparasi sehingga tidak memperhitungkan waktu penelitian.

2.3 Ferna dan Nurmin, 2004, Besarnya Daya Infiltrasi Permukaan


Tanah Areal Kampus Terpadu.
Penelitian ini secara umum bertujaun mencari besar daya infiltrasi
permukaan areal kampus terpadu UII, yang digunakan untuk menghitung
kebutuhan sumur resapan di lingkungan kampus terpadu Universitas Islam
Indonesia.

Pada penelitian ini pengujian laju infiltrasi dilakukan dengan cara


konvensional. Penelitian dengan cara konvensional dilakukan dengan cara yaitu
dengan membuat galian/lubang uji dengan ukuran panjang, lebar, tinggi yaitu
( 50x50x50 ) cm3.

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa besarnya daya infiltrasi


rerata dilokasi kampus terpadu Universitas Islam Indonesia sebesar 9,272cm/jam.
Jumlah sumur respan yang dibutuhkan dengan luasan atap 300 m sebanyak 15
buah sumur resapan dengan diameter 1 m dan dengan kedalaman 4,98 m.

2.4 Abdul Ghoni dan Manzri Erizon, 2006, Study Efektifitas Sumur
Resapan Untuk Rumah Tinggal
Tujuan penelitian ini secara garis besar adalah untuk mencari besar laju
infiltrasi pada kawasan Ngelempong serta menghitung besar debit air buangan
dari aktifitas air kamar mandi yang selanjutnya digunakan untuk merencanakan
dimensi sumur resapan untuk rumah tinggal.
Pada penelitian ini cara/metode yang dpergunakan dalam pengujian laju
infiltrasi adalah cara konvensional. Penelitian dengan cara konvensional
dilakukan dengan cara yaitu dengan membuat lubang yang berukuran ( 1 x 1 x
1) m3.
Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa daya infiltrasi tanah
pada dusun Ngelempong adalah 23,35 cm/jam. Air buangan dari aktifitas kamar
mandi rata-rata warga Dusun Ngelempong adalah 0,10 l/det. Dari kedua data
diatas didapat dimensi sumur resapan dengan diameter 0,6 m dan dengan
kedalaman sumur resapan 3,80 m.
Dari uraian-uraian mengenai tinjauan penelitian terdahulu di atas, terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
diantaranya metode yang dipergunakan untuk mengukur besar laju infiltrasi.
Penelitian-penelitian terdahulu pada umumnya mempergunakan cara/ metode
pengujian, yaitu ring infiltrometer dan konvensional. Sedangkan untuk penelitian
yang akan dilakukan mempergunakan cara yaitu hanya dengan pengujian
Infiltrometer dan ditambah menggunakan metode zero run off. Letak perbedaan
penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada letak
penambahan konsep zero run off yang sebagian besar pada penelitian sebelumnya
belum menyentuh ke arah konsep tersebut.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Konsep Umum Infiltrasi


Ketika air hujan jatuh ke permukaan jalan, sebagian air tertahan di
cekungan-cekungan, sebagian air mengalir sebagai run off dan sebagian lainnya
meresap kedalam tanah. Saat hujan mencapai permukaan lahan maka akan
terdapat bagian hujan yang mengisi ruang kosong (void) dalam tanah yang terisi
udara (soil moisture deficiency) sampai mencapai kapasitas lapang (field capacity)
dan berikutnya bergerak kebawah secara gravitasi akibat berat sendiri dan
bergerak terus kebawah (pekolasi) kedalam daerah jenuh (saturated zone) yang
terdpat di bawah permukaan air tanah (phreatik). Air bergerak perlahan-lahan
melewati akwifer msuk kesungai atau kadang-kadang langsung kelaut.

3.2 Infiltrasi
Proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah disebut Infiltrasi.
Sedangkan laju infiltrasi (ft) adalah daya infiltrasi maksimum yang ditentukan
oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya laju infiltrasi
dinyatakan dalam cm/jam.

3.2.1 Pengukuran Laju Infiltrasi

Pengukuran laju infiltrasi bisa dilakukan dengan berbagia cara,


diantaranya dengan alat ring infiltrometer. Ring infiltrometer ini merupakan suatu
pipa besi bergaris tengah 25-30 cm dan panjang 60 cm, pada bagian dalam pipa
terdapat skala dalam mm. Percobaan ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Terlebih dahulu lokasi yang akan diukur dibersihkan. Sebaiknya tanah
yang terkelupas dapat dibuang, silinder ditempatkan tegak lurus dan ditekan
kedalam tanah, sehingga bersisa 10 cm diatas permukaan tanah. Apabila tanah
yang akan diukur merupakan tanah lunak, hal tersebut dpat dilakukan dengan
mudah. Akan tetapi apabila tanah tersebut merupakan tanah keras, maka untuk
dapat memasukkan silinder diperlukan pemukulan dengan alat pukul besi yang
cukup berat ( 10 kg). Dalam pemukulan terebut hendaknya bagian atas pipa
dilindungi dulu dengan balok kayuyang cukup tebal, pemukulan tidak dilakukan
pada satu sisi karena silinder akan miring. Apabila pemukulan dilakukan pada sisi
lain, maka silinder akan menjadi tegak. Air secukupnya disiapkan, demikian pula
stop watch dan alat tulis, untuk pelaksanaan pengukuran infiltrasi dengan Ring
Infiltrometer sebagai berikut :

1. Air dituangkan sampai silinder penuh dan tunggu sampai air tersebut
seluruhnya terinfiltrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan
retak - retak yang merugikan pengukuran,
2. Air dituangkan kembali kedalam silinder hingga penuh,
3. Setelah air penuh, stop watch dihidupkan, dan air didiamkan selama 5 menit,
4. Setelah 5 menit didiamkan, penurunan yang terjadi diukur dan dicatat pada
tabel yang telah disiapkan,
5. Air dituangkan kembali secepatnya kedalam silinder sampai penuh, kemudian
didiamkan kembali selama 5 menit. Besar penurunan muka air setelah 5 menit
diukur dan dicatat kembali pada tabel pencatatan.
6. Hal tersebut dilakukan secara terus menerus, sampai laju penurunan muka air
tersebut konstan. Dalam hal ini berarti laju infiltrasi sudah tetap.
Kerugian menggunakan cara ini adalah :
(1) Struktur tanah akan berubah pada saat memasukkan pipa kedalam tanah,
demikian pula struktur tanah permukaan.
(2) Terjadinya aliran air mendatar sesudah air melewati ujung pipa sebelah
bawah. Pengaruh ini dikurangi dengan memasang pipa lain yang bergaris
tengah lebih besar serta mengisi ruang diantaranya dengan dengan air
double ring
Keuntungan menggunakan cara ini adalah aliran horizontal tidak meluas karena
dibatasi oleh ring infiltrometer tersebut.
3.2.2 Rumus Horton

Rumus Horton (Garg, 1993) memberi hasil hitungan Laju Infiltrasi dalam
hubungan dengan waktu, yaitu :

f(t)= fc + (f0 - fc)e-kt .(3.1)


Dengan,
f(t) = Laju Infilterasi pada waktu t ( cm/jam )

f0 = Laju Infiltasi awal ( cm/jam )

fc = Laju Infiltasi Tetap ( cm/jam )

k = Konstanta Geofisik

t = Waktu

Rumus Horton di atas ditransposisikan sebagai berikut :

f(t) - fc = (f0 - fc)e-kt ..(3.2)

Kemudian kedua persamaan tersebut di log kan menjadi :

Log ( f(t) - fc ) = log (f0 - fc) kt log e..(3.3)

Atau,
Log ( f(t) - fc ) - log (f0 - fc) = kt log e(3.4)
1
t= [Log ( f (t ) f c ) log( f o f c )] ...(3.5)
k log e
Atau,
1 1 .....(3.6)
t= log( f (t ) f c ) + log( f o f c )
k log e k log e
Persamaan diatas sama dengan persamaan Y= mX + C (3.7)

Dengan, Y = t

1
m= ....(3.8)
k log e
x = Log ( f(t) - fc) (3.9)
1
C= Log ( f o f c ) ...(3.10)
k log e

Dengan demikian persamaan ini dapat diwakilkan dalam sebuah garis


1
lurus yang mempunyai nilai m = Bentuk dari garis lurus persamaan
k log e
tersebut di perlihatkan dalam Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Grafik Hubungan t Terhadap log (fo fc)

3.2.3 Rumus Umum

Rumus ini didapatkan dari materi kuliah Konstruksi Bangunan Gedung


oleh Ir. Soegeng Djojowirono tahun 1993.

S n xbxl
f (t ) = .(3.11)
(lxb ) + 2[(l + b )x(n 0,5S n )]

Dengan,
f(t) = Laju Infiltrasi (cm/jam)
Sn = Penurunan air ke-n , dimana Sn = S (n+1)
b = Lebar galian (m)
l = Panjang galian (m)
h = Tinggi galian (m)

3.3 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltarsi

3.3.1 Dalamnya genangan diatas permukaan tanah dan tebal lapisan jenuh

Infiltrasi air melalui permukaan tanah dapat diumpamakan sama dengan


aliran lewat pipa-pipa sangat kecil, dalam jumlah besar, dengan panjang dan
diameter tertentu. Pada permulaan musim hujan pada umumnya tanah masih jauh
dari jenuh sehingga pengisian akan berjalan terus pada waktu yang lama sehingga
daya infiltrasi akan menurun terus pada hujan yang berkesinambungan, meskipun
pada periode sama.

3.3.2 Kadar Air Dalam Tanah


Jika sebelum hujan turun permukaan tanah sudah lembab, daya infiltrasi
(ft) akan lebih rendah di bandingkan dengan jika pada permukaan tanah yang
semula kering. Suatu jenis tanah berbutir halus yang dapat digolongkan sebagai
koloid, bila terkena air dan menjadi basah akan mengembang. Perkembangan
tersebut mengakibatkan berkurangnyavolume pori-pori, sehingga daya infiltrasi
akan mengecil. Ini merupakan alasan mengapa pada tanah yang berbutir halus ft
akan cepat mengecil dengan bertambahnya durasi hujan.

3.3.3 Pemampatan oleh partikel-partikel curah/butiran hujan


Gaya pukulan butir-butir air hujan terhadap permukaan akan mengurangi
debit resapan air hujan. Akibat jatuhnya tersebut butir-butir tanah yang lebih halus
dilapisan permukaan tanah akan terpencar dan masuk kedalam ruang-ruang antar
butir-butir tanah, sehingga terjadi efek pemampatan. Permukaan tanah yang terdiri
atas lapisan yang bercampur tanah liat akan menjadi kedap air karena
dimampatkan oleh pukulan butir-butir hujan tersebut. Tapi tanah pasiran tanpa
campuran bahan-bahan lain tidak akan dipengaruhi oleh gaya pukulan partikel
butir-butir hujan itu.

