STEP 7
PROMOSI KESEHATAN
Definisi
Promosi Kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang
berpengaruh pada kesehatan,sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya(WHO).
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan bagi pengelola promosi kesehatan dalam pencapaian
program promosi kesehatan tahun 2006.
b. Meningkatkan koordinasi dan integrasi pelaksanaan program promosi kesehatan di
daerah dan di pusat.
c. Mewujudkan pengembangan desa sehat yang berorientasi promotif dan preventif
terutama dalam penanggulangan KLB.
d. Peningkatan pengembangan media informasi dan Komunikasi tentang kesehatan.
e. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada provider dan masyarakat
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan
b. Tujuan Pendidikan
c. Tujuan Perilaku
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)
Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara
perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya
masih rendah.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat
sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan
kesehatan / promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai
tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit
terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan
juga diperlukan pada tahap ini.
Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh
karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan
melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah
sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat
yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja
untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)
PEMBERDAYAAN MASY
PEMBERDAYAAN
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan
adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien)
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau
sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu,
sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya
(a) pemberdayaan individu, (
b) pemberdayaan keluarga dan
(c)pemberdayaan kelompok/masyarakat.
Definisi
Sasaran
Kegiatan pokok:
Penyediaan bantuan dalam bentuk pelayanan social dasar terutama pendidikan
dan kesehatan, pemberian potongan harga atau subsidi dalam berbagai
pelayanan kebutuhan dasar, pemberian bantuan biaya hidup dan modal.
Penyediaan prasarana dan sarana social ekonomi dan penyediaan
pendampingan miskin untuk mengembangkan kemampuan usaha dan kebiasaan
hidup produktif.
Pengembangan system perlindungan social yang sudah ada di masyarakat,
usaha swasta dan pemerintah
Penyediaan dukungan politik untuk mengurangi bentuk eksploitasi
Peningkatan kapasitas daerah untuk mengelola bantuan system perlindungan
social
Strategi
1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung
peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan
memanfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi.
2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan
ketrampilan dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal,
informasi pasar dan teknologi, sehingga dapat memperluas kerja dan
memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok
masyarakat miskin.
3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang
terkena musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis
ekonomi
4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang menghambat untuk membangun
lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial
untuk membangun kesepakatan di antara kelompok masyarakat dan dengan
organisasi sosial politik
5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam proses pengembalian keputusan publik malalui
pengemabangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat.
6. Mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan
organisasi keswadayaan masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat
solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat dalam memecahkan berbagai
masalah kemasyarakatan dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin
dan rentan sosial.
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)
Syarat
- Masyarakat memiliki kesadaran
- Masyakat haru memiliki pemahaman yg baik
- Masyarakat emiliki kemampuan dan ketrampilan
Prinsip
Berbasis masyarakat
Peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
Pemerintah bersikap terbuka
Bertanggung jawab dan tanggap
ADVOKASI
ADVOKASI
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini berupa tokohtokoh masyarakat (formal dan informal) yang umumnya berperan
sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang
dana. Juga berupa kompok-kelompok dalam masyarakat dan media massa yang dapat
berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik dan dorongan (pressure)
bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya untuk menyukseskan bina
suasana dan pemberdayaan atau proses pembinaan PHBS secara umum.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung
tahapan-tahapan, yaitu
(1) mengetahui atau menyadari adanya masalah,
(2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
(3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah,
(4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan
masalah dan
(5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu: Sesuai minat dan perhatian
sasaran advokasi.
Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
Dikemas secara menarik dan jelas
Sesuai dengan waktu yang tersedia
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih efektif bila
dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan membentuk jejaring advokasi atau
forum kerjasama. Dengan kerjasama, melalui pembagian tugas dan saling-dukung, maka
sasaran advokasi akan dapat diarahkan untuk sampai kepada tujuan yang diharapkan.
Sebagai konsekuensinya, metode dan media advokasi pun harus ditentukan secara
cermat, sehingga kerjasama dapat berjalan baik.
BINA SUASANA
BINA SUASANA
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/ karyawan, orang-orang
yang menjadi panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para individu
dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana. Terdapat tiga kategori proses
bina suasana, yaitu (a) bina suasana individu, (b) bina suasana kelompok dan (c) bina
suasana public
TAMBAHAN
Menurut Sustrino (1995:222) ada dua pengertian partisipasi yakni : Pertama, partisipasi
adalah dukungan masayrakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang
dan tujuannya ditentukan perencana : kedua, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan
yang telah dicapai.
Menurut Uphoff, kohen, dan Goldsmith (1979:4), pengertian partisipasi merupakan istilah
deskriptif yang menunjukkan ketertibatan beberapa orang dengan jumlah signifikan
dalam berbagai situasi atau tindakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
mereka.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa merupakan salah satu persyaratan
utama untuk keberhasilan proses pembangunan di pedesaan, namun adanya hambatan-
hambatan yang dihadapi di lapangan dalam usaha melaksanakan proses pembangunan
yang partisipatif karena pihak perencana dan pelaksana pembangunan (dalam hal ini
pemerintah) belum memahami makna sebenarnya dari konsep partisipasi. Definisi
partisipasi yang berlaku di lingkungan aparat perencana dan pelaksana pembangunan
adalah kemauan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah
yang dirancang dan tujuannya ditentukan oleh pemerintah. Proyek-proyek pembangunan
pedesaan yang berasal dari pemerintah diistilahkan sebagai proyek pembangunan yang
dibutuhkan masyarakat, sedangkan proyek pembangunan yang diusulkan masayrakat
dianggap sebagai keinginan, karena itu proyek ini menjadi prioritas yang rendah dari
pemerintah. Definisi inilah yang berlaku secara universal tentang partisipasi.
Tujuan
Berdasarkan pendapat tersebut menjelaskan munculnya paradigm pembangunan
partisipatori mengindikasikan adanya dua perspektif, antra lain :
1. Pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perencanaan, perencanan dan
pelaksana program atau proyek yang akan mewarnai hidup mereka, sehingga dengan
demikian dapatlah dijamin bahwa persepsi setempat, pola sikap dan pola berpikir serta
nilai-nilai dan pengetahuannya ikut dipertimangkan secara penuh
2. Membuat umpan balik (feed back) yang hakekatnya merupakan bagian tidak terlepaskan
dari kegiatan pembangunan
15. Bagaimakah kebijakan pokok dan strategi peningkatan program dalam pasrtisipasi masy
KEBIJAKSAANAAN POKOK DAN STRATEGI PENINGKATAN PROGRAM PARTISIPASI
MASYARAKAT
Kebijakan pokok program partisipasi masyarakat
a. Dilakukan melalui berbagai jalur :
- mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang ada
- menerapkan teknologi komunikasi, informasi, motivasi (KIM)
b. Pembentukan dan pembinaan kepemimpinan yang berorientasi kesehatan terhadap
pemimpin/pemuda/tokoh dalam organisasi kemasyarakatan.
c. Pemberian kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih banyak kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan mendaya
gunakan sumberdaya masyarakat sendiri
d. Peningkatan para penyelenggara upaya kesehatan dalam menerapkan (KIM) dan
menggalang (PSM) untuk pembangunan kesehatan
(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk
dapat menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998). 14)
(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009
3) Aspek sosial-budaya ;
turut menentukan pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta
masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering dijumpai situasi dimana
tata nilai budaya masyarakat indonesia tertentu belum lagi
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk
berperan serta dalam pembangunan kesehatan seperti yang
diharapkan.
4) Aspek pendidikan ;
tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku
rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran
kesehatannya.
5) Aspek Agama ;
ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai agama
mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan
jembatan ataupun hambatan bagi terwujudnya perilaku positif
masyarakat dalam kesehatan.
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor
yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut, yang antara lain adalah :
a. Faktor pendorong di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita di Indonesia.
Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak
dari nilai-nilai budaya yang menyangkut hubungan antar manusia. Semangat ini
mendorong timbulnya partisipasi masyarakat
. Faktor pendorong di pihak provider
Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di
lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi
masyarakat. Selain itu keterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor
yang sangat mendorong pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi
masyarakat.
Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
a. Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat
a. persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah
kesehatan yang dihadapi
b. susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya yang sangat
berbeda-beda pula
c. pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
d. adanya kepentingan tetap (vested interest) dari beberapa pihak dimasyarakat
e. sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah
f. adanya berbagai macam kesenjangan sosial
g. kemiskinan
a. terlalu mengejar target sehingga terjerumus dalam pendekatan yang tidak partisipatif
b. pelaporan yang tidak obyektif (ABS) hingga provider keliru mentafsirkan situasi
c. birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons pihak provider
terhadap perkembangan masyarakat
d. persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat
a. Bagi masyarakat
Dengan berpartisipasinya masyarakat dibidang kesehatan maka :
a. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi
masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi para penyelenggara semata.
b. Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik secara fisik, sosial
maupun secara ekonomis. Ini karena mesyarakat berpartisipasi dalam merumuskan
masalahnya dan dalam merencanakan pemecahannya
c. Masyarakat merasa puas, karena mempunyai andil pula dalam menilai pelaksanaan
daripada upaya kesehatan yang sudah direncanakan dan dilaksanakan bersama.
d. Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan masalah dibidang
kesehatan akan mengembangkan kemampuan dan sikap positif serta motivasi mereka
untuk hidup sehat atas dasar swadaya.
Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan pemerintah berperan, berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh
masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara langsung maupun tdk langsung
berpengaruh dlm kesehatan masyarakat.
TUJUAN
PHBS