Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teori hak ?
2. Apakah yang dimaksud dengan teori keutamaan ?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui teori hak
2. Untuk mengetahui teori keutamaan
2.1 TEORI HAK

Pendahuluan

Pada dasarnya, pendekatan deontologi menyatakan bahwa tindakan benar


atau baik dilakukan karena merupakan kewajiban moral seseorang untuk
melakukannya. Selain kewajiban, maka aspek lain yang merupakan alasan bahwa
suatu tindakan perlu dilakukan adalah karena merupakan hak asasi manusia. Teori
hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu berkaitan
dengan kewajiban. Apa yang merupakan kewajiban bagi seseorang biasanya
berarti juga hak bagi orang lain. Dengan demikian, konsep tentang hak dan
kewajiban korelatifnya merupakan inti dari wacana moral kita.

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu
perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang
logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua
manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.

Secara umum, hak (rights) adalah klaim kepemilikan individu atau


sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki hak jika dia memiliki klaim untuk
melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu atau jika orang lain berkewajiban
melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu kepadanya.

Hak bisa berasal dari sebuah sistem hukum yang memungkinkan atau
mengizinkan seseorang untuk bertindak dalam suatu cara tertentu atau yang
mewajibkan orang lain bertindak dalam suatu cara tertentu terhadapnya; inilah
yang disebut hak hukum (legal right). Hak juga bisa berasal dari sistem moral
yang tidak tergantung pada sistem hukum tertentu. Hak untuk bekerja, misalnya,
tidak dijamin oleh suatu konstitusi suatu negara tertentu, namun banyak yang
menyatakan bahwa ini adalah hak yang dimiliki oleh semua negara. Hak-hak
semacam ini yang disebut hak moral atau hak asasi manusia, didasarkan pada
aturan dan prinsip-prinsip moral yang menegaskan bahwa manusia diizinkan atau
diberi kewenangan untuk melakukan sesuatu atau berhak memiliki sesuatu. Tidak
seperti hak hukum, hak moral tidak terbatas pada yurisdiksi tertentu. Jika manusia
memiliki hak moral untuk tidak disiksa, misalnya, maka hak ini juga dimiliki oleh
semua orang di dunia, apa pun sistem hukum di negara tempat mereka berada.

2.2 Hak Moral

Hak moral merupakan hak yang menetapkan larangan atau kewajiban pada
orang lain yang memungkinkan seseorang untuk memilih dengan bebas apa pun
kepentingn atau aktivitas yang akan dilakukannya. Hak-hak moral semacam ini
memiliki tiga karakteristik penting yang memberikan fungsi pemungkinan dan
perlindungan.

a. Hak moral sangat erat hubungannya dengan kewajiban. Jadi, hak moral
memberikan kewajiban korelatif pada orang lain baik itu kewajiban
untuk tidak ikut campur tangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu
yang positif.
b. Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam
mencari kepentingan-kepentingan mereka.
c. Hak moral memberikan dasar untuk membenarkan tindakan yang
dilakukan seseorang dan untuk melindungi atau membantu orang lain.

Dengan adanya ketiga karakteristik di atas, hak moral berarti memberikan


dasar dalam membuat keputusan moral yang secara substansial berbeda dari
standar-standar utilitarian. Pertama, hak moral mengharuskan adanya moralitas
dari sudut pandang individu, sementara utilitarianisme mensyaratkan moralitas
dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan. Standar-standar moral yang
berkaitan dengan hak menunjukkan apa yang menjadi hak dan kewajiban
seseorang terhadap orang lain, mendukung kesejahteraan individu, dan
melindungi pilihan individu terhadap gangguan dari masyarakat. Sementara
standar-standar utilitarian mendukung utilitas total dalam masyarakat, dan tidak
mempertimbangkan kesejahteraan individu kecuali jika kesehtaraan tersebut
berpengaruh pada seluruh masyarakat. Kedua, hak membatasi validitas acuan
pada manfaat soasil. Dengan kata lain, jika seseorang memiliki hak untuk
melakukan sesuatu, maka salah apabila ada orang lain yang ikut campur,
meskipun sebagian besar anggota masyarakat mungkin memperoleh utilitas lebih
besar dari campur tangan itu. Jika para anggota kelompok minoritas memiliki hak
atas kebebasan berbicara, maka kelompok mayoritas harus membiarkan kelompok
minoritas tersebut bebas berbicara sekalipun sebagian nbesar anggota kelompok
mayoritas mungkin sangat menantang apa yang mereka katakan.

2.3 Hak Negatif dan Positif

Hak negatif (negative rights) dapat digambarkan dari fakta bahwa hak-hak
yang termasuk di dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya
dengan kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur dalam aktivitas-aktivitas
tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut. Contohnya, jika saya memiliki hak
privasi, maka ini berarti semua orang, termasuk atasan saya, berkewajiban untuk
tidak ikut campur dalam urusan atau aktivitas-aktivitas pribadi saya. Jika saya
punya hak untuk menggunakan, menjual, atau menghancurkan aset-aset bisnis
pribadi saya, maka ini berarti semua orang lain berkewajiban untuk tidak
mencegah saya untuk menggunakan, menjual, atau menghancurkan prperti bisnis
pribadi saya.

Sebaliknya, hak positif (positive rights) tidak hanya memberikan


kewajiban negatif, namun juga mengaplikasikan bahwa pihak lain (tidak selalu
jelas siapa mereka) memiliki kewajiban positif pada si pemilik hak untuk
memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan bebas mencari atau mengejar
kepentingan-kepentingannya. Contohnya, jika saya punya hak untuk memperoleh
kehidupan yang layak, maka ini tidak hanya berarti orang lain tidak boleh ikut
campur, namun juga berarti jika saya tidak bisa memperoleh penghasilan yang
layak, maka harus ada pihak lain (mungkin pemerintah) yang wajib memberikan
pekerjaan dengan penghasilan yang layak. Demikian juga, hak untuk bekerja, hak
untuk memperoleh pendidikan, hak untuk memperoleh perawatan kesehatan, dan
hak untuk memperoleh jaminan sosial merupakan hak yang tidak hanya
mewajibkan orang lain untuk tidak ikut campur tangan, namun juga memberikan
kewajiban positif pada mereka untuk memberikan apa yang tidak bisa diperoleh.
2.4 Hak dan Kewajiban Kontraktual

Hak dan kewajiban kontraktual (Contractual rights and duties) kadang


disebut juga hak dan kewajiban khusus atau tugas khusus adalah hak terbatas dan
kewajiban korelatif yang muncul saat seseorang membuat perjanjian dengan
orang lain. Contohnya, jika saya setuju untuk melakukan sesuatu bagi Anda,
maka Anda berhak atas apa yang saya lakukan: Anda memperoleh hak kontraktual
atas apa pun yang saya janjikan, dan saya memiliki kewajiban kontraktual untuk
melaksanakan sesuatu seperti yang saya janjikan.

Hak dan kewajiban kontraktual dapat dibedakan. Pertama, keduanya


berkaitan dengan individu-individu tertentu dan kewajiban korelatif hanya
dibebankan pada individu tertentu. Kedua, hak kontraktual muncul dari suatu
transaksi khusus antara individu-individu tertentu. Ketiga, hak dan kewajiban
kontraktual bergantung pada sistem peraturan yang diterima publik, sistem yang
mengatur tentang transaksi yang memunculkan hak dan kewajiban tersebut.
Kontrak, misalnya, menciptakan hak dan kewajiban khusus antara pihak-pihak
yang terlibat hanya jika mereka mengakui dan menerima sebuah sistem perjanjian
yang menyatakan bahwa dengan melakukan hal-hal tertentu (misalnya
menandatangani surat perjanjian), seseorang menerima kewajiban untuk
melakukan apa yang telah disetujuinya.

Hak dan kewajiban kontraktual memberikan dasar bagi kewajiban khusus


yang diperoleh seseorang saat dia menerima jabatan atau peran dalam sebuah
institusi atau organisasi sosial yang sah. Contohnya, direksi memiliki kewajiban
khusus untuk menangani organisasi. Dalam kasus ini, terdapat sebuah institusi
yang diakui secara umum (institusi korporasi) yang menentukan posisi atau peran
khusus (direksi) di mana kesejahteraan orang lain yang memiliki posisi rentan
(pegawai atau dalam pengertian luas pemegang saham dan stakeholders ?)
bergantung pada direksi. Dalam peran-peran institusional ini, masyarakat
menyertakan kewajiban-kewajiban khusus dalam memberikan perhatian pada
orang-orang yang memiliki posisi rentan dan melindungi mereka kewajiban
kewajiban yang telah dipahami oleh orang-orang yang menerimanya. Saat
seseorang secara sukarela menjalankan peran dan mengetahui apa saja kewajiban
yang diberikan masyarakat pada peran tersebut, maka dia berarti telah menyetujui
perjanjian untuk memenuhi kewajiban-kewajiban itu. Keberadaan sistem
kewajiban kontraktual bahwa individu memenuhi perjanjian tersebut dengan
menerima kewajiban yang ditetapkan publik seperti yang dimaksudkan dalam
perjanjian. Selanjutnya, korporasi dapat terus berlangsung, dan para anggota
masyarakat yang rentan juga akan terlindung. Perlu diingat bahwa kewajiban
institusional seseorang bukanlah tidak terbatas. Sebagai agen yang loyal,
kewajiban direksi untuk mempertahankan dan mengembangkan korporasi dibatasi
oleh prinsip-prinsip etika yang berlaku pada semua orang.

Aturan etis apa yang membatasi perjanjian kontrak? Sistem peraturan yang
mendasari hak dan kewajiban kontraktual secara umum diinterpretasikan
mencakup sejumlah batasan moral:

a. Kedua belah pihak dalam kontrak harus memahami sepenuhnya sifat dari
perjanjian yang mereka buat.
b. Kedua belah pihak dilarang mengubah fakta perjanjian kotraktual dengan
sengaja.
c. Kedua belah pihak dalam kontrak tidak boleh menandatangani perjanjian
karena paksaan atau ancaman.
d. Perjanjian kontrak tidak boleh mewajibkan kedua belah pihak untuk
melakukan tindakan-tindakan yang amoral.
e. Perjanjian kontrak yang melanggar salah satu dari empat syarat di atas,
atau lebih, dianggap batal.

2.5 Dasar Hak Moral

Dasar dari orang memiliki hak moral adalah seseorang memiliki hak
hukum karena dia tinggal di suatu tempat yang memberlakukan hukum yang
menjamin hak-hak tersebut. Dasar yang lebih baik bagi hak moral diberikan oleh
teori etis yang dikembangkan oleh Immanuel Kant (1724 1804).Teori Kant
didasarkan pada prinsip moral yang disebut perintah kategoris (categorical
imperatives) dan yang mewajibkan semua orang diperlakukan sebagai makhluk
yang bebas dan sederajat dengan orang lain. Kant memberikan setidaknya dua
cara untuk merumuskan prinsip moral.

1) Rumusan Pertama Perintah Kategoris Kant

Rumusan pertama perintah kategoris Kant adalah sebagai berikut: Saya


tidak boleh melakukan tindakan kecuali dalam suatu cara yang juga dapat saya
kehendaki agar maxim saya menjadi hukum unversal. Maxim adalah alasan
seseorang dalam situasi tertentu untuk melakukan apa yang dia rencanakan.
Sebuah maxim akan menjadi hukun universal jika semua orang dalam situasi
serupa memilih untuk melakukan tindakan yang sama dengan alasan yang sama.
Versi pertama kategoris pertama Kant berasal dari prinsip berikut ini:

Sebuah tindakan secara moral benar bagi seseorang dalam suatu situasi
jika, dan hanya jika, alasan orang tersebut melakukan tindakan itu adalah alasan
yang dipilih semua orang dalam situasi yang sama.

Contohnya, misalkan saya berusaha memutuskan apakah akan memecat


seorang pegawai karena dia berbeda ras. Menurut prinsip Kant, saya perlu
bertanya pada diri sendiri apakah saya menyetujui tindakan seseorang yang
memecat pegawai karena alasan ras. Secara khusus, saya perlu bertanya pada diri
sendiri apakah saya bersedia dipecat jika atasan saya berbeda ras. Jika saya tidak
ingin orang lain melakukan tindakan seperti tiu, bahkan pada diri saya sendiri,
maka secara moral salah bagi saya bila saya melakukannya. Jadi, alasan seseorang
melakukan suatu tindakan haruslah berubah dapat dibalik; seseorang harus
bersedia menerima orang lain menggunakan alasan-alasan tersebut bahkan pada
dirinya sendiri. Dengan demikian, ada kesamaan yang jelas antara perintah
kategoris dengan apa yang disebut aturan emas: Do unto others as you would
have them do unto you. ( Perlakukan orang lain seperti mereka
memperlakukanmu.)

Rumusan pertama perintah kategoris mencakup dua kriteria dalam


menentukan apa yang benar dan salah secara moral universalisabilitas
(universalizability) dan reversibilitas (reversibility):
Universalisabilitas: alasan seseorang melakukan suatu tindakan haruslah
alasan yang dapat diterima semua orang, setidaknya dalam prinsip.

Reversibilitas: alasan seseorang melakukan tindakan haruslah alasan yang


dia bisa terima jika orang lain menggunakannya, bahkan sebagai dasar dari
bagaimana mereka memperlakukan dirinya.

Contohnya, kita sering mengatakan pada orang lain yang melakukan kesalahan
atau akan melakukan kesalahan: Bagaimana rasanya jika dia melakukan itu pada
Anda? atau Bagaimana rasanya jika Anda menjadi dirinya? yang dalam hal ini
mengacu pada reversibilitas. Atau kita mungkin bertanya, Bagaimana jika semua
orang melakukan hal seperti itu? yang dalam hal ini mengacu pada
universalisabilitas.

2) Rumusan Kedua Perintah Kategoris Kant

Rumusan kedua perintah kategoris Kant adalah: Bertindaklah dalam


suatu cara seperti Anda memperlakukan semua manusia (humanity), baik terhadap
diri sendiri atau orang lain, bukan hanya sebagai sarana (means), namun juga pada
saat yang sama sebagai tujuan (end). Atau, jangan pernah memperlakukan orang
lain hanya sebagai sarana, namun juga sebagai tujuan. Memperlakukan manusia
sebagai tujuan adalah semua orang harus memperlakukan orang lain sebagai
makhluk yang eksistensinya sebagai individu yang rasional, harus dihormati.
Artinya: (a) menghormati kebebasan semua orang dengan memperlakukan mereka
hanya seperti yang mereka setujui sebelumnya, dan (b) mengembangkan kapasitas
semua orang untuk memilih tujuan secara bebas bagi dirinya sendiri.
Memperlakukan seseorang sebagai sarana berarti memanfaatkan orang tersebut
hanya sebagai cara dalam meraih kepentingan dan tidak melibatkan penghargaan
ataupun pengembangan atas kemampuannya untuk memilih secara bebas. Versi
kedua perintah kategoris Kant adalah:

Sebuah tindakan secara moral benar bagi seseorang jika, dan hanya jika,
dalam melakukannya orang tersebut tidak hanya memanfaatkan orang lain sebagai
sarana dalam meraih kepentingan-kepentingannya, namun juga menghargai dan
mengembangkan kapasitas mereka untuk memilih secara bebas bagi diri mereka
sendiri.

Versi ini mengimplikasikan bahwa manusia memiliki martabat yang sama


(equal dignity), yang dalam hal ini membedakan mereka dari benda-benda seperti
alat atau mesin sehingga mereka tidak boleh dimanipulasi, ditipu, atau
dieksploitasi demi mencapai tujuan orang lain.

Rumusan kedua perintah kategoris, menurut Kant, sesungguhnya sama


dengan yang pertama. Versi pertama mengatakan apa yang secara moral benar
bagi saya haruslah benar bagi orang lain. Semua orang memiliki nilai yang sama.
Dengan demikian, maka tidak ada kebebasan seseorang yang dianggap lebih
rendah dibandingkan dengan yang lain sehingga dia boleh dimanfaatkan untuk
meraih kepentingan orang lain, karena saya memiliki nilai, maka saya tidak bisa
mengorbankan diri hanya pada kepentingan diri sendiri. Dan inilah yang
dinyatakan dalam perintah kategoris kedua. Kedua rumusan ini berasal dari
sumber yang sama semua orang wajib memperlakukan satu sama lain sebagai
makhluk yang bebas dan sederajat dalam meraih kepentingan-kepentingan
mereka.

Dengan demikian, rumusan atau formula kategorial Kant : (1) Never do


something unless you are willing to have everyone do it, (2) Never use people
merely as means, but always respect and develop their ability to choose for
themselves.

2.6 Teori Keutamaan (Virtue)

Memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu


perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang
dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :

a. Kebijaksanaan

b. Keadilan

c. Suka bekerja keras

d. Hidup yang baik

Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan karyawan sejauh


mereka mewakili perusahaan, adalah : Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan
Rasa malu.

Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk


setiap hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali. Loyalitas berarti
bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi
mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan. Kehormatan adalah
keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan duka serta
sukses dan kegagalan perusahaan. Rasa malu membuat karyawan solider dengan
kesalahan perusahaan. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang
logam yang sama. Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini
adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku.

Contoh : asisten rumah tangga yang mempunyai hak untuk mendapatkan gaji
bulanannya setelah ia melakukan kewajibannya mengurus rumah dan sebagainya.

Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku


manusia dipastikan berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks
utilitarisme, suatu perbuatan adalah baik, jika membawa kesenangan sebesar-
besarnya bagi jumlah orang terbanyak. Dalam rangka deontologi, suatu perbuatan
adalah baik, jika sesuai dengan prinsip jangan mencuri, misalnya. Menurut teori
hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia. Teori-teori ini semua
didasarkan atas prinsip (rule-based).
Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak
menyoroti perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku
moral. Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang
sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk
teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat
sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Namun demikian,
dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang baru.
Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada
waktu filsafat Yunani kuno.

Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah


diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat
seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi. Keadilan adalah
keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada sesama apa
yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat
seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja
keras adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan
spontan untuk bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang
adalah orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup
menurut keutamaan (virtuous life).

Menurut pemikir Yunani (Aristoteles), hidup etis hanya mungkin dalam


polis. Manusia adalah makhluk politik, dalam arti tidak bisa dilepaskan dari
polis atau komunitasnya. Dalam etika bisnis, teori keutamaan belum banyak
dimanfaatkan. Solomon membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual
dan keutamaan pada taraf perusahaan. Di samping itu ia berbicara lagi tentang
keadilan sebagai keutamaan paling mendasar di bidang bisnis. Diantara
keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran,
fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu
sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran
secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus
dimiliki pelaku bisnis. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.
Jika mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi
keterangan. Tetapi suasana keterbukaan itu tidak berarti si pebisnis harus
membuka segala kartunya. Sambil berbisnis, sering kita terlibat dalam negosiasi
kadang-kadang malah negosiasi yang cukup keras dan posisi sesungguhnya atau
titik tolak kita tidak perlu ditelanjangi bagi mitra bisnis. Garis perbatasan antara
kejujuran dan ketidakjujuran tidak selalu bisa ditarik dengan tajam.

Ketiga keutamaan lain bisa dibicarakan dengan lebih singkat. Keutamaan


kedua adalah fairness. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang
wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa
disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading
adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair. Dengan insider trading
dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi dari dalam
yang tidak tersedia bagi umum. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan
semua orang yang bergiat disini mempunyai pengetahuan yang sama tentang
keadaan perusahaan yang mereka jualbelikan sahamnya. Orang yang bergerak
atas dasar informasi dari sumber tidak umum (jadi rahasia) tidak berlaku fair.

Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan


konteks bisnis. Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada
beberapa cara untuk mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi
garansi atau jaminan. Cara-cara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis,
tetapi hal itu hanya ada gunanya bila akhirnya kepercayaan melekat pada si
pebisnis itu sendiri.

Contoh keutamaan :

Kebijaksanaan : seorang pemimpin yang memiliki sifat bijaksana dalam segala


urusan.

Keadilan : mampu bersifat adil dalam menentukan pilihan.

Suka bekerja keras : mau terus berjuang dalam bekerja, sehingga pada akhirnya
dapat menikmati hasil jerih payahnya yang baik.
Hidup yang baik : tidak pernah melakukan hal hal yang dapat merugikan
sekitarnya,dapat menikmati hidup dengan tenang, nyaman dan tentram.
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno dan Ardana. I Centik (2011). Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Penerbit Salemba Empat Jakarta

Feril ferdian. 2012. Teori-Teori di Dalam Etika Bisnis.


//ferilferdian87.blogspot.com/2012/10/teori-teori-didalam-etika-bisnis.html. pada
16 februari pukul 13.00

Ghita Natalia. 2013. Etika Bisnis. http://ghitanatalia.blogspot.com/2013/11/etika-


bisnis.html. pada 16 Februari pukul 13.05

Khoyunita. 2013. Teori- Teori Etika.


https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika/. Pada 16
Februari pukul 15.00

Rezwan Rizki. 2013. Teori Hak. http://rezwan-rizki.blogspot.in/2013/11/teori-


hak.html?m=1. Pada 16 Februari pukul 17.00

Anda mungkin juga menyukai