3.3.4 Tumbuh tumbuhan


Linkungan tumbuh tumbuhan yang padat, misalnya seprti rumput atau
hutan cenderung untuk meningkatrkan resapan air hujan. Ini disebabkan oleh akar
yang padat menembus kedalam hutan, lapisan sampah organic dari daun-daun
atau akar-akar dan sisa-sisa tanaman yang membusuk membentuk permukaan
empuk, binatang-binatang dan serangga-serangga pembuat liang membuka jalan
kedalam tanah, lindungan tumbuh-tumbuhan mengambil air dari dalam tanah
sehingga memberikan ruang bagi proses infiltrasi berikutnya.

3.3.5 Pemampatan oleh Orang dan Hewan


Pada bagian lalu lintas orang atau kendaraan, permeabilitas tanah
berkurang karena struktur butir-butir tanah dan ruang-ruang yang berbentuk pipa
yang halus telah dirusaknya dan mengakibatkan tanah tersebut menjadi padat,
sehingga laju infiltrasi pada daerah tersebut sangat rendah. Contohnya kebun
rumput tempat memelihara banyak hewan, lapangan permainan dan jalan tanah.
Pemampatan oleh injakan orang atau binatang dan lalu lintas kendaraan sangat
menurunkan laju infiltrasi.

3.3.6 Kelembaban tanah


Besarnya kelembaban tanah pada lapisan teratas sangat mempengaruhi
laju infiltrasi. Potensi kapiler bagian lapisan tanah yang menjadi kering (oleh
evaporasi) kurang dari kapasitas menahan air normal akan meningkat jika lapisan
tanah dibasahi oleh curah hujan. Peningkatan potensial kapiler ini bersma-sama
dengan grafitasi akan mempercepat infiltrasi.
Bila kekurangan kelembaban tanah diisi oleh infiltrasi, maka selisih
potensial kapiler akan menjadi kecil. Pada waktu yang sama kapasitas infiltrasi
pada permulaan curah hujan akan berkurang tiba-tiba, yang disebabkan oleh
pengembangan bagian klodial dalam tanah. Jadi kelembaban tanah itu adalah
sebagian tanah dari sebab pengurangan tiba-tiba dari infiltrasi.

3.3.7 Karateristik-karateristik Air yang Berinfiltrasi


a. Suhu air mempunyai beberapa pengaruh, tetapi sifat dan penyebarannya
belum pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada bulan-bulan
musim panas kapasitas infiltrasi lebih tinggi. Namun ini tentu disebabkan
oleh sejumlah faktor dan tentunya bukan karena suhu saja. (Ward, 1967).

b. Kualitas air merupakan factor lain yang mempengaruhi infiltrasi. Liat


halus pada partikel debu yang dibawa dengan air ketika infiltersi kebawah
dapat menghambat ruang pori yang lebih kecil. Kandunagan garam dapur
air mempengaruhi visikositas air dan laju pengembangan koploid.

3.4 Permeabilitas Tanah


Permeabilitas tanah merupakan sifat bahan berpori yang memungkinkan
aliran rembesan dari cairan yang berupa air mengalir melewati rongga pori yang
menyebabkan tanah bersifat permeable.
Menurut Hardjoso (1987) permeabilitas tanah dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
1. besar kecilnya ukuran pori-pori tanah
2. gradasi tanah (pembagian dan ukuran butir-butir tanah) dan kepadatannya
3. kadar air yaitu berat jenis dan kekentalannya
4. kadar udara diantara butir-butir padat

Tanah Permeable disebut tanah yang mudah dilalui oleh air, sedangkan
tanah impermeable adalah tanah yang sulit dilalui oleh air. Contoh tanah yang
permeable adalah tanah pasir dan kerikil, oleh karena itu jenis tanah ini sangat
cocok sekali untuk sistem drainase pipa dibawah muka tanah. Contoh tanah
impermeable adalah tanah lempung murni, sehingga ini dihindari untuk kegunaan
sistem drainase pipa.
Tabel dibawah ini memberikan beberapa jenis tanah dan koefisien
permeabilitas tanah.
Tabel 3.1 Derajat permeabilitas tanah
Permebilitas k
Jenis Tanah Derajat Permeabilitas
(cm/det)
Kerikil (gravel) 101 - 10-1 High Permeability
-1 -4
Kerikil Halus, Pasir 10 - 10 Medium Permeability
Pasir sangat halus,
Lumpur-pasir, lumpur 10-4 - 10-7 Low Permeability
tak padat
Very Low Permeability
lempung homgen 10-7 - 10-10
(Impervious)

3.5 Proses Limpasan ( run off )

Daya Infiltrasi menentukan besarannya air hujan yang dapat diserap


kedalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk kedalam tanah maka tidak dapat
diuapkan kembali dan tetap akan berada dibawah permukaan tanah yang akan
mengalir sebagai air tanah. Alirn air tanah sangat lambat, makin besar daya
infiltrasi mengakibatkan limpasan permukaan makin kecil sehingga debit
puncaknya akan lebih kecil (Soemarto, 1995).

Faktor - faktor yang mempengaruhi limpasan secara umum dapat


dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu faktor meteorologi dan karateristik
daerah tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS). Faktor meteorologi
yang berpengaruh pada limpasan terutama adalah karakteristik hujan, yang
meliputi intensitas hujan, durasi hujan, dan distribusi curah hujan. Sedangkan
karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi luas
dan bentuk DAS, topografi, dan tata guna lahan.

3.5.1 Pengisian Lengas Tanah (soil moisture) dan Air Tanah


Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan
pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang
diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tidak jenuh tadi. Pengisian kembali
lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada
permukaan air tanah dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar,
pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula dari kenaikan kapiler air tanah.

Pengisian kembali air tanah atau recharge, sama dengan perkolasi


ditambah dengan kenaikan kapiler, jika ada. Oleh karenanya debit resapan air
hujan menentukan besarnya recharge. Faktor lain yang menentukan besarnya
recharge adalah tinggi hujan tahunan, distribusi hujan dan evaporasi sepanjang
tahun, intensitas hujan dan kedlaman permukaan air tanah. Kedalaman permukaan
air tanah adalah penting dalam hubungannya dengan kenaikan kembali kapiler
yang mengisi kembali air yang diuapkan didaerah lengas tanah (soil moisture
zone) baik secara langsug atau lewat tanaman.

Sebaliknya recharge air tanah mempengaruhi aliran dasar (base flow)


sungai yang merupakan aliran minimum pada akhir musim kemarau. Dalam
keadaan ini, debit sungai hanya terdiri dari aliran masuk (inflow) yang berasal dari
air tanah.

3.5.2 Debit Aliran Akibat Air Hujan

Hujan yang terjadi mengakibatkan adanya air hujan yang kemungkinan


sebagian besar menggenangdan mengalir di permukaan tanah (run off) dan
sebagian kecil meresap kedalam lapisan tanah ( Infiltrasi ).

Debit aliran maksimum dianalisis berdasarkan metode Rasional


Q = x x It x A (3.12)
Atau,
Q = C x A x I .(3.12a)

Dengan,
Q = Debit aliran (m3/det)
= koefisien run off
= koefisien penyebaran hujan
It = Intensitas hujan
A = Luas area aliran / Luas daerah tangkapan (DAS), (m2)
C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas curah hujan, m3/det (menggunakan Intensitas hasil
perhitungan Metoda Log Pearson Type III )

Koefisien run off merupakan nilai bandingan antara bagian hujan yang run
off dimuka bumi dengan hujan total terjadi. Berikut ini disampaikan berbagai nilai
koefisien run off dari permukaan bumi. Koefisien run off tersebut sebagian besar
mempunyai nilai antara, tetapi sebaiknya untuk analisis, di pergunakan nilai
terbesar atau nilaimaksimum. Atau nilai pada sisi kanan dari tabel yang di
gunakan.

Tabel 3.2 Koefisien Run off ( ) untuk drainase muka tanah


Tipe Area Koefisien Run off
Pegunungan yang curam 0,75 - 0,90
Tanah yang bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
Dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
Atap yang tidak tembus air 0,75 - 0,90
perkerasan aspal, beton 0,80 - 0,90
Tanah padat sulit diresapi 0,40 - 0,55
Tanah agak mudah diresapi 0,05 - 0,35
Taman / lapangan terbuka 0,05 - 0,25
Kebun 0,05 - 0,20
Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/Ha) 0,25 - 0,40
Perumahan kerapatan sedang (21-60 rumah/Ha) 0,40 - 0,70
Perumahan rapat (60-160 rumah/Ha) 0,70 - 0,80
Daerah rekreasi 0,20 - 0,30
Daerah Industri 0,80 - 0,90
Daerah perniagaan 0,90 - 0,95
Sumber : Drainase Perkotaan / H.A.Halim Hasmar
Selanjutnya berikut ini disampaikan koefisien penyebaran hujan dalam
bentuk tabel, yang dapat digunakan untuk analisis debit akibat hujan.

Tabel 3.3. Koefisien Penyebaran Hujan ( )

Luas Area (Km2) Koefisien Penyebaran Hujan


4 1
5 0.995
10 0.980
15 0.955
20 0.920
25 0.875
30 0.820
50 0.500
Sumber : Drainase Perkotaan / H.A.Halim Hasmar

3.6 Analisis Frekuensi Curah Hujan

Sistem hidrologi kadang-kadang di pengaruhi oleh peristiwa - peristiwa


yang luar biasa, seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besaran peristiwa
ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar
biasa ekstrim kejadiannya sangat langka.

Tujuan analisis frekuensi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-


peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah jumlah kemungkinan suatu
besaran hujan di samai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang adalah waktu
hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan di samai atau di
lampaui.
Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan yang di peroleh dari pos
penakar hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Analisis frekuensi ini
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan dimasa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa
sifat sttistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat sttistik
kejadian hujan masa lalu.
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal,
3. Distribusi Log Pearson Type III
4. Distribusi Gumbel.

Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis


data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien
skewness (kecondongan atau kemencengan).

3.6.1 Distribusi Normal

Disribusi ini mempunyai rumus :


( X )2

1 2 2
P( X ) = e ......................................................................(3.13)
2
Dengan,
P(X) = Fungsi Densitas Peluang Normal
X = Variabel Acak Kontinu
= Simpangan Baku nilai X
= Rata-rata Nilai X

Dengan nilai khas yaitu nilai asimetrinya (skewness) hampir sama dengan
nol dan dengan kurtosis 3.
3.6.2 Distribusi Log Normal

Disribusi ini mempunyai rumus :

1 (Y Y ) 2
P( X ) = e exp ...................................................(3.14)
X 2 2 Y
2

Y = Log X ................................................................................(3.15)

Dengan,
P(X) = Peluang Log Normal
X = Nilai Variat Pengamatan
Y = Deviasi Standar Nilai Variat Y
Y = Nilai Rata-rata Populasi Y

Dengan nilai khas yaitu nilai asimetrinya (skewness) 3 dan selalu bertanda
positif. Atau nilai skewness Cs kira-kira sama dengan 3 kali nilai koefisien Variasi
Cv.

