NOMOR SE - 06/PJ.7/2006
TENTANG
Dalam rangka memberikan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan sehubungan dengan diterbitkannya Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-08/PJ.53/2006 tentang Jangka Waktu Penyelesaian dan Tata
Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah maka dipandang perlu mengatur kebijakan pemeriksaan sebagai
berikut:
I. UMUM
1. Dalam setiap pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Lebih Bayar, Pemeriksa harus melakukan analisis risiko.
2. Analisis risiko adalah proses penilaian risiko ketidakbenaran SPT Masa PPN untuk menentukan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam kategori risiko rendah, menengah, atau tinggi.
3. Analisis risiko sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan dengan mengacu pada Peraturan
Direktur Jenderal Pajak nomor PER-124/PJ/2006tanggal 22 Agustus 2006 tentang Pelaksanaan
Analisis Risiko Dalam Rangka Pemeriksaan Atas Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai Lebih Bayar.
4. Hasil analisis risiko digunakan sebagai dasar penentuan ruang lingkup pemeriksaan berikutnya,
atau ruang lingkup dan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran PPN, atau PPN dan PPn BM pemeriksaan berikutnya.
5. Ruang lingkup pemeriksaan atas SPT Masa PPN pada prinsipnya dilakukan melalui
Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL). Namun demikian, dapat juga dilakukan melalui
Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK) atau Pemeriksaan Lengkap (PL).
6. Pemeriksaan Lengkap sebagaimana dimaksud pada angka 5 dapat dilakukan atas satu jenis
pajak atau seluruh jenis pajak.
7. Penentuan ruang lingkup pemeriksaan diatur sebagai berikut:
a. PKP yang melakukan kegiatan tertentu
1) Atas SPT Masa PPN Lebih Bayar yang disampaikan oleh Perusahaan Terbuka
atau Perusahaan yang pemegang saham mayoritasnya adalah Pemerintah
Pusat/Daerah atau PKP yang terdaftar pada KPP Wajib Pajak Besar yang laporan
keuangannya diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, dan berdasarkan pemeriksaan sebelumnya diketahui memiliki
risiko rendah, pemeriksaannya dapat dilakukan melalui PSK.
2) Atas SPT Masa PPN Lebih Bayar yang disampaikan oleh PKP selain
sebagaimana dimaksud pada angka 1) atau yang disampaikan oleh PKP
sebagaimana dimaksud pada angka 1) yang berdasarkan pemeriksaan
sebelumnya diketahui memiliki risiko menengah, atau yang berdasarkan
pemeriksaan sebelumnya tidak diketahui risikonya, pemeriksaannya dilakukan
melalui PSL.
3) Atas SPT Masa PPN Lebih Bayar yang disampaikan oleh PKP yang berdasarkan
pemeriksaan sebelumnya diketahui memiliki risiko tinggi atau yang
pemeriksaannya meliputi seluruh jenis pajak berdasarkan satu LP2,
pemeriksaannya dilakukan melalui PL.
8. Dalam melakukan pemeriksaan, selain memenuhi prosedur pemeriksaan yang diatur dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, Pemeriksa juga harus memenuhi petunjuk pelaksanaan
pemeriksaan pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-
123/PJ/2006 tanggal 15 Agustus 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan
dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-142/PJ./2005 tanggal 31 Agustus 2005
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor.
9. Sesuai dengan hakikat PPN yaitu pajak atas nilai tambah, selama PKP membukukan adanya
nilai tambah, kelebihan pembayaran pajak dapat terjadi antara lain dalam hal:
a. Penjualan ekspor;
b. Penyerahan kepada pengusaha di kawasan berikat;
c. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang PPN nya tidak dipungut;
d. Penyerahan kepada Pemungut PPN;
e. Penumpukan Persediaan;
f. Perusahaan pada masa awal operasi.
10. Dalam melakukan pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar, pemeriksa harus waspada
terhadap beberapa indikasi pelanggaran yang dilakukan PKP, antara lain:
a. Alamat PKP tidak jelas atau tidak sesuai dengan pengukuhan atau sering pindah;
b. Satu alamat PKP digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu PKP;
c. Kegiatan PKP tidak ada atau tidak sesuai dengan pengukuhan;
d. Wajib Pajak melakukan kegiatan sebagai PKP tetapi tidak/belum dikukuhkan sebagai PKP;
e. PKP merendahkan/tidak melaporkan Pajak Keluaran, misalnya dengan cara:
g. Jawaban konfirmasi yang sebelumnya menyatakan jawaban "tidak ada" berubah menjadi
"ada";
h. Hasil konfirmasi PEB dan/atau PIB di intranet DJP menunjukkan data yang tidak sesuai
dengan nilai ekspor dan/atau impor yang dilaporkan pada SPT Masa PPN Lebih Bayar;
i. Hasil konfirmasi Faktur Pajak di program PK-PM pada intranet DJP menunjukkan data PM
tidak sama dengan PK lawan transaksi;
j. PKP melakukan transaksi dengan PKP yang menerbitkan Faktur Pajak bermasalah
sebagaimana tercantum pada SE-27/PJ.52/2002 dan perubahannya;
k. PKP yang non efektif (NE) atau PKP yang melaporkan SPT Masa PPN Nihil, kemudian
melaporkan atau melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang jumlah penyerahannya
meningkat cepat dan signifikan;
l. PKP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi
dan/atau PPh Pasal 21;
m. PKP tidak menyerahkan sebagian atau seluruh bukti-bukti atau dokumen yang diminta oleh
Pemeriksa pada saat pemeriksaan, dalam jangka waktu yang ditentukan;
n. PKP yang melakukan penyerahan BKP ke bukan Kawasan Berikat namun dilaporkan
dengan menggunakan Formulir BC.4.0 (Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah
Pabean Ke Kawasan Berikat);
o. PKP melakukan kegiatan usaha perdagangan dan melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak yang sangat beragam sehingga tidak diketahui dengan pasti core business Wajib
Pajak tersebut.
II. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Persiapan pemeriksaan dilakukan sebelum pelaksanaan pemeriksaan dimulai, yaitu sebelum Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada PKP (untuk PL atau PSL) atau sebelum
Surat Panggilan Pemeriksaan dikirimkan kepada PKP (untuk PSK).
1. Dalam setiap persiapan pemeriksaan, Pemeriksa diwajibkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mempelajari berkas PKP dan berkas data yang ada di KPP.
b. Melakukan konfirmasi melalui intranet Direktorat Jenderal Pajak (DJP), sebagai berikut:
1) Lakukan konfirmasi Faktur Pajak Masukan melalui Program PK-PM pada
intranet DJP. Dalam hal konfirmasi Faktur Pajak Masukan melalui Program PK-
PM pada intranet DJP tidak dapat dilakukan maka lakukan konfirmasi secara
manual ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait;
2) Lakukan konfirmasi PEB dan/atau PIB melalui intranet DJP dalam hal PKP
melakukan ekspor dan/atau impor;
3) Lakukan konfirmasi Surat Setoran Pajak (SSP)/ Surat Setoran Pabean, Cukai dan
Pajak (SSPCP) lembar ke-1 dengan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran
Pajak (MP3).
c. Melakukan analisis perbandingan terhadap SPT Tahunan PPh untuk 2 tahun terakhir, dan
terhadap SPT Masa PPN untuk masa 6 bulan terakhir.
d. Membuat program pemeriksaan, sesuai dengan ruang lingkup pemeriksaan.
e. Dalam hal pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar yang diajukan restitusinya,
lakukan pengecekan jenis dan jumlah dokumen-dokumen yang disampaikan dalam
permohonan pengembalian PPN, atau PPN dan PPn BM apakah sudah sesuai dengan
Lembar Checklist Bukti/Dokumen Kelengkapan Permohonan Pengembalian PPN, atau PPN
dan PPn BM yang dibuat oleh PKP.
2. Apabila dipandang perlu, Pemeriksa dapat melakukan kegiatan persiapan pemeriksaan lainnya
untuk memperoleh hal-hal yang perlu diprioritaskan dalam pelaksanaan pemeriksaan.
III. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan di bawah ini adalah titik-titik strategis pemeriksaan yang
dilakukan dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar sesuai dengan
fokus, kedalaman dan ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksa perlu melaksanakan teknik-teknik
pemeriksaan lain yang dipandang perlu untuk meyakini kebenaran penyerahan BKP/JKP, perolehan
BKP/JKP dan kredit pajak yang dilaporkan PKP dalam SPT Masa PPN.
1. Prosedur Pemeriksaan Kegiatan / Operasi PKP
a. Pastikan bahwa alamat/tempat kedudukan Wajib Pajak (PKP) sesuai dengan pengukuhan,
antara lain dengan cara:
1) membandingkan alamat pada SPT Masa PPN dengan alamat yang tercantum
dalam Surat Pengukuhan PKP;
2) memastikan apakah tempat kedudukan tersebut statusnya sewa atau milik sendiri.
b. Pastikan kegiatan Wajib Pajak (PKP) sesuai dengan pengukuhan, antara lain dengan cara:
b. Untuk meyakini hal sebagaimana tersebut pada huruf a angka 1) di atas, lakukan pengujian
kaitan atas dokumen penjualan antara lain dengan cara:
c. Untuk meyakini hal sebagaimana tersebut pada huruf a angka 2) di atas, lakukan pengujian
kaitan atas dokumen penerimaan uang dengan cara, antara lain:
f. Untuk meyakini hal sebagaimana dimaksud pada huruf e angka 1) di atas, lakukan
pengujian arus dokumen barang, antara lain dengan cara:
1) Pelajari kebijakan dan prosedur pembelian dan retur pembelian antara lain:
a) Identifikasi bagian dan nama pegawai yang terlibat dalam prosedur
pembelian,
b) Identifikasi pencatatan yang diselenggarakan oleh bagian yang terlibat dalam
prosedur pembelian,
c) Identifikasi dokumen yang terkait dengan prosedur pembelian.
2) Lakukan pengujian atas transaksi pembelian dengan cara, antara lain:
a) Pinjam dokumen-dokumen pembelian dari petugas-petugas yang terlibat
langsung dalam prosedur pembelian.
b) Bandingkan nama dan alamat penjual, jenis, kuantum, harga satuan yang
tercantum dalam faktur pajak masukan dengan dokumen pendukungnya,
antara lain:
(1) Pesanan Pembelian,
(2) Surat Jalan,
(3) Laporan Penerimaan Barang,
(4) Faktur Pembelian,
(5) Pencatatan pada bagian yang terlibat dalam prosedur pembelian,
(6) Dokumen non financial yang terkait.
c) Teliti syarat-syarat pembelian yang mengikat dengan pembebanan biaya-
biaya dan pembayaran yang terkait.
d) Teliti kebenaran jumlah pada faktur pembelian dan debet nota, termasuk
penghitungan PPN-nya serta cocokkan dengan faktur pajaknya.
e) Dalam hal transaksi pembelian dilakukan dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) UU PPN, periksa dasar penetapan harga belinya dan volume transaksi
selama masa yang diperiksa.
g. Untuk meyakini hal sebagaimana dimaksud pada huruf e angka 2) di atas, lakukan
pengujian arus uang, antara lain dengan cara:
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Agustus 2006
Direktur Jenderal
ttd
Darmin Nasution
NIP 130605098