Anda di halaman 1dari 8

POLITIK KOREA SELATAN

Ketika Jepang mengalami kekalahan melawan sekutu pada Perang Dunia II sejak
itulah awal mula jejak politik Korsel dalam dunia Internasional. Korea Utara dan Korea
Selatan yang pada saat itu bersatu harus berpindah tangan kepada sekutu, karen sebelumnya
mereka dikuasai Jepang. Karena perpindah tanganan tersebut Korea terbagi menjadi dua,
yakni dikenal dengan istilah Korean Peninsula di paralel 38 dengan membentuk Republic of
Korea pada 15 Agustus 1945 yang dipimpin oleh Rhee Syng-man, dan Democratic Peoples
Republic of Korea yang dibentuk dibawah pimpinan Kim Il Sung pada 9 September 1945.
Kejadian tersebut berlangsung sampai terjadi Perang Dingin. Terjadilah Proxy War
dikawasan Korea, demi memperluas penyebaran ideologi liberal yang diusung Blok Barat,
dan ideologi komunis yang diusung Blok Timur. USSR menaruh autoritasnya pada Korea
Utara, sedangkan US pada Republic of Korea atau Korea Selatan. Korsel dibagi kedalam 7
kota, yakni Incheon, Kwangju, Busan, Daegu, Seoul dan Ulsan. Korsel juga terbagi kedalam
9 propinsi, yakni Gyeonggi, Gangwon, Chungcheong Utara dan Selatan, Gyeongsang Utara
dan Selatan, Jeolla Utara dan Selatan, serta Jeju. Kesemua Propinsi dan Kota statusnya setara
dengan Propinsi.

Sistem Pemerintahan Korea Selatan

Sistem pemerintahan Presidensial campuran merupakan bentuk dari pemerintahan


negara Korea bagian wilayah Selatan. Korsel juga merupakan Negara Kesatuan dan termasuk
dalam Republik Konstitusional, tepat pada garis lintang utara 38 derajat mereka berhaluan
liberal terpisah. Sama seperti di negara-negara demokrasi yang lainnya, Pemerintahan Korsel
dibagi menjadi 3 bagian dalam pemerintahannya, yakni ketiga bagian tersebut adalah bagian
lembaga eksekutif, bagian lembaga legislatif, dan bagian lembaga yudikatif. Kepala
Negaranya adalah Presiden yang menjabat selama 5 tahun, dan bertanggung jawab dalam
semua kebijakan penting pemerintahan. Sedangkan Kepala Pemerintahannya adalah Perdana
Menteri.

Presiden yang dibantu Perdana Menteri yang ditunjuk sendiri oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan dipegang oleh bagian Lembaga Eksekutif, disini kepala
negara dan kepala pemerintahan yang bertindak sebagai Presiden. Fungsi Eksekutif dilakukan
Presiden melalui kabinet yang diberi nama Dewan Negara. Pembantu eksklusif pertama
Presiden adalah Perdana menteri. Dengan persetujuan legislatif atau Majelis Nasional (MN)
Presiden yang menunjuk Perdana Menteri. Dewan Negara dikepalai oleh Presiden dan
anggotanya ditunjuk atas rekomendasi dari Perdana menteri. Dewan tersebut minimal harus
terdiri dari 15 dan tidak boleh lebih dari 30 menteri pemerintahan, termasuk Perdana menteri.
Mereka berhak untuk membimbing menteri administratif, membuat kebijakan utama nasional
dan menyuarakan pendapat pada rapat MN. Batasan kekuasaan Presiden ditentukan
Konstitusi 1988. Presiden dimungkinkan mengambil tindakan darurat seperti kebijakan
perang, saat krisis nasional, tetapi tindakan tertentu harus disetujui oleh Legislatif. Ia juga
tidak dimungkinkan mencabut hukum dasar atau membubarkan Legislatif.
Sedangkan untuk Dewan perwakilan yang selama 4 tahun menjabat dipegang oleh
bagian Lembaga Legislatif. Setiap 4 tahun sekali diadakan pemilihan Unicameral Nasional
Assembly atau Gukhoe dalam Lembaga Legislatif ini. Dewan tunggal MN dipegang oleh
kekuasaan legislatif. Anggota MN tersebut dipilih melalui dua-ballot, dimana pemilih bisa
memberikan dua pilihan, yakni satu untuk partai dibawah perwakilan proporsional dan satu
untuk calon khusus. Sistem tersebut mulai dikenalkan pada pemilihan legislatif 2004 untuk
refleksi keakuratan dari pilihan partai. Anggota dipilih dari daftar partai yang proporsional
dibawah perwakilan proporsional terhadap seluruh pilihan, dan batas jabatan dari semua
anggotanya adalah 4 tahun. Terdapat 299 kursi yang dapat diisi oleh perwakilan berbagai
partai politik dari Korsel. Sidang ini terakhir kali dilaksanakan pada 11 April 2012. Sidang
Paripurna akan diadakan dan dilaksanakan berdasarkan permintaan presiden atau setiap
setahun sekali. Sidang ini biasanya bisa terbuka untuk umum, tetapi terkadang bisa juga
berlangsung tertutup. Dalam lembaga Yudikatif terdapat Constitutional Court (Pengadilan
Banding) dan Supreme Court.

Untuk yang menjadi pemegang kekuasaan tertinggi bagian Lembaga Yudikatif adalah
Pengadilan Konstitusional yang mengkaji tentang impeachment dan pembubaran partai
politik. Pengadilan tersebut didasarkan atas rekomendasi dari Dewan perwakilan dan
Presiden, yakni yang terdiri atas 9 hakim. Hakim tersebut pada saat terpilih usianya tidak
boleh lebih dari 65 tahun dan hanya dapat menjabat selama 6 tahun. Supreme Court
(Pengadilan Agung) adalah pengadilan tertinggi yang terdiri dari 14 jaksa termasuk kepala
jaksa. 5 pengadilan tinggi dibawah Pengadilan Agung berlokasi di Kwangju, Busan, Daegu,
Daejeon, dan Seoul. Dan untuk yang mempunyai hak hukum atas kasus sipil dan kriminal
pertama merupakanpengadilan wilayah, dimana pengadilan tersebut terletak di kota-kota
besar. Korea bagian wilayah Selatan bersifat liberal dan lebih terbuka terhadap dunia luar
dibandingkan denga Korea wilayah bagian Utara, mereka lebih cenderung menutup diri dari
dunia luar.

Kelebihan dan Kelemahan dari Sistem Demokrasi di Korea Selatan


Kelebihan dari sistem demokrasi Korsel adalah dalam menyatukan suatu
kepentingan secara demokratis, karena masyarakatnya yang monokultur, jadi bisa
dibilang pembunuh demokrasi yang sesungguhnya adalah pluralisme, walaupun
demokrasi di Korsel berhasil berjalan dengan semestinya. Tidak hanya itu, ciri khas
sistem demokrasi yang bahwasanya merupakan kebebasan pers sangat merekat
peranannya dalam sistem pemerintahan yang ditandai dengan sangat terbukanya
kritikan dari rakyatnya terhadap pemerintahannya.
Sedangkan untuk kelamahan dari sitem demokrasi Korsel adalah kondisi dari
Korsel dalam membangun demokrasi parlemen yang seharusnya lebih kuat dari
Eksekutifnya belum banyak dimaksimalkan. Sehingga ini bisa menjadi boomerang
ketika Eksekutif lebih banyak berperan.
Pertumbuhan Politik di Korea Selatan
Demi untuk memperlancar pembangunan-pembangunan di Korsel, Pemerintah
Korsel sangat berharap akan bantuan asing khususnya Amerika, apalagi setelah
terjadinya gencatan senjata diantara Korea Utara dan Korsel. Pasca perang tersebut,
masyarakat Korsel selalu mengadakan perbaikan-perbaikan pada berbagai aspek
kehidupan yang telah hancur. Kemudian muncul Chun Doo Hwan yang menggantikan
Park dan kemudian dengan segera membentuk Partai yang mengusung unsur-unsur
militeristik yang sudah tidak lagi sesuai dengan harapan dari Rakyat Korsel, dan
diberi nama Partai Keadilan Demokrat. Berikut adalah beberapa nama-nama
pemimpin Korsel setelah merdeka.
Rhee Syngman, Republik Korea Pertama. Sejak tahun 1948, Rhee melangkah
sebagai presiden dengan persetujuan Dewan Keamanan dan Kebijakan UU Keamanan
Nasional, kemudian ia menjadikan kekuatan eksekutif sebagai kekuatan yang utama
dalam pemerintahan dan memulai upaya yang diktatoral. Kepolisian Nasional dan
Birokasi Pemerintahan merupakan dua alat ukur untuk struktur pemerintahan Rhee. Ia
berhasil menyingkirkan lawan-lawan politiknya dan menguasai DPR di akhir tahun
1950an. Di antara Korea zaman Chosun dan Republik, tidak terdapat perbedaan yang
berarti karena keduanya dikendalikan oleh teknokrat.
Masa Republik kedua dan Revolusi April tahun 1960, terjadi dimana 30.000
pelajar turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Rhee pada 18 April 1960. 130
pelajar tewas atas aksi represif yang dilakukan pihak kemanan, akibat dari peristiwa
tersebut, akhirnya Rhee mengambil keputusan atas pengunduran dirinya karena
banyaknya aksi yang muncul. Pasca terjadinya skandal pemerintahan lengsernya Rhee
memaksanya untuk mencari suaka di Hawai, Ho Chong pada pemerintahan sementara
berhasil menempatkan Chang Myon sebagai perdana menteri melalui
penyelenggaraan pemilu pertama kali yang adil dan jujur. Tetapi, DPR sebagai
Legislator dengan sistem politik dua kamar dalam pemilih Presiden tidak cukup
membuat politik Korsel tenang. Pemerintahan Chang Myon yang tidak tegas sesegera
mungkin membuat pihak militer melakukan kudeta.
Park Chung Hee, Republik ketiga. Park Chung Hee yang berhasil
memindahtangankan pemerintahan sejak Mei 1961, melakukan Kudeta militer. Awal
pemerintahannya, ia menggunakan sistem otoritarian dan menempatkan junta militer
sebagai suprastruktur pemerintahan yang bertujuan untuk melaksanakan revolusi
pemerintahan yang menempatkan pada situasi kondusif di lini ekonomi, anti korupsi,
pertahanan, dan memperkuat semangat anti komunis.
Pada fase kedua pemerintahanya, ia memberikan peluang yang sedikit akan
terciptanya demokrasi sipil, karena jika ia merumuskan konsep YUSIN, maka ia akan
dimusuhi banyak pihak, sebab konsep tersebut membuatnya kembali menjadi
otoritarian, sehingga kalangan oposisi semakin kuat. Pada November 1972
Diktatorian disahkan dan disetujui di Korea. Dengan munculnya konsep YUSIN
semangat anti pemerintah semakin kuat.
Ketika Park terbunuh, ia digantikan oleh Choi Kyu Hah yang memberikan
hak-hak sipilnya kembali kepada mereka dan melakukan kebijakan pembebasan
terhadap tahanan politik. Chun Doo Hwan melakukan kudeta terhadap pemerintahan
saat itu, karena Choi tidak mampu mengatasi kemelud politik.
Chun Doo Hwan, Republik kelima. Setelah kudeta, tindakan pertamanya yaitu
menjalankan hukuman kepada pihak yang divonis bersalah atas pembunuhan Park.
Demonstrasi mahasiswa pada 15-16 Mei 1980 merupakan usaha Chun untuk
menguasai seluruh aspek militer dan negara. Jawabannya adalah ia melakukan UU
Darurat perang. Belajar dari kesalahan Park, ia tetap ingin mempertahankan konsep
YUSIN, tetapi hanya berfokus pada masalah ekonomi saja. Ia juga memberikan
kesempatan bagi partai politik untuk menjalankan tugasnya. Kemudian pada 13 April
1987 ia memberikan posisinya kepada Roh tae Woo untuk menggantikan dirinya, juga
menunda seluruh pembicaraan politik serta amandemen UUD. Sehingga hal tersebut
menyulut demonstrasi dan long march dari mahasiswa.
Roh Tae Woo, Republik keenam. Roh mengeluarkan 8 program reformasi
pada 29 Juni 1987, yakni meliputi penghapusan pembatasan pers, pemulihan hak-hak
sipil bagi Kim Dae Jung beserta tahanan lainnya dan pelaksanaan pemilihan Presiden
secara langsung, perlindungan HAM, Pengakuan terhadap Parpol, serta peningkatan
lembaga pendidikan dan otonomi pemerintahan lokal. Demi menjaga martabat Korsel
dimata Internasional menjelang olimpiade Seoul 1988, Chun menerima dengan berat
usulan tersebut, karena didesak oleh Amerika demi menjaga kestabilan kemanan.
Tetapi di tubuh partai oposisi Kim Yong Sam dan Kim Dae Jung terjadi perpecahan.
Dengan dibentuknya Partai Perdamaian dan Demokrasi oleh Dae Jung, maka
perpecahan tersebut berakhir. Pada 16 Desember 1987 diadakan pemilihan umum
yang dimenangkan oleh Roh Tae Woo, namun ia baru resmi menjabat sejak 25
Februari 1988. Desakan untuk memeja hijaukan Chun Doo Hwan atas tindakan
korupsi yang dilakukannya merupakan tuntutan pemerintahan baru ini yang harus
segera dilaksanakan.
Korsel merupakan satelit liberalisme yang ikut andil dalam upaya
Containment policy di AS, dalam rentang kekuasaan ataupun selama masa-masa
peralihan kekuasaan. Dalam upaya mengakhiri perang Vietnam, Korsel mengirimkan
143.000 pasukannya sejak tahun1965-1970.
Daftar Presiden Korea Selatan
Berikut adalah daftar nama Presiden Korsel setelah merdeka.
Pada 5 tahun sejak 1988, istilah Presiden telah ditetapkan. Pada empat tahun
1948-1972, enam tahun 1972-1981, dan tujuh tahun 1981-1988 sebelumnya sudah
ditetapkan. Tetapi, sejak 1981 pemilihan kembali Presiden telah dilarang.
Presiden Pemerintahan Sementara
Pemerintahan dalam pengasingan yang berpusat di Shanghai,
Tiongkok merupakan Pemerintah Sementara Republik Korea.
Awal Akhir
Nomor Nama Partai Politik
Jabatan Jabatan
Rhee Syng-
1 1919 1925 -
man
2 Park Eun-sik 1925 1925 -
Yi Sang-
3 1925 1926 -
ryong
Hong Jin
dikenal
4 sebagai 1926 1926 -
Hong Myun-
hui
Yi Dong-
nyung
5 1926 1926 -
(Periode ke-
1)
Kim Gu
6 (Periode ke- 1926 1927 -
1)
Yi Dong-
nyung
- 1927 1933 -
(Periode ke-
2)
7 Yang Gi-tak 1933 1935 -
Yi Dong-
nyung
- 1935 1940 -
(Periode ke-
3)
Kim Gu
- (Periode ke- 1940 1947 -
2)
Rhee Syng-
man
- 1947 1948 -
(Periode ke-
2)

Ketua Umum Majelis Legislatif Sementara


Awal Akhir
Nomor Nama Partai Politik
Jabatan Jabatan
1 Kim Kyu-sik 1946 1948 -
Rhee Syng-
2 1948 1948 -
man

Presiden Republik Korea


Awal Akhir
Nomor Nama Partai Politik
Jabatan Jabatan
Partai
Kemerdekaan
Rhee Syng- 20 Juli 26 April
1 Korea
man 1948 1960
Partai Nasional
Partai Liberal
12
26 April Partai Demokrat
(Pejabat) Ho Chong Agustsus
1960 Korea
1960
13 Partai Demokrat
22 Maret
2 Yun Bo-seon Agustus Partai Demokrat
1962
1960 Baru
17
Park Chung- 22 Maret
(Pejabat) Desembe -
hee 1962
r 1963
17 26
Park Chung- Partai Republik
3 Desembe Oktober
hee Demokrat
r 1963 1979
26 8
(Pejabat) Choi Kyu-ha Oktober Desembe Independen
1979 r 1979
8 16
4 Choi Kyu-ha Desembe Agustus Independen
r 1979 1980
Partai Republik
1 24
Chun Doo- Demokrat
5 Septemb Februari
hwan
er 1980 1988 Partai Keadilan
Demokrat
Partai Keadilan
25 24
Demokrat
6 Roh Tae-woo Februari Februari
Partai Liberal
1988 1993
Demokrat
Partai Liberal
25 24 Demokrat
Kim Young-
7 Februari Februari Partai Korea Baru
sam
1993 1998 Partai Nasional
Agung
Partai Kongres
25 24
Kim Dae- Nasional
8 Februari Februari
Jung Partai Demokrat
1998 2003
Milenium Baru
Partai Demokratik
Milenium
Partai Kami Buka
25
Roh Moo- 11 Maret Partai Demokrat
9 Februari
hyun 2004 Bersatu Baru
2003
Partai Demokrat
Bersatu
Partai Demokrat
Goh Kun
11 Maret 15 Mei
(Pejabat) (Presiden -
2004 2004
Sementara)
Partai Demokratik
Milenium
Partai Kami Buka
24
Roh Moo- 15 Mei Partai Demokrat
9 Februari
hyun 2004 Bersatu Baru
2008
Partai Demokrat
Bersatu
Partai Demokrat
25 25
Lee Myung-
10 Februari Februari Partai Nasional Agung
bak
2008 2013
25 9
Park Geun-
11 Februari Desembe Partai Saenuri
hye
2013 r 2016
Hwang Gyo-
9
an
(Pejabat) Desembe Petahana -
(Presiden
r 2016
Sementara)

Partai-Partai Politik di Korea Selatan


Berikut adalah Partai-partai Politik di Korsel setelah merdeka, yakni:
1. Partai Republik Demokrat
Pada tahun 1963 Taman telah memimpin dan mengorganisir Partai
Republik Demokrat, untuk memobilisasi dukungan massa dibelakang
rezim. Pada tahun 1972 ketika ia menerapkan konstitusi YUSIN, ia
dibuang. Hasilnya, saat kematian Park DRP hanya punya nominal
keberadaan yang merupakan kewenangan Kim Chong-pil sebagai
Presiden baru DRP, untuk menghidupkan partai kembali. Pada Desember
1987 dalam pemilihan MN, DRP mengalami kerugian. Akibat dari
kerugian tersebut, terjadi retifikasi (chongpung) dalam partai, yang
artinya adalah menghilangkan pemimpin puncak tertentu yang telah
menarik terlarang kemahsyuran untuk kekayaan dan perilaku politik yang
tidak demokratis.
2. Partai Demokrat Baru
Sebagai partai oposisi pertama yang memiliki pangsa masalah.
Pada tahun 1979 Pemimpin NDP yang terpilih untuk menjabat selama 3
tahun adalah Kim Young Sam. Karena posisinya aman, maka hak-hak
sipil pemerintahan Choe Kim Dae Jung tidak dikembalikan sama sekali.
Walaupun ia pernah menjadi calon Presiden NDP tahun 1971, dan telah
keluar selama lebih dari 7 tahun dari arena politik. Ia juga memerintahkan
politik besar, karena yang diharapkan NDP dalam memenangkan pemilu
mendatang adalah negosiasi kursi kepresidenan republik yang
dipertaruhkan untuk memulihkan Kim Dae Jung dalam partai. Pada April
1980 negosiasi terhenti, dan Kim Dae Jung tidak lagi berusaha untuk
bergabung kembali dengan NDP.
Walaupun Kim Young Sam dan pendukungnya telah melancarkan
perjuangan politik yang sengit kepada Pemerintahan akhir Presiden Park,
banyak orang yang cenderung akomodatif terhadap rezim Park dalam
posisi kepemimpinan NDP. Disisi lain, Kim Dae Jung dan pengikutnya
mewakili pembangkang aktif mahasiswa, cendikiawan, dan Progresif
Kristen yang sudah terlibat langsung dalam melawan rezim Park. Dalam
orientasi the chaeya seryok (secara harfiah adalah pasukan dilapangan
atau bisa berarti juga kekuatan politik yang berlawanan) lebih radikal.
Kim Dae Jung dan pengikutnya sangat berharap dalam mempercepat
proses pemulihan demokrasi, meskipun itu harus memaksa tangan Choe
dan pengikutnya.
Berikut adalah Partai-partai Politik Di Korsel setelah pertengahan tahun 1980,
yakni:
1. Grand National Party (GNP)
2. United New Democratic Party (UNDP)
3. Creative Korea Party (CKP)
4. Economic Republican (ER)
5. Centrist Reformist Democratic Party (CRDP)
6. Korea Socialist Party (KSP)
7. Democratic Labor Party (DLP)
Pada pertengahan tahun 1980an di Korsel Partai yang didirikan
memberikan bukti adanya kesuksesan dalam menyusun strategi pemilu
yang lebih sistematis dan juga aktif daripada kepentingan-kepentingan
kelompok yang terdahulu. Kelompok kepentingan yang berpartisipasi
secara aktif dalam pemilu berkembang secara independen.

GNP adalah partai utama di Korea yang masih satu basis pemikiran
dengan UNDP. Meskipun warga Korsel kebanyakan buruh, tetapi tetap
ada GNP yang menjadi partai dominan disana. Walupun Korsel menganut
sistem multi-partai, tetapi tetap ada hubungan atau korelasi antara partai
yang satu dengan yang lain. Dengan adanya beberapa partai di Korsel, itu
sudah menunjukkan sistem demokrasi yang jumlahnya relatif normal
antara satu partai dominan yang bisa merepresentasikan aspirasi rakyatnya.

Berikut adalah Partai-partai politik di Korea Selatan Tahun 2003-2012


Partai Uri, Partai Nasional Agung, Partai Buruh Demokrasi dan Partai
Demokrasi Milenium merupakan partai politik utama di Korsel. Partai
Demokrasi Milenium terpecah dan membentuk Partai Uri Liberal pada akhir
tahun 2003. Pada April 2004 partai tersebut memperoleh mayoritas yang kecil
dalam pemilihan legislatif. Oposisi politik dibentuk oleh Partai Nasional
Agung yang konservatif dan Partai Demokrasi Milenium yang moderat. Partai
Buruh Demokrasi bersekutu dengan persatuan buruh mewakili kepentingan
tenaga kerja.
Menurut komisi pemilu Korsel, Korsel memiliki banyak partai politik.
Pada tahun 2012 partai politik yang terdaftar sebanyak 8 partai, tetapi hanya
ada 2 partai besar yang mendominasi hasil pemilu, yakni Partai Democratic
United Party dan Partai Saenuri.

Anda mungkin juga menyukai