3.6.3 Distribusi Log Pearson Type III

Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan mengikuti


distribusi sudah diconvert dalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara data
dan teori tidak cukup kuat untuk menjustifikasi pemakaian distribusi Log Normal.
Salah satu distribusi yang dapat dipakai adalah Distribusi Log Pearson Type III.
Berikut ini langkah-langah penggunaan distribusi Log Pearson Type III

1. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = Log X ..(3.16)


2. Hitung harga rata-rata :

Logr =
log x .................................................................................(3.17)
n
3. Hitung harga Standar Deviasi :

SD =
(log x log r ) 2

..................................................................(3.18)
n 1
4. Hitung koefisien kemencengan :
n (log x log r ) 2
g= ......................................................................(3.19)
(n 1)(n 2) SD 3
5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :
Log XT = log r + K. SD .......................................................................(3.20)

Dengan,
log x = logaritma hujan harian maksimum (mm/24jam)
Log r = rata rata x
N = banyaknya data
R = Deviasi Standar
g = koefisien skew
log XT = Curah hujan maksimum dalam PUH (mm/24jam)
K = Skew Curve Factor

3.6.4 Distribusi Gumbel


Disribusi ini mempunyai rumus :
RK = t(a).Se ....................................................................................(3.21)
Dengan, RK = Rentang Keyakinan
T(a) = Fungsi a
Se = Probability error deviasi
Jika: a = 90%, t (a) = 1,640
a = 80%, t(a) = 1,282
a = 68%, t(a) = 1,000
Se dihitung dengan persamaan :
b R
Se = ..............................................................................(3.22)
n
S e = (1 + 1,3K + 1,1K 2 .........................................................(3.23)

K = ( 0,78YT 0,45) .(3.24)

Dengan, N = Jumlah Data


R = Standar Deviasi

3.7 Analisis Intensitas Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Dengan kata lain bahwa intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah hujan
dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan perjam.
Untuk mengelola data curah hujan menjadi intensitas hujan di gunakan
cara statistik dari data pengamatan curah hujan yang terjadi. Dan bila tidak
dijumpai data untuk setiap durasi hujan, maka diperlukan pendekatan secara
empiris dengan berpedoman kepada durasi 60 menit ( 1 jam ) dan pada curah
hujan harian maksimumyang terjadi setiap tahun. Cara lain yang lazim digunakan
adalah dengan mengambil pola intensitas hujan untuk kota lain yang mempunyai
kondisi yan hampir sama. Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas hujan
dapat digunakan berbagai metode diantaranya :

1. Metode Van Breen


Penurunan rumus yang dilakukan Van Breen didasarkan atas
anggapan bahwa lamanya durasi hujan yang ada dipulau jawa
terkonsentrasi selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% hujan total
selama 24 jam. Persamaan tersebut adalah:
90% R 24
I= ..........................................................................(3.25)
4
Dengan, I = intensitas hujan (mm/jam)
24
R = cura hujan harian maksimum (mm/24jam)
Dengan persamaan diatas dapat dibuat syatu kurva intensitas durasi
hujan dimana Van Breen mengambil kota Jakarta sebagai kurva basis
bentuk kurva IDF. Kurva ini dapat memberikan kecenderungan bentuk
kurva untuk daerah daerah lain di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan
pada kurva pola Van Breen kota Jakarta, besarnya intensitas hujan dapat
didekati dengan persamaan:
2
54 RT + 0,007 RT
IT = ........................................................... (3.26)
t C + 0,31RT
Dengan, IT = Intensitas hujan (mm/jam) pada PUH T pada
waktu konsentrasi tc
tc = waktu konsentrasi (menit)
RT = curah hujan harian maksimum PUH
T,(mm/24jam)

2. Metode Hasper Der Weduwen

Metode ini merupakan hasil penyelidikan di Indonesia yang


dilakukan olen Hasper dan Der Weduwen. Penurunan rumus diperoleh
berdasarkan kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokan atas
dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi yang simetris dengan
durasi hujan (t) lebih kjecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 jam sampau
24 jam.

Persamaan yang digunakan adalah:


11300t X t
1 < t 24 , maka R= .............................(3.27)
t + 3,12 100

11300 Rt
0<t1, maka R= .............................(3.28)
t + 3,12 100

1218 t + 54
Dan Rt = X t .............................(3.29)
X t (1 t ) + 1272t
Dengan,
t = durasi hujan ( menit)
R, R1 = curah hujan menurut hasper - der weduwen
Xt = curah hujan harian maksimumyang terpilih,
(mm/ 24jam)
Untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper Der Weduwen
digunakan rumus sebagai berikut:
R
I= ......................................................................................(3.30)
t
Dengan,
I = intensitas hujan ( mm/jam)
R = curah hujan

Setelah kedua metode tersebut dilakukan maka selanjutnya dilakukan


perhitungan penentuan/pendekatan intensitas hujan. Cara ini di maksudkan untuk
menentukan persamaan intensitas yang paling mendekati untuk daerah
perencanaan. Metoda yang di gunakan adalah metode perhitungan dengan cara
kuadrat terkecil. Adapun caranya sebagai berikut :
1. Rumus Talbot (1881)
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan dan tetapan-
tetapan a dan b ditentukan dengan harga harga yang terukur.
a
I= ...............................................................................................(3.31)
t +b

Dengan, I = intensitas hujan ( mm/jam )


t = lamanya hujan ( jam )
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya hujan yang
terjadi di DAS

a=
(I .lt ) ((l t ).I ) ............................................................................(3.32)
2 2

(7.I ) (I .I )
2
b=
(I .lt ) ((l 2 t ).7 ) ..............................................................................(3.33)
(7.I 2 ) (I .I )

2. Rumus Ishiguro (1905 )


rumus ini mngkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang
lamanya lebih dari 2 jam.
a
I= ............................................................................................(3.34)
tn
Dengan, I = intensitas hujan ( mm/jam )
t = lamanya hujan ( jam )
n = konstanta

[log I ][(log t ) ] [log t. log I ][log t ]


2
log a =
n[(log t ) ] [log t ][log t ]
2
...........................................(3.35)

[log I ][(log t ) ] n[log t. log I ]


2
n=
n[(log t ) ] [log t ][log t ]
2
..................................................(3.36)

3. Rumus Sherman (1953 )


a
I= ...............................................................................(3.37)
t+b
Dengan, I = intensitas hujan ( mm/jam )
t = lamanya hujan ( jam )
a dan b = konstanta

a=
[I t ][I ] [I t ].[I ] ..................................................................(3.38)
2 2

[ ]
n I 2 [I ][I ]

b=
[I t ][I ] n[I t ] .......................................................................(3.39)
2

[ ]
n I 2 [I ][I ]
Dengan,
[] = jumlah angka- angka dalam tiap suku
N = banyaknya data.
Kemudian dilakukan penggambaran kurva IDF yang dimaksudkan untuk
menggambarkan persamaan persamaan intensitas hujan wilayah perencanaan
yang dapat di gunakan untuk perhitungan limpasan (run off) dengan rumus
rasional dan besarnya kemungkinan terjadinya intensitas hujan yang berlaku
untuk lamanya curah hujan sembarang.

3.8 Perencanaan Sumur Resapan


Sumur resapan adalah bangunan resapan berupa sumur galian yang
berfungsi untuk menampung sementara air hujan maupun air buangan limbah
rumah tangga agar meresap kedalam tanah. Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis
bangunan peresapan yang sering digunakan, yaitu peresapan vertikal (sumur
resapan) dan peresapan horizontal (peresapan memanjang). Peresapan vertikal
(sumur resapan) adalah bangunan peresapan yang berbentuk sumur. Prinsip
tampung airnya adalah vertikal kebawah permukaan tanah dan peresapan airnya
kearah vertikal (kebawah seluas penampang sumur) dan horizontal (kesamping).
Resapan vertikal (sumur rasapan) efektif di gunakan pada daerah yang muka air
tanahnya cukup dalam dan area lahan yang digunakan untuk bangunan peresapan
tidak terlalu luas. Apabila air tanah dekat dengan permukaan tanah (dangkal),
maka peresapan secara vertikal tidak efektif lagi. Pada kawasan yang elevasi air
tanahnya dangkal yaitu kurang dari 3 meter, areal tanahnya cukup luas maka
peresapan akan lebih efektif dengan system resapan horizontal /memanjang (ITB-
HMTL, 1990) yaitu system resapan mengunakan pipa PVC dimana diberi lubang
resapan (pipa berpori) baik itu untuk resapan air hujan maupun air resapan air
limbah rumah tangga.
3.8.1 Resapan Vertikal (Sumur Resapan)
Konstruksi sumur resapan, pada dasarnya dibuat dari berbagai bahan, yang
perlu diperhatikan adalah untuk keamanan, sumur resapan perlu dilengkapi
dengan dinding. Bahan-bahan yang diperlukan untuk sumur resapan meliputi :
a. Saluran pemasukan atau pengeluaran dapat menggunakan pipa besi, pipa
paralon, buis beton, pipa tanah liat, atau dari pasangan batu.

b. Dinding sumur dapat menggunakan anyaman bamboo, drum bekas, tangki,


fiberglass, pasangan batu kali, pasangan batu bata, atau buis beton.

c. Dasar sumur dan sela-sela antara galian tanah dan dinding tempat air
meresap diisi dengan ijuk dan kerikir sebagai pemecah energi dan filter
atau saringan.

d. Sebagai penutup sumur resapan digunakan plat beton bertulang.

Sumber : TEKNISIA VOL IX, No.2, Agustus 2004, Oleh Ir. H. Harbi Hadi, MT

Gambar 3.2 Konstruksi sumur resapan menggunakan pasangan bata kosongan.


Gambar 3.3 Konstruksi sumur resapan menggunakan buis beton.
Untuk memberikan hasil yang baik, serta tidak menimbulkan dampak
negatif, penempatan sumur resapan harus di sesuaikan dengan kondisi lingkungan
setempat. Penempatan sumur resapan harus memperhatikan letak septicktank,
sumur air minum, posisi rumah, dan jalan umum. Untuk mempermudahnya, dapat
dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Jarak Minimum Sumur Resapan dengan bangunan lainnya.

