Banyak material yang terdapat di sekitar kita, dan telah menjadi bagian dari
pola berpikir manusia bahkan telah menyatu dengan keberadaan kita. Apakah hakikat
bahan atau material itu? Bahan dengan sendirinya merupakan bagian dari alam
semesta, secara terperinci bahan adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Seperti : logam,
keramik, semikonduktor, polimer, gelas, dielektrik serat, kayu, pasir, batu berbagai
komposit dan lain-lain.
Pada dasarnya bahan atau material mempunyai beberapa sifat yang
diklasifikasikan menjadi sifat mekanik, sifat fisik dan sifat kimia.
Prinsip pengujian: bila suatu mineral mampu digores oleh Orthoclase (no. 6)
tetapi tidak mampu digores oleh Apatite (no. 5), maka kekerasan mineral tersebut
berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas terlihat bahwa metode ini memiliki
kekurangan utama berupa ketidak akuratan nilai kekerasan suatu material. Bila
kekerasan mineral- mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa nilai-nilainya
berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
c. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu
2P
BHN
1.854 P
VHN
4.2
d
2
4.1.2 Ketangguhan
Ketangguhan (impak) merupakan ketahanan bahan terhadap beban kejut. Inilah
yang membedakan pengujian impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana
pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya
untuk mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan
transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara perlahan-lahan
melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper mobil pada saat
terjadinya tumbukan kecelakaan.
Gambar 4.6 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy
Gambar 4.8 Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan
Izod
Serangkaian uji Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai
temperatur sebagai upaya untuk mengetahui temperatur transisi. Sementara uji impak
dengan metode Izod umumnya dilakukan hanya pada temperatur ruang dan ditujukan
untuk material-material yang didisain untuk berfungsi sebagai cantilever.
Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi
tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Selain
berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci (key
hole)
Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy adalah
penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan (fracografi)
yang terjadi.
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka
perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
4. Perpatahan granular / kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan
permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang
tinggi (mengkilat).
4. Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur
transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi
perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda.
Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada
temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah
material akan bersifat rapuh atau getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi
atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi
itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila
temperatur dinaikkan (ingatlah bahwa energi panas merupakan suatu driving force
terhadap pergerakan partikel atom bahan).
Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap
pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin
tinggi vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan
energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperatur di
bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan
dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi lebih mudah
dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.
Informasi mengenai temperatur transisi menjadi demikian penting bila suatu material
akan didisain untuk aplikasi yang melibatkan rentang temperatur yang besar, misalnya dari
temperatur di bawah nol derajat Celcius hingga temperatur tinggi di atas
100 derajat Celcius, contoh sistem penukar panas (heat exchanger). Hampir semua logam
berkekuatan rendah dengan struktur kristal FCC seperti tembaga dan aluminium bersifat ulet
pada semua temperatur sementara bahan dengan kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh.
Bahan keramik, polimer dan logam-logam BCC dengan kekuatan luluh rendah dan sedang
memiliki transisi rapuh-ulet bila temperatur dinaikkan. Hampir semua baja karbon yang
dipakai pada jembatan, kapal, jaringan pipa dan sebagainya bersifat rapuh pada temperatur
rendah.
4.1.3 Keausan
Keausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau
pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relatif
antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Keausan telah menjadi perhatian praktis
sejak lama, tetapi hingga beberapa saat lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah
yang besar sebagaimana halnya pada mekanisme kerusakan akibat pembebanan tarik, impak,
puntir atau fatigue. Hal ini disebabkan masih lebih mudah untuk mengganti komponen/part
suatu sistem dibandingkan melakukan disain komponen dengan ketahanan/umur pakai (life)
yang lama.
h
b
Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r jari-jari disc (mm), b lebar celah
material yang terabrasi (mm) maka dapat diturunkan besarnya volume material yang
terabrasi (W):
A. Keausan adhesive: terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih
mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lain dan pada akhirnya terjadi
pelepasan/pengoyakan salah satu material, seperti diperlihatkan oleh Gambar ini.
B. Keausan abrasif: terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu
meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi
atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada mekanisme ini
ditentukan oleh derajat kebebasan (degree of freedom) partikel keras atau sperity
tersebut. Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih
tinggi ketika diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan
bila partikel tersebut berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama partikel
tersebut kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan mengakibatkan
pengoyakan sementara pada kasus terakhir partikel tersebut mungkin hanya berputar
(rolling) tanpa efek abrasi.
Gambar 4.12 Ilustrasi skematis keausan
abrasif
C. Keausan lelah: merupakan mekanisme yang relatif berbeda dibandingkan dua
mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesive
maupun abrasif melibatkan hanya satu interaksi sementara pada keausan lelah
dibutuhkan interaksi multi. Permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah
pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak tersebut pada akhirnya menyatu dan
menghasilkan pengelupasan material. Tingkat keausan sangat tergantung pada tingkat
pembebanan.
