Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam sebuah fenomena yang terjadi sekarang, ibu-ibu rumah tangga yang
ada di desa khususnya Desa Cilayung , itu tidak memiliki aktifitas lain selain
mengurus rumah, mengurus suami dan mengurus anak-anak sambil menunggu
suami pulang dari tempat kerja.
Keadaan itu terjadi secara berulang-ulang dalam aktifitas kehidupan ibu-ibu
rumah tangga sehari-hari. Keadaan ini sangat menghawatirkan karena, jika ibu-ibu
rumah tangga tersebut tidak memiliki penghasilan ataupun keterampilan apapun,
bagaimana jika suatu saat suaminya itu sakit atau meninggal otomatis mereka
tidak mempunyai penghasilan dan mereka akan mengalami kesulitan untuk
menjalani hidupnya karena tidak ada lagi yang menjadi punggung keluarga. Jadi,
pemberdayaan masyarakat desa ini khususnya untuk ibu-ibu rumah tangga
sangatlah penting untuk menopang/ membantu perekonomian dalam kehidupan
rumah tangganya.
Perempuan yang tinggal di desa Cilayung, kerjaannya hanya mengurus
anak, mengurus rumah, dan mengurus suami dan tidak diperbolehkan berkerja.
Karena pemikiran orang desa sangat kuno (primitif) maka kesejahteraan atau
kebebasan perempuan terbatasi. Padahal kalau kembangkan, perempuan itu
memiliki segudang potensi yang bagus dan bisa menaikan taraf hidup keluarganya
sendiri.
Pada program pemberdayaan ibu rumah tangga ini yang akan diteliti ini
lebih luas dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Karena pada
pada penelitian ini, ibu-ibu tersebut akan digali potensi-potensi yang ada pada
dirinya yang mungkin ibu-ibu itu tidak menyadari bakat yang dimilikinya. Ketika
sudah diadakan penelitian dan mengetahui potensi yang dimiliki maka para ibu-
ibu ini dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk menaikan tarap
hidupnya. Peran pemerintah disini sangat dibutuhkan melalui program-program
pemberdayaan perempuan khususnya ibu-ibu rumah tangga.

Page | 1
Berdasarkan teori menurut Riant Nugroho tujuan dari program
pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kemampuan dalam program
pembangunan, kepemimpinan, mengelola usaha, rumah tangga dan meningkatkan
peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal untuk mambantu
pembangunan di daerahnya. Jadi, pemberdayaan perempuan khususnya ibu-ibu
rumah tangga harus didukung penuh oleh pemerintah desa agar masyarakat desa
bisa hidup sejahtera khususnya di bidang ekonomi.

1.1 Identifikasi Masalah


Melihat semua hal yang melatar belakangi pemberdayaan masyarakat desa
khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk membantu perekonomian rumah
tangganya, maka saya dapat menarik beberapa masalah yaitu:
1. Kurangnya kesadaran para warga khusunya laki-laki bahwa perempuan
juga bisa berkerja tanpa meninggalkan tugas pertamanya yaitu mengurus
suami, mengurus anak dan mengurus rumah.
2. Para ibu-ibu tidak mengetahui potensi yang dimilikinya sendiri, kerena
mereka kurang mendapatkan penyuluhan atau sosialisasi untuk
mengembangkan bakat yang mereka miliki.
3. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakatnya
sendiri.
4. Kurangnya kesadaran dari dirinya sendiri untuk merubah taraf hidupnya
dan hanya menikmati apa yang sudah ada.
5. Sosialisasi tentang wanita juga berhak berkerja dan memiliki
penghasilan kurang didapatkan oleh warga desa sehingga mereka hanya
berfikir bahwa perempuan itu hanya cukup diam di rumah.

Sekarang, pemerintah desa membuat program-program pemberdayaan


perempuan contohnya yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM Mandiri) walaupun pembagiannya belum merata tetapi
pemerintah sudah berusaha untuk mengadakan program tersebut.

Page | 2
Menurut Madekhan Ali (2007: 86) yang mendefinisikan pemberdayaan
masyarakat sebagai berikut Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah bentuk
partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental
atau fisik. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pemberdayaan pada perempuan
dapat menjadikan peperempuan itu mandiri dan kuat.

Sejak bergulirnya dana PNPM Mandiri pedesaan yang bersumber dari daa
pinjaman pemerintah dari ban dunia (World Bank), dana ini disalurkan khusus
untuk kelompok ib-ibu untuk mengembangkan usahanya masing-masing dalam
bentuk pinjaman modal usaha. Semenjak itu kelompoknya meningkat tiap
tahunnya untuk memperdayakan perempuan di bidang ekonomi. ( Artikel:
Pemberdayaan Perempuan di Sektor Ekonomi oleh Abdul Wahab).

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa saja program pemerintah untuk memberdayakan perempuan
khususnya ibu-ibu rumah tangga?
3. Apa faktor penghambat dalam melakukan program pemberdayaan ibu-ibu
rumah tangga?
4. Bagaimana minat para ibu-ibu rumah tangga kepada program
pemberdayaan tersebut?
5. Bagaimana taraf kehidupan masyarakat setelah diadakan program
pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga?
1.3 Tujuan Penelitian
2. Tujuan Akademis
Proposal penelitian ini, diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata
kuliah Sosiologi Pedesaan.
3. Tujuan Praktis
Proposal ini, semoga mnjadi referensi atau memberikan sebuah saran
baik kepada pembaca atau kepada atau kepada pemerintah bahwa
pemberdayaan perempuan itu sangat penting untuk membantu
perekonomian keluarganya sendiri.

Page | 3
B. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian disini yaitu:
1. Untuk memberikan sara kepada pemerintah desa untuk memberdayakan
para ibu-ibu rumah tangga dalam ekonomi.
2. Memberikan sebuah wawasan kepada para masyarakat bahwa
perempuan juga bisa menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan
kewajibannya.
3. Untuk memberikan suatu pandangan bahwa perempuan juga bisa
menghasilkan suatu karya melalui akifitas ataukegiata yang positif.
4. Unuk mengurangi beban para suami dalam menopang perekonomian
keluarga dengan hal yang positif dan dapat membuat para perempuan
menjadi madindiri.
C. Kerangka Pemikiran
1. Grand Teori
Menurut Madekhan Ali (2007:86) yang mendefinisikan pemberdayaan
masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi untuk membebaskan diri
mereka sendiri dari ketergantungan mental atau fisik.
2. Sub Teori
Paul B Horton dan Chester L Hunt (1992) mengatakan mobilitas
sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya.
3. Skema Konseptual
Pemberdayaan

Bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri


dari ketergantungan mental atau fisik.
(Madekhan Ali (2007)

Mobilisasi Sosial

Suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas


sosial lainnya.( Paul B Horton dan Chester L hunt (1992)

Page | 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang
dinyatakan dalam suatu kata atau symbol. Secara konseptual, pemberdayaan
atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power yang berarti
kekuasaan atau keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan
modal sosisl di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan penguatan
modal social. Apabila kita sudah mempercayai , Patuh Aturan dan Jaringan
memiliki modal sosial yang kuat maka kita akan mudah mengarahkan dan
mengatur masyarakat serta mudah mentransfer pengetahuan kepada
masyarakat. Dengan memiliki modal social yang kuat maka kita akan dapat
menguatkan pengetahuan, modal, dan mayarakat. Konsep ini mengandung
arti bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah Trasfer kekuasaan
melalui penguatan modal social kelompok untuk menjadikan kelompok
produktif untuk mencapai kesejahteraan social. Modal social yang kuat akan
menjamin suistainable didalam membangun rasa kepercayaan di dalam
masyarakat khususnya anggota kelompok.

Oleh karena itu, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep


mengenai modal soaial dan kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dan
dihubungkan dengan kemampuan individu untuk membuat individu
melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu
dan sosial (Sipahelut, 2010). Pemberdayaan merujuk pada kemampuan
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki
kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja

Page | 5
bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-
sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto 2005).

Jimmu, (2008) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya


sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan tetapi
memiliki arti yang kemungkinan perkembangan di tingkat masyarakat.
Pembangunan masyarakat seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat
dan kesadaran atas identitas diri. Oleh karena itu, komitmen untuk
pengembangan masyarakat harus mengenali keterkaitan antara individu dan
masyarakat dimana mereka berada. Masyarakat adalah sebuah fenomena
struktural dan bahwa sifat struktural dari kelompok atau masyarakat
memiliki efek pada cara orang bertindak, merasa dan berpikir. Tapi ketika
kita melihat struktur tersebut, mereka jelas tidak seperti kualitas fisik dari
dunia luar. Mereka bergantung pada keteraturan reproduksi sosial,
masyarakat yang hanya memiliki efek pada orang-orang sejauh struktur
diproduksi dan direproduksi dalam apa yang orang lakukan. Oleh karena itu
pengembangan masyarakat memiliki epistemologis logis dan yang dasar
dalam kewajiban sosial yang individu memiliki terhadap masyarakat yang
mengembangkan bakat mereka.
Adedokunet all, (2010) menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif akan
menimbulkan partisipasi aktif dari anggota masyarakat dalam pengembangan
masyarakat. Ia juga mengungkapkan bahwa ketika kelompok masyarakat
yang terlibat dalam strategi komunikasi, membantu mereka mengambil
kepemilikan inisiatif pembangunan masyarakat dari pada melihat diri mereka
sebagai penerima manfaat pembangunan. Berdasarkan temuan tersebut,
direkomendasikan bahwa para pemimpin masyarakat serta agen
pengembangan masyarakat harus terlibat dalam komunikasi yang jelas

Page | 6
sehingga dapat meminta partisipasi anggota masyarakat dalam isu-isu
pembangunannya.

Jimu (2008) menunjukkan bahwa pengembangan masyarakat tidak


khususnya masalah ekonomi, teknis atau infrastruktur. Ini adalah masalah
pencocokan dukungan eksternal yang ditawarkan oleh agen pembangunan
pedesaan dengan karakteristik internal sistem pedesaan itu sendiri. Oleh
karena itu, agen pembangunan pedesaan harus belajar untuk menempatkan
terakhir terlebih dahulu (Chambers, 1983 dalam jimu,2008). Secara teori,
peran pemerintah pusat dan agen luar lainnya harus menginspirasi inisiatif
lokal bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Passmore 1972
dalam jimu,2008). Dalam prakteknya, top-down perencanaan dan
pelaksanaan proyek-proyek pembangunan harus memberi jalan kepada
bottom-up atau partisipasi aktif masyarakat untuk mencapai apa yang disebut
pembangunan melalui negosiasi. Hal ini sesuai Menurut Talcot Parsons
(dalam Prijono, 1996:64-65) power merupakan sirkulasi dalam subsistem
suatu masyarakat, sedangkan power dalam empowerment adalah daya
sehingga empowerment dimaksudkan sebagai kekuatan yang berasal dari
bawah.

Shucksmith, (2013) menyatakan pendekatan bottom-up untuk pembangunan


pedesaan (didorong dari dalam, atau kadang-kadang disebut endogen)
berdasarkan pada asumsi bahwa sumber daya spesifik daerah alam,
manusia dan budaya memegang kunci untuk perkembangannya. Sedangkan
pembangunan pedesaan top-down melihat tantangan utamanya sebagai
mengatasi perbedaan pedesaan dan kekhasan melalui promosi keterampilan
teknis universal dan modernisasi infrastruktur fisik, bawah ke atas
Pengembangan melihat tantangan utama sebagai memanfaatkan selisih
melalui memelihara khas lokal kapasitas manusia dan lingkungan itu. Model
bottom-up terutama menyangkut mobilisasi sumber daya lokal dan aset.
Artinya, masyarakat pembangunan harus dianggap bukan sebagai teori

Page | 7
pembangunan, tetapi praktek pembangunan yang menekankan emansipasi
dari lembaga yang tidak pantas dan setiap melemahkan situasi yang
mengarah pada perias partisipasi, pengembangan masyarakat harus menjadi
mekanisme untuk menarik kekuatan kolektif anggota masyarakat tertentu
yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, mampu dan
cacat, dll untuk mengubah di wilayah mereka.

Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah, yaitu melepaskan belenggu


kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan masyarakat
dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat
yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepecayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya (Sipahelut, 2010).

Konsep pemberdayaan menurut Friedman (1992) dalam hal ini


pembangunan alternatif menekankan keutamaan politik melalui otonomi
pengambilan keputusan untuk melindungi kepentingan rakyat yang
berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi,
demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung. Menurut
Chambers, (1995) pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat"Orang
berpusat, partisipatif, memberdayakan, dan berkelanjutan".

Page | 8
Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki
dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu
kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat atau individu
menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya
membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan
stimulasi,mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog ( Sumodiningrat, 2002).

Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan,


pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya
dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Pearson et al, 1994
dalam Sukmaniar, 2007). Pemahaman mengenai konsep pemberdayaan tidak
bisa dilepaskan dari pemahaman mengenai siklus pemberdayaan itu sendiri,
karena pada hakikatnya pemberdayaan adalah sebuah usaha
berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif
dalam menentukan arah kemajuan dalam komunitasnya sendiri. Artinya
program pemberdayaan tidak bisa hanya dilakukan dalam satu siklus saja dan
berhenti pada suatu tahapan tertentu, akan tetapi harus terus
berkesinambungan dan kualitasnya terus meningkat dari satu tahapan ke
tahapan berikutnya (Mubarak, 2010).

Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan


masyarakat. Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk
berubah menjadi lebih baik. Pada tahap kedua, masyarakat diharapkan
mampu melepaskan halangan-halangan atau factor-faktor yang bersifat
resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dan komunitasnya. Pada tahap

Page | 9
ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan dan
merasa memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan dirinya dan
komunitasnya. Tahap keempat yaitu upaya untuk mengembangkan peran dan
batas tanggung jawab yang lebih luas, hal ini juga terkait dengan minat dan
motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Pada tahap kelima
ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan, dimana peningkatan
rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih
baik. Pada tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap
dirinya, dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu
meningkatkan perasaan psikologis di atas posisi sebelumnya. Pada tahap
ketujuh masyarakat yang telah berhasil dalam memberdayakan dirinya,
merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil
yang lebih baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan proses mengenai
upaya individu dan komunitas untuk mengikuti perjalanan kearah prestasi dan
kepuasan individu dan pekerjaan yang lebih tinggi.

Apabila kita cermati dari serangkaian literature tentang konsep-konsep


Pemberdayaan Masyarakat maka konsep pemberdayaan adalah suatu proses
yang diupayakan untuk melakukan perubahan. Pemberdayaan masyarakat
memiliki makna memberi kekuatan atau daya kepada kumpulan masyarakat
yang berada pada kondisi ketidakberdayaan agar menjadi berdaya dan
mandiri serta memiliki kekuatan melalui proses dan tahapan yang sinergis.
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata power (kekuasan atau keberdayaan). Jadi, ide pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep kekuasaan. Pemberdayaan menurut bahasa
berasal dari kata daya, yang mempuyai arti tenaga atau kekuatan,
pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan mendorong,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya. ( Mubyarto, 1996)
Pemberdayaan berasal dari bahasa asing empowerment. Secara bahasa,
pemberdayaan berarti penguatan dan secara istilah, pemberdayaan dapat

Page | 10
disamakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua, istilah ini dalam batas-
batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat di pertukarkan.

Pemberdayaan sangat diperlukan khususnya bagi perempuan, karena jika


perempuan diberdayakan maka perempuan itu bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya agar mereka tidak terlalu bergantung kepada seorang laki-laki.
Pemberdayaan perempuan juga berfungsi sebagai alat untuk terjadinya mobilitas
sosial karena jika perempuan memiliki penghasilan atau pemasukan lebih maka
kelas sosialnya akan berpindah tidak seperti perempuan-perempuan lain yang
hanya diam dan menunggu pemberian dari suaminya.

2.2.3 Pengertian Pemberdayaan Perempuan

Menurut Novian (2010) pemberdayaan perempuan adalah upaya


pemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber
daya, ekonomi, politik, sosial, budaya, agar perempuan dapat mengatur diri dan
meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu berperan dan berpartisipasi aktif
dalam memecahkan masalah, sehingga mampu membangun kemampuan dan
konsep diri. Pemberdayaan perempuan merupakan sebuah proses sekaligus tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah kegiatan memperkuat kekuasaan dan
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
perubahan sosial, yaitu masyarakat menjadi berdaya.

Pemberdayaan perempuan merupakan upaya untuk mengatasi hambatan


guna mencapai pemerataan atau persamaan bagi laki-laki dan perempuan pada
setiap tingkat proses pembangunan. Teknik analisis pemberdayaan atau teknik
analisis Longwe sering dipakai untuk peningkatan pemberdayaan perempuan
khususnya dalam pembangunan. Sara H. Longwee mengembangkan teknik
analisis gender yang dikenal dengan Kerangka Pemampuan Perempuan. Metode
Sara H. Longwee mendasarkan pada pentingnya pembangunan bagi perempuan,
bagaimana menangani isu gender sebagai kendala pemberdayaan perempuan
dalam upaya memenuhi kebutuhan spesifik perempuan dan upaya mencapai

Page | 11
kesetaraan gender (Muttalib, 1993). Kriteria analisis yang digunakan dalam
metode ini adalah (1) tingkat kesejahteraan, (2) tingkat akses (terhadap
sumberdaya dan manfaat), (3) tingkat penyadaran, (4) tingkat partisipasi aktif
(dalam pengambilan keputusan), dan (5) tingkat penguasaan (kontrol).
Pemahaman akses (peluang) dan kontrol (penguasaan) disini perlu tegas
dibedakan. Akses (peluang) yang dimaksud di sini adalah kesempatan untuk
menggunakan sumberdaya ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut,
sedangkan kontrol (penguasaan) diartikan sebagai kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumberdaya. Dengan demikian,
seseorang yang mempunyai akses terhadap sumberdaya tertentu, belum tentu
selalu mempunyai kontrol atas sumberdaya tersebut, dan sebaliknya.

Pendekatan pemberdayaan (empowerment) menginginkan perempuan


mempunyai kontrol terhadap beberapa sumber daya materi dan nonmateri yang
penting dan pembagian kembali kekuasaan di dalam maupun diantara masyarakat
(Moser dalam Daulay, 2006). Di Indonesia keberadaan perempuan yang
jumlahnya lebih besar dari laki laki membuat pendekatan pemberdayaan
dianggap suatu strategi yang melihat perempuan bukan sebagai beban
pembangunan melaikan potensi yang harus dimanfaatkan untuk menunjang proses
pembangunan.

Menurut Moser dalam Daulay (2006) bahwa strategi pemberdayaan bukan


bermaksud menciptakan perempuan lebih unggul dari laki laki kendati
menyadari pentingnya peningkatan kekuasaan, namun pendekatan ini
mengidentifikasikan kekuasaan bukan sebagai dominasi yang satu terhadap yang
lain, melainkan lebih condong dalam kapasitas perempuan meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal. Menurut Suyanto dan Susanti (1996) dalam
Daulay (2006) bahwa yang diperjuangkan dalam pemberdayaan perempuan
adalah pemenuhan hak mereka untuk menentukan pilihan dalam kehidupan dan
mempengaruhi arah perubahan melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol
atas sumber daya material dan nonmaterial yang penting.

Page | 12
Mengukur keberhasilan program pembangunan menurut perspektif gender,
tidak hanya dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat atau penurunan
tingkat kemiskinan. Tetapi lebih kepada sejauhmana program mampu
memberdayakan perempuan. Dalam mengukur pengaruh sebuah kebijakan, dan
atau program pembangunan terhadap masyarakat menurut perspektif gender,
Moser mengemukakan dua konsep penting, yakni pemenuhan kebutuhan praktis
dan kebutuhan strategis gender. Pemberdayaan perempuan berdasarkan analisis
gender adalah membuat perempuan berdaya dalam memenuhi kebutuhan praktis
gender dan kebutuhan strategis gender. Analisis kebutuhan praktis dan strategis
berguna untuk menyusun suatu perencanaan ataupun mengevaluasi apakah suatu
kegiatan pembangunan telah mempertimbangkan ataupun ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan yang dirasakan baik oleh laki-laki maupun perempuan
(Moser dalam Daulay, 2006).

Suatu program pembangunan yang berwawasan gender seharusnya berusaha


untuk mengidentifikasi ataupun memperhatikan kebutuhan komunitas. Dengan
menggunakan pendekatan Gender And Development, kebutuhan komunitas tadi
dibedakan antara kebutuhan laki-laki dan perempuan baik bersifat praktis maupun
strategis. Kebutuhan praktis berkaitan dengan kondisi (misalnya: kondisi hidup
yang tidak memadai, kurangnya sumberdaya seperti pangan, air, kesehatan,
pendidikan anak, pendapatan, dll), sedangkan kebutuhan strategis berkaitan
dengan posisi (misalnya: posisi yang tersubordinasi dalam komunitas atau
keluarga).

Pemenuhan kebutuhan praktis melalui kegiatan pembangunan kemungkinan


hanya memerlukan jangka waktu yang relatif pendek. Proses tersebut melibatkan
input, antara lain seperti peralatan, tenaga ahli, pelatihan, klinik atau program
pemberian kredit. Umumnya kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan
praktis dan memperbaiki kondisi hidup akan memelihara atau bahkan menguatkan
hubungan tradisional antara laki-laki dan perempuan yang ada. Kebutuhan
strategis biasanya berkaitan dengan perbaikan posisi perempuan (misalnya
memberdayakan perempuan agar memperoleh kesempatan lebih besar terhadap

Page | 13
akses sumberdaya, partisipasi yang seimbang dengan laki-laki dalam pengambilan
keputusan) memerlukan jangka waktu relatif lebih panjang.

Abraham Maslow termasuk seorang psikolog humanis, teoretikus, pemikir,


dan inspirator dalam hal teori kepribadian, identitas, kecakapan personal dan soft
skill. Beliau lahir pada tanggal 1 april 1908 di Brookly, New York dan meninggal
pada tanggal 8 Juni 1970 di California di usia 62 tahun. Beliau telah
menyelesaikan studinya di Cornell University, Brandeis University, Brooklyn
College. Teori belia yang sangat terkenal yaitu Hierarki kebutuhan Manusia, Teori
Humanistik dan Aktualisasi diri.

Abraham Maslow menyatakan bahwa pengertian ekonomi adalah suatu


bidang keilmuan yang dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan manusia
lewat penggemblengan seluruh sumber ekonomi yang tersedia berdasarkan pada
teori dan prinsip dalam suatu sistem ekonomi yang memang dianggap efisien dan
efektif.

2.2.4 Teori Ekonomi

Adam Smith termasuk salah seorang tokoh filsuf politik dan ekonomi.
Sekaligus pencetus sistem ekonomi Kapitalisme yang hadir pada abad ke 18 dan
19 di Eropa Barat. Seseorang beraliran Ekonomi klasik ini telah mengemukakan
gagasan penting yaitu Ekonomi Klasik, gagasan pasar bebas era modern dan
pembagian ketenagakerjaan. Beliau dilahirkan di OSKirkcaldy, Fife, Skotlandia
pada tanggal 5 juni 1723 dan meninggal di Edinburg, Skotlandia pada tanggal 17
juli 1970 di umur 67 tahun. Teori yang sangat terkenal dari beliau yaitu Teori
keunggulan mutlak.

Adam Smith menyatakan bahwa pengertian ekonomi adalah suatu


penyeldikan tetnang kondisi dan sebab adanya atau hadirnya kekayaan negara.

Pengertian Ekonomi Menurut John Stuart Mill

Page | 14
John Stuart Mill termasuk salah seorang filsuf empiris yang terkenal dari
Inggris dimana berjasa dalam melakukan reformasi utilitarianisme Sosial di
Inggris. Beliau lahir di Pentonville, London pada tanggal 20 mei 1806 dan
meninggal pada usia 66 tahun di Avignon pada tanggal 8 mei 1873. Beliau
termasuk anak dari seseorang akademisi dan sejarawan yaitu James Mill.

Johs Stuar Mill menyatakan bahwa pengertian ekonomi adalah ilmu praktis
yang telah mempelajari tentang penagihan dan pengeluaran.

Pengertian Ekonomi menurut Paul Anthony Samuelson

Paul Anthony Samuelson yaitu salah seorang tokoh ekonomi Amerika yang
sudah menerima gelar doktor dari Universitas Harvard dan berhasil menjadi orang
amerika pertama yang telah meraih hadiah nobel dalam bidangnya sebagai
jasanya yang sudah mengembangkan teori ekonomi statis dan dinamis. Beliau
dilahirkan di Gary, Indiana pada tanggal 15 Meil tahun 1915 dan meninggal di
usia 94 tahun di Belmont, Massachusetts pada tanggal 13 Desember 2009. Beliau
termasuk tokoh ekonomi yang sangat menonjol sebelum usianya menginjak 40
tahun.

2.2.5 Teori Produktivitas

Produktivitas menurut Budiono (2003:263) adalah perbandingan antara keluaran


(output) dan masukkan (input). Perumusan ini berlaku untuk perusahaan, industri
dan ekonomi secara keseluruhan. Lebih sederhana maka produktivitas adalah
perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap
sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung.Sedangkan menurut
Siagian (2002:13) produktivitas merupakan kemampuan memperoleh manfaat
yang sebesarbesarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan
menghasilkan output yang optimal bahkan mungkin maksimal. Selain itu
produktivitas juga diartikan sebagai suatu cara memanfaatkan secara baik
terhadap sumbersumber dalam memproduksi barangbarang. Tohardi
(2002:448) produktivitas adalah hubungan diantara jumlah produk yang
diproduksi dan jumlah sumber daya yang di perlukan untuk memproduksi produk

Page | 15
tersebut atau dengan rumusan yang lebih umum yaitu rasio antara kepuasan
kebutuhan dengan pengorbanan yang diberikan.Produktivitas dari tenaga kerja di
tunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga
kerja yang jam manusia (man hours) yaitu jam kerja dipakai unuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut (Wignjosoebroto, 2003:7). Sedarmayanti (2001:57)
mengutarakan bahwa produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau
meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan
sumber daya secara efisien.Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai
rasio antara keluaran dan masukkan dalam satuan waktu tertentu. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum produktivitas
diartikan sebagai perbandingan antara apa yang dihasilkan (output) dan masukkan
(input). Secara khusus produktivitas dapat diartikan kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang meliputi peningkatan efisiensi dan kecepatan
mengasilkan suatu produk yang merupakan hasil gabungan efektifitas, efisiensi
dan keekonomian.

3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu, Susanti (2010) dalam penelitiannya yang
berjudul Peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemberdayaan
Perempuan Di Bidang Ekonomi Produktif (Studi Di Kecamatan Kepanjen Sebagai
Proyek Binaan BPM Kabupaten Kepajen ) menyatakan bahwa faktor pendukung
pelaksanaan pemberdayaan perempuan di bidang usaha ekonomi produktif
Kecamatan Kepajen adalah peranan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat
sebagai koordinator dan fasilitator dapat dilihat dengan adanya regulasi yang jelas
beserta komitmen pemerintah daerah dalam melakukan kerjasama antar pelaku
program mulai dari tingkat desa sampai dengan kabupaten serta antar Anggota
Tim Koordinal Kabupaten.
Penelitian ini menjelaskan bahwa untuk melakukn suatu pemberdayaan
kepada perempuan yang bertanggung jawab tidak hanya satu orang untuk
mengembangkan atau memperdayakan perempuan tersebut. Tetapi semua elemen
abik itu pemerintah maupun para perempuannya harus ikut serta agar terciptanya

Page | 16
suatu perubahan untuk para perempuan ke hal yang lebih positif dan lebih baik
dalam bidang ekonomi melalui program pemberdayaan.

Menurut Madekhan Ali (2007:86) yang mendefinisikan pemberdayaan


masyarakat sebagai sebuah bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka
sendiri dari ketergantungan mental atau fisik.

Page | 17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif


Metode penelitian yang di gunakan untuk peneliti adalah metode kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif, lebih menekankan pada analisis atau analisa. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sementara
landasan teori dimanfaatkan sebagai pegangan utama, agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta dilapangan. Penelitian jenis ini lebih banyak menggali keterangan
atau pengumpulan data yang di dapatkan menadi sebuah laporan.
Alasan memilih metode penelitian kulitatif yaitu karena pemberdayaan
perempuan itu harus diteliti secara langsung. Penelitian ini harus menggunakan
metode kualitatif agar data yang di dapatkan itu lebih lengkap sesuai dengan fakta
atau data yang ada di lapangan, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya.

B. Sumber Data
Data yang di dapatkan peneliti yaitu:
1. Data Primer
Informan pangkal: Kepala Desa Tanjungsari.
Informan kunci: perempuan (ibu-ibu rumah tangga) warga Desa
Tanjungsari
2. Data Sekunder
Internet
Buku yaitu:
1. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Bandung: Refika Aditma, 2009.
2. Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, Yogyakarta:
Aditya Media, 1996.

Page | 18
3. Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Perdesaan, Bandung:
Pustaka Setia, 2015.
Artikel ( Artikel: Pemberdayaan Perempuan di Sektor Ekonomi oleh
Abdul Wahab).

C. Tehnik Pengumpulan Data


1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah wawancara yang berusaha menggali
sedalam-dalamnya dan mendapat pengertian seluas-luasnya dari jawaban
yang diberikan responden ( yang di wawancara).
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah tehnik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja, yang dilakukan melaui
pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang ingin diteliti secara
langsung.
3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah kegiatan yang meliputi mancari, membaca,
dan mendengarkan laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang
memuat teori-teori yang rlevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

D. Analisis Data
Penulis mengupulkan data dengan cara wawancara mendalam, apanila
dalam wawancara mendalam masih terdapat kekurangan maka, penulis melakukan
wawancara kembali. Apabila masih terdapat kekurangan juga setelah melakukan
wawancara tersebut, maka penulis mengumpulkan data dengan mencari referensi.

Page | 19
E. Jadwal dan Tempat Penelitian
1. Tabel Jadwal Kegiatan

N September Oktober November Desember


Kegiatan
O 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan judul

2 Bimbingan
proposal
3 Pengumpulan
proposal

2. Tempat penelitian
Tempat penelitian: Desa Karyajaya Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut
Alasan: Penelitian ini di lakukan di Desa CIlayung Kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Sumedang karena dekat dengan tempat tinggal
dan juga lebih mudah meneliti atau mendapatkan informasinya
karena peneliti merupakan putra daerah dari Desa Cilayung Kecamata
Tanjungsari Kabupaten Sumedang.

Page | 20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum dan tempat penelitian


Desa Cilayung merupakan salah satu wilayah yang ada di kecamatan
Tanjungsari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat Indonesia

4.2 Hasil Penelitian

penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan metode wawancara


terbuka berdasarkan hasil laporan wawancara yang ada di daerah cilayung
tersebut:

berdasarkan dari hasil wawancara dengan kepala desa disana yaitu


banyaknya pekerja wanita alias ibu-ibu yang bekerja di pabrik. Dan karena adanya
pabrik atau sebuah industri disana menjadi sebuah masyarakat disana solidaritas
hidupnya berkembang sehingga mencukupi kebutuhan perekonomian bagi
keluarganya sehingga tidak banyak yang mengganggur. tujuan dari program
pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kemampuan dalam program
pembangunan, kepemimpinan, mengelola usaha, rumah tangga dan meningkatkan
peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal untuk mambantu
pembangunan di daerahnya. Jadi, pemberdayaan perempuan khususnya ibu-ibu
rumah tangga harus didukung penuh oleh pemerintah desa agar masyarakat desa
bisa hidup sejahtera khususnya di bidang ekonomi.

4.3 Analisis

Dengan adanya peranan perempuan terhadap ekonomi keluarga yaitu bias


mencukupi kebutuhan keluarganya sedangkan dengan para suami yang ada di
masyarakat desa disana pun merasa bisa mencukupi kebutuhan ekonomi mereka
karena perempuan pun setara dengan laki-laki. Pada program pemberdayaan ibu
rumah tangga ini yang akan diteliti ini lebih luas dibandingkan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya. Karena pada pada penelitian ini, ibu-ibu tersebut akan
digali potensi-potensi yang ada pada dirinya yang mungkin ibu-ibu itu tidak

Page | 21
menyadari bakat yang dimilikinya. Ketika sudah diadakan penelitian dan
mengetahui potensi yang dimiliki maka para ibu-ibu ini dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk menaikan tarap hidupnya. Peran pemerintah disini
sangat dibutuhkan melalui program-program pemberdayaan perempuan
khususnya ibu-ibu rumah tangga

Page | 22
BAB V

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Pemberdayaan peranan perempuan terhadap ekonomi keluarga yang adandi desa


cilayung kecamatan tanjungsari kabupaten sumedang, membuat masyarakat
disana yang khususnya perempuan sudah mulai mandiri dengan adanya organisasi
tersebut yang di programkan oleh pemerintah, sehingga kebutuhan ekonomi
keluarganya bisa terpenuhi, bukan suami atau laki-laki saja yang bisa menghidupi
kondisi perekonomiannya melainkan para perempuan pun bisa .

1.2 SARAN

Page | 23
DAFTAR PUSTAKA

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung:


Refika Aditma, 2009.
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, Yogyakarta: Aditya Media,
1996.
Adon Nasrullah Jamaludin, Sosiologi Perdesaan, Bandung: Pustaka Setia,
2015.
Artikel ( Artikel: Pemberdayaan Perempuan di Sektor Ekonomi oleh
Abdul Wahab).
Mubarak, Z. 2010. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari
Proses Pengembangan Kapasitas Pada Program PNPM Mandiri Perkotaan
Di Desa.
Muttalib, Jang A. 1993. Menggunakan Kerangka Pemampuan Wanita,
dalam Moeljarto Tjokrowinoto, dkk. Bahan Pelatihan Jender dan
Pembangunan.
https://www.bersosial.com/threads/pengertian-ilmu-ekonomi-menurut-
para-ahli.12150/
Melayu S.P Hasibuan, Organisasi Dan Motivasi, Dasar Peningakatan
Produktivitas, Bumi Aksara Putra, Jakarta, 1996.

Page | 24

Anda mungkin juga menyukai