Jarak Minimal dengan sumur resapan


No. Bangunan atau Obyek lain
(m)
1 Bangunan / rumah 3
2 Batas kepemilikan lahan / kapling 1,5
3 Sumur air minum 10
4 Septick tank 10
5 Aliran air (sungai) 30
6 Pipa air minum 3
7 Jalan umum 1,5
8 Pohon besar 3
Sumber : Cotteral and Norris, dalam Kusnaedi, 2000
Berikut gambar tata letak konstruksi sumur resapan pada rumah tangga
serta resapan air dari beberapa air buangan dan air hujan seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.6

Sumber : Suripin, 2001, Pelestarian Sumber Tanah dan Air

Gambar 3.4 Tata letak sumur resapan dengan obyek lainnya

Gambar 3.5 Sumur resapan air hujan dengan konstruksi bata kosongan
Sunjoto (1988), telah membuat suatu formula untuk analisis tinggi air
dalam sumur yang kemudian formula tersebut dikembangkan lagi untuk
mempermudah menganalisis secara matematis. Formula tersebut didasarkan pada
imbangan air dalam sumur dan diturunkan secara matematis dengan mendasarkan
pada besaran Faktor Geometri yang lazim digunakan dalam equifer atau
pengujian pompa dengan formula :

Q
F . K .T

H= 1 e . R .......................................................................(3.40)
2

F .K

Dengan,
H = Kedalaman efektif sumur (m)
Q = Debit air masuk (m3/det)
F = Faktor Geometrik (m)
K = Koefisien permeabilitas tanah = Laju Infiltrasi (m/det)
T = Waktu Pengaliran (Durasi dominan hujan), (det)
R = Radius sumur (m)

Debit air masuk merupakan fungsi luas kawasan dan perkerasan, intensitas
hujan yang dihitung berdasarkan formula rasional. Faktor geometri tergantung
pada bentuk sumur resapan itu sendiri. Untuk menentukan nilai faktor geometri
dapat dilihat pada Gambar 3.6

Secara umum persamaan dapat dinyatakan dengan :

Qo = F x K x H (3.41)
Dengan,
Qo = Debit air hujan (m/det)
F = Faktor Geometrik (m)
K = Koefisien permeabilitas tanah = Laju Infiltrasi (m/det)
H = Kedalaman sumur resapan (m)
Kedalaman sumur resapan dapat dihitung dari tinggi muka air tanah, bila
dasar sumur berada dibawah muka air tanah tersebut, dan diukur dari dasar sumur
bila muka air tanah berada dibawahnya. Dasar ini seyogyanya berada pada lapisan
tanah dengan permeabilitas besar.
Gambar 3.6 Faktor geometri untuk sumur resapan dengan berbagai kondisi
(Sunjoto, 1989)

Sumur resapan akan efektif apabila dasar sumuran berada diatas


permukaan air tanah atau pada kawasan dengan ketinggian permukaan air tanah
yang berada cukup dalam dari permukaan tanah.
3.8.2 Resapan Horizontal (Resapan Memanjang)

Resapan horizontal adalah system resapan menggunakan pipa PVC


dimana di sepanjang pipa disisinya diberi lubang, dan diletakkan secara horizontal
ditengan bidang resapan disamping bangunan gedung yang akan diresapkan air
curahan hujannya. Pada bidang resapan, dasar serta dinding sebelah kiri dan
kanannya diberi ijuk, di tengah bidangnya disekitar pipa diberi urungan kerikil
basar, sedangkan atasnya di urug dengan pasir. Dapat dilihat pada Gambar 3.7
dan Gambar 3.8

Gambar 3.7 Konstruksi resapan air hujan dan air limbah rumah tangga dengan
pipa berlubang.

Gambar 3.8 Tampak atas bidang resapan suatu gedung atau rumah tinggal.
untuk rancangan sumur resapan horizontal pada daerah yang muka air
tanahnya dangkal dapat dihitung dari daya infiltrasi tanahnya. Perhitungan
pendemensian sumur resapan horizontal dihitung dengan menggunakan formula
(ITB HMTL 1990)
.(3.42)

Dengan,
ABR = Luas bidang rasapan
Aatap = Luas atap yang dilayani (m2)
R24j = Curah hujan rata-rata maksimum (mm/24 jam)
0,7 = Hujan yang jatuh 30% melimpas, 70% meresap (dasar perhitungan
Horton)
0,9 = Curah hujan harian di Indonesia terkonsentrasi selama 4 jam efektif
sebesar 90% dari 24 jam (dasar perhitungan V.Breen)

30
Untuk T dicari dengan menggunakan : T = , nilai Z diambil dari Sn
Z
rerata. Sn adalah penurunan air ke-n, dimana Sn = S (n+1) . Sn rerata adalah Sn di
setiap titik penelitian dijumlahkan, lalu dibagi dengan banyaknya titik penelitian.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Persiapan
4.1.1 Data Primer
Data yang didapat dari pengukuran dilapangan yang dilakukan di Dusun
Jaten, Desa Bimomatani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Data tersebut antara
lain adalah besar penurunan muka air yang diukur menggunakan ring
infiltrometer.

4.1.2 Data Sekunder


Data yang didapat dari instansi Dinas POO Diskimpraswil, Yogyakarta.
Data tersebut antara lain adalah : Peta wilayah dan besar curah hujan di kawasan
Sleman wilayah Timur dari tahun 1996 2005.

4.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan


4.2.1 Lokasi
Lokasi yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah daerah dusun
Jaten, Desa Bimomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Untuk memperjelas
lokasi penelitian ini, dibawah ini terdapat Foto lokasi penelitian dan Denah
Pemukiman Warga Dusun Jaten dan titik pengujian laju infiltrasi. Gambar 4.1
dan Gambar 4.2
Gambar 4.1 Foto Lokasi Penelitian

Gambar 4.2 Denah Lokasi Penelitian


4.2.2 Waktu
Pelaksanaan pengujian di lapangan dilakukan selama 6 hari yang terhitung
dari tanggal 30 Februari 5 Maret 2008, dan dimulai antara pukul 08.00 Wib
sampai dengan pukul 17.00 Wib.

4.2.3 Peralatan
Untuk menunjang terlaksananya penelitian ini diperlukan berbagai macam
peralatan, antara lain sebagai berikut :
Pengujian dengan menggunakan Ring Infiltrometer
1. Pulpen/pensil
2. Penghapus/Tip eks
3. Tabel pencatatan
4. Balok kayu
5. Ring infiltrometer
6. Palu
7. Meteran
8. Ember
9. Gayung
10. Stop watch
11. Serta alat pendukung lainnya

4.3 Pengujian Laju Infiltrasi


Laju infiltrasi merupakan daya serap tanah untuk mengalirkan air dari
permukaan (surface) kedalam tanah. Pengukuran laju infiltrasi disini
dimaksudkan untuk mengetahui lamanya aliran pada suatu kawasan. Dalam
pengujian ini menggunakan ring infiltrometer.
Ring infiltrometer adalah suatu pipa besi yang bergaris tengah 25 30 cm
dengan tinggi 60 cm. pada bagian atas pipa terdapat pelat yang berfungsi
memudahkan dan melindungi ring pada saat ditekan. Untuk pelaksanaan
pengukuran infiltrasi dengan ring infiltrometer dilakukan dengan lankah-langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan lahan yang akan diukur sesuai dengan gambar 4.1
2. Membersihkan lahan yang akan di ukur
3. Mempersiapkan alat-alat pada lokasi pengukuran
4. Menekan ring infiltrometer kedalam tanah sedalam 50 cm
5. Membersihkan tanah-tanah yang terkelupas di dalam ring infiltrometer
setelah dilakukan penelitian
6. Kemudian air dituangkan sampai silinder penuh dan tunggu sampai air
tersebut seluruhnya terinfiltrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghilagkan retak-retak tanah yang merugikan pengukuran
7. Air dituangkan kembali kedalam silinder sampai penuh
8. Setelah air penuh, stopwatch dinyalakan, dan air di diamkan selama 5
menit
9. Setelah 5 menit di diamkan, penurunan yang terjadi diukur dan dicatat
pada tabel yang telah disiapkan
10. Air dituangkan kembali secepatnya kedalam silinder sampai penuh.
Kemudian didiamkan kembali selama 5 menit. Besar penurunan muka air
setelah 5 menit kemudian diukur dan dicatat kembali pada tabel pencatatan
11. Hal pada poin 10 tersebut dilakukan terus menerus, sampai laju penurunan
muka air konstan atau penurunan muka air ke-n sama dengan laju
penurunan muka air ke n+1 dengan waktu pengamatan yang sama yaitu 5
menit. Dalam hal ini berarti laju infiltrasi sudah tetap.

4.4 Perhitungan Debit Limpasan


Pengukuran debit limpasan disini adalah kapasitas air hujan yang jatuh
atau mengalir dari atap rumah dan mengalir dikawasan tersebut. Dimana untuk
menghitung besarnya kapasitas aliran yaitu dengan mengalikan koefisien run off,
koefisien penyebarab hujan, intensitas hujan (lt) dan luas atap. Atau dengan kata
lain dengan menggunakan rumus rasional, dimana koefisien run off dan koefisien
penyebaran hujan dapat dicari dengan Tabel 3.2. dan Tabel 3.3.. untuk intensitas
hujan dihitung berdasarkan data dari instansi Dinas POO Kimpraswil,
Yogyakarta. Untuk pengukuran luas area aliran air hujan disini adalah pengukuran
luas area aliran air hujan pada suatu kawasan. Cara mendapatkan luas area
tersebut yaitu dengan menghitung luas kawasan tersebut, sehingga dengan
menggunakan rumus rasional maka besar kapsitas dan debit air hujan bisa didapat.
4.5 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian digambarkan dalam flowchart pada Gambar 4.3

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


Pengukuran dilapangan : Dinas POO Kimpraswil ,Yogyakarta
- Besar Laju Infiltrasi - Curah Hujan Stasiun Ngangrung
- Kadar Air Tanah periode 10 tahun (1995-2005)

Analisis :
- Metode Ring Infiltrometer ( Teori Horton )
- Pengujian Kadar Air,Permeabilitas Tanah dan
Laju Infiltrasi ( Lab. Mekanika Tanah FTSP UII )
- Perhitungan Limpasan
- Perhitungan Dimensi Sumur Resapan dan Saluran

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 4.3 Flowchart Tahapan Penelitian


BAB V

DATA, ANALISIS DAN HASIL

5.1 Data Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi

Besarnya laju Infiltrasi dapat diperoleh dari pengukuran dilapangan


dengan menggunakan alat infiltrometer, Adapun data hasil pengukuran laju
infiltrasi selama interval t = 5 menit dari 6 titik penelitian di Dusun Jaten yang
dilakukan seperti bab sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 5.1 sampai Tabel 5.6.

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Pada Titik I

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 2 24
2 5 1,2 14,4
3 5 1 12
4 5 0,6 7,2
5 5 0,5 6
6 5 0,5 6
7 5 0,6 6

Tabel 5.2 Hasil Pengujian Pada Titik II

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 1,5 18
2 5 1 12
3 5 1 12
4 5 1 12
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Pada Titik III

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 2,5 20
2 5 2,2 26,4
3 5 2 24
4 5 1,7 20,4
5 5 1,6 19,2
6 5 1,6 19,2
7 5 1,6 19,2

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Pada Titik IV

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 0,5 6
2 5 0,3 3,6
3 5 0,2 2,4
4 5 0,2 2,4
5 5 0,2 2,4

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Pada Titik V

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 1 12
2 5 0,6 7,2
3 5 0,5 6
4 5 0,5 6
5 5 0,5 6

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Pada Titik VI

No. T (menit) Penurunan (cm) Laju Infiltrasi Lapangan (cm/jam)


1 5 3 36
2 5 2,8 33,6
3 5 2,5 30
4 5 2,3 27,6
5 5 2 24
6 5 2 24
7 5 2 24
5.2 Data Curah Hujan
Data curah hujan diambil dari hasil pemeriksaan hujan pada kantor
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, Data yang diambil
adalah data curah hujan 10 tahun terakhir, Untuk analisis selanjutnya Data curah
hujan yang dipakai adalah rata-rata hujan dalam 10 tahun terakhir tersebut Berikut
ditampilkan data curah hujan 10 tahun terakhir pada Tabel 5.7

