Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Oleh :
Lulu Zamzami
NPM 1102013157

Pembimbing :
dr. H. Edy Kurniawan, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD ARJAWINANGUN KAB. CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI- JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,terutama paru-
paru (PUSDATIN, 2015). Penyakit ini diderita jutaan orang pertahun dan bersama HIV
menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia (WHO, 2015). Menurut WHO, ada
8,6 juta kasus TB, 1,3 juta diantaranya meninggal, dan diperkirakan 450.000 orang
yang berkembang menjadi multidrug-resistant TB (MDR-TB) pada tahun 2013
(Chuang et al, 2015).
Pada tahun 2014, Asia mendapatkan kasus TB terbesar yaitu 58%, diikuti Afrika
28%, proporsi yang lebih kecil Mediterania Timur 8%, Eropa 3% dan Amerika 3%
(WHO, 2015). Di Taiwan, TB menjadi insiden dan mortalitas tertinggi dibandingkan
penyakit lainya dalam beberapa tahun (Chuang et al, 2015). Prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4
persen, tidak berbeda dengan tahun 2007 (Riskesdas, 2013).
Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti mendapat ko-infeksi
TB/HIV, TB yang resisten obat, dan tantangan lainya dengan tingkat kompleksitas
yang makin tinggi.Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB
baru dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Meskipun memiliki beban
penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden
Country (HBC) diwilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global
TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006 (Kemenkes RI,
2011).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh
spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis
berkiju pada jaringan setiap organ;pada manusia,paru-paru adalah tempat utama infeksi
dan biasanya merupakan pimtu gerbang masuknya infeksi ke organ lainya (Dorland,
2011).
2.2 Cara penularan
Proses terjadinya infeksi oleh M.tuberculosis biasanya secara inhalasi,sehingga
TB paru merupakan menifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainya.
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet
nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau
berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA) (Setati S, 2014).
Cara penularan menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2011 :
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

3
2.3 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan
suatudefinisi kasus yang meliputi empat hal,yaitu (Kemenkes RI, 2011):
a. Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru
b. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : BTA positif atau
BTA negatif
c. Riwayat pengobatan TB sebelumnya,pasien baru atau sudah pernah diobati
d. Status HIV pasien.

Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat. Saat ini sudah tidak di masukkan
dalam penentuan definisi kasus
Beberapa istilah dalam definisi kasus :
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
didiagnosis oleh dokter atau petugas TB untuk diberikan pengobatan TB.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan,sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

2.3.1 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site) yang terkena :


1. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hillus.
2. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelanjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu diklasifikasikan sebagai TB paru.

4
2.3.2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,keadaan ini
terutama ditunjukan pada TB paru :
1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukan gambaran tuberculosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
d. 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi :
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b. Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberculosis.
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT,bagi
pasien dengan HIV negatif.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

2.3.3 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya


Klasifikasi berdasrkan riwayat pengobatan sebelumnya disebut sebagai tipe
pasien,yaitu :
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu ). Pemeriksaan BTA bisa
postif atau negatif.
2. Kasus yang sebelumnya diobati

5
a. Kasus sembuh (Relaps)
Adalah psien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
b. Kasus setelah putus obat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
c. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
3. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan
pengobatanya.
4. Kasus Lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,seperti yang
i. tidak diketahui riwayat oengibatan sebelumnya,
ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatanya,
iii. kembali diobati dengan BTA negatif.

2.4 Patogenesis
2.4.1 Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman di batukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,tergantung pada
ada tidaknya sinar ultraviolet,ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam
suasana lembap dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer,kemudian baru oleh makrofag.

6
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru,berkembang biak dalam sito-
plasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang
primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai
ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui
saluran gastrointestinal,jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar
ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka terjadilah penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB
milier (Setiati S, 2014).

2.4.2 Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas
menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal
ginjal. Tuberkulosis pasca-primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di region atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau
inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus
hiller paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang
terdiri dari sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak
inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. TB pasca
primer juga dapat berasal dari infesi eksogen dari usia muda menjadi TB usia

7
tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,virulensi-nya dan
imunitas pasien,sarang dini ini dapat menjadi:
a. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
b. Sarang yang mula-mula meluas,tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi
keras,menimbulkan per-kapuran. Sarang dini yang meluas sebagai
granuloma berkembang menghancyrkan jaringan ikat sekitarnya dan
bagian tengahnya menjadi nekrosis,menjadi lembek membentuk jaringan
keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas
ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besarm sehingga menjadi
kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas adalah karena
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang di produksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk
perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada
imunodefisiensi dan usia lanjut (Setiati, 2014).

2.5 Gejala Klinis


Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan.Keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC.Serangan demam pertama
dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali (Setiati,
2014).
b. Batuk/batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang

8
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru.
d. Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan
napasnya.
e. Malaise. Penyekit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur (Setiati, 2014).

2.6 Diagnosis
2.6.1 Diagnosis TB Paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu,pagi,sewaktu (SPS)
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.

9
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
torax saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB Paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

2.6.2 Diagnosis TB ekstraparu.


a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis),pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainya.
b. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,bakteriologis dana
tau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

2.6.3 Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)


Pada ODHA, didiagnosis TB paru dan TB ekstra paru ditegakkan sebagi
berikut :
1. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahak
positif.
2. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dan
gambaran klinis & radiologis mendukung TB atau BTA negatif dengan
hasil kultur TB positif.
3. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis,bakteriologi dana tau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh
yang terkena (Kemenkes RI, 2011).

2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis dibagi menajdi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri
dari panduan obat utama dan tambahan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006). Kepatuhan pengobatan adalah faktor penentu utama dalam hasil

10
tatalaksana, untuk itu kombinasi 3 obat (rifampisin,isoniazid,pyrazinamid)
bisa digunakan pada 2 bulan awal pengobatan, dan 2 obat
(rifampisin,isoniazid) 4 bulan fase lanjutan pengobatan (National Institute for
Health and Care Exellent, 2016).

2.7.1 TB paru (kasus baru),BTA positif atau lesi luas


Panduan obat yang diberikan : 2 RHZE/4RH
Alternatif : 2 RHZE/4R3H3 atau (program P2TB)
2 RHZE/ 6HR
Panduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+),kasus baru.
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran raiologik lesi luas (termasuk luluh
paru).
c. TB di luar paru kasus berat (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

2.7.2 TB Paru (kasus baru),BTA negatif


Pedoman obat yang diberikan : 2 RHZ/4RH
Alternatif : 2 RHZ/4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologic lesi minimal.
b. TB di luar paru kasus ringan.

2.7.3 TB Paru kasus kambuh


Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan
obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau
lebih lama dari pengobatan sebelumnya,sehingga paduan obat yang diberikan
: 3RHZE/6RH.

11
Bila tidak ada/tidak dilakukan uji resistensi,maka alternatif diberikan paduan
obat : 2 RHZES/1 RHZE/ 5 R3H3E3 (Program P2TB) (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2006).

12
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Gempol
MRS tanggal : 12-7-17

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam 1 bulan SMRS
Keluhan Tambahan: Batuk kering 1 bulan, sesak nafas (+), sakit kepala (+),
mual (+), lemas (+)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 12 Juli 2017 pada pukul 21.00 dengan
keluhan demam sejak 1 bulan SMRS. Pasien juga mengeluhkan batuk tanpa dahak
,sesak nafas, sakit kepala, mual, tanpa muntah disertai dengan keringat malam hari.
BAB dan BAK dalam batas normal. Sebelumnya pasien pernah mempunyai riwayat
merokok 1 hari 1 bungkus dan sekarang sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), penyakit hati kronis (-
) asthma (-), keganasan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga

13
Tidak ada anggota keluarga pasien dengan keluhan seperti yang pasien
rasakan..
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-), keganasan
(-), TBC ( - ).
Riwayat Pengobatan
Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien tinggal di rumah bersama keluarga.
Pasien menggunakan asuransi BPJS
Kesan ekonomi : menengah kebawah

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 100 kali per menit, reguler.
Pernafasan : 24 kali per menit, thorakoabdominal.
Suhu : 37oC.
SpO2 : 99%

Status Lokalis
Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : hitam dan tidak mudah rontok.
- Udema (-).
- Malar rash (-).

14
- Hiperpigmentasi (-).
- Nyeri tekan kepala (-).
-
Mata :
- Alis : normal.
- Exopthalmus (-/-).
- Ptosis (-/-).
- Nystagmus (-/-).
- Strabismus (-/-).
- Udema palpebra (-/-).
- Konjungtiva: anemia (-/-), hiperemis (-/-).
- Sclera: icterus (-/-), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
- Pupil : isokor, bulat, miosis (-/-), midriasis (-/-).
- Kornea : normal.
- Lensa : normal, katarak (-/-).
- Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
Telinga :
- Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-/-).
- Napas cuping hidung (-/-).
- Perdarahan (-/-), secret (-/-).
- Penciuman normal.

15
Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianosis (-).
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-), kemerahan
di pinggir (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukosa : normal.
- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.
Leher :
- Simetris (-).
- Kaku kuduk (-).
- Pemb.KGB (-).
- Trakea : di tengah.
- JVP : R+2 cm.
- Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).
- Pembesaran thyroid (-).

Thorax
Pulmo :
Inspeksi :
- Bentuk: simetris.
- Ukuran: normal, barrel chest (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris.
- Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevi (-),
massa (-), sikatrik (-) hiperpigmentasi (-).
- Fossa supraclavicula dan fossa infraclavicula : cekungan simetris

16
- Penggunaan otot bantu napas: sternocleidomastoideus (-), otot
intercosta(-).
Palpasi :
- Pergerakan dinding dada : simetris
- Fremitus taktil :
a. Lobus superior : D/S sama
b. Lobus medius dan lingua: D/S sama
c. Lobus inferior : D/S sama
- Nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi :
- Sonor (+/-).
- Nyeri ketok (-).
- Batas paru hepar : ICS 6 LMC
Auskultasi :
- Suara napas vesikuler (+/+), ha
- Suara tambahan rhonki (-/-).
- Suara tambahan wheezing (-/-).

Cor :
Inspeksi: Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil (-).
Perkusi : - batas kanan jantung : ICS IV linea sternalis dextra
batas kiri jantung : ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).


Abdomen
Inspeksi :

- Bentuk : distensi (-),


- Umbilicus : masuk merata.

17
- Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-),
petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), luka bekas operasi (-),
hiperpigmentasi (-).

Auskultasi :
- Bising usus (+) normal.
- Metallic sound (-).
- Bising aorta (-).
Palpasi :
- Turgor : normal.
- Tonus : normal.
- Nyeri tekan (-) epigastrium
- Hepar/lien/renal tidak teraba.
Perkusi :
- Timpani (+) pada seluruh lapang abdomen
- Nyeri ketok CVA: -/-

Extremitas :
Ekstremitas atas :
- Akral hangat : +/+
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
- Infus terpasang +/-
Ekstremitas bawah:
- Akral hangat : +/+

18
- Deformitas : -/-
- Edema: -/-
- Sianosis : -/-
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-

IV. RESUME
Pasien 60 tahun datang ke IGD RSUD Arjawinangun dengan keluhan utama
demam selama 1 bulan sebelum masuk RS. Keluhan disertai batuk tanpa dahak ,sesak
nafas, sakit kepala, mual, tanpa muntah disertai dengan keringat malam hari. BAB dan
BAK dalam batas normal.
Sebelumnya pasien pernah mempunyai riwayat merokok 1 hari 1 bungkus dan
sekarang sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik didapatkan. Kesadaran : komposmentis, Tekanan darah : 110/70
mmHg, pada perkusi terdapat suara sonor di seluruh lapang paru. Pada auskultasi tidak
ditemukan suara nafas tambahan seperti wheezing atau rhonki

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Darah Lengkap 12/7/17 :


Parameter Hasil Nilai normal
Hemoglobin 12,1 13-18
Hematokrit 36,4 39,0-54,0
Leukosit 12.100 4000 11000
Trombosit 487000 150000 - 450000
Eritrosit 4,23 4,4 6,0
Eosinofil 3,5 0-3
Basofil 1,6 0-1
Segmen 72,7 50 - 70

19
Limfosit 12,0 20 40
Monosit 10,2 2-8

Mikrobiologi
Sputum BTA (Pagi) Positif 1 Permintaan : 13/7/17
Hasil : 15/7/17

Sputum BTA (Sewaktu) 5 BTA Permintaan : 13/7/17


Hasil : 14/7/17

Pemeriksaan Radiologi

Cor tidak membesar, sinuses dan diafragma normal


Pulmo: Tampak noda dan garis keras disertai perbercakan lunak disekitarnya pada
kedua lapangan paru
Kesan : TB Paru aktif

20
Pemeriksaan EKG

V. DIAGNOSIS KERJA

Tuberkulosis Paru

VI. PENATALAKSANAAN
Usulan Terapi
Medikamentosa:

IVFD RL 30 tpm
O2 3-4 Lpm
Inj. Antrain 3x1 p.r.n
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Ambroxol 3x30 mg PO

Non Medikamentosa:
1. Tirah baring.
2. Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita
pasien dan penatalaksanaannya serta pencegahannya.

21
Rencana Monitoring :
Evaluasi kesadaran, tanda vital, keluhan.

VII. PROGNOSA
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad functionam : Dubia
Quo Ad sanationam : Dubia ad Bonam

DATE SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT PLANING


17/7/17 Tidak ada keluhan TD : 110/70 -
P : 80x/menit IVFD RL 30
R : 24x/menit tpm
S : 36,3OC O2 3-4 Lpm
Mata : Ca(-/-), Si(-/-) Inj. Antrain 3x1
Leher : T.A.K p.r.n
Pulmo : VBS kanan = Inj. Ranitidin
kiri, RH (-/-), WH (-/-) 2x1 amp
COR : BJ 1-2 reg, GL(-), Ambroxol 3x30
Mur (-) mg PO
Abdo:nyeri tekan
epigastrium (-) ,
undulasi(+), shifting
dullness(+), pitting
edema(-), ketok CVA (-)
Ekstre : Akral hangat,

22
DAFTAR PUSTAKA

Chuang,et al.2015.Cigarette smoke is a risk factor for severity and treatment outcome
in patients with culture-positive tuberculosis.Therapeutics and Clinical Risk
Management II:1539-1544.
Dorland,W.A Newman.2011.Kamus Saku Kedokteran Dorland.Jakarta:EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).2011.Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta:Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).2011.Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.Jakarta:Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).2013.Riset Kesehatan
Dasar.Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
National Insitute for Health and Care Exellence.2016.Tuberculosis, prevention,
diagnosis, management, and service organization.Internal Clinical Guidelines
Team:194.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2006.Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia.Jakarta:Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Kementrian Kesehatan RI.2015.Tuberkulosis,
Temukan, Obati Sampai Sembuh. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdf
[Accessed on 14 January 2016].
Setiati,S et al.2014.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
VI.Jakarta:InternaPublishing.
World Health Organization.2015.Global Tuberculosis Report.Available from :
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/ [Accessed on 14 Januray
2016].

23
24

Anda mungkin juga menyukai