Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HALUSINASI

HERDI Y KOMALING
MOTIS YOHAME
RICHARD REHAJI
MATA KULIAH :
KEPERAWATAN JIWA

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena berkat rahmat dan
karuniaNyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai
halusinasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
semangat, agar kedepan kami bisa membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan
pada umumnya.
Semoga Tuhan memberikan rahmat serta karuniannya kepada semua pihak yang telah turut
membantu penyusunan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23
tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala
nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck,
2008)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati dan Hartono).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari halusinasi ?
2. Apa saja jenis-jenis dari halusinasi ?
3. Apa saja tahap-tahap dari halusinasi ?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi halusinasi ?
5. Apa saja tanda dan gejala dari halusinsai ?
6. Apa saja komplikasi dari halusinasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari halusinasi ?
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari halusinasi ?
3. Untuk mengetahui tahap-tahap dari halusinasi ?
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi halusinasi?
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari halusinsai ?
6. Untuk mengetahui komplikasi dari halusinasi ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, perabaan
pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap
suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
B. Factor-faktor penyebab Halusinasi
a. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, yang menyebabkan mudah frustasi,
hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap strees.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi ( unwanted child) akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan dimetytranferase (DMP). Akibat stress
bekepanjangan menyebabkan teraktifasinya, neurotransmitter otak, misanya terjadi
ketidakseimbangan asetyl kolin dan dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan
zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam mengambil keputusan
yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata kea lam khayal.
5. Faktor genetic dan pola asuh
Pemnelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia cenderung
mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlinsh
Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko,
sosial, spiritual. Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan tidur
dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan ego.
Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuks yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien asik dengan
halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan agar interaksi
sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan system control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

C. Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Perilaku menyerang teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.

D. Jenis-jenis Halusinasi
Jenis-jenis Halusinasi menurut Buku Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa (W.F Maramis):
1. Halusinasi penglihatan (visual optic): tak berbentuk atau sinar, kilapan atau pola cahaya atau
berbentuk orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya, berwarna atau tidak.
2. Halusinasi pendengaran (auditif, acustic): suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik.
3. Halusinasi pencium (olfactoric): mencium sesuatu bau.
4. Halusinasi pengecap (gustactori): merasa/mengecap sesuatu.
5. Halusinasi peraba (tactil): merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat
bergerak dibawah kulitnya.
6. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota
badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau panthom limb).
7. Halusinasi viseral: perasaan timbul didalam tubuhnya.
8. Halusinasi hipnagogic: terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum
tertidur persepsi sensori bekerja salah.
9. Halusinasi hipnopompic: seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama
sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatoric dalam impian yang
normal.
10. Halusinasi histeric: timbul pada nerosa histeric karena konflik emosional.

E. Tahap-tahap Halusinasi
Menurut kusumawati, farida , 2011
Fase pertama disebut juga fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisaan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan yang tidak dapat diselesaikan. Klien
mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon ferbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
Fase kedua disebut juga dengan fase condemning atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan. Termasuk kedalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan
ia tetap dapat mengiontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi
halusinasi, semakin meninjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi,
rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase ke empat adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
control dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku
klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien halusinasi resiko menciderai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain,
yaitu :
1) Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti-psikosis.
2) Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3)
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat
stimulus. Perhatikan apakah termasuk ke dalam tipe halusinasi pengelihatan (optik),
halusinasi pendengaran (akustik), halusinasi pengecap (gustatorik), halusinasi peraba (taktil),
halusinasi penciuman (olfaktori), halusinasi gerak (kinestetik), halusinasi histerik, halusinasi
hipnogogik, ataukah halusinasi viseral.
Sedangkan seseorang yang mengalami gangguan persepsi halusinasi akan mengalami
fase-fase berikut:
1. Sleep disorder (fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi)
2. Comforting moderate level of anxiety (halusinasi secara umum ia terima sebagai sesuatu
yang alami)
3. Condemning severe level of anxiety (secara umum halusinasi sering mendatangi klien)
4. Controlling severe level of anxiety (fungsi sensori menjadi tidak relefan dengan kenyataan)
5. Conquering panic level of anxiety (klien mengalami gangguan dalam menilai)
Adapun Faktor-faktor penyebab halusinasi:
a. Faktor predisposisi (Faktor perkembangan, Faktor sosiokultural, Faktor biokimia, Faktor
psikologis, serta Faktor genetic dan pola asuh)
b. Faktor Presipitasi (Dimensi fisik, Dimensi emosional, Dimensi intelektual, Dimensi sosial,
Dimensi spiritual)
Seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan presepsi halusinasi ketika muncul
tanda gejala halusinasi seperti : Bicara atau tertawa sendiri, Marah-marah tanpa sebab,
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu, Sering meludah atau muntah, Mengaruk-ngaruk permukaan kulit seperti ada
serangga di permukaan kulit. Sehingga didapatkan diagnosa sebagai berikut: isolasi social,
resti pk, gangguan persepsi halusinasi, harga diri rendah kronis, percobaan bunuh diri karena
rasa bersalah.
b. saran
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami gangguan
persepsi halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada penderita
sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti sediakala.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8211
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&
uact=8&ved=0CC8QFjAC&url=http%3A%2F%2Flibrary.usu.ac.id%2Fdownload%2
Ffk%2Fkeperawatan
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1249
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=551
https://www.scribd.com/doc/132059200/Makalah-Tutorial-Jiwa-Halusinasi

Anda mungkin juga menyukai