Tabel 5.7 Data Curah Hujan


Curah hujan max perhari
TAHUN (mm)
Tanggal Bulan Hujan
1996 3 Oktober 100
1997 4 Desember 55,5
1998 30 Oktober 117
1999 6 Maret 69,5
2000 22 November 200
2001 23 Maret 125
2002 25 Desember 165
2003 4 Mei 92
2004 17 Januari 124
2005 23 Februari 162
rata-rata 121
Sumber : Jur. Teknik Lingkungan UII

5.3 Analisis Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi


Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, data yang diperoleh
melalui hasil pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer
yang dilakukan pada 6 titik yang tersebar dengan pertimbangan dimana titik-titik
tersebut dapat mewakili laju infiltrasi pada dusun Jaten akan dianalisis
menggunakan metode Horton, Berikut ini akan diberikan contoh analisis hasil
pengukuran laju infiltrasi menggunakan ringinfiltrometer dengan metode Horton :
Dalam Perhitungan laju infiltrasi menggunakan metode Horton, rumusan yang
dipakai yaitu :

f(t)= fc + (f0 - fc)e-kt ,(3.1)

Dengan,

f(t) = Laju Infilterasi pada waktu t ( cm/jam )

f0 = Laju Infiltasi awal ( cm/jam )

fc = Laju Infiltasi Tetap ( cm/jam )

k = Konstanta Geofisik

t = Waktu

Tahapan-tahapan perhitungan metode Horton dapat dijelaskan sebagai berikut :


f(t) - fc = (f0 - fc)e-kt ,,,,,,,, (3.2)
Log ( f(t) - fc ) = log (f0 - fc) kt log e,,,,,(3.3)
1
m= (3.4)
k log e

Berikut contoh perhitungan laju infiltrasi pada titik satu sesuai tabel 5.1 hal 33 :

Dari tabel diatas dengan berdasarkan rumus Horton maka dapat


ditrasposisikan seperti perhitungan-perhitungan sebagai berikut :

f(t) - fc = (f0 - fc)

f(0,083) - fc = (24 6) = 18 cm/jam

f(0,167) - fc = (14,4 6) = 8,4 cm/jam


Kemudian Persamaan tersebut di Log kan menjadi :

Log ( f(t) - fc ) = log (f0 - fc) kt log e

Log ( f(0,083) - fc ) = log 18 = 1,255

Log ( f(0,167) - fc ) = log 8,4 = 0,924

Tabel 5.8 Perhitungan Laju Infiltrasi Pada Titik I

t t Penurunan f lap f - fc fc ft
log (f - fc) k (-k x t)
(Menit) (Jam) (cm) (cm/jam) (cm/jam) (cm/jam) (cm/jam)
5 0,0833 2 24 18 1,2553 6 14,448 -1,2040 11,3999
10 0,1667 1,2 14,4 8,4 0,9243 6 14,448 -2,4080 6,7560
15 0,2500 1 12 6 0,7782 6 14,448 -3,6120 6,1620
20 0,3333 0,6 7,2 1,2 0,0792 6 14,448 -4,8160 6,0097
25 0,4167 0,5 6 0 #NUM! 6 14,448 -6,0200 6
30 0,5000 0,5 6 0 #NUM! 6 14,448 -7,2240 6
35 0,5833 0,5 6 0 #NUM! 6 14,448 -8,4280 6
T

Log (fo-

Gambar 5.1 Grafik Log (fo-fc) Terhadap Waktu Metode Horton


Dari grafik dan perhitungan diatas dengan cara Interpolasi Linier
didapatkan nilai perpotongan (x) sebesar = 0,283
0,25 m 0,333 t (jam)

0,778 0,5 0,0792 (f fc)

(0,333 0,25) =
(x 0,25)
( 0,0792 0,778) (0,5 0,770 )

x=
(0,333 0,25)(0,5 0,778) + 0,25
( 0,0792 0,778)
X = 0,283

1
m=
k log e

m=
(0,283 0,083)
1,255

0,2
m=
1,255

1
m=
k log e

1 1
k log e = =
m 0,2

1,255

k log e = 6,275
k log 2,718 = 6,275
k , 0,4343 = 6,275
0,275
k= = 14,448
0,4343
Dari nilai k diatas maka rumus laju infiltrasi terhadap waktu dapat
dihitung dengan memasukkan nilai k, yaitu :
f(t) - fc = (f0 - fc),e-kt

f(0,083) = 6 + (24 6),e-14,448,0,083 = 11,3999 cm/jam

f(0,167) = 6 + (14,4 6),e-14,448,0,167 = 6,7560 cm/jam

Dari hasil perhitungan Tabel 5.8 dapat dibuat sebuah grafik perbandingan
antara f(t) Horton dengan f(t) Lapangan terhadap waktu (t)
Laju

Waktu

Gambar 5.2 f(t) Horton Pada titik I

Untuk hasil perhitungan laju infiltrasi pada titik selanjutnya dapat dilihat
pada Tabel 5.9
Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi Cara Infiltrometer
No Laju infiltrasi
Lokasi (cm/jam)
1 6
2 12
3 19,2
4 2,4
5 6
6 24

Dalam perhitungan analisis jumlah sumur resapan digunakan tiap-tiap laju


infiltrasi berdasarkan nomor lokasi pengujian.

5.4 Analisis Debit (Q) Air Hujan


5.4.1 Analisis Frekuansi Curah Hujan
Pada Penelitian kali ini dalam perhitungannya menggunakan Metode Log
Pearson Type III, karena pada perhitungan besaran statistik data curah hujan tidak
terdapat ciri khas yang dapat digunakan untuk memperkirakan agihan/distribusi
data pada metode lainnya, sehingga digunakan Metode Log Pearson Type III.

Besarnya curah hujan maksimum dihitung dengan rumus :


Log RT = + K.R
Dengan, RT = Curah hujan maksimum dalam PUH TR (mm/24jam)
K = Skew Curve Faktor, Dihitung dengan menggunakan Tabel 5.10
berdasarkan Koefisien Skew (g) dan Periode Ulang (T)
Tabel 5.10 Skew Curve Faktor (K) digunakan dalam Distribusi Peluang Log
Pearson Type III
Periode Ulang Hujan
Koefisien
(PUH)
Skew 2 5 10
Probabilitas
(g)
0,5 0,2 0,1
2 -0,307 0,509 1,302
1,8 -0,282 0,543 1,318
1,6 -0,254 0,675 1,329
1,4 -0,225 0,705 1,337
1,2 -0,195 0,732 1,34
1 -0,164 0,758 1,34
0,9 -0,148 0,769 1,339
0,8 -0,132 0,78 1,336
0,7 -0,116 0,79 1,333
0,6 -0,099 0,8 1,328
0,5 -0,083 0,806 1,323
0,4 -0,066 0,816 1,317
0,3 -0,05 0,824 1,309
0,2 -0,033 0,83 1,301
0,1 -0,017 0,836 1,292
0 0 0,842 1,282
-0,1 0,017 0,846 1,27
-0,2 0,033 0,85 1,258
-0,3 0,05 0,853 1,245
-0,4 0,066 0,855 1,231
-0,5 0,083 0,856 1,216
-0,6 0,099 0,857 1,2
-0,7 0,116 0,857 1,183
-0,8 0,132 0,856 1,166
-0,9 0,143 0,854 1,147
-1 0,164 0,852 1,128
-1,2 0,195 0,844 1,086
-1,6 0,254 0,817 0,994
-1,8 0,232 0,799 0,945
-2 0,307 0,777 0,895
Sumber: Soemarto, Hidrologi Teknik 1987
Dari rumus diatas, perhitungan Log Pearson III, sebagai Berikut :
Tabel 5.11 Perhitungan Jumlah rata-rata, SD dan g
No Tahun Ri (hujan) ri = Log Ri (ri-r)2 (Ri-r)3 ri-r
1 1996 100 2 0,003 0,000 0,054
2 1997 55,5 1,744 0,096 0,030 0,309
3 1998 117 2,068 0,000 0,000 -0,015
4 1999 69,5 1,842 0,045 0,009 0,212
5 2000 200 2,301 0,061 -0,015 -0,247
6 2001 125 2,097 0,002 0,000 -0,043
7 2002 165 2,217 0,027 -0,004 -0,164
8 2003 92 1,964 0,008 0,001 0,090
9 2004 124 2,093 0,002 0,000 -0,040
10 2005 162 2,210 0,024 -0,004 -0,156
Jumlah 1210 20,537 0,267 0,017
Rata-rata 121 2,054
SD 0,172
g 0,448

Contoh Perhitungan PUH (Periode Ulang Hujan) 2 tahun :

(ri r )
2
SD =
n 1
0,267 2
SD = = 0,172
10 1
n. (ri r )
3
g=
(
(n 1)(. n 2). SD 3 )
10 x0,017
g= = 0,448
(
(10 1)(. 10 2). 0,172 3 )
Untuk koefisien skew (g) = 0,448 0,45, dari Tabel 5.10 didapat harga k = -
0,066
Log RT = 2,054 + (-0,066),(0172) = 2,04
RT = anti log 2,04 = 109,65 mm/hari
Tabel 5.12 Perhitungan HMM ( Hujan Harian Maksimum)
PUH RT
K K,SD Log RT
(tahun) (mm/hari)
2 -0,066 -0,01 2,04 109,65
5 0,816 0,14 2,19 154,88
10 1,317 0,23 2,28 190,55

5.4.2 Analisis Intensitas Hujan


Intensitas curah hujan menyatakan besarnya curah hujan dalam jangka
pendek yang memberikan gambaran derasnya hujan perjam, Untuk mengubah
curah hujan menjadi intensitas hujan dapat digunakan berbagai metoda
diantaranya :
1. Metoda Van Breen

2. Metoda Hasper Der Weduwen

5.4.2.1 Metode Van Breen

Rumus yang digunakan :

2
54 RT + 0,007 RT
IT =
t C + 0,31RT
Dengan, IT = Intensitas Hujan (mm/jam) pada PUH T
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
RT = Curah Hujan Maksimum PUH T (mm/hari)
Hasil Perhitungan Intensitas Hujan dengan menggunakan Metode Van Breen
dapat dilihat pada Tabel 5.13
Tabel 5.13 Perhitungan Intensitas Hujan Menurut Metoda Van Breen
Durasi Intensitas Hujan (mm/hari) dengan PUH (tahun)
2 5 10
(menit)
109,65 154,88 190,55
5 154,015 160,932 164,567
10 136,510 147,061 152,654
20 111,226 125,439 133,348
40 81,162 96,934 106,428
60 63,892 78,985 88,551
80 52,682 66,645 75,817
120 38,997 50,778 58,881

Contoh Perhitungan :

2
54 RT + 0,007 RT
IT =
t C + 0,31RT

54 x109,65 + 0,007 x109,65 2


IT = = 154,015mm / hari
5 + 0,31x109,65

5.4.2.2 Metode Hasper Der Weduwen

Rumus yang digunakan :


1218 t + 54
Rt = X t
X t (1 t ) + 1272t

11300 Rt
R=
t + 3,12 100

Dengan, t = Durasi Waktu (menit)

Rt = Curah Hujan

Xt = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)


Untuk menentukan Intensitas Hujan digunakan rumus :

