Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN PASIEN DAN KETENAGAAN

Oleh :

KRISTI ANNATASYA REWAH

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan dan
dituntut bagi setiap profesi yang terlibat, terlebih khusus bagi pelayanan kesehatan
yang ada diseluruh dunia, oleh sebab itu sangat dibutuhkan manajemen yang
benar untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan yang professional.
Schein (2008:2) memberi definisi manajemen sebagai profesi. Menurutnya
manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara
profesional, karakteristiknya adalah para professional membuat keputusan
berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka
karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus
ditentukan suatu kode etik yang kuat.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000). Kelly & Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010).
Fungsi manajemen pertama sekali diidentifikasi oleh Fayol (1925) yaitu
perencaanaan, organisasi, perintah, koordinasi, dan pengendalian. Gulick (1937)
memperluas fungsi manajemen Fayol menjadi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), personalia (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), dan pembiayaan
(budgeting).
Dalam mewujudkan manajemen yang benar, kita memerlukan tenaga-tenaga
yang professional, oleh sebab itu seleksi serta pengelolaan ketenagaan sangat
diperlukan sebagai ukuran menentukan jumlah dan kualitas dari ketenagaan yang
diperlukan menurut standart professional keperawatan. Oleh sebab itu dasar dari
penentuan ketenagaan professional tentunya harus berdasarkan tingkat kebutuhan
pasien pada pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian
Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan sekelompok
orang-orang untuk mewujudkan tujuan (Gillies, 1996). Pada dasarnya semua
metoda ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga
keperawatan di rumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang
bersangkutan. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan harus betul-betul
direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang - ulang karena akan
membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak efektif dan efisien.
Ketergantungan pasien dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Edwaston
dalam Gillies (1994) pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan
klinis dapat diobservasi oleh perawat. Sistem ketergantungan pasien ini
dikelompokkan sesuai dengan tingkat ketergantungannya pada perawat atau lama
waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai kebutuhan pasien.
Pengkategorian atau pengelompokan tingkat ketergantungan pasien menurut
Swansburg dan Swansburg (1999), membagi tingkat ketergantungan pasien
menjadi 5 kategori, yaitu:
Kategori I (perawatan mandiri), yang terdiri dari: (1) kegiatan makan,
minum dilakukan sendiri atau dengan sedikit bantuan, merapikan diri
dilakukan sendiri dan kebutuhan eliminasi ke kamar mandi serta mengatur
kenyamanan posisi tubuh dapat dilakukan sendiri, (2) keadaan umum baik,
masuk rumah sakit untuk check up atau bedah minor, (3) kebutuhan
pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: membutuhkan penjelasan
untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasan persiapan pulang,
emosi stabil, (4) pengobatan dan tindakan tidak ada atau hanya tindakan
dan pengobatan sederhana.
Kategori II (perawatan minimal), yaitu: (1) kegiatan sehari-hari, persiapan
makan dan minum dibantu oleh perawat, masih dapat makan dan minum
sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan, perlu dibantu ke kamar
mandi/menggunakan urinal, kenyamanan posisi tubuh dapat melakukan
sendiri dengan sedikit bantuan, (2) keadaan umum tampak sakit ringan,
perlu observasi tanda vital, (3) kebutuhan pendidikan kesehatan dan
dukungan emosi: perlu 10-15 menit per shift, sedikit bingung atau agitasi,
tapi dapat terkendali dengan obat, (4) pengobatan dan tindakan: perlu 20-
30 menit per shift, sering evaluasi efektifitas pengobatan dan tindakan,
perlu observasi status tiap 2 jam.
Kategori III (perawatan moderat), yaitu: (1) aktifitas makan dan minum
disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan makanan, tidak dapat
merapihkan diri sendiri, eliminasi di pispot dan urinal, sering ngompol,
kenyamanan posisi tubuh tergantung pada perawat, (2) keadaan umum:
gejala akut dapat hilang timbul, perlu observasi fisik dan emosi tiap 2-4
jam. Pasien terpasang infus, dimonitor setiap 1 jam, (3) kebutuhan
pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: perlu 10-30 menit tiap shift,
gelisah, menolak bantuan, cukup dikendalikan dengan obat, (4)
pengobatan dan tindakan: perlu 30-60 menit per shift, perlu sering diawasi
terhadap efek samping pengobatan dan tindakan, perlu observasi status
mental tiap satu jam.
Kategori IV (perawatan ekstensif/semi total), yaitu: (1) kegiatan makan,
minum tidak bisa mengunyah dan menelan makanan, perlu per sonde,
merapihkan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan
kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih
dari dua kali per shift, kenyamanan posisi perlu dibantu oleh dua orang, (2)
keadaan umum: tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,
gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau, (3) kebutuhan
pendidikan kesehatan dan dukungan emosi: perlu lebih dari 30 menit per
shift, keadaan pasien gelisah, agitasi tidak terkendali dengan obat, (4)
pengobatan dan tindakan: perlu lebih dari 60 menit per shift, perlu
observasi status mental tiap kurang dari satu jam.
Kategori V (perawatan intensif/total), dimana pasien yang termasuk
kategori ini memerlukan tindakan dan pengawasan intensif atau terus
menerus dan diperlukan satu perawat untuk satu pasien. Semua kebutuhan
pasien diurus/dibantu perawat.
Model Asuhan Keperawatan Profesional
Model Asuhan Keperawatan Professional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).
Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP). Katz, Jacquilile (1998) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah
Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Tomey,
Mariner 1996) yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawa-tan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
Langkah Perencanaan Tenaga Keperawatan
Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Druckter dan Gillies (1994)
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan.
b. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan.
c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
e. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
f. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift.
g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Manajemen Ketenagaan Keperawatan
Mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi kepuasan pengguna
jasa.
3. Klasifikasi Pasien
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas
(1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien
berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standart sebagai
berikut :
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2
jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu
3-4 jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) makan dan minum melalui selang lambung
5) pengobatan intravena perdrip
6) dilakukan suction
7) gelisah / disorientasi
8) perawatan luka kompleks.
4. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada di suatu
unit perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut (Gillies, 1996). Metode
penugasan terdiri dari:
Metode Fungsional
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan
tugas keperawatan yang terlibat di dalam setiap perawatan pasien dan
penugasan masing-masing anggota staf keperawatan untuk melakukan satu
atau dua fungsi bagi semua pasien di dalam sebuah unit.
Kelebihannya :
Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk menjadi sangat
terampil di dalam melakukan satu atau dua tugas yang merupakan
spesialisasinya.
Kekurangannya :
Perawatan setiap pasiennya di pilah-pilah, tidak total sehingga proses
keperawatan sulit diterapkan dan perawat melihat askep hanya sebagai
keterampilan saja.
Metode Tim
Konsepnya adalah :
1. Ketua tim adalah perawat yang berpendidikan luas dan berpengalaman.
2. Komunikasi efektif diperlukan untuk kelanjutan askep. Dokumentasi
harus selalu divalidasi.
3. Pelaksanaan metode tim harus fleksibel, dapat dilakukan pada shift
pagi, sore, dan malam.
Keuntungannya :
1. Pelayanan keperawatan yang komprehensif.
2. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat di tekan melalui rapat
tim.
4. Memberi kepuasan bagi anggota tim melalui hubungan interpersonal.
Kerugiannya :
1. Rapat tim memerlukan waktu.
2. Tidak dapat dilakukan bila perawat belum terampil atau
berpengalaman.
3. Pertanggung jawaban dalam tim tidak jelas.
Metode Utama (Gillies, 1996)
Metode penugasan utama bekerja baik di dalam sebuah organisasi dengan
staf perawat yang semuanya berijazah. Masing-masing perawat diberikan
seluruh tanggung jawab bagi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
perawatan pasien untuk semua beban tugas kecil. Dalam metode ini,
seorang perawat bertanggung jawab dalam askep klien yang menjadi
tanggung jawabya selama 24 jam terus-menerus dari datang sampai
pulang. Keperawatan tim merupakan sebuah metode penugasan perawatan
yang dimaksudkan untuk menghasilkan sekelompok perawat professional,
teknis dan penyokong. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman serta punya pengetahuan di bidangnya.
Metode Modular
Metode modular adalah pengorganisasian pelayanan/askep yang dilakukan
perawat professional untuk sekelompok klien semenjak masuk rumah sakit
sampai pulang (tanggung jawab total). Untuk metode ini perlu perawat
yang berpengetahuan, terampil, dan punya kemampuan kepemimpinan.
Keuntungan dan kerugian metode ini merupakan gabungan metode primer
dan tim.
Langkah-Langkah Perencanaan Tenaga Menurut Druckter (Gillies,
1989, p.229)
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban kerja pelayanan keperawatan.
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan.
3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat.
4. Menerima dan Melakukan seleksi terhadap calon yang ada.
5. Menentukan tenaga peawat sesuai dengan unit dan shift.
6. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas untuk
melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.
5. Teknik Memperkirakan Atau Forcasting Tenaga
Teknik Delphi
Dilakukan survey kebutuhan tenaga, hasilnya dilaporkan dan dianalisa
oleh ahli untuk dilakukan survey kembali, apakah peningkatan beban kerja
perlu tambahan tenaga kerja.
Analisa Kecenderungan (Ekstrapolasi Dan Indeksasi).
Ekstapolasi adalah memperhitungkan perubahan masa lalu untuk membuat
proyeksi di masa datang. Indeksasi adalah metode estimasi kebutuhan
tenaga di waktu akan datang dengan menandai tingkat perkembangan
karyawan.
Analisa Beban Kerja
Dengan memperhitungkan dan menganalisa beban kerja, job deskripsi, job
spesifikasi, dan job distribusi.
E. Cara Perhitungan Tenaga Keperawatan
Ada berbagai cara penghitungan tenaga perawat di rumah sakit antara lain:
Lokakarya Nasional Keperawatan (1983), Permenkes 262/1979, serta metode
menurut Gillies (1994). Metode Lokakarya Nasional Keperawatan menambah 25
% tenaga cadangan.
Metode yang lain adalah metode jam kerja efektif yang didasarkan pada
tingkat ketergantungan pasien pada jam perawatan yang diperoleh dari seorang
perawat dan data sensus harian pasien yang dikembangkan Gillies ( 1994 ).
Menurut Douglas (1994) Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Minimal care memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam.
b. Partial care memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
c. Total care memerlukan waktu lebih dari 5 jam.
Metode Douglas
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga pearawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam
teragantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini:

Jumlah Klasifikasi Pasien


pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,15 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Contoh :
Ruang rawat dengan 14 orang klien, dimana 7 orang dengan ketergantungan
minimal, 4 orang dengan ketergantungan partial dan 3 orang dengan
ketergantungan total.
Minimal Partial Total Jumlah :
1. Pagi (0.17 x7 ) =1.19 (0.27 x 4) =1.08 (0.36 x 3) =1.08 Total =3.35
(3orang)
2. Siang (0.14 x 7) =0.98 (0.15 x 4) =0.6 (0.30 x 3) =0.9 Total =2.48
(2 orang)
3. Malam (0.10 x 7) =0.7 (0.07 x 4) = 0.28 (0.20 x3) = 0.6 Total =1.58
(2orang)
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari adalah 7 orang perawat.
Metode Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan. Bisa
digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang
umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262
tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5
D 1/15 1/2 1/6 2/3
KHUSUS DISESUAIKAN

Keterangan :
1. TM: Tenaga Medis
2. TT: Tempat Tidur
3. TPP: Tenaga Para Medis Perawatan
4. TPNP: Tenaga para medis non perawatan
5. TNP: Tenaga non medis.
Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy
unit perawatan adalah sebagai berikut:
AxBxC= F=H
(C - D) x E G
Keterangan :
A: Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B: Rata-rata jumlah pasien /hari
C: Jumlah hari/tahun
D: Jumlah hari libur masing-masing perawat
E: jumlah jam kerja masing-masing perawat
F: Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G: Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H: Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip Perhitungan Gillies
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
Waktu Keperawatan Langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = x 4
= 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
Waktu Keperawatan Tidak Langsung
RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
Wolfe& Young (Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari= 1 jam/klien/hari
Waktu Penyuluhan Kesehatan
Lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
Jumlah hari dalam 1 tahun adalah 365 hari.
Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari,
dan cuti tahunan = 8 hari).
Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh:
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari, rata rata = 15 klien /
hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total). Jumlah
jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam
kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari. Jumlah hari libur: 73 hari
(52+8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam =36 jam
jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung 17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan= 17 orang klien x 0,25 =4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06
orang (15orang) (36573) x 72044
Metode Swansburg
Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari
Jam kerja/hari
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 15 klien rata rata perhari. Jumlah jam
kontak langsung perawat klien = 5 jam /klien/hari.
Total jam perawat /hari : 15 x 5 jam = 75 jam jumlah perawat yang
dibutuhkan : 75 / 7 = 10,714 (11 orang) perawat/hari.
Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 11 x 7 (1
minggu) = 77 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 75/6 =
12 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja
perminggu dan 7 jam/shift). Menurut Warstler dalam Swansburg dan
Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas
dalam satu hari pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 15 % Sehingga
jika jumlah total staf keperawatan/hari =11orang
Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7orang
Sore : 36% x14 = 5,04= 5orang
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
Standar Ketenagaan Perawatan Dan Bidan Di Rumah Sakit
Pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan
memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model
pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Rawat Inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b) Rata-rata pasien per hari
c) Jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien
d) Jam perawatan yang diperlukan/ ruanagan / hari
e) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
No Jenis kategori Rata rata Rata- rata jam Jumlah jam
pasien / perawat pasien perawat / hari
hari /hari (cxd)
A B C D E
1 Pasien P.Dalam 8 3,5 28
2 Pasien bedah 6 4 24
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13.5
5 Pasien 2 2,5 5
kebidanan
Jumlah 20 80.5