Gambar 4.15 Menunjukkan permukaan patahan poros akibat fatik yang bermula dari ujung yang
tajam dari tempat pasak
Gambar 4.16Efek dari semburan air kepada kekuatan fatik dari besi perlit ulet/pearlitiductile iron.
A. Temperatur
1. Temperatur yang konstan nilainya, tidak berubah-ubah ( amplitudo=0 )
Pada temperatur yang berbeda, karakteristik material akan berbeda pula.
Kekuatan tarik dari material sebenarnya juga merupakan fungsi dari
temperatur pula. Karena kekuatan fatik mempunyai hubungan dengan
kekuatan tarik, sedangkan kekuatan tarik dipengaruhi temperatur, maka
secara tidak langsung, kekuatan fatik dipengaruhi pula oleh temperatur.
2. Temperatur yang berubah-ubah
Amplitudo temperatur ini akan menghasilkan thermal fatigue atau kelelahan
termal. Thermal fatigue akan menyebabkan terjadinya siklus tegangan dan
regangan yang tidak merata pada benda akibat gradien temperatur pada
benda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan thermal fatigue adalah
temperatur yang lebih tinggi, amplitudo yang lebih besar dan banyaknya
siklus pendinginan dan pemanasan.
Untuk menanggulangi efek dari thermal fatigue, sebaiknya gunakan material
yang mempunyai sifat konduktivitas thermal yang tinggi, modulus elastisitas yang
rendah dan punya kekuatan dan keuletan yang tinggi.
Struktur metalurgi
Cacat permukaan pada permukaan benda kerja akan bertindak sebagai tempat
awal terjadinya retakan
Efek dari inklusi akan semakin hebat jika kekerasan dari matriks meningkat.
Maka secara otomatis, akan mengurangi kekuatan fatik dari material
Gambar 4.17Efek dari kekerasan mikro matriks dan fraksi volume dari inklusi pada fatigue limit besi
ulet/ductile iron
Salah satu cara untuk menanggulangi efek dari inklusi dan cacat permukaan
bisa dengan cara menggunakan as-cast surface. Hal ini banyak dilakukan pada
ductile iron.
Pengurangan dross dapat meningkatkan kekuatan fatik dari material sebesar
25%. Untuk mengurangi dross, bisa dengan menggunakan filter atau saringan pada
mold filling system. Cara lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kekuatan
fatik dari material adalah dengan menggunakan proses pengolahan material yang
baik, contohnya dengan minimalisasi kadar residu Mg. Cara ini dapat meningkatkan
kekuatan material sampai dengan 5 % dibandingkan dengan dilakukan proses
permesinan.
Tegangan sisa
Pengerjaan mekanik baik panas maupun dingin seperti misalnya peening dan
surface rolling dapat meninggalkan tegangan sisa pada material.
Gambar 4.19 Hubungan antara tegangan sisa akibat peening dengan endurance limit untuk peended ADI
gears
1. Standard Method
Specimen yang tersedia untuk pengujian sedikit
Hasil perkiraan kurva S-N
Pelaksanaan :
1. Menguji 1 atau 2 specimen pada beberapa bear tegangan yang berbeda
2. Mencatat besar teg. Dan jumlah putaran pada saat terjadi kegagalan
3. Jika specimen gagal pada tegangan tertentu, mereka kadang-kadang berhasil pad
4. Tegangan yang lebih tinggi, perhatikan bahwa kerusakan meningkat
5. Mempengaruhi nilai fatik limitnya.
6. Memplot data pada kurva S-N seperti pada gambar
Gambar 4.24 Kurva S terhadap N hasil pengujian metode standart hasil plot pada S
Gambar 4.25 Kurva S terhadap N hasil pengujian metode standart hasil plot padakertas logritme untuk S
konstan
Kelemahan:
Metode ini tidak valid utk teg. didekat nilai fatik limit. Kegagalan yg terjadi
menyebabkan data tdk homogen didekat nilai fatik limit.
Jika 20m specimen diuji pada setiap tingkat tegangan, akan diperoleh kurva S-N
seperti pada gambar.
Gambar berikut jika data diatas diplot pada kertas Log-Normal Probability
6. Prot Method
Melibatkan aplikasi yang naik dgn jml putaran sampai specimen gagal.
Tegangan dimana kegagalan terjadi, dihubungkan ke fatik limit melalui tingkat yg naik
dan 2 konstanta material.
Pelaksanaan
Jawab : Mekanika : Tegangan pada crankshaft dihitung dari kekuatan dan kecepatan
spt berikut
0,25 rev/s ; stroke = 8 feet = 2,44 m Power gaya x 2 x stroke x kecepatan gaya
Power / (2 x Stroke x speed) 7,8 . 10 / (2 x 2,44 x 0,25) Nominal stress pada
connecting rod = F/A = 6,4 . 10 / 0,04 = 1,6 MN/m.
Gambar 4.35 Pengaruh surface rolling terhadap kekuatan fatik dari v-notched ferriticand pearlitic
ductiliron.
daN/mm2
40
B Batas pecah B
Z
Tekanan dalam daN/mm2
30
20 S Batas rentang s
10 P B
10 15 20 %
Regangan dalam %
Gambar 4.38Grafik tegangan-regangan pada pengujian tarik
Jika pada saat ini batang diulepaskan dari tegangan maka akan memegas
kembali secara kenyal ke kedudukan awalnya(kedudukan semula Lo) tanpa
meninggalkan bentuk yang berarti. Regangan yang menetap disini hanya boleh
sampai setinggi-tingginya 0,01%.
Jika beban dinaikkan melampaui batas kekenyalan, maka regangan membesar
relatiflebihpesat dan lengkungan segera menunjukkan sebuah tekukan yang akan
tampil semakin jelas,semakin ulet bahan itu. Tegangan s dalam tahap percobaan ini
dinamakan batas rentang atau batas leleh. Ia merupakan angka ciri bahan yang
penting, karena disisni bahan untuk pertama kalinya mengalami pelonggaran
menetap pada stukturnya yang dapat dikenal melalui munculnya wujud-wujud leleh
pada permukaan batang. Di dalam kasus yang tidak jelas, maka batas rentang s
A. Regangan
Regangan adalah perpanjangan dibagi dengan panjang benda semula.
L L L0
L0 L0
berbicara tentang batang uji tarik dp10 dan dp5 (jadi ini selalu batang-batang uji tarik
bundar), lihat gambar 4.4. ini adalah perbandingan tetap yang paling banyak dipakai,
tetapi ada juga yang lain-lainnya. Batang yang memenuhi syarat perbandingan tetap,
kita sebut batang-batang uji tarik proporsional.
Keterangan: Bila batang uji tarik itu tidak bundar, harus juga dibuat suatu angka
regangan yang dapat dibandingkan. Diemikian bila pebandingan panjang dengan
penampang dibuat konstan (tetap). Untuk batang bujur sangkar dan/ atau persegi
panjang maka untuk batang dp10:lo = 11,3 Ao
4.1.6 Creep
Material teknik adalah semua jenis material yang perlu diproses utuk
mengubah bentuk dan potensinya menjadi suatu produk yang dapat digunakan dalam
(1)
teknik keperluan kehidupan orang dan masyarakat . Salah satu jenis produk
material teknik digunakan sebagai pipa ketel uap merupakan suatu alat yang dapat
menghasilkan tenaga listrik dengan mengubaha energi panas dalam bentuk gas atau
uap menjadi energi listrik. Komponen utama yang digunakan merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari unit ketel uap, turbin dan generator listrik (rotor dan
t
Persamaan Larson-Miller parameter dikembangkan berdasarkan penjabaran
(4,5)
lebih lanjut dari persamaan laju tipe Arthenius , yang menyatkan bahwa creep
merupakan proses aktivasi tunggal yang terjadi pada suhu antara 0.4 0.5 TM, yaitu :
Q
S Ae RT
Soal-soal Latihan
1. Uraikan apa yang dimaksud dengan sifat mekanik, fisik dan kimia material!
2. Mengapa sifat material harus diketahui oleh seorang perancang?
3. Uraikan Pengertian. dan cara/metode pemhujian kekerasan kekerasan!
4. Uraikan Pengertian. dan cara/metode pemhujian ketangguhan (impak)!
5. Uraikan Pengertian. dan cara/metode pemhujian Keausan (wear)!
6. Untuk mengetahui ketahanan material terhadap pembebanan siklus, maka saudara
harus mengetahui sifat fatik dari material. Uraikan pengertian sifat fatik dan cara
pengujiannya!
7. Uraikan Pengertian dan cara/metode pemhujian Creep!
8. Apa yang dimaksud dengan kekuatan tarik material?
9. Jika saudara mendapatkan material tanpa diketahui sifatnya, bagaimana cara
menguji material tersebut?
Daftar Pustaka
1. Mangonon. P.L, 1999 . The Principles of materials Selection for Engineering
Design, Printice-Hall International,Inc. Hal- 29 -81.
2. Smallman R.E. dan R.J. Bishop,1999. Metalurgi Fisik Moderen dan Rekayasa
Material Erlangga. Jakarta.
3. Smith William F.,1999, Principles of Material Science and Enginering, Mc -Granhill
Book Company, New York
4. Surdia Tata.,1989 Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradian Paramita, Jakarta