Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Resensi Buku Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-


Syari'ah

DISUSUN OLEH :

SYLVIA MEIRISA PUTRI

1536200283

DOSEN : INDRAWATI, SS., M.Pd

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2015-2016
BAB 1
IDENTITAS BUKU

Judul : Prinsip Dasar Ekonomi Islam


Perspektif Maqashid Al-Syari'ah
Pengarang : Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.E.I.
Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc., M.S.Sc.
Penerbit : Kencana
Jumlah Halaman : 308 Halaman
Tahun Terbit : 2014
Harga Buku : Rp. 63.000
Kertas Yang Dipakai : CD
Cetakan :1
Bahasa : Indonesia
Cover : Soft
Ukuran : 14 X 21 cm
Berat : 300 gram
Kondisi : Baru
Stock :1

2
BAB 2

PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Isi Buku
Pada dasarnya maqashid al-syariah merupakan dasar ekonomi Islam yang
berasal dari Allah SWT yang bertujuan memberikan kemaslahatan kepada manusia,
berupa kebutuhan daruriyah, hajiyah, dan tahsiniyah supaya manusia dapat hidup
dalam kebaikan dan menjadi hamba-Nya yang baik. Produksi barang kebutuhan dasar
secara khusus dipandang sebagai kewajiban sosial (fard al-kifayah) sehingga dapat
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui keadilan pendistribusian.
Prinsip dasar ekonomi Islam dalam perspektif maqashid al-syariah ini tidak
hanya populer di kalangan akademisi, tapi juga populer di kalangan praktisi ekonomi
Islam. Prinsip dasar ekonomi Islam ini tidak saja menjadi tujuan dan esensi ekonomi
Islam, tetapi juga sebagai dasar bangunan ekonomi Islam.
Semakin populernya prinsip ekonomi Islam dalam kegiatan bisnis di Indonesia
saat ini, maka dibutuhkan aturan hukum (Islam) yang lugas dan prinsipil bagi
masyarakat. Buku ini menyajikan dan membahas kaidah penting seputar prinsip dasar
ekonomi Islam dalam perspektif maqashid al-syariah, dengan harapan bisa
menginspirasi para akademisi, praktisi bisnis dan keuangan, mahasiswa studi ekonomi
dan hukum Islam, serta bagi masyarakat pada umumnya.
Poin penting dari buku ini, antara lain:
1. Ekonomi Islam dan Maqashid al-Syariah.
2. Konsep Maqashid al-Syariah dan al-Mashlahah dalam ekonomi Islam.
3. Evaluasi teori Maqashid al-Syariah di masa klasik.
4. Perkembangan teori Maqashid al-Syariah di masa modern.
5. Prinsip dasar ekonomi Islam perspektif Maqashid al-Syariah.
6. Prinsip dasar produksi, distribusi, konsumsi, mekanisme pasar, dasar transaksi,
dan sumber daya insani dalam ekonomi Islam.

3
BAB 3

ISI RESENSI

2.1 Isi Resensi Buku


Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata oikos
berarti rumah tangga (house-hold), sedangkan kata nomos memiliki arti mengatur.
Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga, atau
manajemen rumah tangga (hal.2).
Adapun dalam pandangan islam, ekonomi atau iqtishad berasal dari kata
qosdun yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equally balanced)
(hal.3). Ekonomi islam dibangun atas dasar agama islam, karena ekonomi merupakan
bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama islam. Kemudian pengertian tentang
ekonomi islam menurut beberapa pemikir ekonomi sebagai berikut :
1. Muhammad Abdul Manan dalam Islamic Economics: Theory and Practice
Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi masyarakat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.
2. Muhammad Nejatullah Al-Siddiqi dalam Muslim Economic Thinking: A Survey of
Contemporary Literature
Ilmu Ekonomi Islam adalah respons pemikir muslim terhadap tantangan
ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Qur'an
dan Sunnah, akal (ijtihad), dan pengalaman.
3. M. Umer Chapra dalam The Future of Economic : An Islamic Perspectif
Ekonomi islam adalah suatu pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam, tanpa mengekang
kebebasan individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi yang
berkesinambungan dan ekologi yang berkesinambungan.
4. M. Akram Khan dalam Islamic Economics: Nature and Need

4
Ekonomi islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup
manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar kerja
sama dan partisipasi.
5. Khurshid Ahmad dalam Studies in Islamic Economics (Perspectives of Islam).
Ilmu Ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah-
masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif islam
(hal.7).
Ada tiga aspek yang sangat mendasar dalam ajaran Islam, yaitu aspek akidah
(tawhid), hukum (Syari'ah), dan Akhlak. Ekonomi islam dalam dimensi akidahnya
mencakup atas dua hal :
1) Pemahaman tentang ekonomi Islam yang bersifat ekonomi Ilahiyah.
Segala pembahasan yang berkaitan dengan ekonomi Islam sebagai ekonomi
Ilahiyah, berpijak pada ajaran tawhid uluhiyyah. Hal ini berimplikasi pada adanya
niat yang tulus, bahwa segala pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia adalah dalam
rangka beribadah kepada Allah, sebagai satu bentuk penyembahan kepada-Nya.
2) Pemahaman tentang ekonomi Islam yang bersifat Rabbaniyah.
Berpijak pada ajaran tawhid rububiyah, tawhid rububiyah adalah mengesakan
Allah melalui segala hal yang telah diciptakan-Nya, dengan selalu menyakini bahwa
Allah merupakan pencipta alam semesta (Az-Zumar: 62), Allah juga sang pemberi
rezeki (Hud:6), dan Allah juga sang pengatur alam semesta (Ali Imran: 26-27 dan al-
fatihah: 2).
Ketika seseorang masuk ke dalam area ekonomi islam, maka secara tidak
langsung ia telah membuat kontrak pada dirinya agar senantiasa menjunjung tinggi
moral, yang merupakan tonggak perekonomian. Profesionalitas tanpa adanya integritas
yang baik akan melahirkan sistem dan praktik yang cacat dalam perekonomian.
Sehingga moral ataupun akhlak merupakan poin yang sangat penting dalam ekonomi
islam.
Tujuan ekonomi islam adalah maslahah (kemaslahatan) bagi umat manusia.
Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang berakibat
pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang
secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.

5
Ilmu pengetahuan didasarkan pada aspek tujuan (ontologi), metode penurunan
kebenaran ilmiah (epistemologi), dan nilai-nilai (aksiologi). Wacana ontologi dalam
ekonomi islam meliputi pembahasan tentang kondisi dan persoalan yang berada dalam
suatu masyarakat. Adapun wacana tentang epistemologi dalam ekonomi islam
tergabung dalam double movement: pertama, ada yang bergerak secara deduktif dengan
mengkaji epistemologi iqtishad dalam Al-Qur'an dan Hadis. Kedua, ada juga bergerak
secara induktif dengan melihat realitas yang ada, kemudian merujuk kepada ajaran-
ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Selanjutnya, wacana tentang aksiologi biasanya terangkum
dalam output dan kegunaan ekonomi islam, yang bersifat ingin selalu menyejahterakan
umat manusia, menyelamatkan umat manusia di dunia dan akhiran dan memerangi
segala bentuk eksploitasi (mafsadah) yang mergikan umat manusia, dan merupakan
antitesis dari kemaslahatan itu sendiri. Yang dijadikan acuan dalam pengambilan hukum
ekonomi islam antara lain Al-Qur'an, Sunnah, Ijma', Qiyas, Istihsan, Al-Mashlahah Al-
Mursalah, Al-Urf, Al-Istishab, Sadd al-Dzari'ah dan Fath al-Dzari'ah.

Karakteristik ekonomi islam antara lain: Rabbaniyah Mashdar (bersumber dari


Tuhan), Rabbaniyah al-Hadf (bertujuan untuk Tuhan), Al-Raqabah al-Mazdujah
(mixing control/kontrol di dalam dan di luar), Al-Jam'u bayna al-Tsabat wa al-Murunah
(penggabungan antara yang tetap dan yang lunak), Al-Tawazun bayna al-Mashlahah al-
Fard wa al-jama'ah (keseimbangan antara kemaslahatan individu dan masyarakat), Al-
Tawazun bayna al-Madiyah wa al-Rukhiyah (keseimbangan antara materi dan spiritual),
Al-Waqi'iyah (realistis), dan Al-Alamiyyah (universal). Beberapa Mazhab dalam
ekonomi islam, menurut Adiwarman Azhar Karim: Mazhab Iqtishaduna, Mazhab
Mainstream IDB, dan Mazhab Alternatif Kritis.

Pengertian Maqashid Al-Syari'ah, secara etimologi maqashid al-syariah terdiri


dari dua kata, yakni maqashid dan syari'ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari
maqshud yang berarti kesengajaan, atau tujuan. Adapun syari'ah artinya jalan menuju
air, atau bisa dikatakan dengan jalan menuju ke arah sumber kehidupan. Tujuan dan
alasannya adalah untuk membangun dan menjaga kemaslahatan manusia.

Distribusi kekayaan dalam rumah tangga untuk mewujudkan distribusi


kekayaan yang adil, jujur, dan merata islam menetapkan tindakan-tindakan yang positif

6
dan prohibitif. Tindakan positif melalui zakat, hukum pewarisan, dan konstribusi
lainnya, baik yang bersifat wajib maupun sukarela (sedekah). Tindakan prohibitif
mencakup dilarangnya bunga, menimbun, minum minuman keras, judi, dan perolehan
harta dengan cara yang tidak baik. Berikut merupakan alat-alat distribusi kekayaan
dalam rumah tangga yang dijadikan alat untuk mewujudkan distribusikekayaan yang
adil dan merata: Nafaqah, Zakat, Hukum Warisan, Hukum Wasiat, Hukum Wakaf,
Zakat Fitri, Infak, Sedekah, Qard Hasan, Memberi Makan Kaum Miskin, Kurban
(udlhiyah) dan Aqiqah, Musa'adah, Huquq Jiran dan Huquq Dhuyuf.

Strategi pembangunan berbasis Islam mengubah paradigma ini dengan


menyajikan beberapa elemen penting yaitu: Pertama, seluruh keinginan agen ekonomi
tidak dapat diloloskan kecuali harus melewati saringan dari dua filter yaitu; (1)
mashlahah syar'iyyah; dan (2) mekanisme harga di pasar. Kedua, agen ekonomi perlu
dimotivasi untuk melakukan pemuasan kebutuhan dengan cara tidak membahayakan
ligkungan. Ketiga, perlu diadakan restrukturisasi dalam bidang sosioekonomi dengan
tujuan untuk mengurangi konsentrasi kekayaan yang beredar di kalangan tertentu,
menghapuskan pola konsumsi pamer, hura-hura, dan mereformasi sistem keuangan
untuk mewujudkan dua tujuan di atas. Kemudian sehubungan dengan pembagian barang
dan kebajikan, beberapa perkara yang menjadi tujuan dalam islam sebagai berikut; 1)
Setiap individu menerima pendapatan sekurang-kurangnya sampai tingkat yang
mencukupi kehidupannya yang layak; 2) Kekayaan jangan sampai dimiliki oleh
segelintir golongan saja; 3) Tidak ada seorang individu pun yang dapat dipakai utuk
bekerja melebihi kesanggupannya dalam mendapatkan penghasila; 4) pemiutang tidak
boleh menuntut bunga dari pinjaman yang diberikan; 5) Harga hendaknya adil dan
sesuai, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah dan hendaklah disesuaikan
dengan biaya produksi yang sesungguhnya.

Memenuhi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan yaitu tujuan


dari aktivitas ekonomi islam, dan usaha untuk pencapaian tujuan tersebut merupakan
salah satu kewajiban dalam agama. Siddiqi (1979) menyatakan, bahwa tujuan aktivitas
ekonomi yang sempurna menurut Islam antara lain; 1) memenuhi kebutuhan hidup
seseorang secara sederhana; 2) memenuhi kebutuhan keluarga; 3) memenuhi kebutuhan

7
jangka panjang; 4) menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan; dan 5)
memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.

Menurut Ibn Sina, ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh manusia,
yaitu income (pencarian rezeki/kasab) dan expenditure (pengeluaran). Income dan
expenditure haruslah diatur oleh suatu anggaran dengan perhitungan yang cermat.
Perolehan income sudah diatur dengan jelas dalam Islam, sehingga nantinya
berimplikasi pada label halal ataupun haram dalam income tersebut. Adapun
expenditure, Ibn Sina menklasifikasikannya menjadi pengeluaran wajib dan tidak wajib.
Pengeluaran wajib terkait dengan nafkah sehari-hari dan amal kebajikan untuk orang
lain. Adapun yang termasuk pengeluaran tidak wajib adalah simpanan, karena menurut
Ibn Sina manusia harus berpikir cerdas untuk perubahan peristiwa yang akan dilaluinya
bdi masa mendatang. Jadi, seseorang haruslah melakukan saving dan investasi untuk
masa depannya. Dalam ekonomi konvensional, pendapatan adalah penjumlahan
komsumsi, dan tabungan. Atau secara matematis ditulis : Y= C+S ( Y= pendapatan, C=
konsumsi, dan S =tabungan). Adapun konsumsi intertemporal dalam islam seperti yang
telah dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW, yang maknanya adalah: Harta yang
kamu miliki adalah apa yang kamu makan dan apa yang telah kamu infakkan. oleh
karena itu, persamaan pendapatan menjadi: Y= FS + S (FS = C+ Infak (FS adalah Final
spending di jalan Allah). Bahwasannya final spending adalah konsumsi dan infak
seseorang muslim, yaitu konsumsi yang berorientasikan duniawi untuk menjaga
berbagai macam kebutuhan dlaruriyat.

Ibn Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah menguraikan beberapa hal yang


mendasari larangan pemborosan. Efek terhadap negara antara lain; (1) dapat
melemahkan negara; (2) bisa mengurangi anggaran belanja negara; (3) melahirkan
mental rendahan yang penuh dengan niat-niat yang buruk, (4) menghancurkan
keutuhan negara; dan (5) melemahkan generasi muda. Kemudian efek negatif
pemborosan terhadap ekonomi dan juga pelakunya antara lain; (1) menaikan pajakdan
bea cukai; (2) kehancuran ekonomi suatu negara; (3) melesukan perekonomian; dan (4)
menimbulkan sifat suka pamer yang melampaui batas. Islam memberikan sikap yang

8
tegas untuk budaya konsumerisme, yaitu pelarangan terhadap sesuatu yang berlebih-
lebihan, dan tidak mendatangkan manfaat.

Definisi harta atau mal adalah unsur penting dalam hukum kontrak islam. Mal
didefinisikan sebagai sesuatu yang berwujud, yang mana sifat manusia akan selalu
condong kepadanya. Agar sesuatu dapat menjadi subjek kontrak, maka harus bersifat
mutaqawwin, yang berarti penggunaannya sah berdasarkan syari'ah. Misalnya minuman
keras tidak mutaqawwin bagi umat islam, meskipun merupakan harta (mal). Mal dapat
digolongkan menjadi barang yang dapat diperdagangkan (mithliyyat) dan barang yang
tidak dapat diperdagangkan (qimiyyat). Atau sebagai harta tidak tetap dan bisa
berpindah-pindah (manqulat) dan harta tetap yang tidak bisa berpindah-pindah tempat
(aqar). Mal yang dimiliki bisa berbentuk sebagai ayn atau dayn. Ayn adalah barang
tertentu yang ada dan dalam keadaan tidak diutangkan. Adapun dayn adlah harta apa
saja yang dimiliki debitur baik kontan maupun diutang ketika sudah jatuh temponya.

Akad adalah salah satu awal mula terjadinya suatu transaksi , yang ketika akad
dijalani dengan fair, maka akan menghasilkan benefit yang halal dan berkah. Setidaknya
ada dua istilah dalam Al-Qur'an yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu; (1) Al-aqd
(akad); dan (2) Al-ahdu (janji). Transaksi atau aqd dalam fiqh muamalat adalah
keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat timbulnya akibat hukum. Ijab
adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak. Kabul adalah jawaban
persetujuan yang diberikan mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak
yang pertama. Jual beli bisa diklasifikasikan menjadi jual beli yang benar (shahih) , jual
beli yang batil (bathil) dan jual beli yang rusak (fasid).

9
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Resensi Buku
2.2.1 Kelebihan Resensi Buku
1. Secara fisik, penampilan buku menarik dengan kualitas bahan yang cukup
bagus.
2. Isi buku menjelaskan teori dan hadis yang sangat rinci apa maksud dari buku
ini.
3. Buku ini tersusun secara sistematis.
4. Materi yang terkandung memberikan informasi pengetahuan pada pembaca
tentang ekonomi secara Islami
5. Serta diikuti oleh kutipan dimana penulis menambah materi dari buku lain,
sehingga pembaca tidak sulit untuk mengambil materi dalam buku ini.
6. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh pembaca.
7. Dilengkapi dengan penjelasan yang lebih detail seperti diikuti oleh bagan
penjelasan secara rinci.

2.2.2 Kekurangan Resensi Buku


1. Tidak dilengkapi contoh sehari-hari dalam setiap pembahasan.
2. Ada beberapa kata yang tidak dijelas secara rinci, sehingga membuat bingung
pembaca.

10
BAB 4
PENUTUP

3.1 Biografi Resentator

Nama saya Sylvia Meirisa Putri, lahir pada tanggal 29 mei 1997 di Sungai
Penuh, Kerinci (Jambi). Saya berasal dari Kabupaten Ogan Ilir dan tinggal di
Kecamatan Tanjung Raja. Saya telah menyelesaikan pendidikan saya SD 42/III
Sanggaran Agung, SMPN 3 Tanjung Raja, SMAN 1 TANJUNG Raja dan saat ini saya
menjadi Mahasiswi di UIN RADEN FATAH PALEMBANG lebih tepat menjadi
Mahasiswi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di jurusan Ekonomi Islam. Setelah
menjadi mahasiswi resmi di UIN RADEN FATAH PALEMBANG banyak hal yang
bisa saya ketahui dan saya pelajari. Kesibukan yang bisa saya lakukan saat ini adalah
menjadi mahasiswi baik yang patuh pada tugas-tugas di kampus, dan sesekali
berorganisasi di luar jam kampus.

Email : Sylviameirisaputri@yahoo.com

Fb : Sylvia Meirisa Putri

Twitter : @SylviaMeirisaZM

Instagram : @SYLVIAMEIRISAPUTRI

3.2 Manfaat Buku


1. Buku yang ditulis dengan berbagai pengetahuan baru tcukup memberikan
wawasan yang relatif baru dan segar serta memenuhi selera pasar ini, memuat
ragam cara agar siapa pun dapat mengetahui mekanisme ekonomi secara Islam.
2. Membuat para pembaca bisa membedakan bagaimana mekanisme ekonomi
konvensional dan ekonomi islam.

11
3. Buku ini sangat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang sedang berada di
jurusan ekonomi islam hingga mengetahui lebih lanjut hal apa saja yang dilarang
dalam ekonomi islam.
4. Terlebih lagi buku ini dilengkapi dengan penjelasan yang sangat rinci sehingga
memudahkan para pembaca yang baru mengenal apa itu ekonomi islam.
5. Buku ini juga dilengkapi dengan bagan sehingga memudahkan pembaca untuk
mengambil intisari penting dari bacaan.

3.3 Kesimpulan

Buku prinsip dasar ekonomi islam perspektif maqashid al-syariah ini


mendatangkan banyak manfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan baru di dunia
perekonomian islam. Hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan dilarang dalam
perekonomian secara Islami. Adapun dalam pandangan Islam, ekonomi atau iqtishad
berasal dari kata qosdun yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan
(equally balanced). Tujuan ekonomi islam adalah maslahah (kemaslahatan) bagi umat
manusia. Yaitu dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-hal yang
berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas
yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.

12

Anda mungkin juga menyukai