Latar Belakang
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan
diare akut, termasuk sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self
limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya
dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk
mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan
Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab
kematian bayi di Indonesia.1
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut mediatinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara
lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan
dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan malabsorpsi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertaidengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yangberlangsung kurang dari 14 hari.1,2
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buangair besarnya lebih dari 3-4 kali per
hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapimasih bersifat fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal, haltersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibatbelum sempurnanya perkembangan
saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi yang praktis adalah
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air
besarnya kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat
disebut diare. 1
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data dari profil kesehatan
Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi
terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar
25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000
dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan berdasarkan profil kesehatan
Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap
di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat frekuensi kejadian luar biasa
(KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang
meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus diare akut yang ditangani di
praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia di bawah 2 tahun dan
10% untuk usia di bawah 3 tahun 1, 2
C. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung
melalui lalat. (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).1
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
keberihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain
hal- hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan
untuk terjangkit diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman
lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
faktor genetik.1
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang
pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling
tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar
dan pada orang dewasa.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu,
tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
enteropaogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga
kebersihan, dan berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub
tropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare
karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah
tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
4. Epidemi dan pandemik
Vibrio cholera0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemik
danpandemik yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semuagolongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio cholera 0.1
biotipeEltor telah menyebar ke Negara Negara di Afrika, Amerika latin, Asia,
TimurTengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun
waktuyang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di
AmerikaTengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun
1992,dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan pandemik di Asia
danlebih dari 1 negara mengalami wabah.1
D. ETIOLOGI
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal
1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang, dengan
semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab dalam 60-
80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping virus lainnya
seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa
patogen bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa
strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia,
Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.1, 2, 3
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama pada anak. Infeksi enteral meliputi :
Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (E.
Histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida
albicans).
b. Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie,
Enchepalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsopsi
a. Malabsobsi karbohidrat
b. Malabsobsi lemak
c. Malabsobsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang menimbulkan diare
terutama pada anak besar.
E. PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :1, 2, 4
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare.
F. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab diare.
Virus dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan
dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas
abnormal dari usus selama infeksi rotavirus
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri
non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus,
berkembang dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan
lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B,
lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat
absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding
usus teregang, kemudian terjadilah diare.
G. GEJALA KLINIS
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin
mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja
makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella E.coli E.coli cholerae
Klinik enterotok entero
sigenik invasif
Mual sering jarang sering + - sering
muntah
Panas + ++ ++ - ++ -
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus Kadang2 Tenesmus Kolik
kolik kolik kolik
Gejala lain Sering Pusing, Hipotensi Pusing,
distensi dapat ada bakterimia,
abdomen kejang toksemia
sistemik
Sifat tinja :
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Leukosit - + + - - -
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai
muntah : volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terkhir. Makanan dan minuman yang diberian selama diare. Adakah
panas atau penyakit lain yang menyertai sepert batuk, pilek, otitis media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama aank diare: memberi oralit, membawa
berobat ke puskemas atau rumah sakit dan obat obatan yang diberikan serta riwayat
imuisasinya.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi : kesadara, rasa haus dan turgor kulitabdomen dan tanda-tanda
tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada
atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan dan lidah kering atau basah.
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemerksaan ekstrimitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan :
1. Kehilangan berat badan
a. Tanpadehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan < 3%.
b. Dehidrasi ringan- sedang, bila terjadi penurunan berat badan 3 - 9%.
c. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan > 9%.
2. Derajat dehidrasi.1
Menurut MMWR 2003
<><><><> Tanpa Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat
<><><><> dehidrasi sedang
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>
<><><><>s
imptom
Kesadaran Baik Normal, gelisah, Apatis, letargi, tidak
lelah, irritable sadar
Denyut Normal Normal meningkat Takikardi, bradikardi
jantung pada kasus berat
Kualitas Normal Normal melemah Lemah, kecil, tidak
nadi teraba
Pernafasan Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal)
yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu
dikerjakan :1
1. Pemeriksaam tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.
c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.
d. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi glukosa.
2. Pemeriksaan darah
Darah lengkap, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotik
3. Pemeriksaan Elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada
penderita yang disertai kejang).
4. Pemeriksaan urin
Urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik
J. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti:3,6
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
K. PENATALAKSANAAN
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Suplementasi Zinc
4. Antibiotik selektif
1 Rehidrasi
1) Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi
Terapi dilakukan di rumah. Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :
a) Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi
b) Berikan tablet Zinc. Dosis yang digunakan untuk anak-anak :
Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg ( tablet) per hari
Anak diatas usia 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah
sembuh. Cara pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan
air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
Teruskan ASI / berikan susu PASI
Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :
- Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan,
sayur, daging / ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop
tiap porsi
- Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium
- Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik
- Bujuklah anak untuk makan
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan
makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
d) Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut :
Buang air besar cair lebih sering
Muntah terus menerus
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Anak harus diberi oralit dirumah apabila :
Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C
Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk
Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.
Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.
Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total Osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan
24 jam.
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Untuk anak usia < 2 tahun : berikan 50-100 mL tiap kali buang air.
- Untuk anak usia > 2 tahun : berikan 100-200 mL tiap kali buang air.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
itu harus dibuang.
8 10,9
BB < 5 kg 5 7,9 kg 11 15,9 kg 16 29,9 kg 30 kg
kg
200 400 400 600 600 800 800 1200 1200 2200 2200
Jmlh
ml ml ml ml ml 4000 ml
Jika anak minta minum lagi, berikan.
a. Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
Berikan minum sedikit demi sedikit.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral
perlahan.
Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.
b. Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.
Mulai beri makan anak di klinik.
c. Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
Rencana Terapi A.
Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
- Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.
- Beri tablet zinc.
- Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.
- Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.
Dukungan Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak
sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi buruk. ASI
tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan diberikan
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.
3. Suplementasi Zinc
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa
zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada
fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epitel
selama diare. Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara
sedang berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes,
polyribosomes, membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu
pertumbuhan sel dan meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu
diketahui juga bahwa selama diare berlangsung zinc hilang bersama diare
sehingga hal ini bisa memacu kekurangan zinc ditubuh.
Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa
mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka
kekambuhan sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa
mengurangi jumlah tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak
ada efek samping pada penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala muntah.
Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai
obat pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten
serta diare berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan
zinc dikatakan zinc bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk
pengobatan diare bisa menekan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. 1,3,6
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi
yaitu pada diare berdarah dan kolera.
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering,
atau belum membaik dalam tiga hari. Indikasi rawat inap pada penderita diare akut
berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan
terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang sudah dengan komplikasi.
L. PROBIOTIK
Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang
adekuat akan memberi keuntungan menyehatkan pada individu.2
Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei atau
lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan
mengaktivasi makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang diproduksi
oleh organisme-organisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa bahan metabolit,
peptide dan enzim.2
Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan
mikroflora secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat
membantu rekolonisasi.
Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus
reuteri, dapat menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam dan
parameter kelainan lainnya. Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap penyakit ini
seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan formula probiotik profilaksis secara teratur.
Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode penyakit dan jumlah hari
kesakitan akibat diare dan demam.
Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh
secara in situ di lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia,
mikroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas immunomodulatory, termasuk
pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem imun, produksi musin,
down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan
permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi
produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya.
Enzim akan memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat membantu
keadaan malabsorbsi laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara umum,
mikroorganisme akan menggunakan laktosa sebagai substrat. Hasilnya, konsentrasi
laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak difermentasi.
Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan memproduksi tekanan
osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke dalam lumen usus,
akibatnya karbohidrat yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di
usus kecil.
Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9.
Rekomendasi dari Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6.
Jika kita memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak tercapai yang
berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik Lactobacillus
umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.
M. PENCEGAHAN DIARE
Upaya pencegahan diare: 4,6
1. Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumpulkan data penelitian dari 14
negara mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan
menyimpulkan bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas
sebesar 6-20 % dan mortalitas 24 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk
bayi dan anak balita penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 9 %.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri,
(2) rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4)
kurang sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukKan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan, dan
sebelum masak dan setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan
morbiditas diare sebesar 14 48% .2
BAB III
PENUTUP
1. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,
disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu
2. Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral. Faktor resiko ( Faktor
umur, Infeksi asimtomatik, Faktor musim, Epidemi dan pandemik)
3. Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus. Etiologi diare dapat dibagi
dalam beberapa faktor, yaitu: Faktor infeksi, Faktor Malabsopsi, Faktor makanan :
makanan, Faktor Psikologis
4. Gejala klinis: Bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair,
mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya
lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat,
yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
5. Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu:Rehidrasi, Dukungan nutrisi, Suplementasi
Zinc, Antibiotik selektif, Edukasi orang tua
6. Upaya pencegahan diare:Penggunaan ASI, Perbaikan pola penyapihan,
danPerbaikan higiene perorangan