R
I=
t
Dengan, I = Intensitas hujan

R = Curah hujan

Hasil Perhitungan Intensitas Hujan dengan menggunakan Metode Hasper Der


Weduwen dapat dilihat pada Tabel 5.14

Tabel 5.14 Perhitungan Intensitas Hujan Menurut Metoda Hasper Der Weduwen
PUH Durasi Durasi Xt
Rt R I
(Tahun) (Menit) (jam) (mm/Hari)
5 0,08 81,946 48,696 608,699
10 0,17 93,166 54,601 321,181
20 0,33 101,361 58,010 175,787
2 40 0,67 109,65 107,383 58,635 87,515
60 1 109,650 57,425 57,425
80 1,33 110,866 55,867 42,006
120 2 112,157 52,690 26,345
5 0,08 96,029 57,065 713,307
10 0,17 117,268 68,726 404,271
20 0,33 134,884 77,195 233,925
5 40 0,67 154,88 149,172 81,453 121,572
60 1 154,880 81,112 81,112
80 1,33 158,023 79,630 59,872
120 2 161,420 75,833 37,917
5 0,08 104,152 61,891 773,643
10 0,17 132,867 77,868 458,047
20 0,33 158,705 90,828 275,236
10 40 0,67 190,55 181,167 98,923 147,647
60 1 190,550 99,793 99,793
80 1,33 195,821 98,678 74,194
120 2 201,606 94,713 47,356
Contoh Perhitungan :
1218 t + 54
Rt = X t
X t (1 t ) + 1272t

1218 x0,08 + 54
Rt = 109,65 = 81,946mm / hari
109.65 x(1 0,08) + 1272 x0,08

11300 Rt
R=
t + 3,12 100

11300 81,946
R= = 48,696mm / hari
0,08 + 3,12 100

R
I=
t

48,696
I= = 608,699mm / hari
0,08

5.4.3 Penentuan Metoda Perhitungan Intensitas Hujan

Pemilihan ini dimaksudkan untuk mentukan persamaan Intensitas hjan


yang paling mendekati untuk daerah perencanaan, Metoda yang digunakan adalah
metoda perhitungan dengan cara kuadrat terkecil,
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan minimal 7 jenis lamanya curah hujan t (menit), (misal 5, 10,
20, 40, 60, 80, 120 )

2. Menggunakan harga-harga t tersebut untuk menentukan besarnya


intensitas hujan untuk periode ulang tahun tertentu (disesuaikan dengan
perhitungan debit puncak rencana)

3. Menggunakan harga t yang sama untuk menentukan tetapan-tetapan


dengan cara kuadrat terkecil, Perhitungan tetapan-tetapan untuk setiap
rumus intensitas hujan adalah sebagai berikut,
Jenis I (Talbot)

a
I=
t +b

a=
(I .lt ) ((l t ).I )
2 2

(7.I ) (I .I )
2

b=
(I .lt ) ((l t ).7 )2

(7.I ) (I .I )
2

Jenis II (Sherman)

a
I=
tn
[log I ][(log t ) ] [log t. log I ][log t ]
2
log a =
n[(log t ) ] [log t ][log t ]
2

[log I ][(log t ) ] n[log t. log I ]


2
n=
n[(log t ) ] [log t ][log t ]
2

Jenis III (ishiguro)

a
I=
t +b

a=
[I t ][I ] [I t ].[I ]
2 2

[ ]
n I 2 [I ][I ]

b=
[I t ][I ] n[I t ] 2

[ ]
n I 2 [I ][I ]

Dengan, [ ] = Jumlah angka-angka dalam setiap suku

n = Jumlah data
Nilai data yang dihasilkan oleh (persamaan Talbot, Sherman, dan
Ishiguro) dibandingkan dengan nilai Intensitas (persamaan Van Breen dan Hasper
Der Weduwen), Hasil perhitungan uji kecocokan pada perhitungan menunjukkan
bahwa dengan menggunakan metoda least square dihasilkan bahwa intensitas
hujan metoda Van Breen menggunakan persamaan pola Talbot mempunyai selisih
Terkecil,
Hasil Perhitungan Uji kecocokan Intensitas Hujan (I) Metode Van Breen
Dengan Rumus talbot, Sherman dan Ishiguro dapat dilihat pada Tabel 5.15
Tabel 5.15 Uji kecocokan Intensitas Hujan (I) Dengan PUH (Periode Ulang Hujan) 2 tahun

No t I lt I2 I2t log t log I log t x log I (log t)2 t0,5 I x t0,5 I2 x (t0,5)
1 5 154,015 770,073 23720,510 118602,5 0,70 2,19 1,53 0,49 2,24 344,387 53040,7
2 10 136,510 1365,096 18634,870 186348,7 1,00 2,14 2,14 1,00 3,16 431,681 58928,6
3 20 111,226 2224,521 12371,237 247424,7 1,30 2,05 2,66 1,69 4,47 497,418 55325,9
4 40 81,162 3246,460 6587,191 263487,6 1,60 1,91 3,06 2,57 6,32 513,31 41661,1
5 60 63,892 3833,493 4082,129 244927,7 1,78 1,81 3,21 3,16 7,75 494,902 31620,0
6 80 52,682 4214,533 2775,358 222028,6 1,90 1,72 3,28 3,62 8,94 471,199 24823,6
7 120 38,997 4679,683 1520,794 182495,3 2,08 1,59 3,31 4,32 10,95 427,195 16659,5
Jumlah 638,482 20333,859 69692,0872 1465315,2 10,36 13,40 19,18 16,85 43,84 3180,09 282059,3

Variabel Talbot Sherman Ishiguro anti log a Sherman Persamaan Tetapan Jenis I ( Talbot ), yaitu I = a/(t+b)
a 6005 2,5505 518,0206 355,2221 Persamaan Tetapan Jenis II ( Sherman ), yaitu I = a/tn
b 33,99 0,698613 Persamaan Tetapan Jenis III ( Ishiguro ), yaitu I = a/(t0,5+b)
n 0,43012
Lanjutan Tabel 5.15

No t I Van Breen I Talbot Selisih I Sherman Selisih I Ishiguro Selisih


1 5 154,015 154,0146 0 177,7714 23,757 176,517 22,50222
2 10 136,51 136,5096 0 131,9423 -4,567 134,171 2,33831
3 20 111,226 111,2261 0 97,92784 13,298 100,183 11,04315
4 40 81,1615 81,16151 0 72,68225 8,4793 73,7588 7,402683
5 60 63,8915 63,89154 0 61,05043 2,8411 61,3436 -2,54797
6 80 52,6817 52,68166 0 53,94492 1,2633 53,7205 1,038842
7 120 38,9974 38,99736 0 45,31176 6,3144 44,4536 5,456241
Jumlah 0 51,386 47,23347
rata -rata 0 7,3408 6,747639

( Talbot ), yaitu I = a/(t+b) ; I = 6005 / (5+33,99) = 154,0146 mm/jam


( Sherman ), yaitu I = a/tn ; I = 355,2221 / (5)0,43012 = 177,7714 mm/jam
( Ishiguro ), yaitu I = a/(t0,5+b) ; I = 518,0206 / ((5 0,5) + 0,698613 ) = 176,517 mm/jam
Tabel 5.16 Persamaan Intensitas Hujan menurut Van Breen dengan pola Talbot
Van
PUH Talbot
Breen Selisih
(tahun) a b t I Talbot I Van breen (IT - IV)
2 6005,26 33,9915 5 6005,26 154,015 0
t + 33,9915
5 8531,43 48,0128 5 8531,43 160,932 0
t + 48,0128
10 10543,9 59,0705 5 10543,9 164,567 0
t + 59,0705

Contoh Perhitungan :
Dilakukan dengan PUH 2 tahun

a=
(I .lt ) ((l t ).I )
2 2

(7.I ) (I .I )
2

a=
(6969,0872 x 20333,859 ) ((1465315,2 x638,482 )) = 6005,26mm / jam
(7 x69692,0872 ) (638,482 x638,482 )
( I .lt ) ((l 2 t ).7 )
b=
(7.I 2 ) (I .I )
b=
(638,482 x 20333,859 ) ((1465315,2 x638,482 )x7 ) = 33,9915mm / jam
(7 x69692,0872 ) (638,482 x638,482 )
a
I Talbot =
t +b
6005,26
I Talbot = = 154,015mm / jam
5 + 33,9915
Selisih = I van Breen I Talbot = 154,015 154,015 = 0 mm/jam
Dari persamaan diatas, maka dapat dicari Intensitas Hujan untuk daerah
perencanaan, seperti pada Tabel 5,17
Tabel 5.17 Intensitas Hujan menurut Van Breen dengan pola Talbot
Durasi PUH (tahun) (mm/jam)
2 5 10
(menit)
109,65 154,88 190,55
5 154 161 165
10 137 147 153
20 111 125 133
40 81 97 106
60 64 79 89
80 53 67 76
120 39 51 59

Berikut ini gambar kuva IDF (kurva Frekuensi Intensitas) yang


menggambarkan persamaan-persamaan intensitas hujan wilayah perencanaan
yang dapat digunakan untuk perhitungan limpasan run off dengan rumus rasional,
Kurva Intensitas Wilayah Dusun Jaten, Ngemplak Sleman Yogyakarta,
Intensitas Hujan (mm/jam)

Durasi Hujan (menit)

Gambar 5,3 Kurva IDF Daerah Perencanaan


5.5 Perencanaan Dimensi Sumur Resapan

Dalam perncanaan dimensi sumur resapan dari debit air hujan, ada
beberapa faktor yang sangat mendasar diantaranya laju infiltrasi, faktor geometri,
debit air yang akan ditampung, dan radius sumur resapan,

Perhitungan dimensi sumur resapan ini dimaksudkan agar air hujan yang
jatuh dikawasan dan mengalir ke sumur resapan tidak meluap, Perhitungan sumur
resapan dengan menggunakan rumus Sunjoto dimana dalam hitungan faktor
geometri ditentukan dengan menyesuaikan bentuk sumur resapan yang kita
rancang dengan metode penelitian laju infiltrasi yang dilakukan (Gambar 3.8),
Dalam hal ini, penelitian dengan ring infiltrometer menggunakan rumus (3.14)
karena peresapannya hanya terjadi pada dasar sumur resapan.

Berikut perhitungan debit kawasan berdasarkan 6 titik pengujian infiltrasi :

Dengan Rumus :

Q=CxIxA

Dengan, C = Koefisien Limpasan

A = Luas daerah tangkapan (DAS) , m2

I = Intensitas curah hujan, m3/det (menggunakan Intensitas hasil


perhitungan Metoda Log Pearson Type III )

Contoh Perhitungan :

Q=CxIxA

Q = 0,56 x 1,269E-06 x 20000 = 1,415E-02 m3/det

Untuk Perhitungan Debit Kawasan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel


5.18 dibawah ini.
Tabel 5.18 Perhitungan Debit Kawasan
PUH (Periode Ulang Hujan) 2 Tahun
Mencari Q Limpasan suatu Kawasan
kawasan c I (m/det) A (m2) Q Limpasan (m3/det)
1 0,56 1,269E-06 20000 1,415E-02
2 0,55 1,269E-06 10000 6,980E-03
3 0,51 1,269E-06 20000 1,282E-02
4 0,55 1,269E-06 10000 6,980E-03
5 0,41 1,269E-06 8000 4,112E-03
6 0,36 1,269E-06 12000 5,406E-03

Berikut perhitungan analisis jumlah sumur resapan yang dibutuhkan setiap


kawasan, dengan rumus :
Q sumur = Q1 + Q2

Q1 = A dasar sumur x V

Q2 = A dinding sumur x V

A dasar Sumur = * ( rencana2 )

A dinding Sumur = 2 * * rencana * Tinggi Rencana

Analisis Jumlah Sumur = (Q sumur * Jumlah Sumur Rencana)

V=kxI ;V=k

Dengan, Q = Debit total yang dapat ditampung oleh sumur (m3/det)

Q1 = Debit Luasan dasar sumur resapan

Q2 = Debit Luasan dinding sumur resapan

V = Koefisien Permeabilitas tanah = Laju Infiltrasi

i = Gradien Hidraulik
Hasil perhitungan analisis jumlah sumur dapat dilihat pada Tabel 5.19
Tabel 5.19 Perhitungan Analisis Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan setiap Kawasan :
Kawasa Q Tinggi A dasar A dinding Jumlah
v Q1 Q2 Q sumur
n Limpasan rencana Rencana sumur sumur sumur
1 1.415E-02 1.2 3 4.5216 22.608 1.667E-05 7.538E-05 3.769E-04 4.523E-04 32
2 6.980E-03 1.2 3 4.5216 22.608 3.333E-05 1.507E-04 7.535E-04 9.042E-04 8
3 1.282E-02 1.2 3 4.5216 22.608 5.333E-05 2.411E-04 1.206E-03 1.447E-03 9
4 6.980E-03 1.2 3 4.5216 22.608 6.667E-06 3.015E-05 1.507E-04 1.809E-04 39
5 4.112E-03 1.2 3 4.5216 22.608 1.667E-05 7.538E-05 3.769E-04 4.523E-04 10
6 5.406E-03 1.2 3 4.5216 22.608 6.667E-05 3.015E-04 1.507E-03 1.809E-03 3

Kawasa Q Tinggi A dasar A dinding Jumlah


v Q1 Q2 Q sumur
n Limpasan rencana Rencana sumur sumur sumur
1 1.415E-02 1.2 4 4.5216 30.144 1.667E-05 7.538E-05 5.025E-04 5.779E-04 25
2 6.980E-03 1.2 4 4.5216 30.144 3.333E-05 1.507E-04 1.005E-03 1.155E-03 7
3 1.282E-02 1.2 4 4.5216 30.144 5.333E-05 2.411E-04 1.608E-03 1.849E-03 7
4 6.980E-03 1.2 4 4.5216 30.144 6.667E-06 3.015E-05 2.010E-04 2.311E-04 31
5 4.112E-03 1.2 4 4.5216 30.144 1.667E-05 7.538E-05 5.025E-04 5.779E-04 8
6 5.406E-03 1.2 4 4.5216 30.144 6.667E-05 3.015E-04 2.010E-03 2.311E-03 3

Untuk hasil Perhitungan Analisis Jumlah Sumur Resapan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran
A dasar Sumur = * ( rencana2 ) = * (1,2)2 = 4,5216 m2

A dinding Sumur = 2 * * rencana * Tinggi Rencana = 2 * * 1,2 * 3 = 22,608 m2

Q1 = A dasar sumur x V = 4,5216 x 1,667E-05 = 7,538E-05 m3/det

Q2 = A dinding sumur x V = 22,608 x 1,667E-05 = 3,769E-04 m3/det

Q sumur = Q1 + Q2

= 7,538E-05 + 3,769E-04

= 4,523E-04 m3/det

Analisis Jumlah Sumur = (Q sumur * Jumlah Sumur Rencana)

= (0,0004523 * 32)

= 0,01447 m3/det

Dari hasil perhitungan diatas didapat besar volume/debit yang dapat


ditampung oleh sumur resapan yaitu :

Q 1 hari = 0,0004523 m3/det 0,0004523 x 3600 x 24 = 39,079 m3/hari,

Sehingga untuk mengetahui jumlah sumur yang diletakkan disuatu lokasi


Q1 hari akan dibandingkan dengan volume air yang masuk kedalam sumur resapan
di tiap lokasi peletakkan sumur resapan. Berikut perhitungan volume air yang
akan ditampung dan jumlah sumur resapan yang diletakkan,

Qair 1 hari = A x Koef, C x Vol Hujan Max 1 hari

= 7500 x 0,51 x 0, 2

= 765 m3/hari
Dari hasil diatas untuk mendapatkan jumlah sumur resapan yang
diletakkan di lokasi tersebut dihitung perbandingan debit yang dapat ditampung
oleh sumur dengan debit air yang masuk ke sumur, sehingga menjadi :
Q 1 hari = 39,079 m3/hari

Qair 1 hari = 765 m3/hari

Jumlah sumur = Qair 1 hari / Q 1 hari

= 765 m3/hari / 39,079 m3/hari

= 20 buah

Dari hasil perhitungan diatas maka didapat jumlah sumur yang digunakan
yaitu 20 buah. Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan pada Tabel 5.20

Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Debit air yang masuk ke sumur resapan dan Jumlah
Sumur yang dibutuhkan

Vol Hujan Max Koef. A Q Limpasan Q sumur Resapan Jumlah Sumur


Lokasi
(m/hari) C (m2) (m3/hari) (m3/hari) (buah)
1 0.2 0.51 7500 765 39.079 20
2 0.2 0.51 2500 255 39.079 7
3 0.2 0.56 2500 280 39.079 7
4 0.2 0.56 2500 280 39.079 7
5 0.2 0.56 2500 280 39.079 7
6 0.2 0.56 7500 840 39.079 21
7 0.2 0.55 5000 550 39.079 14
8 0.2 0.55 5000 550 39.079 14
9 0.2 0.55 2500 275 39.079 7
10 0.2 0.55 5000 550 39.079 14
11 0.2 0.41 1500 123 39.079 3
12 0.2 0.41 1500 123 39.079 3
13 0.2 0.36 1000 72 39.079 2
5.6 Perencanaan Dimensi Saluran

Untuk mengetahui Dimensi Saluran yang akan dipakai untuk selaras


dengan konsep Zero run off maka dilakukan perhitungan tersendiri untuk mencari
debit air yang mengalir dan bentuk serta ukuran dari saluran tersebut,

Beberapa rumus yang digunakan

Tc = ((0,87 * L2) / (1000 * S))0,385

Qp = 0,002778 * c * I * A

I = 8531,43 / ( Tc + 48,013 )

Dengan, Tc = Waktu konsentrasi dalam jam, (menit)

L = Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras , km

S = kemiringan lahan rata-rata, m

Qp = Laju aliran permukaan (debit) puncak, m3/detik

I = Intensitas Hujan, mm/jam

A = Luas DAS, Ha

C = koefisien aliran permukaan

Berikut contoh perhitungan :

Tc = ((0,87 * 0,752) / (1000 * 0,05))0,385 = 0,168 jam = 10,106 menit

I = 8531,43 / ( 10,106 + 48,013 ) = 146,794 mm/jam

Qp = 0,002778 * 0,51 * 146,794 * 0,75 = 0,156 m3/det


Untuk hasil perhitungan debit yang mengalir di permukaan lainnya
disajikan dalam Tabel 5.21

Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Debit air yang mengalir di permukaan

L S Tc I A Q
Lokasi C
(Km) (%) (menit) (mm/jam (Ha) (m3/det)
1 0.75 0.05 10.106 146.794 0.51 0.75 0.156
2 0.25 0.05 4.337 162.969 0.51 0.25 0.058
3 0.25 0.05 4.337 162.969 0.56 0.25 0.063
4 0.25 0.05 4.337 162.969 0.56 0.25 0.063
5 0.25 0.05 4.337 162.969 0.56 0.25 0.063
6 0.75 0.05 10.106 146.794 0.56 0.75 0.171
7 0.5 0.05 7.396 153.973 0.55 0.5 0.118
8 0.5 0.05 7.396 153.973 0.55 0.5 0.118
9 0.25 0.05 4.337 162.969 0.55 0.25 0.062
10 0.5 0.05 7.396 153.973 0.55 0.5 0.118
11 0.15 0.05 2.927 167.482 0.41 0.15 0.029
12 0.15 0.05 2.927 167.482 0.41 0.15 0.029
13 0.1 0.05 2.142 170.102 0.36 0.1 0.017

Untuk perhitungan dimensi saluran rumus yang digunakan

Q=VxA

Dengan, Q = debit laju permukaan, m3/det

A = Luas daerah tangkapan air ( dimensi )

V = kecepatan air rata-rata

Berikut contoh perhitungannya :

Direncanakan : Saluran Beton ; m = 0, b = h , n = 0,02

Q=AxV

Q = 0,156 m3/det
h
b=h
A = b x h = h x h = h2

R = A/P ; P = b + h (1+ m2 )0,5 = h + h (1+ 02 )0,5 = 2h

R = A/P = h2/ 2h = 0,5 h

V = (1/n) * R2/3 * S1/2

= (1/0,02) * 0,5 h 2/3 * 0,051/2

= 5,59 h2/3

Q=AxV

0,156 = h2 x 5,59 h2/3

0,156 = 5,59 h8/3

h = 0,26 m = 26 cm

b = h = 0,26 = 26 cm

5 cm
26 cm 31 cm

26 cm
Untuk hasil perhitungan dimensi saluran lainnya disajikan dalam Tabel 5,22
Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran
Lokasi A V Q Ax V (8/3)h h (m) b (m)
1 h2 5,59h2/3 0,156 5,59 h8/3 0,027904 0,26 0,26
2 h2 5,59h2/3 0,058 5,59 h8/3 0,010326 0,18 0,18
3 h2 5,59h2/3 0,063 5,59 h8/3 0,011338 0,19 0,19
4 h2 5,59h2/3 0,063 5,59 h8/3 0,011338 0,19 0,19
5 h2 5,59h2/3 0,063 5,59 h8/3 0,011338 0,19 0,19
6 h2 5,59h2/3 0,171 5,59 h8/3 0,030639 0,27 0,27
7 h2 5,59h2/3 0,118 5,59 h8/3 0,021043 0,24 0,24
8 h2 5,59h2/3 0,118 5,59 h8/3 0,021043 0,24 0,24
9 h2 5,59h2/3 0,062 5,59 h8/3 0,011136 0,19 0,19
10 h2 5,59h2/3 0,118 5,59 h8/3 0,021043 0,24 0,24
11 h2 5,59h2/3 0,029 5,59 h8/3 0,005119 0,14 0,14
12 h2 5,59h2/3 0,029 5,59 h8/3 0,005119 0,14 0,14
13 h2 5,59h2/3 0,017 5,59 h8/3 0,003043 0,11 0,11
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Umum

Penelitian tugas akhir dilakukan di Dusun Jaten, Kecamatan Ngemplak,


Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk
usaha pelestarian air mempergunakan sumur resapan. Dari penelitian telah
didapatkan beberapa data yaitu data primer berupa hasil pengujian laju infiltrasi
dengan metode ring infiltrometer dan data sekunder berupa data curah hujan pada
10 tahun terakhir. Kedua data tersebut diolah dan digunakan untuk perhitungan
dimensi sumur resapan sehingga dapat dijadikan referensi dalam pembuatan
sumur resapam pada suatu kawasan.

6.2 Tinjauan laju infiltrasi

Penelitian laju infiltrasi pada Dusun Jaten, Kecamatan Ngemplak,


Kabupaten Sleman, Yogyakarta dilakukan pada 6 titik pengujian dengan perkiraan
bahwa titik-titik tersebut dapat mewakili kondisi tanah yang ada pada Dusun
jaten. Jumlah titik pengujian mempengaruhi besar laju infiltrasi pada daerah
study. Semakin banyak titik pengujian maka semakin terwakili pula kondisi tanah
daerah tersebut.

Penelitian laju infiltrasi dilapangan dilakukan dengan ring infiltrometer.


Dan hasil pengukuran pada masing-masing titik yang telah di analisis, dapat
dilihat pada Tabel 5.8 halaman 39

Dari tabel diatas terlihat hasil analisis laju infiltrasi pada masing-masing
lokasi beragam. Hal ini dikarenakan ada beberapa factor yang mempengaruhi,
antara lain :
1. Kemiringan tanah,
2. Adanya bangunan,
3. Kondisi penutup permukaan ( pepohonan dan rumput ),
4. Pemempatan oleh injakan orang atau hewan dan lalu lintas kendaraan,
5. Kondisi tanah (tekstur tanah), dan lain-lain.

Untuk perhitungan dan analisis selanjutnya, data hasil uji ifiltrasi yang
digunakan adalah data masing masing lokasi titik pengujan tersebut. Hal ini
diambil dengan pertimbangan bahwa dengan menggunakan masing-masing titik
maka dapat mereduksi faktor-faktor yang dapat merugikan dalam pengukuran dan
juga dapat menghasilkan suatu ketepatan dalam mereduksi perhitungan.

Dalam perhitungan laju infiltrasi selain dilakukan langsung ke lapangan


juga dilakukan di laboraturium, hasilnya hampir sama dengan hasil dilapangan,
yaitu dengan rerata sebesar 11,559 cm/jam dan untuk hasil perhitungan lainnya
dapat dilihat di lampiran. Tetapi dalam perhitungan selanjutnya laju infiltrasi yang
dipakai adalah hasil laju infiltrasi di lapangan dikarenakan dengan pertimbangan
dapat menghasilkan nilai-nilai keakuratan yang lebih maksimal.

6.3 Tinjauan Perhitungan Debit Air Hujan

Debit air hujan diolah dari data curah hujan maksimum hasian daerah studi
yang di ukur Dinas POO setempat. Untuk perhitungan dipergunakan curah hujan
harian maksimum pada 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 1996 2005, seperti
yang tertera pada Tabel 5.8 halaman 34. Pada perhitungan debit curah hujan pada
penelitian kali ini dihitung mulai dari analisis frekuensi curah hujan dengan
menggunakan metode Log Pearson Type III, dengan periode ulang harian 2, 5,
dan 10 tahun sampai pada perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan
beberapa metode seperti Intensitas Hujan Metode Van Breen dan Hasper-
Weduwen. Hasil perhitungan Analisis Frekuensi Curah Hujan dapat dilihat pada
Tabel 5.12 Halaman 42 dan untuk hasil perhitungan Intensitas Hujan dapat dilihat
pada Tabel 5.17 halaman 50. Kedua hasil tersebut masing masing digunakan
untuk perhitungan desain sumur resapan danperhitungan untuk mendesai dimensi
saluran pada limpasan permukaan dengan konsep zero run off.

6.4 Tinjauan Perencanaan Dimensi Sumur Resapan

Dalam perancanagan dimensi sumur resapan ada beberapa factor yang


berpengaruh, factor factor tersebut antara lain : debit air yang akan ditampung
sumur reapan (Q), permeabilitas tanah (K), Faktor Geometri (F), Waktu
pengaliran (T), diameter dan tinggi sumur resapan itu sendiri danmasih banyak
factor-faktor lainnya sehingga untuk memudahkan perhitungan maka perancangan
sumur resapan ini menggunakan analisis perbandingan debit yang dapat
ditampung sumur resapan dan debit yang masuk kesumur resapan sehingga dalam
perhitungannya tidak hanya dimensi sumur resapan yang dihasilkan tetapi juga
jumlah sumur resapan akan didapatkan seperti pada perhitungan yang ada pada
Tabel 5.19 dan 5.20. dan juga untuk yang lainnya dapat dilihat di lampiran

Dalam perancangan dimensi sumur resapan ini untuk mengetahui secara


pasti hasil yang akan dicapai maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus rasional Sunjoto (1989), tetapi setelah dilakukan perhitungan didapatkan
hasil yang tidak rasional (hasilnya dapat dilihat dilampiran) sehingga dilakukan
kembali perhitungan dengan menggunakan rumus rasional yang lainnya.

Dalam perancangan dimensi sumur resapan ini untuk mengetahui secara


pasti hasil yang akan dicapai dipakai debit yang dihasilkan pada perhitungan debit
air hujan diatas dengan mengambil PUH (Periode Ulang Hujan ) 2 tahun dan 5
tahun, sehingga pada perencanaan ini kita memperkirakan siklus hujan yang
maksimal yaitu 5 tahun kedepan sehingga dimensi sumur dan jumlah sumur yang
direncanakan dapat dihasilkan dan untuk dimensi sumur resapan sendiri diambil
tinggi 3 m dan 4 m, untuk diameter yaitu 0,8; 1; 1,2; 1,4 dan 1,6 m. dan dalam
perencanaan nantinya menggunakan buis beton
Hasil Dimensi Sumur resapan yang efektif didapatkan yaitu :

Untuk Periode Ulang Hujan (PUH) 2 Tahun :

rencana
Kawasan Tinggi Rencana (m) Jumlah sumur (buah)
(m)
1 1,6 4 18
2 1,6 4 5
3 1,6 4 5
4 1,6 4 22
5 1,6 4 6
6 1,6 4 2

Untuk Periode Ulang Hujan (PUH) 5 Tahun :


rencana
Kawasan Tinggi Rencana (m) Jumlah sumur (buah)
(m)
1 1,6 4 25
2 1,6 4 7
3 1,6 4 8
4 1,6 4 31
5 1,6 4 10
6 1,6 4 3
Berikut ini gambar konstruksi sumur resapan yang digunakan :

0,5 m

4m

1.6 m

Gambar 6.1 Konstruksi Sumur Resapan Yang Digunakan

Dalam perancanagan Dimensi saluran untuk menghitung laju limpasan


permukaan beberapa factor yang mempengaruhi, antara lain : Waktu konsentrasi
(Tc), Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (L), kemiringan lahan
rata-rata (S), Laju aliran permukaan (debit) puncak (Qp), Intensitas Hujan (I),
Luas DAS (A), koefisien aliran permukaan (C) dan masih banyak faktor lainnya,
sehingga dalam perhitungan perancanagan dimensi saluran digunakan perhitungan
Metode Rasional USSCS (1973) seperti yang tertera pada Tabel 5.21 dan 5.22.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada Dusun Jaten, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten


Sleman, Yogyakarta yang telah dibahas pada bab sebelumya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan dilapangan didapat besar laju infiltrasi


dengan menggunakan ring infiltrometer masing-masing sebesar 6 cm/jam,
12 cm/jam, 19,2 cm/jam, 2,4 cm/jam, 6 cm/jam, 24 cm/jam dan setelah
dirata-rata didapat nilai sebesar 11,6 cm/jam, serta dilihat berdasarkan
hasil laboraturium didapatkan laju infiltrasi total dengan rerata sebesar
11.559 cm/jam
2. Besarnya debit curah hujan dengan Periode Ulang Hujan (PUH) 2 tahun
adalah sebesar 109,65 mm/hari, Dengan PUH 5 tahun sebesar 154,88
mm/hari dan PUH 10 tahun sebesar 190,55 mm/hari.
3. Dimensi Sumur resapan di desain dengan beberapa macam diameter dan
kedalaman sehingga didapatkan diameter dan kedalaman sumur resapan
yang efisien yaitu diameter 1,6 m dan kedalaman 4 meter.

7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dimensi sumur resapan
dengan PUH diatas 10 tahun.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai besarnya debit curah
hujan pada rumah tinggal dengan mempertimbangkan bentuk atau tipe
rumah dalam satu kawasan rumah tersebut.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dimensi sumur resapan
dengan mengacu pada luas kawasan tiap-tiap rumah yang ada.
4. perlu dilakukan penelitian pada daerah yang berbeda keadaan tekstur
tanahnya, macam lapisan tanahnya (karateristik tanah) dan pengaruh
kedalaman muka air tanahnya.
5. Perlu dilakukan penelitian tentang penerapan sumur resapan dikawasan
pemukiman padat yang baik dari tata letak sampai pada kedalam sumur
resapan, dimana ketersediaan lahan untuk sumur resapan sanagat terbatas
dengan masih tetap mangacu pada konsep zero run off.
DAFTAR PUSTAKA

A. R, Herianto dan Hastuti., 1997, Penelitian Besarnya Air Resapan dan Aliran
Limpasan Dikawasan Kampus terpadu UII, Tugas Akhir Strata I, Jurusan
Teknik Sipil, FTSP, UII, Yogyakarta.

Abdul Ghoni dan Manzri Erizon., 2006, Penelitian Efektifitas Sumur Resapan
Rumah Tinggal, Tugas Akhir Strata I, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, UII,
Yogyakarta.

Chairullah dan Furqon., 2005, Laju Infiltrasi Pada Areal Kampus Terpadu
Universitas Islam Indonesia dengan Menggunakan Metode Horton, Tugas
Akhir Strata I, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, UII, Yogyakarta.

Das, M, Braja, 1985, Jilid I Mekanika Tanah, ERLANGGA Jakarta

Emka Geasil dan Abdul Gofur., 2004, Penelitian Laju Infiltrasi Tanah di
Daerah Dusun Sentran, Sumbararum, Moyudan, Sleman, Yogyakarta,
Tugas Akhir Strata I, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, UII, Yogyakarta.

Ferna dan nurmin., 2004, Besarnya Daya Infiltrasi Permukaan Tanah Areal
Kampus Terpadu, Tugas Akhir Strata I, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, UII,
Yogyakarta.

Harto, Sri, Br, 1993, Analisis Hidrologi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hasmar, Halim H.A, 2003, Drainase Perkotaan, UII Press Yogyakarta.

Linsley, Ray, K, Jr ,Kohler, Max, A, dan Paulhus, Josheph, L, H, 1986, Hidrologi


Untuk Insinyur, ERLANGGA Jakarta.

Ruzardi, 2003, Modul Kuliah Drainase Perkotaan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP,
UII, Yogyakarta.
Siswoyo, Eko, 2004, Drainase Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP,
UII, Yogyakarta.

Sulistiono, Bamabang, 2003, Rekayasa Hidrologi, Jurusan Teknik Sipil, FTSP,


UII, Yogyakarta.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, ANDI


Yogyakarta.

Triatmojo, Bambang, 1993, Hidrolika I, Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai