Sales presentation atau presentasi penjualan merupakan sesuatu yang biasanya dilakukan
salesman dalam melakukan aktivitas pemasarannya dengan cara mempresentasikan produk yang
dijualkannya ke masyarakat dengan menjelaskan tentang kelebihan dan keunggulan serta
manfaat produk terhadap konsumen.
Sebelum melakukan presentasi penjualan yang baik hendaknya kita harus memahami
dulu maksud dan tujuan dari presentasi penjualan tersebut, agar presentasi penjualan tersebut
dapat meyakinkan para konsumen.
Menurut Philip Kotler, presentasi penjualan dapat dilakukan dengan hal hal berikut,
yaitu:
Kita bisa menemukan banyak hal menarik untuk menjalankan bisnis dengan melihat dan
mencontoh filosofi yang dianut oleh Negara lain, misalnya saja Korea Selatan. Seperti yang
diketahui, Korea Selatan merupakan salah satu Negara yang patut diperhitungkan dalam kancah
kejayaan di Asia. Alasannya karena perekonomian di Korea Selatan masuk ke dalam peringkat
lima besar di seluruh Asia dan merupakan perekonomian pasar bebas terbesar ke-15 di dunia.
Tak heran jika Negara Korea Selatan diperhitungkan menjadi salah satu Macan Asia.
Saat ini Korea Selatan diperhitungkan sebagai Negara dengan pendapatan ekonomi yang
cukup tinggi menurut Bank Dunia dan IMF. Apalagi jika kita melihat Kota Seoul sebagai ibu
kota Negara Korea Selatan dimana kota ini menjadi jantung Korea Selatan dimana gap antara
orang orang kelas menengah atas dengan orang orang kelas menengah bawah tidak terlalu
terlihat.
Negara yang merupakan pemilik dari beberapa merk raksasa perusahaan konglomerat
seperti Samsung, LG, Hyundai ini mempunyai system pendidikan yang kompetitif serta mampu
mencetak tenaga kerja yang memiliki motivasi tinggi serta memiliki keahlian atau skill yang
memadai. Semua hal tersebut tidak terlepas dari etos, budaya, serta kultur kerja dari para
pekerjanya.
Dengan adanya perbedaan kultur budaya pada setiap Negara, kultur bisnis di Korea
Selatan bisa menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pebisnis asing. Banyak perusahaan
Korea Selatan yang masih dipengaruhi oleh kultur Confucianist yang kental. Perusahaan
perusahaan Korea Selatan umunya memiliki sistem hierarki yang tinggi dan tersentralisasidengan
beberapa orang inti, termasuk para manajer yang bisa membuat keputusan besar. Semua
deskripsi kerja, otoritas dan hubungan kerja antara atasan dengan bawahan didasari oleh
senioritas.
Apabila para pebisnis yang tidak siap dan tidak memiliki pengalaman dengan
Confucianism akan menemukan halangan dalam berbisnis di Korea Selatan. Meskipun
kebanyakan orang Korea menempuh studi di Barat, norma norma social Confucianism masih
sangat dominan dan terlihat jelas di Korea. Orang asing yang bukan merupakan orang Korea
tidak dituntut untuk mematuhi dan mentaati norma norma sosial Korea sepenuhnya. Namun
mereka bisa mencurahkan sedikit perhatian dan tenaga untuk belajar beberapa patah kata kunci
dalam Bahasa Korea dan mengikuti norma norma sosialnya apabila ingin dihargai.
Pebisnis Korea Selatan berharap bahwa para pebisnis bisa menepati janji dan tepat waktu
dalam menghadiri rapat atau pertemuan bisnis. Tradisi professional pertama yang biasa
dilakukan antara kedua belah pihak dalam meeting adalah saling bertukar kartu nama. Hal
tersebut sangatlah penting untuk membangun kepercayaan juga membina hubungan yang baik
dengan rekan bisnis agar proses dan hubungan hubungan bisnis dapat berjalan dengan lancer dan
sesuai dengan target. Tidak seperti di Barat, proses ini memerlukan waktu dan kesabaran. Orang
orang Korea lebih suka berbisnis dengan orang orang yang sekiranya sudah mereka kenal.
Karena jika dilihat dari sudut pandang orang Barat, orang orang Korea dianggap lebih
sensitif. Mereka sangat tidak suka kehilangan muka dan ditempatkan diposisi yang sulit
dihadapan orang lain.
Jika dilihat dari segi bahasa, tingkat pemahaman bahasa inggris orang orang Korea
tidak sebagus yang diperkirakan. Persepsi dan pemahaman mereka seringkali meleset dari yang
seringkali dimaksudkan oleh orang orang Barat. Perbedaan kultur seringkali menimbulkan
halangan yang cukup besar terutama dalam berkomunikasi. Biasanya orang Barat berusaha untuk
mengulang atau membuat beberapa repetisi agar maksud mereka bisa dipahami dengan baik.
Selain itu, mereka juga biasa bertukar cacatan tertulis setelah meeting supaya dapat lebih
memahami maksud dari kedua belah pihak.
Di Negara Korea Selatan, dokumen dokumen legal tidak terlalu penting jika
dibandingkan dengan relationship antarindividu. Mereka bahkan tidak terlalu suka kontrak yang
yang terlalu detail atau rumit. Mereka lebih menyukai kontrak yang cukup fleksibel agar bisa
melakukan penyesuaian dengan peubahan kondisi yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian,
lebih penting untuk membangun hubungan yang didasari atas rasa saling percaya dan saling
memberikan benefit daripada membuat kontrak yang panjang atau detail. Bagi orang Korea yang
penting bukanlah apa isi kontrak tersebut, melainkan siapa yang mendatanginya dan
mengapa kontrak itu dibuat.
Hiburan juga memegang peranan penting di korea dalam hubungan bisnis. Misalnya saja
mereka sering memberi hadiah kecil. Kini, olahraga golf juga menjadi olahraga favorit yang
diminati oleh orang Korea dan menjadi salah satu hiburan favorit mereka. Melalui aktivitas ini,
hubungan bisnis bisa menjadi lebih personal. Pengetahuan mengenai keluarga, status, hobi,
ulangtahun, pengalaman sampai pada filosofi pribadi bisa didapat dari kegiatan hiburan atau
olahraga. Bahkan suatu persetujuan yang informal dari pihak yang terpercaya bisa lebih besar
pengaruhnya daripada dengan dokumen tertulis.
Konsep serta nilai budaya dari Korea Selatan umumnya terdiri dari Kibun, Inhwa, dan
Confucianism. Kata Kibun sendiri tidak mempunyai terjemahan dalam arti sesungguhnya dalam
bahasa Inggris. Tetapi sebagai konsep yang meresapi setiap aspek dari kehidupan orang Korea,
kata Kibun bisa diartikan sebagai kebanggaan, paras, moodatau cara pandang. Dalam usaha
untuk memelihara Kibun, terutama dalam konteks bisnis, seseorang harus menghormati orang
lain dan menghindari segala tindakan yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan muka.
Kemampuan untuk menginterpretasikan pikiran orang lain (Nunchi) adalah penting untuk
memperlancar urusan bisnis.
Inhwa adalah suatu gambaran dari kepercayaan Confucianism. Istilah Inhwa berarti
pendekatan kepada keharmonisan. Sebagai masyarakat yang kolektif, pengambilan keputusan
secara mufakat sangatlah penting untuk mempertahankan keharmonisan di Korea Selatan. Orang
orang Korea seringkali merespon jawaban yang positif dan enggan menolak secara langsung
agar Inhwa tetap berjalan dengan baik dan selaras. Dalam kultur bisnis Korea, hal ini tercermin
dalam atas keloyalitasan terhadap perusahaan, kepatuhan, serta perilaku karyawan.
Korea Selatan masih bisa mempertahankan identitasnya dan ciri khasnya yang jelas dan
homogen tanpa terpengaruh dengan negara negara tetangga. Masih terasa juga pengaruh
pengaruh dari kepercayaan religiusnya. Rakyat Korea memegang kebanggaan tinggi akan
warisan atau pustaka yang unik dan juga bahasanya yang terbentuk dari sejarah yang berliku.
Sebagai hasilnya, hal tersebut tercermin pada kultur dan budaya bekerja atau berbisnisnya.