Keterangan : Berdasarkan penelitian dari luar negeri, jumlah tenaga keperawatan


yang diperlukan adalah:
Jumlah jam perawatan = 80.5 = 11 Perawat
Jam kerja efektif per shift 7 jam
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi)
dengan :
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52 +12 + 14 x 13 = 3,5
286
Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)
Seperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-
alat makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1. Jadi jumlah
tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi = 13 + 3,5 + 4,1 =
20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan).
2. Tingkat ketergantungan pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan pada kebutuhan terhadap asuhan
keperawatan/ asuhan kebidanan, meliputi:
a. asuhan keperawatan minimal
b. asuhan keperawatan sedang
c. asuhan keperawatan agak berat
d. asuhan keperawatan maksimal
Contoh kasus:
No Kategori Rata Jumlah jam Jlh jam
rata jumlah perawat/hari perawatan
pasien / hari ruangan/hari
(cxd)
A B C D E
1 Askep minimal 8 2,00 16.00
2 Askep sedang 6 3,08 18.48
3 Askep agak berat 10 4,15 41.5
4 Askep maksimal 2 6,16 12.32
Jumlah 26 88.3
3. Berdasarkan Penelitian Di Luar Negeri
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 12.61 =13 perawat
Jam kerja efektif perawat 7 jam
ditambah (factor koreksi) dengan loss day:
52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4
286
non-nursing jobs 25% (Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 +
3,4) x 25% = 3,9 Jadi, jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia +
factor koreksi = 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang
perawat/ bidan)
Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :
a. Jumlah dan jenis operasi
b. Jumlah kamar operasi
c. Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/im). Tingkat ketergantungan pasien:
a. Operasi besar: 5 jam/ operasi
b. Operasi sedang: 2 jam/ operasi
c. Operasi kecil: 1 jam / operasi
Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2
jam kerja efektif/ hari
Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:
operasi besar: 5 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 7 orang
cara penghitungan:
{(5 x 5 jam) + (15 x 2) + (7 x 1)} x 2 =17.71 + 1 (perawat cadangan inti)
7 jam
Total 18 perawat + 1 perawat cadangan inti
Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
Ketergantungan di RR : 1 jam
1,15 x 30 = 4,92 orang (dibulatkan 5 orang)
7
Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi dipersiapkan
olehCSSD.
Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
a. Rata-rata jumlah pasien perhari
b. Jumlah jam perawatan perhari
c. Jam efektif perhari
Contoh kasus:
Rata-rata jumlah pasien perhari = 35
Jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
Jam efektif perhari = 7 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:
35 x 4 = 20 orang + loss day ( 78 x 20) = 20 orang + 5 = 25 orang
7 286
Critical Care
Rata-rata jumlah pasien perhari = 9
Jumlah jam perawatan perhari = 12
Jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:
9 x 12 = 15.42 = 15 orang + loss day ( 78 x 15) = 15 + 4 orang = 19 orang
7 286
Rawat Jalan
Jumlah pasien perhari = 90
Jumlah jam perawatan perhari = 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:
90 x 15 = 3 orang + koreksi 15% ( 3 x 15%) = 3 orang + 0,4 = 3 orang
7 x 60
Kamar Bersalin
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d.
kala IV = 4 jam/ pasien, jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari rata-rata
jumlah pasien setiap hari = 8 orang.
Contoh: jumlah bidan yang diperlukan adalah:
8 x 4 jam = 4.5 = 5 orang + loss day ( 78 x 1.5 ) = 5 + 2 = 7 orang
7 jam/hr 286
BAB III
PENUTUP

Keperawatan merupakan bagian dari profesi dalam bidang kesehatan, yang


berperan penting dalam pelayanan bagi masyarakat. Oleh sebab itu ketenagaan
keperawatan harus berimbang dengan tingkat ketergantungan pasien terhadap
perawat.
Perhitungan ketenagaan yang tepat dan sesuai dengan ketergantungan pasien
terhadap perawat sangat diperlukan agar kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan bisa tercapai dengan ketenagaan yang benar-benar terukur sesuai
standart setiap layanan kesehatan.
Dan dari metode-metode perhitungan ketenagaan keperawatan yang di dapati
dari sumber-sumber penelitian, metode dari Douglas 1994 dan Gillies 1994 yang
paling banyak digunakan di instansi pelayan kesehatan, dikarenakan hasil dari
perhitungannya mampu menyeimbangi beban kerja perawat yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan pasien terhadap perawat.
Perhitungan yang tepat dan benar mengenai ketenagaan perawat professional
bagi pasien dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi. Untuk itulah
metode perhitungan sangat berperan penting untuk memaksimalkan pelayanan
keperawatan yang professional.
DAFTAR PUSAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/57094/4/Chapter%20II.pdf

https://www.academia.edu/7782748/KONSEP_MANAJEMEN_ASUHAN_KEPE
RAWATAN

https://www.academia.edu/9809275/BAB_II_PENGELOLAAN_PELAYANAN_
KEPERAWATAN

https://www.academia.edu/10107335/MODEL_TIM_KEPERAWATAN

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39138/4/Chapter%20ll.pdf

www.academia.edu/7782748/KONSEP_MANAJEMEN_ASUHAN_KEPERAW
ATAN

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45574/4/Chapter%20II.pdf

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/60/33

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-MANAJEMEN-2011.pdf

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/0%20BUKU%20MANAJEMENMAK%2016
5%20197.pdf

https://www.academia.edu/10088908/Jurnal_Manajemen_ASKEP

http://eprints.uny.ac.id/9870/2/BAB%202%20-%2006209241002.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59042/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai