Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari
integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain:
1. Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori setelah kejadian yang penuh stres.
Seseorang yang menderita gangguan ini tidak mampu mengingat informasi pribadi
yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stres.
Pada amnesia total, penderita tidak mengenali keluarga dan teman-temannya, tetapi
tetap memiliki kemampuan bicara, membaca dan penalaran, juga tetap memiliki
bakat dan pengetahuan tentang dunia yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Fugue Disosiatif
3. Gangguan Depersonalisasi
Gangguan identitas disosiatif suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua
atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu sama lain bertindak bebas.
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila
seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau
berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan
yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang
kendali pada waktu yang berbeda.
ETIOLOGI
Istilah gangguan disosiatif merujuk pada mekanisme, dissosiasi, yang diduga
menjadi penyebabnya. Pemikiran dasarnya adalah kesadaran biasanya merupakan
kesatuan pengalaman, termasuk kognisi, emosi dan motivasi. Namun dalam kondisi
stres, memori trauma dapat disimpan dengan suatu cara sehingga di kemudian hari
tidak dapat diakses oleh kesadaran seiring dengan kembali normalnya kondisi orang
yang bersangkutan, sehingga kemungkinan akibatnya adalah amnesia atau fugue.
Etiologi GID. Terdapat dua teori besar mengenai GID. Salah satu teori berasumsi
bahwa GID berawal pada masa kanak-kanak yang diakibatkan oleh penyiksaan
secara fisik atau seksual. Penyiksaan tersebut mengakibatkan dissosiasi dan
terbentuknya berbagai kepribadian lain sebagai suatu cara untuk mengatasi trauma
(Gleaves, 1996).
Teori lain beranggapan bahwa GID merupakan pelaksanaan peran sosial yang
dipelajari. Berbagai kepribadian yang muncul pada masa dewasa umumnya karena
berbagai sugesti yang diberikan terapis (Lilienfel dkk, 1999; Spanos, 1994). Dalam
teori ini GID tidak dianggap sebagai penyimpangan kesadaran; masalahnya tidak
terletak pada apakah GID benar-benar dialami atau tidak, namun bagaimana GID
terjadi dan menetap.
Ada kesamaan antara konsep barat akan gangguan disosiatif dengn sindrom
sindrom tertentu yang terkait dengan budaya yang di temukan di lain dunia.
Contohnya, zar-Istilah yang di gunakan negara Negara Afrika Utara dan Timur
Tengah menggambarkan penguasaan roh roh dalam diri orang yang mengalami
tahap disosiatif. Saat tahap ini terjadi individu terlibat dalam perilaku yang tidak
biasa, mulai dari berteriak teriak hingga membenturkan kepalanya ke dinding.
Perilaku ini di sebut abnormal. Karena di percaya bahwa hal tersebut di control oleh
roh roh.
PANDANGAN-PANDANGAN TEORITIS
Gangguan disosiatif merupakan fenomena yang sangat mengagumkan dan menarik.
Bagaimana perasaan seseorang akan identitas dirinya bias menjadi sangat
terdistorsi hingga orang tersebut membangun kepribadian ganda, kehilangan banyak
potongan dari ingatan pribadi, atau membentuk sebuah identitas baru.
Pandangan Psikodinamika
Amnesia disosiatif dapat menjadi suatu fungsi adaptif dengan cara memutus atau
mendisosiasi alam sadar seseorang dari kesadAran akan pengalaman yang
traumatis. Gangguan disosiatif melibatkan pengguna represi srcara besar besaran
yang menghasilkan terpisahnya impuls yang tidak dapat diterima dan ingatan yang
menyakitkan dari ingatan seseorang. Dalam amnesia dan fugue disosiatif, ego
melindungi dirinya sendiri dari kebanjiran kecemasan dengan mengeluarkan ingatan
yang menggangu atau dengan mendisosiasi impuls menakutkan yang bersifat
bIseksual atau agresif. Pada kepribadian ganda, orang mungkin mengekspresikan
impuls impuls yang tidak dapt di terima ini melalui pengembangan kepribadian
pengganti. Pada depersonalisasi orang berada di luar dirinya sendiri aman dengan
cara menjauhi dari pertarungan emosional di dalam dirinya.
Teoritikus belajar dan kognitif memandang disosiasi sebagai suatu respons yang
dipelajari, meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang
menggangu dalam rangka menghindari rasa bersalah dan malu yang di timbulkan
pleh pengalaman. Kebiasaan tidak berpikir tentang masalah masalah tersebut
secara negative dikuatkan dengan adanya perasaan terbebas dari kecemasan atau
dengan memindahkan perasaan bersalah atau malu.
Disfungsi Otak
Terapi GID. Hipnotis umum digunakan dalam penanganan GID. Secara umum,
pemikirannya adalah pemulihan kenangan menyakitkan yang direpres akan
difasilitasi dengan menciptakan kembali situasi penyiksaan yang diasumsikan
dialami oleh pasien. Umumnya seseorang dihipnotis dan didorong agar
mengembalikan pikiran mereka kembali ke peristiwa masa kecil. Harapannya adalah
dengan mengakses kenangan traumatik tersebut akan memungkinkan orang yang
bersangkutan menyadari bahwa bahaya dari masa kecilnya saat ini sudah tidak ada
dan bahwa kehidupannya yang sekarang tidak perlu dikendalikan oleh kejadian
masa lalu tersebut.
Terdapat beberapa prinsip yang disepakati secara luas dalam penganganan GID,
terlepas dari orientasi klinis (Bower dkk, 1971; Cady, 1985; Kluft, 1985, 1999; Ross,
1989). Tujuannya adalah integrasi beberapa kepribadian. Setiap kepribadian harus
dibantu untuk memahami bahwa ia adalah bagian dari satu orang dan kepribadian-
kepribadian tersebut dimunculkan oleh diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA