Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapata menyelesaikan
mata kuliah PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA. Kemudian salawat
beserta salam kita kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat didunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN KOTA di program studi Fakultas Teknik jurusan Arsitektur
Universitas Syiah Kuala.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak


Dr.Mirza Fuady,ST.,MT Selaku dosen mata kuliah PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN KOTA dan segenap pihak yang telah memberikan partisipasi
dalam membuat makalah ini.

Selanjutnya kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca


sehingga akan menumbuhkan rasa syukur kami kepada rahmat ALLAH SWT dan
dalam perbaikan makalah ini kedepannya.

Banda Aceh, 15 Oktober 2017


DAFTAR ISI

Kata pengantar ..............................................................................................1

Daftar Isi .........................................................................................................2

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3

1.1 Tujuan Makalah ............................................................................................................ 4

1.1 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4

1.1 Manfaat Lingkungan ..................................................................................................... 4

BAB II ISI DAN PENJELASAN


2.1 Pengertian Perencanaan Tata Ruang ............................................................................. 5

2.2 Prinsip/Kaidah/Aturan Tata Ruang ............................................................................... 6

2.3 Studi Kasus Perencanaan Tata Ruang........................................................................... 7

Kesimpulan .....................................................................................................23

Daftar Pusaka ................................................................................................23


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Arsitektur memiliki makna yang luas di dalam kehidupan manusia. Makna-


makna arsitektur dalam kehidupan manusia didasari oleh ruang lingkup bidang
arsitektur yang luas itu sendiri. Beberapa bidang seperti seni, matematika, hukum,
ekonomi, psikologi, hingga filsafat dapat berkaitan dan berhubungan dengan
arsitektur. Hasil perpaduan dari berbagai bidang ilmu yang ada di kehidupan manusia
tersebut memberikan makna pada beberapa ahli bahwa arsitektur dapat dikatakan
sebagai integrated sience .Dengan demikian bidang arsitektur dapat diaplikasikan
secara lebih kompleks di dalam kehidupan manusia.

Arsitektur memberikan beragam makna baik itu seni maupun pengetahuan.


Dahulu arsitek dikatakan disainer bangunan teapi pula dikatakan sebagai seorang ahli
bangunan. Arsitek dihadapkan sebagai seorang ahli bangunan yang mendalami
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan sebagai seorang disainer yang mendalami seni
dalam bangunan yang akan didisain tersebut. Maka layaklah bila arsitektur dikatakan
sebagai sebuah seni, karena didalam arsitektur itu sendiri pada akhirnya menghasilkan
sebuah karya seni berupa wujud disain y ang memiliki konsep dari sang arsitek.

Disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan arsitektur tidak hanya


membahas lingkup bangunan itu sendiri saja akan tetap lingkup yang lebih luas diluar
bidang bangunan tersebut sepertinya , Perkembangan kawasan perkotan yang semakin
hari semakin pesat, mempunyai pengaruh besar pada kehidupan masyarakat di
dalamnya. Pertambahan jumlah penduduk yang kian meningkat setiap tahunnya dan
penggunaan sumber daya alam yang telah mendekati ambang batas eksploitasi,
mendorong pemerintah untuk membuat peraturan penataan kota termasuk di
dalamnya peraturan tentang tata guna lahan.

Wajah dan karakteristik kota ditentukan oleh para pelaku di dalamnya,


termasuk arsitek.Tidak semata-mata melalui penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota, arsitek pun dapat merangkai identitas suatu kota melalui
rancang bangun yang diterapkan pada kota tersebut.Seringkali istilah arsitek diartikan
secara sempit sebagai perancang bangunan semata.Padahal sesungguhnya arsitek juga
memiliki peran sebagai perancang lingkungan binaan dan berkontribusi dalam
mewujudkan kota yang nyaman, aman, produktif dan berkelanjutan, (sumber Direktur
Perkotaan Ditjen Penataan Ruang Joessair Lubis ).

Dalam kesempatan yang sama, pakar perancangan kota ITB Prof. Danisworo
mengatakan, sesungguhnya Arsitek dianggap berperan dalam pembangunan
perkotaan jika mampu mensejahterakan masyarakatnya. Peran arsitek Indonesia saat
ini dihadapkan pada tantangan pembangunan perkotaan yang semakin berat, terlebih
dengan hadirnya parameter perubahan iklim. "Arsitek dituntut untuk dapat merancang
kota dengan pendekatan yang inovatif dan out of the box.Pendekatan business as
usual diyakini tidak akan kompatibel dengan skala persoalan yang dihadapi, seperti
misalnya dalam hal penyediaan infrastruktur perkotaan," ujarnya.
Tata guna lahan pada wilayah kota berisi perencanaan penggunaan lahan
dalam suatu kawasan, yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-
fungsi tertentu seperti perdagangan, permukiman, industri, dll. Sedangkan dalam hal
perencanaan bangunan, tata guna lahan berfungsi sebagai dasar pengembangan
lingkungan fisik yang berkaitan dengan tata bangunan dan lingkungan misalnya
peraturan tentang KDB, KLB, RTH, dll . Dengan begitu sipenulis akan membahas
perencanaan tata ruang dalam arsitektur sebagai pendukung dalam menunjukkan
sikap yang baik terhadap perancangan .

Peraturan perencanaan tata ruang juga menjadi salah satu peraturan yang
wajib diterapkan dalam pengerjaan tugas mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur
dan selama ini telah menjadi acuan dasar bagi mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur .
Pengetahuan dan penerapan peraturan tata guna lahan pada tugas SPA akan
memudahkan mahasiswa mencapai kompetensi mata kuliah tersebut sehingga
diharapkan dapat menyusun konsep, pra-rancangan, pengembangan desain, serta
membuat gambar kerja berbagai jenis proyek bangunan berlantai banyak dalam
beragam rona lingkungan. Dengan kata lain penerapan peraturan tata guna lahan pada
tugas SPA bersifat menyeluruh, tidak hanya pada tahap konsep bangunan namun juga
diterapkan dalam rancangan bangunan berupa gambar kerja.

Atas dasar latar belakang diatas, penulis perlu melakukan pembuatan makalah
yang mengkaji dan menelusuri tentang penerapan peraturan tata ruang kota pada tugas
gambar mahasiswa dalam bentuk tugas perancangan arsitektur.

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan dari dilakukannya pembuatan makalah pada efek Urban Heat Island
,yaitu sebagai berikut :

Untuk mengetahui apa itu Perencanaan Tata Ruang


Untuk memberikan informasi serta pemahaman pada Perencanaan Tata
Ruang dalam aspek Arsitektur
Untuk memberikan pemahaman tentang Penerapan Peraturan
Perencanaan Tata Ruang terhadap Rancangan Arsitektur
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah terhadap pembahasan Urban Heat Island (UHI) ,yaitu
sebagai berikut :

Apa itu Perencanaan Tata Ruang ?


Bagaimana Prinsip/Kaidah/Aturan pada Perencanaan Tata Ruang ?
Bagaimana?

1.4 Manfaat Makalah


Adapun manfaat makalah terdapat pembaca , yaitu sebagai berikut :
Sebagai seorang arsitek lebih mengetahui ,memahami dan melakukan
Penerapan Peraturan Perencanaan Tata Ruang
Mengetahui solusi dalam mengurangi Urban Heat Island
Menyadari dampak suatu Rancangan bangunan yang tidak mengetahui
Perencanaan Tata Ruang.
BAB II
ISI DAN PENJELASAN

2.1 Pengertian Perencanaan Tata Ruang

Definisi Ruang: wadah yang meliputi ruang daratan, lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup
lainnya hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidup
Definisi Tata Ruang: wujud struktur ruang dan pola ruang disusun
secara nasional, regional dan lokal.
Definisi Penataan Ruang: suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal
tersebut di atas telah digariskan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Definisi Perencanaan Tata Ruang: Perencanaan tata ruang memberikan
ekspresi geografis terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi, sosial, budaya,
dan ekologis. Perencanaan tata ruang juga merupakan sebuah ilmu ilmiah,
teknik administrasi, dan kebijakan, yang dikembangkan sebagai
pendekatan lengkap dan antar-ilmu, yang diarahkan kepada
pengembangan regional dan organisasi fisik terhadap sebuah strategi
utama (sumber: European Regional/Spatial Planning Charter yang
diadopsi pada tahun 1983 oleh Konferensi Menteri Eropa)

2.2 Prinsip/Kaidah/Aturan

1. Azas dan Tujuan


a). Azas
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
Keterpaduan
Keserasian, keselarasan
Keberlanjutan
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Keterbukaan
Kebersamaan dan kemitraan
Perlindungan kepentingan umum
Kepastian hukum dan keadilan
Akuntabilitas
b). Tujuan
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan
Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

Gambar 2.2.1 Salah satu Tujuan dari


perencanaan tata ruang

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:


Rencana umum tata ruang
Rencana rinci tata ruang.

Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud di atas secara


berhierarki terdiri atas:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
Rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang
wilayah kota.

Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas:


Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional;
Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota.

Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas disusun sebagai


perangkat operasional rencana umum tata ruang.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas disusun apabila:
Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
dan/atau
Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan
skala peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan
perincian sebelum dioperasionalkan.

Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud di atas dijadikan dasar


bagi penyusunan peraturan zonasi.

2. Cakupan Rencana Tata Ruang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah


provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.

3. Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang

Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali. Peninjauan kembali


rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dapat menghasilkan
rekomendasi berupa:
Rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya; atau
Rencana tata ruang yang ada perlu direvisi

Apabila peninjauan kembali rencana tata ruang menghasilkan


rekomendasi sebagaimana dimaksud di atas, revisi rencana tata ruang
dilaksanakan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan
kembali rencana tata ruang sebagaimana dimaksud di atas akan diatur
dengan peraturan pemerintah.

4. Muatan Rencana Tata Ruang

Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan


rencana pola ruang. Rencana struktur ruang sebagaimana
dimaksud meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana
sistem jaringan prasarana. Rencana pola ruang meliputi peruntukan
kawasan lindung dan kawasan budi daya. Peruntukan kawasan lindung
dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud meliputi peruntukan
ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi,
pertahanan, dan keamanan. Dalam rangka pelestarian lingkungan
sebagaimana dimaksud di atas, dalam rencana tata ruang wilayah
ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
daerah aliran sungai. Penyusunan rencana tata ruang harus
memperhatikan keterkaitan antarwilayah, antarfungsi kawasan, dan antar
kegiatan kawasan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan
rencana tata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan
keamanan sebagai subsistem rencana tata ruang wilayah diatur dengan
peraturan pemerintah

5. Penetapan Rencana

Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana


tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri. Penetapan
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri setelah mendapatkan
rekomendasi Gubernur.
Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan
rencana tata ruang wilayah provinsi dan penyusunan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan
peraturan Menteri.

6. Klasifikasi Penataan Ruang

Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah


dan sistem internal perkotaan.

Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri


atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri


atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi,
dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

a). Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional harus
memperhatikan:
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;
Perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian
implikasi penataan ruang nasional;
Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas
ekonomi;

Aspek lain yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan Rencana


Tata Ruang Nasional adalah:
Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
Rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan
Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:


Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional;
Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem perkotaan
nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;
Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung
nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;
Renetapan kawasan strategis nasional;
Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; dan
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi pedoman untuk:


penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional;
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua


puluh) tahun.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan


bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diatur dengan peraturan
pemerintah.

b). Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)


Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
Pedoman bidang penataan ruang; dan
Rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:


perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang provinsi;
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi;
keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan
kabupaten/kota;
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
rencana pembangunan jangka panjang daerah;
rencana tata ruang wilayah provinsi yang berbatasan;
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:


tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan
dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
penetapan kawasan strategis provinsi;
arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi pedoman untuk:


penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah
provinsi;
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian
antarsektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh)
tahun. Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud di atas ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Dalam kondisi lingkungan strategis
tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara dan/atau
wilayah provinsi yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang
wilayah provinsi ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun. Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
peraturan daerah provinsi.

c). Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK)


Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah
provinsi;
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus


memperhatikan:
perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten;
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
rencana pembangunan jangka panjang daerah;
rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan
rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:


tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem
perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;
rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten;
penetapan kawasan strategis kabupaten;
arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan; dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang
berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten;
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan


perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana
tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun. Rencana tata ruang
wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.

Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan


bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah
kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah
kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan peraturan


daerah kabupaten. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten.

d). Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK)


Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota mengacu pada:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah
provinsi;
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah.

Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota harus


memperhatikan:
perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kota;
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kota ;
keselarasan aspirasi pembangunan kota ;
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
rencana pembangunan jangka panjang daerah;
rencana tata ruang wilayah kota yang berbatasan; dan
rencana tata ruang kawasan strategis kota.
Rencana tata ruang wilayah kota memuat:
tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota ;
rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kota ;
rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan
lindung kota dan kawasan budi daya kota;
penetapan kawasan strategis kota;
arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Rencana tata ruang wilayah kota menjadi pedoman untuk:


penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kota;
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
penataan ruang kawasan strategis kota.

Rencana tata ruang wilayah kota menjadi dasar untuk penerbitan


perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana
tata ruang wilayah kota adalah 20 (dua puluh) tahun.

Rencana tata ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud ditinjau


kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. kota Dalam kondisi lingkungan strategis
tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah
provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang,
rencana tata ruang wilayah kota ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun. Rencana tata ruang wilayah kota ditetapkan dengan peraturan
daerah kota.

Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan peraturan
daerah kota.

Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana


dimaksud di atas berlaku mutatis mutandis untuk perencanaan tata ruang
wilayah kota, dengan ditambahkan:
rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;
rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan
rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang
evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah
kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan
wilayah.

Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari ruang


terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau pada
wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi
ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari
luas wilayah kota. Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud di
atas disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.

Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan


ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas


penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan
strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.

7. Tugas dan Wewenang

a). Tugas
Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
di atas, negara memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan
ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud di atas
dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b). Wewenang Pemerintah

Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang


meliputi:
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antarprovinsi.
Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang nasional
meliputi:
perencanaan tata ruang wilayah nasional;
pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan


strategis nasional meliputi:
penetapan kawasan strategis nasional;
perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;
pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.

Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang


kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud di atas dapat
dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan.

Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah berwenang


menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang.

Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud di atas,


Pemerintah:

a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:


rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan
penataan ruang wilayah nasional;
arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam
rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan
pedoman bidang penataan ruang;

b. menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.


Penyelenggaraan penataan ruang dilaksanakan oleh seorang
Menteri. Tugas dan tanggung jawab Menteri dalam penyelenggaraan
penataan ruang sebagaimana dimaksud mencakup:
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang;
pelaksanaan penataan ruang nasional; dan
koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah,
dan lintas pemangku kepentingan.

c). Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi


Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi:
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi;
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan
kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja
antarkabupaten/kota. sama penataan ruang

Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam pelaksanaan penataan


ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud di atas meliputi:
perencanaan tata ruang wilayah provinsi;
pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi sebagaimana


dimaksud di atas, pemerintah daerah provinsi melaksanakan:
penetapan kawasan strategis provinsi;
perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi;
pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi.

Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang


kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud di atas dapat
dilaksanakan pemerintah daerah kabupaten/ kota melalui tugas
pembantuan.

Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah provinsi,


pemerintah daerah provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan
bidang penataan ruang pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud di atas,


pemerintah daerah provinsi:
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan
penataan ruang wilayah provinsi;
arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam
rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan.
petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;

b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.


Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapat memenuhi standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah mengambil
langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

d). Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan


penataan ruang meliputi:
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.

Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan


penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas
meliputi:
perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota


sebagaimana dimaksud di atas, pemerintah daerah kabupaten/kota
melaksanakan:
penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;
perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2), pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu
pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk
pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud di atas,


pemerintah daerah kabupaten/kota:
menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan
rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota; dan
melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

Dalam hal pemerintah daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi


standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah
provinsi dapat mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

8. Pengaturan dan Pembinaan

Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah


provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat.

Pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan melalui:


koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan
ruang;
pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
pendidikan dan pelatihan;
penelitian dan pengembangan;
pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota


menyelenggarakan pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud di
atas menurut kewenangannya masing-masing.

2.3 Studi Kasus

FUNGSI RUANG TERBUKA DI SEKITAR KAWASAN RUMAH


SUSUN:
STUDI KASUS PADA RUMAH SUSUN BENDUNGAN HILIR 1

Gambar 2.3.1 tampak Rumah Susun Bendungan Hilir 1

Suatu proses pembangunan akan membawa konsekwensi baik positif ataupun


negatif, termasuk dalam pembangunan rumah susun. Ketika sebuah pembangunan
dimulai pada suatu lahan, dimulai jugalah tekanan terhadap lingkungan sekitarnya.
Diawali dengan kehadiran para pekerja proyek selama proses pembangunan,
kemudian disertai dengan kemunculan sektor informal seperti warung-warung makan
dan pedagang kaki lima. Seringkali kehadiran sektor informal ini bersifat
kagetan/dadakan, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakteraturan dan berkesan
kumuh pada lingkungannya. Bahkan terkadang, keadaan ini dijumpai ketika rumah
susun tersebut sudah beroperasi.
Lokasi Rumah Susun

Rumah Susun Bendungan Hilir 1 (Gambar 1) ini memiliki luas area 0,7 ha
dan dibatasi oleh (Gambar 5):

Utara: Rel Kereta Api dan Perumahan; Selatan : SPBU, Jalan dan Perumahan; Barat:
Perumahan; Timur: Jalan dan Perkantoran.

Gambar 2.3.2 Lokasi rumah susun Bendungan Hilir 1. Sumber:


Google Maps, 2011

Rencana Tata Ruang

Dinas Tata Kota DKI Jakarta mengeluarkan peta perencanaan untuk kawasan
Rumah Susun Bendungan Hilir 1 dan sekitarnya yang didominasi untuk hunian dan
perkantoran. Di sisi Barat, Selatan dan Utara, peruntukannya didominasi oleh hunian
dengan kode Wsd (wisma sedang) dan Wkc (wisma kecil). Pada sisi Timur,
peruntukan diarahkan sebagai area hunian dengan kode Wkc (wisma kecil) dan Wsn
(wisma susun )perdagangan berada di sepanjang Jl. Penjernihan dengan kode
perencanaan Kkt (kantor jasa) dan Kpd (kantor perdagangan). Pada daerah Utara dari
lokasi juga merupakan kantor pemerintahan dengan kode Kpm.

Penggunaan Lahan

Lokasi penelitian ini hampir dikelilingi oleh kawasan perumahan antara lain
kompleks PAM dan kompleks Keuangan. Kawasan ini juga dilalui oleh jalan
Penjernihan yang cukup strategis, dimana menghubungkan 2 daerah yaitu Jakarta
Pusat dan Jakarta Selatan. Sepanjang jalan ini, banyak terdapat bangunan perkantoran
dan bangunan perdagangan (toko). Penggunaan fungsi lahan yang paling menonjol
adalah adanya SPBU Pertamina yang terletak di sebelah Tenggara rumah susun.
Posisi rumah susun ini agak masuk sekitar 100 m ke arah dalam dari Jl.
Penjernihan. Letaknya hanya 1,5 km dari persimpangan flyover Jalan Gatot Subroto
dengan Jalan Pejompongan serta 3 km dari jembatan Semanggi, sehingga memiliki
aksesibilitas yang cukup baik ke/dari rumah susun. Terutama karena Jalan
Penjernihan selalu dilewati kendaraan umum selama 24 jam.

Area kawasan rumah susun umumnya memiliki pola ruang yang teratur karena
terbentuk dari akses jalan yang ada. Rumah susun Bendungan Hilir 1 juga dikelilingi
jalan pada beberapa sisinya. Di sisi Timur terdapat Jl. Administrasi 2, (lebar jalan
sekitar 6 m, dimana kondisi lalu lintasnya relatif sepi, walaupun merupakan akses
utama menuju ke kawasan rumah susun). Jalan ini merupakan jalan lingkungan yang
menghubungkan antara kawasan perumahan dengan jalan utama yaitu Jl. Penjernihan
(jalan ini berada pada sisi Tenggara, memiliki lebar jalan sekitar 24 m, terdiri dari 6
jalur berlawanan dengan kondisi lalu lintas padat terutama pada pagi dan sore hari).
Pada sisi Utara, terdapat jalur kereta api Jabodetabek yang merupakan lintasan kereta
api jurusan Tangerang/Serpong-Jakarta. Koridor ini relatif cukup sibuk mulai dari dini
hingga malam hari dan seperti koridor kereta api lainnya di kota besar di Indonesia,
koridor inipun dipenuhi oleh perumahan liar tidak permanen pada sisi utara
berseberangan dengan rumah susun dan dipisahkan dengan tembok setinggi 2 meter .

Perbandingan Rencana Tata Ruang dengan Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil pengamatan, tidak terdapat penyimpangan penggunaan


lahan yang signifikan dari rencana tata ruang (Gambar 9) pada kondisi penggunaan
lahan di lapangan (Gambar 10). Hanya ada beberapa penyimpangan yang umum
terjadi. Pertama, perubahan fungsi di Jl. Administrasi 2, dari peruntukan untuk hunian
(Wsn) dan perkantoran (Kkt dan Kpm) menjadi pertokoan (area perkantoran). Hal ini
terjadi disebabkan oleh keberadaan rumah susun Bendungan Hilir 1. Dan kedua,
terdapat pemukiman liar di sepanjang jalur lintasan kereta api. Walaupun posisinya
terletak di seberang dari lahan rumah susun tersebut

Gambar 2.3.3 Rencana Tata Ruang Gambar 2.3.4 Penggunaan Lahan

Ruang Terbuka

Pada kawasan sekitar Rumah Susun Bendungan Hilir 1, masih terdapat banyak
ruang terbuka hijau. Yang paling menonjol adalah keberadaan Pemakaman
Petamburan yang cukup luas di sebelah Utara yang terlihat ekstrim dibandingkan
perumahan padat disekelilingnya, yaitu berupa ruang terbuka hijau dengan luas
berkisar 8 ha yang cukup luas untuk ukuran kota Jakarta. Ruang terbuka lainnya
memang lebih kecil, antara lain ruang terbuka hijau yang ada di komplek Keuangan
sebelah Barat Daya Rumah susun yang berada ditengah-tengah area perumahan.
Selanjutnya ruang-ruang terbuka hijau milik perorangan yang terdapat di halaman-
halaman kantor terutama komplek perkantoran yang ada di sisi Utara. Ruang terbuka
tersebut menjadi halaman samping dan tengah dari masing-masing

komplek perkantoran dengan luasnya cukup besar dibandingkan dengan


lahannya. Kualitas taman- taman tersebut juga cukup baik diisi oleh beragam tanaman
yang rimbun. Ruang terbuka hijau juga terdapat di halaman belakang rumah susun
Bendungan Hilir I, terdapat tanaman besar yang cukup rimbun. Selanjutnya adalah
ruang-ruang terbuka yang berada di sisi timur dan selatan berupa taman- taman di
halaman perkantoran dan perumahan. Ruang terbuka yang cukup menonjol di area ini
adalah yang terdapat di komplek penjernihan PAM yang luasnya cukup besar. Dari
sekian banyak ruang terbuka hijau yang ada disekitar rumah susun, sebagian besar
memang milik perorangan, oleh karena itu keberadaannya tidak bisa diakses bebas
oleh publik. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, beberapa sisi dari lahan rumah
susun Bendungan Hilir ini dikelilingi oleh jalan. Koridor jalan berfungsi juga sebagai
ruang terbuka. Berbeda dengan ruang terbuka hijau yang sudah dijelaskan diatas,
ruang terbuka koridor jalan dapat dimanfaatkan oleh semua orang (publik), oleh
karena itu sesungguhnya lahan rumah susun ini dikelilingi pula oleh ruang terbuka.
Pedestrian path, di sisi kanan dan kiri jalan sebagian dimanfaatkan oleh pedagang
kaki lima untuk berdagang, sehingga pengguna jalan (pejalan kaki) terpaksa harus
berjalan di jalan aspal (Gambar 7).

Gambar 2.3.5 Suasana di Jl. Administrasi 2, dimana jalur pejalan kaki berubah menjadi
warung dan toko Sumber : yosica Mariana ,Fakultas Sains dan Teknologi universitas
Binus ,2011

Di dalam kawasan rumah susun itu sendiri memiliki ruang terbuka yang cukup luas (Gambar
2.3.6). Saat ini, ruang terbuka tersebut hanya dimanfaatkan untuk parkir kendaraan (Gambar
2.3.7). Terkadang digunakan untuk pemanfaatan lain yang bersifat temporal seperti kegiatan
tahunan (pemilu atau acara perayaan hari kemerdekaan RI warga sekitar rusun) (Gambar
2.3.8). Di tengah kawasan rusun, terdapat ruang terbuka yang digunakan sebagai taman,
dimana pada sebagian dari taman tersebut dibangun mesjid beserta teras dan ruang
wudhunya. Kondisi taman tersebut terbengkalai dan kurang terawat sehingga penuh sampah
dedaunan dan kotor.
Gambar 2.3.7 Kondisi ruang terbuka berupa
Gambar 2.3.6 Kondisi ruang terbuka di dalam
parkir motor Sumber : yosica Mariana ,Fakultas
kawasan Sumber : yosica Mariana ,Fakultas
Sains dan Teknologi universitas Binus ,2011
Sains dan Teknologi universitas Binus ,2011

Gambar 2.3.8 Kondisi ruang terbuka hijau di dalam kawasan,


berfungsi sebagai ruang komunal bagi warga rusun Sumber :
yosica,Mariana,Fakultas sains Teknologi universitas Binus ,2011

KESIMPULAN

Kehadiran rumah susun sederhana secara umum memberikan dampak


terhadap aspek tata ruang. Dampak yang signifikan terjadi adalah perubahan
fungsi lahan (land use) terutama pada daerah yang berbatasan langsung
dengan rumah susun tersebut. Biasanya perubahan fungsi itu dari bentuk
hunian menjadi bentuk perdagangan (pertokoan).
Skala besar atau kecilnya rumah susun mempengaruhi ketidaksesuaian tata
ruang. Rencana Tata Ruang sebenarnya bertujuan untuk mengatur peruntukan
lahan agar tidak bisa berubah semaunya, tetapi terkadang sering tidak digubris
oleh pihak yang berwenang.

Potensi kehadiran penghuni rumah susun, sering dianggap sebagai pangsa


pasar bagi masyarakat di sekitar rumah susun tersebut, sehingga merubah
rumah tinggal milik mereka menjadi toko atau ruang dagang.

Penyimpangan Tata Ruang juga terjadi pada ruang terbuka, seperti perubahan
dalam pemanfaatan koridor jalan menjadi tempat parkir dan berjualan dan
perubahan fungsi trotoar menjadi tempat pangkalan ojek atau warung.

Dalam perencanaan rumah susun, harus disediakan ruang non hunian untuk
berdagang baik bagi penghuni ataupun masyarakat sekitarnya, calon penghuni
harus tepat sesuai dengan tipikal rumah susun sehingga tidak ada perubahan
tekanan yang berlebihan bagi terhadap tata ruang maupun ruang terbuka.
Diharapkan adanya pengawasan yang lebih konsisten dan berkala dari
pemerintah daerah agar penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat
dihindari.

DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai