Anda di halaman 1dari 65

BAB II

PEMBAHASAN

A. Variabel Penelitian
1. Pengertian
2. Pengertian Variabel menurut Hatch & Farhady, yaitu variabel didefinisikan
sebagai seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan orang yang lain atau bisa dikatakan satu objek memiliki perbedaan
dengan objek yang lain.
3. Menurut Karlinger, yaitu variabel merupakan konstruk atau sifat yang di
pelajari dan diteliti.
4. Kidder, mendefinisikan variabel sebagai suatu kualitas (qualites) dimana
seorang peneliti mempelajari dan menarik sebuah kesimpulan dari yang diteliti
tersebut. Sugiyono juga berpendapat bahwa variabel penelitian merupakan
segala sesuatu yang beebentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari secara mendalam,guna memperoleh informasi yang pasti tentang hal
tersebut.

Menurut Mohammad Nasir, variabel adalah konsep yang mempunyai


berbagai macam nilai. (Mohammad Nasir, 1983 :149)
Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan variabel adalah gejala-gejala
yang
menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatannya.
(Sutrisno Hadi,
1981 :260)

Jadi pengertian variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan dalam penelitian dan disamping itu variabel
penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti.

B. Definisi Operasional Variabel


C. Hipotesa Penelitian
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Penelitian
-
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Menurut Young yang dikutip oleh Husin Sayuti, definisi operasional adalah
mengubah
konsep-konsep yang baru pada kontruk dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau
gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh
orang lain.
(Husin Sayuti, 1989 :39)
3.3.2.1 Variabel Bebas
Perkembangan Ekonomi Jepang sebagai sebuah arah gejala jangka panjang yang
menimbulkan perubahan dramatis dalam hidup perekonomian bertujuan untuk
memulihkan
sistem perekonomian Jepang, penanaman modal, mengatasi inflasi dan
mengurangi serta
menghapuskan subsidi, memerangi penggangguran.
3.3.2.2 Variabel Terikat
Berakhirnya Perang Dunia II telah menimbulkan kehancuran bagi Jepang, yaitu
hancurnya
usaha manusia, seperti perekonomian, pertanian, industri, serta ancurnya
kemakmuran bagi
rakyat. Sehingga, kemiskinan muncul dimana-mana. Pertumbuhan perekonomian
Jepang
periode Pasca Perang Dunia II untuk sebagian terjadi berkat kemajuan teknologi,
tetapi yang
lebih penting karena diterimanya tujuan kesempatan bekerja penuh oleh banyak
negara maju
dan penentuan kurs tetap melalui Dana Moneter Internasional (DMI) dalam
perdagangan
internasional.
Pengertian Variabel
Pengertian Variabel menurut Hatch & Farhady, yaitu variabel didefinisikan sebagai
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang
lain atau bisa dikatakan satu objek memiliki perbedaan dengan objek yang lain.
Menurut Karlinger, yaitu variabel merupakan konstruk atau sifat yang di pelajari dan
diteliti.
Kidder, mendefinisikan variabel sebagai suatu kualitas (qualites) dimana seorang
peneliti mempelajari dan menarik sebuah kesimpulan dari yang diteliti tersebut.
Sugiyono juga berpendapat bahwa variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang
beebentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari secara
mendalam,guna memperoleh informasi yang pasti tentang hal tersebut.1
1 Untung Wahyudi and Hartini Prasetyaning Pawestri, Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening, Simposium
Nasional Akuntansi 9 (2006): 125.
2 Eva Kris Diana Devi, Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
Karyawan Outsourcing PT SEMERU KARYA BUANA Semarang) (Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro, 2009).
3 Suharsimi, Prosedur Penelitian, 14th ed. (Jakarta: Rineka Cipta, n.d.).
4 Dedi Wahyudi, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif" JURNAL JPSD (Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar) 1, no. 1 (2015): 146161.
5 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, vol. 8 (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Dari pengertian diatas bisa di simpulkan bahwa, variabel penelitian adalah Suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.2
Contoh dari variabel penelitian struktur organisasi, kepemimpinan, pengawasan,
koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, dan juga deskripsi pekerjaan, kebijakan,
kenudayaan, organisasi dan lain sebagainya.3
Sebelum kita membicarakan variabel baiklah kita membicarakan konsep. Konsep
merupakan definisi yang dipergunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan
secara abstrak suatu fenomena sosial/ekonomi. 4 Misalnya untuk menggambarkan
kesejahteraan masyarakat, dikenal konsep pendapatan nasional, pendapatan per
kapita, distribusi pendapatan, garis kemiskinan, dan tingkat pengangguran. Untuk
menggambarkan pergerakan penduduk dikenal dengan konsep migrasi, mobilitas.
Untuk mengukur keberhasilan perusahaan (value of the firm) , keuntungan perlembar
saham (earning per share) , dividend pay out ratio, rentabilitas ekonomis maksimum.
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis
penelitian, F.N. kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dan perempuan dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep kesadaran.
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasinilai (misalnya variabel model kerja,
keuntungan, biayapromosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan
sebagainya). Variabeljuga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih. Misalnya variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), variabel
ukuran industri (kecil, sedang, dan besar), variabel jarak angkut (dekat, sedang, dan
jauh), variabel sumber modal (modal dalam negeri dan modalasing), dan
sebagainya.5
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis
kelamin mempunyai variasi: laki-laki perempuan; berat badan, karena berat 40kg dan
sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel variabel adalah obejk
penelitian yang bervariasi.
Variabel dibagi menjadi dua jenis variabel kualitatif dan kuantitatif. Contoh kualitatif:
kemakmuran kepandaian, contoh kuantitatif: luas kota, umur, banyaknya jam dalam
sehari.
Variabel kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu: Variabel dikrit: disebut juga variabel
nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas 2 kutub yang
berlawanan yakni ya dan tidak. Kemudian Variabel kontinum: dipisahkan
menjadi 3 variabel kecil yakni: 1) Veriabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan misalnya panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain
adalah variabel lebih-lebih karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan
yang lain. Contoh: ani terpandai, siti pandai, nono tidak pandai. 2) Variabel interval,
yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding variabel lain, sedangkan jarak
itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya: Suhu udara diluar 31C. Suhu
tubuh kita 37C. Maka selisih suhu adalah 6. 6
6 Suharsimi, Prosedur Penelitian.
7 Arifah Nur Sabrina, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat
Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating
(Survey Pada Pemerintah Daerah Se-Eks Karisidenan Surakarta) (Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2009), http://eprints.ums.ac.id/3071.
8 Suharsimi, Prosedur Penelitian.
9 Dedi Wahyudi and Tuti Alafiah, Studi Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, MUDARRISA: Jurnal Kajian
Pendidikan Islam 8, no. 2 (2016): 255282.
Variabel tidak hanya berdiri sendiri, ia mempunyai hubungan dengan yang lainnya.
Seperti halnya hubungannya dengan teori. Teori itu sendiri adalah serangkaian
konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan
gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena.
Tidak hanya itu, variabel juga ada hubungannya dengan satu atau lebih variabel
lainnya, merupakan hipotesis dalam penelitian. Jadi hipotesis merupakan kesimpulan
sementara/tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. 7 Hipotesis yang
menyatakan hubungan dua variabel atau lebih disebut hipotesis relasional. Ada juga
yang disebut hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menyatakan karakteristik suatu
sampel menurut variabel tertentu. Dalam sebagai lawan dari hipotesis nihil. Misalnya
hiopotesis nihilnya (H0) mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara biaya promosi
dengan volume penjualan, maka hipotesis alternatifnya (1) akan berbunyi ada
hubungan yang nyata/signifikan antara biaya promosi dengan volume penjualan pada
taraf signifikansi/alpha tertentu.8
B. Kegunaan Variabel

Kegunaan Variabel diantaranya, yaitu: Untuk mempersiapkan alat dan metode


pengumpulan data, untuk mempersiapkan metode analisis/pengelahan data dan untuk
menguji hipotesis.
C. Mengenal Variabel

Sekali lagi variabel adalah objek penelitian yang sangat dibutuhkan dalam suatu
penelitian, objek penelitian adalah suatu fenomena atau masalah yang telah diabstraki
menjadi suatu konsep atau variabel. Karena objek penelitian melekat bersama subjek
penelitian.9 Dan data itu sendiri merupakan sebuah catatan dari penelitian yang
didapat dari suatu objek penelitian itu sendiri.
Dari banyak penelitian yang dilakukan, banyak pula jenis-jenis variabel yang
digunakan diantaranya jenis-jenis variabel, yaitu: Variabel independen, yaitu variabel
stimulus atau input, variabel ini yang bergerak baik dalam diri individu atau yang berada
di lingkungan yang mempengaruhi suatu perilaku. Variabel dependent, yaitu merupakan
variabel respon atau kebalikan dari independent, atau output. Yang merupakan faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan efek variabel independent. Variabel
moderator, yaitu sebagai faktor yang diukur, dimanipulasi atau diseleksi oleh pelaku
eksperimen untuk menemukan apakaj variabel itu memodifikasi hubungan variabel
independen dengan fenomena yang telah diamati. Variabel kontrol, yaitu sebagai
faktor yang dikontrol oleh eksperimenter untuk menghilangkan atau menetralisir
adanya efek terhadap
fenomena yang sedang diamati. Variabel inverenting, yaitu faktor yang
memperngaruhi secara teoretik terhadap fenomena yang diamati, tetapi tidak dapat
dilihat, diukur atau dimanipulasi.10
D. Definisi operasional Variabel

Mendefinisikan variabel adalah menggambarkan / mendeskripsikan variabel


penelitian sedemikian rupa, sehingga variabel tersebut bersifat: Spesifik (tidak
berintrepretasi ganda) dan Terukur (observable atau measurable)
Contohnya, yaitu : status gizi. Variabel ini dapat diukur dan dideskripsikan dengan
bermacam kombinasi pengertian atau pengukuran, seperti : Tinggi badan, Berat
badan, kadar protein, lingkar lengan atasdan bawah.
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasar
karakteristik yang diamati, dan memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. 11 Definisi
operasional variabel dilakukan dalam rangka menghindari perbedaan penafsiran
dalam memahaminya. Oleh karena itu, variabel-variabel dalam penelitian harus
dijelaskan sejelas mungkin agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran. 12
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
setiap penelitian. Sedangkan cara pengukurannya adalah dengan cara, dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. Sehingga dalam definisi
operasional mencakup: Nama variabel, definisi variabel berdasar maksud penelitian,
hasil ukur, dan skala pengukuran.13
Secara teori, pengertian, macam dan juga jenisnya, variabel sangat beraneka ragam
berdasarkan berbagai kriteria. Dalam bahasan diatas hanya didasarkan pada
karakteristik hubungannya antar variabel dalam 2 macam saja, yaitu Variabel
independent dan variabel dependent.
Membuat definisi opersional adalah menetapkan bagaimana mengukur variabel
yang akan diteliti menurut peneliti. Sebab peneliti yang berbeda dapat menggunakan
definisi opersional yang berbeda-beda untuk variabel yang sama, sesuai dengan
kepentingan yang akan menelitinya. 14 Sebagai contoh: variabel beribadah memiliki
definisi yang berbeda karena disetiap agama cara beribadahnya berbeda-beda akan
tetapi tujuannya sama untuk melaksanakan perintah.
Variabel
1. Pengertian Variabel
Ada beberapa definisi tentang variabel. Diantarnya adalah sebagai
berikut.
a. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah
bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu
variabel, sehingga variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat
perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur.
b. Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat
disebut variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis atau kategori.
2. Klasifikasi Variabel
Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala pengukurannya,
konteks hubungannya, dan dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
a. Berdasarkan skala pengukuranya
1) Variabel nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala paling
sederhana karena fungsinya hanya untuk membedakan atau
memberi label suatu subjek atau kategori. Contoh variabel
nominal : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan).
2) Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi
beberapa secara bertingkat, contoh status sosial ekonomi :
rendah, sedang, tinggi.
23
3) Variabel interval
Variabel interval adalahvariabel yang selain dimaksudkan
untuk membedakan, mempunyaitingkatan, juga
mempunyai jarak yang pasti atau satu kategori dengan
kategori lainnya, contoh prestasi belajar : 5, 6, 7, 8, dst.
4) Variabel rasio
Variabel rasio merupakan variabel selain berisfat
membedakan, mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti,
dan setiap nilai kategori diukur dari titik yang sama, contoh
: berat badan, tinggi badan, dst.
c. Berdasarkan konteks hubungannya
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu.
Variabel-variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau
dari konteks ini variable dibedakan menjadi :
1) Variabel bebas atau independent variables
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya
mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variable terikat.
2) Variabel terikat atau dependent variabel
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya
tergantung dari nilai vaiabel lainnya.
3) Variabel moderator atau variable intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga mempengaruhi
variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya
tidak diutamakan.
4) Variabel perancu (confuding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan
variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable
antara.
5) Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi
variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya
dijadikan netral.
6) Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut
mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak
24
begitu berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam
penelitian diabaikan.
d. Berdasarkan dapat tidaknya variabel dimanipulasi
Ada variabel di mana peneliti dapat melakukan intervensi dan
ada pula variable di mana peneliti tidak dapat melakukan
intervensi. Atas dasar tinjauan ini, variabel dibedakan menjadi:
1) Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat dimanipulasi
atau diintervensi oleh peneliti, contoh : metoda mengajar,
teknik pelatihan, strategi pembiasaan, dst.
2) Variabel statis, merupakan variabel yang tidak dapat
diintervensi atau dimanipulasi oleh peneliti, contoh : jenis
kelamin, umur, status perkawinan, dst.
3. Pendefinisian Variabel Secara Operasional
a. Pengertian definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atassifat-sifat
hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Sumadi Suryabrata, 2000 :
76). Lain halnya dengan definisi konseptual, definisi konseptual lebih
bersifat hipotetikal dan tidak dapat diobservasi. Karena definisi
konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan
referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat untuk
membuat logika proses perumusan hipotesa (Sarwono, 2006).
b. Pentingnya operasionalisasi variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah
dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan
pengukurannya. Tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan
mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan antar
variable yang masih bersifat konseptual.
Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1) mengidentifikasi
criteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2)
menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai
lebih dari satu definisi operasional; 3) mengetahui bahwa definisi
operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus
digunakan (Sarwono, 2006)
25
c. Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional
Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional yaitu:
1) yang menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) yang
menekankan pada bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) yang
menekankan sifat-sifat statis yang didefinisikan. Ketiga cara
menyusun definisi operasional tersebut dapat disebut sebagai definisi
operasional tipe A atau pola I, definisi operasional pola B atau tipe II,
dan definisi operasional tipe C atau pola III (Sumadi Suryabrata,
2000: 76-77; Sarwono, 2006).
1) Definisi Operasional Tipe A atau Pola I
Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada
operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala
atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat
terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat
membuat gejala menjadi nyata. Contoh: Konflik
didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan
menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana
masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi
hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2) Definisi Operasional Tipe B atau Pola II
Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada
bagaimana objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan,
yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa
yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai seorang
yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C atau Pola III
Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada
penampakan seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan
tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitikkaraktersitik
statisnya. Contoh: Orang pandai dapat
didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat,
menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik,
sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara
cepat.
26
d. Kriteria Keunikan
Dalam menyusun definisi operasional, definisi tersebut
sebaiknya dapat mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang
dapat diamati. Semakin unik suatu definisi operasional, maka
semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut akan banyak
memberikan informasi kepada peneliti, dan semakin menghilangkan
objek-objek atau pernyataan lain yang muncul dalam mendifinisikan
sesuatu hal yang tdiak kita inginkan tercakup dalam definisi tersebut
secara tidak sengaja dan dapat meningkatkan adanya kemungkinan
makna variable dapat direplikasi. Sekalipun demikian, keunikan /
kekhususan tersebut tidak menjadi penghalang keberlakuannnya
secara umum suatu konsep yang merupakan cirri validitas eksternal
bagi desain penelitian yang kita buat.
D. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang, misalnya
secara etimologis, teknis, statistik, dst.
a. Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang
berarti kurang dari dan thesis yang berarti pendapat. Jadi
hipotesis merupakan suatu pendapat atau kesimpulan yang belum
final, yang harus diuji kebenarannya (Djarwanto, 1994 : 13).
b. Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan
untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menerangkan suatu
gejala (Donald Ary, 1992 : 120).
c. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap Masalah penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Moh.Nazir, 1998:
182).
d. Secara teknis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian (Sumadi Suryabrata, 1991 : 49).
e. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai
keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sample
(Sumadi Suryabrata, 2000 : 69).
f. Ditinjau dalam hubungannya dengan variabel, hipotesis
merupakan pernyataan tentang keterkaitan antara variabel-variabel
(hubugan atau perbedaan antara dua variabel atau lebih).
27
g. Ditinjau dalam hubungannya dengan teori ilmiah, hipotesis
merupakan deduksi dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif)
dan kesimpulan sementara sebagai hasil observasi untuk
menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif).
2. Dasar Pemikiran Pembuatan Hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai
komponen penting dalam penelitian. Oleh karena itu sebelum terjun ke
lapangan hendaknya peneliti telah merumuskan hipotesis penelitiannya.
Pentingnya hipotesis dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Hipotesis yang mempunyai dasar yang kuat menunjukkan bahwa
peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan
penelitian pada bidang tersebut.
b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran
data.
c. Hipotesis merupakan petunjuk tentang prosedur apa saja yang
harus diikuti dan jenis data apa saja yang harus dikumpulkan.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penelitian.
3. Ciri-ciri Rumusan Hipotesis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti dalam
merumuskan hipotesis (Sumadi Suryabrata, 2000 : 70), yaitu :
a. Hipotesis harus menyatakan pertautan antara dua variabel atau
lebih (dalam satu rumusan hipotesis minimal terdapat dua
variabel).
b. Hipotesis hendaknya dinyatakan secara deklaratif (kalimat
pernyataan).
c. Hipotesis hendaknya dirumuskan dengan jelas.
d. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya.
4. Jenis-jenis Hipotesis
Ada beberapa jenis hipotesis. Untuk mempermudah dalam
mempelajari, hipotesis dapat diklasifikasikan berdasarkan rumusannya
dan proses pemerolehannya.
a. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
28
1) Hipoteis kerja, yaitu hipotesis yang sebenarnya yang
merupakan sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja
biasanya disingkat H1 atau Ha.
2) Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari
hipotesis kerjadan sering disingkat Ho.
Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan
Ho untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas
pertimbangan bahwa Ho sengaja dipersiapkan untuk ditolak,
sedangkan H1 dipersiapkan untuk diterima (Sudarwan Danim
dan Darwis, 2003 : 171).
b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi
:
1) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada
penelitian kualitatif)
2) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian
kuantitatif).
Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori ilmiah pada
hipotesis induktif dan deduktif dapat divisualisasikan sebagai
berikut (Trochim, 2005).

A. Variabel Penelitian

Menurut Y.W Best yang disunting oleh sanpiah Faisal yang


disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-
serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau
diobservasi dalam suatu penelitian. Sedang Dirjen Dikti
Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah
segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Dari kedua pengertian
tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoretisnya dan kejelasannya
ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoretis suatu
penelitian berbeda, akan berbed pula variabelnya.
Pada dasarnya banyaknya variabelsangat tergantung oleh sederhana atau
runtutnya penelitian. Semakin sederhana rancangan penelitian, maka akan semakin
sederhana pula variabelnya dan sebaliknya. Macam-macam variabel adalah sebagai
berikut :
1) Menurut fungsinya variabel dapat dibedakan :

a. Variabel tergantung

b. Variabel bebas

c. Variabel intervening

d. Variabel moderator

e. Variabel kendali

f. Variabel rambang

a. Variabel Tergantung (Dependent Variabel)

Yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian
mengintroduksi, pengubah atau mengganti variabel bebas. Menurut fungsiya,
variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut variabel
yang dipengaruhi atau terpengaruhi.
b. Variabel bebas (Independent Variabel)

Adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti


dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang
diobeservasi. Karena fungsi variabel ini sering disebut variabel pengaruh, sebab
berfungsi mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel
lain.
c. Variabel intervening

Yaitu variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain.
Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan pengaruh dan terpengaruh.
d. Variabel Moderator

Variabel moderator ialah variabel yang karena fungsinya ikutmempengaruhi variabel


tergatung serta memperjelas hubungan bebas dengan variabel tergantung.
e. Variabel kendali
Adalah variabel yang membatasi (sebagai kendali) atau mewarnai variabel
moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama
yang berkaitan dengan variabel moderator.
f. Variabel rambang

Yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya terhadap variabel
bebas maupun variabel tergantung hampir tidak diperhatikan.
2) Menurut datanya, variabel dapat dibedakan berdasarkan data yang diharapkan
terkumpul, karena itu dapat dibedakan menjadi :
a) Data nominal yang terkait dengan variabel
nominal

b) Data ordinal yang terkait dengan variabel


ordinal

c) Data interval yangterkait dengan variabel


interval

d) Data rasio yang terkait dengan variabel


rasio

Variabel nominal adalah variabel yang bersifat deskrit dan saling pisah antara
kategori satu dengan yang lain. Contohnya : jenis kelamin, jenis pekerjaan, status
perkawinan dsb.
Variabel ordinal ialah variabel yang disusun berdasarkan tingkat/rangking yang
berurutan.
Variabel interval adalah variabel yang dihasilkan dari pengukuran, dimana
dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama.
Variabel rsio ialah variabel yang dalam kuantifikasinya hanya mempunyai nol
mutlak.

Hubungan antar
variabel

Sesungguhnya yang dikemukakan di dalam inti penelitian ilmiah adalah


mencari hubungan antara berbagai variabel. Hubungan yang paling dasar adalah
hubungan antara dua variabel bebas dan variabel terikat (tergantung).
Merumuskan definisi operasional variabel

Setelah variabel-variael diidentifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-


variabel tersebut perlu didefiniskan secara operasional (Bridgman-1927). Penyusunan
ini perlu diakukan karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil
data yang cocok untuk digunakan.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati/diobservasi. Konsep yang dapat diamati merupakan
hal yang sangat penting karena hal yang dapat diamati tersebut membuka
kemungkinan bagi orang lain, tentunya selain peneliti itu sendiri untuk dapat
melakukan hal serupa, sehingga nantinya apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka
untuk diuji kembali oleh orang lain.

emilih masalah untuk diteliti merupakan tahap yang penting dalam


melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses
penelitian yang dijalankan adalah untuk
menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Memilih masalah juga
merupakan hal yang tidak mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Sekalipun
demikian dengan latihan dan kepekaan ilmiah, pemilihan masalah yang tepat dapat
dilakukan.

Bagaimana peneliti mencari masalah yang akan dikaji, beberapa panduan pokok
di bawah ini akan mempermudah bagi kita menemukan masalah:
1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar dua variabel atau
lebih
2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada
umumnya diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu
dimungkinkan adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk
menjawab masalah yang sedang dikaji.
4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika.
32 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

a. HUBUNGAN ANTAK VAKIABEL

Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variabel atau lebih, karena pada
praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variabel tertentu terhadap variabel
lainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya pengaruh "gaya
kepemimpinan" (variabel satu) terhadap "kinerja pegawai" (variabel dua).

Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan


masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya
"Gaya kepemimpinan di perusahaan X". Peneliti dalam hal ini hanya akan
melakukan studi terhadap gaya kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan
faktor faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
tersebut.
Contoh: Hubungan antara motivasi karyawan dan prestasi kerja Motivasi: variabel satu;
prestasi kerja: variabel dua

b. MASALAH DIKUMUSKAN SECAKA JELAS,


TIDAK BEKMAKNA GANDA DAN DALAM
BENTUK KALIMAT TANYA

Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda atau
memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya. Contoh:
1. Apakah ada hubungan antara promosi dengan volume penjualan?
2. Apakah warna sepeda motor Suzuki mempengaruhi minat beli konsumen?
3. Apakah desain produk handphone mempengaruhi keputusan membeli
konsumen?
4. Apakah ada hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi?
32 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Contoh contoh di atas mencerminkan rumusan masalah yang jelas dan tidak
bermakna ganda. Pada contoh "a" peneliti ingin mengkaji hubungan variabel promosi
dengan variabel volume penjualan. Pada contoh "b" peneliti ingin melakukan studi
tentang hubungan variabel "warna sepeda motor Suzuki" dengan variabel "minat
beli". Pada contoh "c" peneliti akan mengkaji hubungan antar variabel "desain
produk handphone" dengan variabel "keputusan membeli". Pada contoh "d"
peneliti akan mengkaji hubungan antar variabel "minat baca" dengan "indeks
prestasi".

c. DAPAT DIUJI SECAKA EMPIKIS

Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang
dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana pembuktiannya.
Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa masalah yang sedang
dikaji dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan
kata lain masalah memerlukan jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti
mengumpulkan data di lapangan dan jawaban masalah merupakan hasil penelitian.

d. HINDAKILAH PENILAIAN MOKAL DAN ETIS

Sebaiknya peneliti menghindari masalah masalah yang berkaitan dengan


idealisme atau nilai nilai, karena masalah tersebut lebih sulit diukur dibandingkan
dengan masalah yang berhubungan dengan sikap atau kinerja. Misalnya kita akan
mengalami kesulitan dalam mengukur masalah masalah seperti berikut ini:
a. Haruskah semua mahasiswa tidak mencontek dalam ujian?
b. Haruskah semua mahasiswa rajin dalam belajar?

Akan lebih baik kalau masalah tersebut dijadikan dalam bentuk seperti:
c. Hubungan antara kesiapan ujian dan nilai yang diraih
d. Pengaruh kerajinan mahasiswa terhadap kecepatan kelulusan
34 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

e. STKATEGI MENENTUKAN MASALAH

Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah dengan
melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus
dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti. Di bawah
ini diberikan contoh cara menyempitkan masalah yang berkaitan dengan penelitian
dalam dunia bisnis.
34 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Davis (1985, 47)

Gambar di atas mengilustrasikan peranan identifikasi masalah dalam proses


pengembangan perumusan masalah, yaitu proses penyaringan mulai dari yang
umum sampai dengan masalah yang
34 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

khusus. Masalah dimulai dari adanya pemikiran "concern" manajerial yang sedang
dihadapi atau yang akan dihadapi, kemudian masalah pemikiran tersebut dipersempit
menjadi proses penyaringan perumusan masalah dan pada tahap ketiga menjadi
penyaringan pemilihan masalah yang akan diteliti dengan disertai tujuan penelitiannya.

Contoh kasus:

Mengenali suatu
gejala
Munculnya rasa ketidakpuasan diantara para programmer komputer di suatu
perusahaan tertentu. Penghasilan perusahaan tersebut terus meningkat dengan baik
selama lima tahun terakhir ini. Keluhan keluhan secara lisan telah diterima dari para
pegawai mengenai struktur penggajian yang dianggap sudah tidak memadai lagi.

ldentifikasi
Masalah

a. Melakukan evaluasi terhadap data internal dan eksternal dengan melakukan


kegiatan kegiatan sebagai berikut:
Monitoring ketidakpuasan tersebut dan penyebaran informasi
penghasilan perusahaan
Melacak apakah pernah ada rasa ketidakpuasan muncul di masa masa lalu.
Mencariliteratur/acuanyangmembahasmasalahyangmirip
dengan kejadian yang dialami di perusahaan tersebut dengan masalah di
perusahaan lain.
b. Melakukan isolasi area masalah
Pihak manajemen tidak mempunyai perencanaan alokasi penggajian yang
kosisten
Berdasarkan wawancara diluar diketahui adanya
ketidakpuasan terhadap sistem penggajian
Pihak direksi telah menginventarisasi keluhan keluhan dari pegawai
mengenai adanya diskriminasi penggajian.
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 36

Rumusan Masalah

Rumusan masalah akan berbunyi sebagai berikut:


Faktor faktor utama apa saja yang berhubungan dengan tingkat tingkat penggajian
bagi para profesional ahli komputer di perusahaan tersebut.
Apakah ada hubungan antara meningkatnya penghasilan
perusahaan dengan ketidakpuasan di kalangan para programmer.

5.7 PEKTIMBANGAN KHUSUS DALAM MEMILIH


MASALAH YANG AKAN DITELITI

Dalam melakukan pemilihan masalah dapat mempertimbangkan hal hal di bawah


ini:

a. Dapat Dilaksanakan
Jika kita memilih masalah tertentu, maka pertanyaan pertanyaan di bawah ini
bermanfaat bagi kita untuk mengecek apakah kita dapat atau tidak melakukan
penelitian dengan masalah yang kita tentukan: 1) Apakah masalah tersebut dalam
jangkauan kita?
2) Apakah kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan penelitian dengan
persoalan tersebut? 3) Apakah kita akan mendapatkan akses untuk
memperoleh sampel yang akan kita gunakan sebagai responden sebagai sarana
pemerolehan data dan informasi? 4) Apakah kita mempunyai alasan khusus sehingga
kita percaya akan dapat memperoleh jawaban dari masalah yang kita rumuskan? 5)
Apakah metode yang diperlukan sudah kita kuasai?

b. Jangkauan Penelitiannya
Apakah masalahnya cukup memadai untuk diteliti? Apakah jumlah
variabelnya sudah cukup? Apakah jumlah datanya cukup untuk dilaporkan secara
tertulis?

c. Keterkaitan
Apakah kita ter tarik dengan masalah tersebut dan cara pemecahannya?
Apakah masalah yang kita teliti berkaitan dengan
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 37

latar belakang pengetahuan atau pekerjaan kita? Jika kita melakukan penelitian
dengan masalah tersebut apakah kita akan mendapatkan nilai tambah bagi
pengembangan diri kita?

d. Nilai Teoritis
Apakah masalah yang akan diteliti akan mengurangi adanya kesenjangan
teori yang ada? Apakah pihak pihak lain, seperti pembaca atau pemberi dana
akan mengakui kepentingan studi ini? Apakah hasil penelitiannya nanti akan
memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu yang kita pelajari?
Apakah hasil penelitiannya layak dipublikasikan?
e. Nilai Praktis
Apakah hasil penelitiannya nantinya akan ada nilai nilai praktis bagi para praktisi
di bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti?

5.8 MENYUSUN HIPOTESIS

5.8.1 Pengertian

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah berikutnya ialah merumuskan


hipotesis. Apakah hipotesis itu? Ada banyak definisi hipotesis yang pada hakikatnya
mengacu pada pengertian yang sama. Diantaranya ialah hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang sedang diteliti.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis ialah "pernyataan tentatif yang
merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya". (Nasution:2OOO)

5.8.2 Asal dan Fungsi Hipotesis

Hipotesa dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita
teliti. Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga suatu produk
maka agar dapat menurunkan hipotesa yang baik, sebaiknya yang bersangkutan
membaca teori mengenai penentuan harga.
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 38

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya


oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran
suatu teori. Jika hipotesis sudah diuji dan membuktikan kebenaranya, maka hipotesis
tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang
sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru.

Fungsi hipotesis menurut Menurut Prof. Dr. S. Nasution ialah sbb:


1) untuk menguji kebenaran suatu teori, 2) memberikan gagasan baru untuk
mengembangkan suatu teori dan 3) memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu
gejala yang sedang dipelajari.

5.8.3 Pertimbangan dalam Merumuskan


Hipotesis

Dalam merumuskan hipotesis peneliti perlu pertimbangan pertimbangan


diantaranya:
Harus mengekspresikan hubungan antara dua variabel atau lebih,
maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak tidaknya
mempunyai dua variabel yang akan dikaji. Kedua variabel tersebut adalah variabel
bebas dan variabel tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variabel
tergantung dua variabel bebas.
Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya
rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh
menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara
umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan
untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi
berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya hipotesis jangan
mencerminkan unsur unsur moral, nilai nilai atau sikap.
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 39

5.8.4 Jenis-Jenis Hipotesis

Secara garis besar ada dua jenis hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan
bentuknya.

Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi:


a. Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan kesamaan dalam dunia empiris:
hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan pernyataan yang bersifat umum
yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya, misalnya "orang
jawa halus budinya dan sikapnya lemah lembut", "jika ada bunyi hewan
tenggeret maka musim kemarau mulai tiba, " jika hujan kota Jakarta Banjir".
Kebenaran kebenaran umum seperti di atas yang sudah diketahui oleh orang
banyak pada umumnya, jika diuji secara ilmiah belum tentu benar.
b. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini
sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekompleksitasan dunia tersebut
kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe tipe yang ada. Pengetahuan
mengenai otoriterisme akan membantu kita memahami, misalnya dalam
dunia kepemimpinan, hubungan ayah dalam mendidik anaknya. Pengetahuan
mengenai ide nativisme akan membantu kita memahami munculnya seorang
pemimpin.
c. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variabel: hipotesis ini
merumuskan hubungan antar dua atau lebih variabel variabel yang diteliti. Dalam
menyusun hipotesisnya, peneliti harus dapat mengetahui variabel mana yang
mempengaruhi variabel lainnya sehingga variabel tersebut berubah.

Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga:


a. Hipotesis penelitian/ker ja: hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar
peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti
menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris
melalui pengujian hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama
40 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

melakukan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi dengan


jumlah orang stress
b. Hipotesis operasional: hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat obyektif.
Artinya peneliti merumuskan hipotesis tidak semata mata berdasarkan anggapan
dasar nya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang
dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu
peneliti memerlukan hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara
teknis disebut hipotesis nol (HO). HO digunakan untuk memberikan keseimbangan pada
hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya
hipotesis penelitian tergantung dari bukti bukti yang diperolehnya selama melakukan
penelitian. Contoh:
HO: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress.
c. Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam
bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap populasi dalam bentuk angka angka (kuantitatif). Misalnya: HO: r = O; atau HO: p
=O

5.8.5 Cara Merumuskan Hipotesis

Cara merumuskan hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan


hipotesis penelitian, hipotesis operasional, dan hipotesis statistik.

Hipotesis penelitian ialah hipotesis yang kita buat dan dinyatakan dalam bentuk
kalimat.

Contoh 1: Hipotesis asosiatif

Rumusan masalah:
Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai?
40 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Hipotesis penelitian:
Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai

Hipotesis operasional ialah mendefinisikan hipotesis secara operasional variabel


variabel yang ada di dalamnya agar dapat dioperasionalisasikan. Misalnya "gaya
kepemimpinan" dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap
bawahan. Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya
pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua, yaitu hipotesis O
yang bersifat netral dan hipotesis 1 yang bersifat tidak netral

Maka bunyi hipotesis operasionalnya:

HO: Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan
tinggi - rendahnya pemasukan perusahaan

H1: Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi -
rendahnya pemasukan perusahaan

Hipotesis statistik ialah hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam bentuk


angka angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Dalam contoh
ini asumsi kenaikan pemasukan sebesar 3O%, maka hipotesisnya berbunyi sebagai
berikut:

HO: P = O,3
H1: P 1 O,3

Contoh 2: Hipotesis deskriptif Rumusan


masalahnya:
o Seberapa besar penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa?

Hipotesis penelitian:
o Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa kurang dari standar
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 42

Hipotesis operasional bunyinya:


o HO = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa sama dengan standar
o H1 = Penguasaan Bahasa Inggris di kalangan mahasiswa tidak sama dengan standar

Hipotesis statistik

o HO: r = 8O% (O.8) o


H1: r 1 8O% (O.8)

Diasumsikan standar sama dengan 8O% penguasaan Bahasa Inggrisnya. Contoh 3: Hipotesis
komparatif
Rumusan masalahnya:
o Bagaimana sikap mahasiswa di Bandung terhadap penyalahgunaan narkoba
dibandingkan dengan sikap mahasiswa di Yogyakarta

Hipotesis penelitian:
o Ada perbedaan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa di Bandung
dan mahasiswa di Yogyakarta

Hipotesis operasional:
o HO = Tidak ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba
pada mahasiswa di Bandung dan mahasiswa di Yogyakarta
o H1 = Ada perbedaan persentase sikap terhadap penyalahgunaan narkoba pada mahasiswa
di Bandung dan mahasiswa di Yogyakarta

Hipotesis Statistik:

HO: r Bandung = r Yogyakarta H1: : r


Bandung 1 r Yogyakarta
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 43

5.9 UJI HIPOTESIS

Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan
membuktikan HO atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima maka HO ditolak,
artinya ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan
tinggi - rendahnya pemasukan perusahaan.

Dalam membuat hipotesis ada dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh peneliti,
yaitu:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan
alpha (a).
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan
beta (b).

5.10 CONTOH UJI HIPOTESIS

Contoh kasus: Sebuah perusahaan baju wanita ingin melakukan penelitian


mengenai hubungan antara kontras warna dan keputusan membeli baju.

Hasil pengumpulan data memberikan angka angka observasi sebagai berikut:

Untuk kasus ini kita akan menggunakan Chi Square sebagai sarana untuk menguji
hipotesis

Tahap I: Rumuskan masalahnya


Adakah hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli baju ?
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 44

Berapa besar hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli baju?

Tahap II: Rumuskan tujuannya


Mencari ada dan tidaknya hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli
baju
Mencari besarnya hubungan antara kontras warna dengan
keputusan membeli baju

Tahap III: Rumuskan hipotesisnya


Untuk contoh ini diambil perumusan masalah yang kedua.
Hipotesis Penelitian:
Ada hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli baju
Hipotesis Operasional:
HO: Tidak ada hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli baju
H1: Ada hubungan antara kontras warna dengan keputusan membeli baju
Hipotesis Statistik:

HO: kontras rendah = kontras menengah = kontras tinggi H1: kontras tinggi
> kontras menengah > kontras rendah

Tahap IV: Hitung Frekuensi Prediksi (e)

60 x 76
e1 = = 20,6
221

60 x 75
e2 = = 20,3
221

60 x 70
e3 = = 19
221

88 x 75
e5 = = 29,8
221
Memilih Masalah yang Akan Diteliti dan Merumuskan Hipotesis 45

88 x 70
e6 = =
27,8
221
73 x 76
e7 = =

25,1
221
73 x 75
e8 = = 24,7
221
73 x 70
e9 = =

23,1
221

Tahap V: Hitung dengan rumus


2
(0 e)

2 =
e
(25 -yang Akan Diteliti(20
Memilih Masalah
dan Merumuskan (15
Hipotesis (23 30,2)
2
46
2
20,6) 20,3)
2
19)
2
+ +
= +
20,6 + 30,2
20,3
19

2 2
(30 29,8) (35 (28 (25 24,7)
2 2
= 27,8) 25) + +
29,8 +
+ 24,7
27,8
25,1

2
(20 23,1)
23,1

= 0,9 + 0,02 + 0,8 + 12,9 + 0,001 + 1,8 + 0,3 + 0,03 + 0,41


2
= 17,161 (hasi1 hitungan dari pene1itian)
Tahap VI: Hitung degree of freedom (DF)
DF = (r - 1) (c - 1)
= 3 - 1) (3 - 1)
=4
Tentukan besarnya a:
= 0,01
Cari besarnya c2 dari tab1e dengan DF sebesar 4 dan a sebesar 0,01
2
= 13,277

Tahap VII: Buat grafik untuk menguji

2
pene1itian berada di daerah peno1akan, artinya H0 dito1ak. Jika H0
dito1ak, maka H1 diterima

Tahap VII: Rumuskan kesimpu1an atau hasi1 uji hipotesis


Bunyi hipotesis 1 ada1ah "Ada hubungan antara kontras warna dengan keputusan membe1i
baju; maka kesimpu1annya ia1ah: Pembe1ian baju o1eh konsumen berhubungan dengan
faktor kontras warna.
MENGIDENTIFIKASI DAN
MEMBERI NAMA VARIABEL

7.1 DBFINISI

ariabel didefinisikan sebagai "something that may vary or differ"


(Brown, 1998:7). Definisi 1ain yang 1ebih deti1 mengatakan
V bahwa variabe1 " is simply symbol or a concept that can assume any
one of a set of values" (Davis, 1998:23).

Definisi pertama menyatakan bahwa varibe1 ia1ah sesuatu yang berbeda atau
bervariasi, penekanan kata sesuatu diperje1as da1am definisi kedua yaitu simbo1 atau
konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat ni1ai-ni1ai. Definisi abstrak tersebut akan
1ebih je1as bi1a diberi contoh sebagai berikut:
a. Hubungan antara inte1ejen dengan prestasi be1ajar
b. Pengaruh warna terhadap minat be1i sepeda motor
c. Hubungan antara promosi dengan vo1ume penjua1an

Contoh-contoh variabe1 ia1ah: inte1ejen, prestasi be1ajar, warna, minat be1i,


promosi dan vo1ume penjua1an
54 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

7.2 TIPB-TIPB VAKIABBL

7.2.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabe1 bebas merupakan variabe1 stimu1us atau variabe1 yang mempengaruhi


variabe1 1ain. Variabe1 bebas merupakan variabe1 yang variabe1nya diukur,
dimanipu1asi, atau dipi1ih o1eh pene1iti untuk menentukan hubungannya dengan suatu
geja1a yang diobservasi.

Pada contoh di atas, "warna" ada1ah variabe1 bebas yang dapat dimanipu1asi dan
di1ihat pengaruhnya terhadap "minat be1i", misa1nya apakah warna merah sepeda motor
dapat menimbu1kan minat be1i konsumen terhadap sepeda motor tersebut.

7.2.2 Variabel Tergantung (Dependent Variabel)

Variabe1 tergantung ada1ah variabe1 yang memberikan reaksi/ respon jika


dihubungkan dengan varibe1 bebas. Variabe1 tergantung ada1ah variabe1 yang
variabe1nya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan o1eh variabe1
bebas. Pada contoh pengaruh warna terhadap minat be1i sepeda motor, maka variabe1
tergantungnya ia1ah "minat be1i". Seberapa besar pengaruh warna merah terhadap minat
be1i konsumen terhadap sepeda motor tersebut. Untuk meyakinkan pengaruh
variabe1 bebas warna merah terhadap minat be1i maka warna merah dapat diganti
dengan warna biru. Jika besaran pengaruhnya berbeda maka manipu1asi terhadap
varibe1 bebas membuktikan adanya hubungan antara variabe1 bebas warna dan minat be1i
konsumen.

7.2.3 Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel


Tergantung

Pada umumnya orang me1akukan pene1itian dengan menggunakan 1ebih dari satu
varibe1, yaitu variabe1 bebas dan variabe1 tergantung. Kedua varibe1 tersebut kemudian
dicari hubungannya.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 55

Contoh 1
Hipotesis pene1itian: Ada hubungan antara "gaya kepemimpinan" dengan
"kinerja" pegawai
Variabe1 bebas: gaya kepemimpinan
Variabe1 tergantung: minat be1i

Gaya kepemimpinan mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai,


misa1nya gaya kepemimpinan yang sentra1istis akan berdampak terhadap kinerja
pegawai secara berbeda dengan gaya kepemimipinan yang bersifat de1egatif.

Contoh 2
Hipotesis pene1itian: Ada hubungan antara promosi dengan vo1ume penjua1an
Variabe1 bebas: promosi
Variabe1 tergantung: vo1ume penjua1an

Promosi mempunyai hubungan dengan ada dan tidaknya peningkatan vo1ume


penjua1an di perusahaan tertentu.

7.2.4 Variabel Moderat (Moderate Variable)

Variabe1 moderat ada1ah variabe1 bebas kedua yang sengaja dipi1ih o1eh pene1iti
untuk menentukan apakah kehadirannya berpengaruh terhadap hubungan antara
variabe1 bebas pertama dan variabe1 tergantung. Variabe1 moderat merupakan
variabe1 yang variabe1nya diukur, dimanipu1asi, atau dipi1ih o1eh pene1iti untuk
mengetahui apakah variabe1 tersebut mengubah hubungan antara variabe1 bebas dan
variabe1 tergantung.

Pada kasus adanya hubungan antara warna sepeda motor dengan minat be1i, pene1iti
memi1ih variabe1 moderatnya ia1ah "harga". Dengan dimasukannya variabe1 moderat
harga, pene1iti ingin mengetahui apakah besaran hubungan kedua variabe1 tersebut
berubah. Jika berubah maka keberadaan variabe1 moderat berperan, sedang jika tidak
berubah maka variabe1 moderat tidak mempengaruhi hubungan kedua variabe1 yang
dite1iti.
56 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Contoh 1ain:
Hipotesis: Ada hubungan antara promosi di media te1evisi dengan meningkatnya kesadaran
merk handphone Samsung di ka1angan konsumen
Variabe1 bebas: promosi
Variabe1 tergantung: kesadaran merk
Variabe1 moderat: media promosi

7.2.5 Variabel Kontrol (Control Variable)

Da1am pene1itian pene1iti se1a1u berusaha menghi1angkan atau menetra1kan


pengaruh yang dapat menganggu hubungan antara variabe1 bebas dan variabe1 tergantung.
Suatu variabe1 yang pengaruhnya akan dihi1angkan disebut variabe1 kontro1. Variabe1
kontro1 didefinisikan sebagai variabe1 yang variabe1nya dikontro1 o1eh pene1iti
untuk menetra1isasi pengaruhnya. Jika tidak dikontro1 variabe1 tersebut akan
mempengaruhi geja1a yang sedang dikaji.

Contoh:
Hipotesis: ada pengaruh kontras warna baju terhadap keputusan membe1i di ka1angan
wanita
Variabe1 bebas: kontras warna
Variabe1 tergantung: keputusan membe1i
Variabe1 kontro1: wanita (jenis ke1amin)

Pada kasus pene1itian di atas variabe1 kontro1nya jenis ke1amin wanita. Asumsi
pene1iti hanya wanita saja yang terpengaruh kontras warna baju jika mereka ingin
membe1inya.

7.2.6 Variabel Perantara (Intervening Variable)

Variabe1 bebas, tergantung, kontro1 dan moderat merupakan variabe1-variabe1


konkrit. Ketiga variabe1, yaitu variabe1 bebas, kontro1 dan moderat tersebut dapat
dimanipu1asi o1eh pene1iti dan pengaruh ketiga variabe1 tersebut dapat di1ihat atau
diobservasi. Lain ha1nya dengan variabe1 perantara, variabe1 tersebut bersifat hipotetika1
artinya secara konkrit pengaruhnya tidak ke1ihatan, tetapi secara teoritis dapat
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 5/

mempengaruhi hubungan antara variabe1 bebas dan tergantung yang sedang dite1iti. O1eh
karena itu, variabe1 perantara didefinisikan sebagai variabe1 yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan variabe1 yang sedang dite1iti tetapi tidak dapat di1ihat,
diukur, dan dimanipu1asi; pengaruhnya harus disimpu1kan dari pengaruh-pengaruh
variabe1 bebas dan variabe1 moderat terhadap geja1a yang sedang dite1iti.

Contoh:
Hipotesis: Jika minat terhadap tugas meningkat, maka kinerja mengerjakan tugas
tersebut akan semakin meningkat
Variabe1 bebas: minat terhadap tugas
Variabe1 tergantung: kinerja da1am mengerjakan tugas
Variabe1 perantara: proses be1ajar

Keterangan kasus di atas ada1ah sebagai berikut: Jika mahasiswa tertarik terhadap
tugas yang diberikan o1eh dosen, maka hasi1nya akan baik. Besar keci1nya kinerja
dipengaruhi o1eh minat; seka1ipun demikian hasi1 akhir pengerjaan tugas tersebut
dipengaruhi o1eh faktor mahasiswa be1ajar atau tidak ter1ebih dahu1u da1am mengerjakan
tugas tersebut. Dengan minat yang tinggi dan persiapan be1ajar yang baik, maka
kinerjanya akan semakin besar.

Contoh 2:
Hipotesis: Layanan yang baik mempengaruhi kepuasan pe1anggan
Variabe1 bebas: 1ayanan yang baik
Variabe1 tergantung: kepuasan pe1anggan
Variabe1 perantara: kua1itas jasa/produk

Pada umumnya 1ayanan yang baik akan memberikan kepuasan yang tinggi
terhadap pe1anggan; seka1ipun demikian kua1itas jasa akan mempengaruhi hubungan
variabe1 1ayanan dengan variabe1 kepuasan. Layanan baik be1um tentu memberikan
kepuasan kepada pe1anggan jika kua1itas jasanya atau produknya rendah. Misa1nya
sebuah toko sepatu memberikan 1ayanan yang baik kepada pe1anggannnya. Ketika seorang
pembe1i mengetahui bahwa sepatunya sobek pada bagian tertentu maka tingkat
kepuasannya akan turun.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 59

7.2.7 Skema Hubungan Variabel

Skema hubungan antar variabe1 menunjukkan adanya pengaruh variabe1 bebas,


moderat, kontro1 dan perantara terhadap variabe1 tergantung. Skema di bawah ini
merupakan mode1 pertama o1eh Tuckman (Tuckman 1978:70).

Skema di atas dapat dibaca sebagai berikut, fokus utama ada1ah variabe1 bebas
dan variabe1 tergantung, pene1iti dapat juga mempertimbangkan variabe1-
variabe1 1ainnya yaitu variabe1 moderat dan variabe1 kontro1. Hubungan variabe1
bebas dengan variabe1 tergantung me1a1ui suatu 1abe1 yang disebut variabe1 perantara.
Variabe1 ini bersifat hipotetika1, artinya secara fakta tidak nampak tetapi secara teoritis
ada dan mempengaruhi hubungan antara variabe1 bebas dan tergantung.

Skema mode1 kedua dibuat o1eh Brown (Brown 1988:13) sebagai berikut:
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 59
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 59

Skema Brown dapat dibaca sebagai berikut: hubungan sentra1 da1am studi ia1ah
antara variabe1 bebas dan variabe1 tergantung. Panah- panah tersebut 1ebih menunjukkan
arah fokus pemikiran pene1iti dan desain pene1itian, daripada hubungan sebab akibat.
Dengan demikian fokus variabe1 ada1ah variabe1 tergantung. Pada tahap awa1 pene1itian
di1akukan hanya untuk menentukan efek variabe1 bebas terhadap variabe1 tergantung.
Variabe1 perantara berfungsi sebagai 1abe1 terhadap hubungan kedua variabe1 tersebut
atau proses yang menghubungkan antara variabe1 bebas dan variabe1 tergantung tetapi
tidak terobservasi. Pene1iti juga bo1eh mempertimbangkan adanya variabe1 bebas 1ainnya,
yaitu variabe1 moderator yang akan digunakan untuk menentukan apakah akan ada
perubahan pada hubungan antara variabe1 bebas dan variabe1 tergantung jika variabe1
moderator dimasukkan keda1am pene1itiannya. Pene1iti juga bo1eh mengontro1
variabe1 bebas 1ainnya jika yang bersangkutan ingin menetra1isasi, ataupun
menghi1angkan pengaruh variabe1 kontro1.

7.2.8 Contoh Kasus

Mengukur metode da1am mengajar terhadap prestasi mahasiswa. Asumsi pene1iti


ia1ah ada variabe1-variabe1 1ain yang mempengaruhi, yaitu kepribadian mahasiswa, jenis
ke1amin dan sarana forma1itas di ke1as.
Variabe1 bebas: Metode
Variabe1 tergantung: prestasi be1ajar
Variabe1 moderator: kepribadian mahasiswa
Variabe1 kontro1: jenis ke1amin
Variabe1 perantara: sarana forma1itas di ke1as

Keterangan dari kasus di atas ada1ah sebagai berikut: Pene1iti ingin mengetahui ada
dan tidaknya pengaruh metode mengajar dengan prestasi mahasiswa. Metode mengajar
merupakan variabe1 bebas dan prestasi mahasiswa merupakan variabe1 tergantung.
Pene1iti juga mempertimbangkan adanya faktor 1ain yang mempengaruhi hubungan dua
variabe1 tersebut, yaitu kepribadian mahasiswa. Variabe1
60 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

kepribadian mahasiswa sengaja dipi1ih untuk menentukan apakah kehadirannya


mempengaruhi hubungan antara variabe1 bebas dan variabe1 tergantung. Pene1iti
bermaksud menetra1isasi kemungkinan berpengaruhnya faktor jenis ke1amin, o1eh karena
itu jenis ke1amin akan dikontro1 sebagai variabe1 kontro1. Tujuannya ia1ah
menghi1angkan kemungkinan muncu1nya kerancuan akibat faktor tersebut. Secara teori
sarana forma1itas di ke1as akan mempengaruhi hubungan antara metode mengajar dan
prestasi mahasiswa. Maka sarana forma1itas di ke1as dijadikan sebagai variabe1
perantara.

7.2.9 Paradigma Hubungan Antar


Variabel

Penekanan pene1itian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ia1ah adanya


po1a hubungan antar variabe1 yang sedang dite1iti. Pengertian ini di1andasi fi1safat
positivisme yang mengatakan bahwa geja1a dapat dik1asifikasikan dan geja1a mempunyai
hubungan kausa1 atau sebab akibat. O1eh karena itu da1am me1akukan pene1itian pene1iti
harus dapat memahami dan menemukan hubungan antar variabe1. Karena geja1a
yang sedang dikaji dapat diketahui dengan me1ihat hubungan antar variabe1.
Paradigma hubungan antar variabe1 menurut Sugiyono (2002) akan di bahas 1ebih
1anjut di bagian ini, penu1is menggunakan contoh-contoh yang sudah disesuaikan,
yaitu:

a. Paradigma Sederhana Hubungan Dua Variabel

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini hanya mengkaji hubungan antara


satu variabe1 bebas dengan satu variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas (secara teknis disebut X): ik1an variabe1 tergantung


(secara teknis disebut Y): vo1ume penjua1an

Hubungan dua variabe1 ini dapat digambarkan sebagai berikut:


60 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Paradigma di atas akan menghasi1kan pene1itian sbb:


a. 1 Rumusan Masa1ah: Bagaimana (atau berapa besar) hubungan (atau pengaruh ik1an
terhadap vo1ume penjua1an?)
a. 2 Teori yang diper1ukan o1eh pene1iti ia1ah teori mengenai ik1an dan penjua1an
a. 3 Hipotesis pene1itian akan menjadi sebagai berikut: Ada hubungan antara ik1an dengan
vo1ume penjua1an
a. 4 Teknik Ana1isis Data: untuk me1ihat hubungan antar X dan Y
dapat digunakan kore1asi Product Moment (Pearson); sedang
untuk uji hipotesisnya dapat digunakan uji signifikansi
kore1asi product moment.

b. Paradigma Hubungan Lebih dari Dua Variabel yang Berurutan

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji 1ebih dari satu variabe1
bebas dengan satu variabe1 tergantung. Hubungan antar variabe1 masih sederhana yaitu
secara berurutan, artinya kondisi variabe1 bebas 2 ada1ah akibat adanya variabe1 bebas 1.
Dengan kata 1ain variabe1 bebas 1 mempengaruhi variabe1 bebas 2; variabe1 bebas 1 dan 2
mempengaruhi variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas 1 (X1): Kua1itas jaringan kabe1 Variabe1


bebas 2 (X2): Kua1itas 1ayanan Variabe1 tergantung Y:
Kepuasan Pe1anggan

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:

Po1a hubungan tersebut dapat diterangkan sbb: kua1itas jaringan kabe1


mempengaruhi kua1itas 1ayanan. Kua1itas jaringan kabe1 dan kua1itas 1ayanan
mempengaruhi kepuasan pe1anggan.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 62

c. Paradigma Ganda Hubungan Dua Variabel Bebas dengan Satu


Variabel Tergantung

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji hubungan dua


variabe1 bebas dengan satu variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas 1 (X1): I.Q Variabe1 bebas 2


(X2): Motivasi
Variabe1 tergantung (Y): Hasi1 ujian

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:

Po1a hubungan antar variabe1 tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: o IQ


mempengaruhi hasi1 ujian
o Motivasi mempengaruhi hasi1 ujian
o IQ dan motivasi mempengaruhi hasi1 ujian

d. Paradigma Ganda Hubungan Tiga Variabel Bebas dengan Satu


Variabel Tergantung

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji hubungan tiga


variabe1 bebas dengan satu variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas 1 (X1): Gaji


Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 63
Variabe1 bebas 2 (X2): Jenjang karier
Variabe1 bebas 3 (X3): Sistem rekrutmen pegawai Variabe1 tergantung
(Y): Prestasi kerja
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 64

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:

Po1a hubungan antar variabe1 tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: o Gaji
mempengaruhi prestasi kerja
o Jenjang karier mempengaruhi prestasi kerja
o Sistem rekruitmen pegawai mempengaruhi prestasi kerja
o Gaji, jenjang karier dan sistem rekrutmen pegawai mempengaruhi prestasi kerja

e. Paradigma Ganda Hubungan Satu Variabel Bebas dengan Dua


Variabel Tergantung

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji hubungan satu


variabe1 bebas dengan dua variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas (X): Tingkat pendidikan


Variabe1 tergantung 1 (Y1): Pekerjaan yang diraih Variabe1 tergantung
2(Y2): Wawasan

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:


Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 65

Po1a hubungan antar variabe1 tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: o Tingkat
pendidikan mempengaruhi pekerjaan yang diraih
o Tingkat pendidikan mempengaruhi wawasan

f. Paradigma Ganda Hubungan Dua Variabel Bebas dengan Dua


Variabel Tergantung

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji hubungan dua


variabe1 bebas dengan dua variabe1 tergantung.

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas (X1): Kecepatan 1ayanan Variabe1 bebas (X2):


Harga produk
Variabe1 tergantung 1 (Y1): Jum1ah pe1anggan Variabe1 tergantung
2(Y2): Keputusan membe1i

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:

Po1a hubungan antar variabe1 tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: o Kecepatan
1ayanan mempengaruhi jum1ah pe1anggan
o Kecepatan 1ayanan mempengaruhi keputusan membe1i o Harga
produk mempengaruhi jum1ah pe1anggan
o Harga produk mempengaruhi keputusan membe1i

g. Paradigma Jalur

Pene1itian yang menggunakan paradigma ini akan mengkaji hubungan tiga


variabe1 bebas, satu dari variabe1 bebas berfungsi sebagai "variabe1 antara" dengan satu
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 66
variabe1 tergantung. Kemungkinan pengaruh X1 dan X2 terhadap Y dapat secara
1angsung, tetapi juga kemungkinan yang 1ain X1 dan X2 mempengaruhi Y sete1ah
me1a1ui X3.
Mengidentifikasi dan Menamai Variabel 67

Contoh ap1ikasinya:

Variabe1 bebas (X1): I.Q Variabe1 bebas


(X2): Po1a be1ajar Variabe1 bebas (X3):
Motivasi
Variabe1 tergantung (Y): Prestasi be1ajar

Po1a hubungan variabe1 tersebut dapat digambarkan sbb:

Po1a hubungan antar variabe1 tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

o IQ mempengaruhi prestasi be1ajar


o Po1a be1ajar mempengaruhi prestasi be1ajar o
Motivasi mempengaruhi prestasi be1ajar
o IQ dan po1a be1ajar dengan perantara motivasi mempengaruhi prestasi be1ajar

-oo00oo-
Adapun cara menyusun definisi operasional itu dapat bermacam-macam,
yaitu:

a. Yang menekankan kegiatannya (operation), apa yang perlu dilakukan.

b. Yang menekankan bagaimana kegiatan (operation) itu dilakukan

c. Yang menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan

Setelah definisi operasional variabel-variabel penelitian selesai dirumuskan,


maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalisasikan.
Jadi, peneliti telah menyusun prediksi tentang kaitan berbagai variabel
penelitiannya itu secara operasional dan siap diuji melalui data empiris.

MENYUSUN DEFINISI
OPERASIONAL VARIABEL

8.1 PBNTINGNYA OPBKASIONALISASI


VAKIABBL

V ariabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari


hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa
operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan
pengukuran hubungan antar
variabel yang masih bersifat konseptual.

Operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1) mengidentifikasi kriteria yang


dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2) menunjukkan bahwa suatu konsep
atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional; 3) mengetahui
bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus
digunakan.
8.2 DBFINISI OPBKASIONAL DIDASAKKAN PADA
KKITBKIA YANG DAPAT DIOBSBKVASI

Yang dimaksud dengan definisi operasiona1 ia1ah suatu definisi yang didasarkan
pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
"mengubah konsep-konsep yang berupa
68 Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan peri1aku atau geja1a yang dapat diamati
dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya o1eh orang 1ain" (Young, dikutip
o1eh Koentjaraningrat, 1991;23). Penekanan pengertian definisi operasiona1 ia1ah
pada kata "dapat diobservasi". Apabi1a seorang pene1iti me1akukan suatu observasi
terhadap suatu geja1a atau obyek, maka pene1iti 1ain juga dapat me1akukan ha1
yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang te1ah didefinisikan o1eh pene1iti pertama.

Lain ha1nya dengan definisi konseptua1, definisi konseptua1 1ebih bersifat


hipotetika1 dan "tidak dapat diobservasi". Karena definisi konseptua1 merupakan
suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang 1ain. Definisi konseptua1
bermanfaat untuk membuat 1ogika proses perumusan hipotesis.

8.3 CAKA-CAKA MBNYUSUN DBFINISI


OPBKASIONAL

Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasiona1, yaitu disebut Tipe A,
Tipe B dan Tipe C.

8.3.1 Definisi Operasional Tipe


A

Definisi operasiona1 Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
di1akukan, sehingga menyebabkan geja1a atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata
atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu pene1iti dapat membuat geja1a
menjadi nyata.

Contoh: "Konf1ik" didefinisikan sebagai keadaan yang dihasi1kan dengan


menempatkan dua orang atau 1ebih pada situasi dimana masing- masing orang
mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.

8.3.2 Definisi Operasional Tipe B

Definisi operasiona1 Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana


obyek ter tentu yang didefinisikan dapat
Menyusun Definisi Operasional Variabel 69

dioperasiona1isasikan, yaitu berupa apa yang di1akukannya atau apa yang menyusun
karakteristik-karakteristik dinamisnya.

Contoh: "Orang pandai" dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan ni1ai-
ni1ai tinggi di seko1ahnya.

8.3.3 Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasiona1 Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan


seperti apa obyek atau geja1a yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang
menyusun karakteristik-karaktersitik statisnya.

Contoh: "Orang pandai" dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai


ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik,
sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.

8.4. KKITBKIA KBUNIKAN

Da1am menyusun definisi operasiona1, definisi tersebut sebaiknya dapat


mengidentifikasi seperangkat kriteria unik yang dapat diamati. Semakin unik suatu
definisi operasiona1, maka semakin bermanfaat. Karena definisi tersebut akan banyak
memberikan informasi kepada pene1iti, dan semakin menghi1angkan obyek-obyek atau
pernyataan 1ain yang muncu1 da1am mendefinisikan sesuatu ha1 yang tidak kita
inginkan tercakup da1am definisi tersebut secara tidak sengaja dan dapat
meningkatkan adanya kemungkinan makna variabe1 dapat direp1ikasi. Seka1ipun
demikian, keunikan / kekhususan tersebut tidak menjadi pengha1ang
keber1akuannya secara umum suatu konsep yang merupakan ciri va1iditas
eksterna1 bagi desain pene1itian yang kita buat.

-oo00oo-

SKALA PENGUKURAN
Ada empat tipe skala pengukuran dalam penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval
dan ratio.

11.1 NO INAL

Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi obyek,


individual atau kelompok; sebagai contoh mengklasifikasi jenis kelamin, agama,
pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-
angka sebagai simbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal,
maka statistik non- parametrik digunakan untuk menganalisis datanya. Hasil
analisis dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai contoh kita
mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki- laki kita beri
simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi aritmatika
dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan
keberadaan atau tidak adanya karakteristik tertentu.

Contoh:
Jawaban pertanyaan berupa dua pilihan "ya" dan "tidak" yang bersifat kategorikal dapat
diberi simbol angka-angka sebagai berikut: jawaban "ya" diberi angka 1 dan tidak
diberi angka 2.
Skala Pengukuran 94

Misalnya dalam pertanyaan:


Apakah saudara setuju tentang aborsi? Jawaban: a. ya dan b. tidak.
Jika digunakan skala nominal, maka "ya" diberi nilai 1 dan "tidak" diberi nilai 0

11.2 OKDINAL

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif


karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat
pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat
relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik
yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Contoh:
Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral,
setuju dan sangat setuju dapat diberi simbol angka 1, 2,3,4 dan 5. Angka-angka ini
hanya merupakan simbol peringkat, tidak mengekspresikan jumlah.

Misalnya dalam pertanyaan:


Apakah saudara setuju tentang aborsi? Jawaban: a. sangat tidak setuju, b. tidak setuju, c.
ragu-ragu, d. setuju, e. setuju sekali. Jika digunakan skala ordinal, maka "sangat tidak
setuju" diberi nilai 1, "tidak setuju" diberi nilai 2, "ragu-ragu" diberi nilai 3, "setuju"
diberi nilai 4 dan "setuju sekali" diberi nilai 5

11.3 INTEKVAL

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal
dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang
tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik
antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval
benar-benar
Skala Pengukuran 95

merupakan angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan


operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik.

Contoh:
Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali
Anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5
kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan
interval 2. Misalnya dalam pertanyaan:
Berapa kali Saudara berbelanja di Supermarket ini dalam satu
bulan? Jawaban berupa angka sebenarnya: a. 1 kali, b. 2 kali, c. 3 kali, d. 4 kali dan
e. 5 kali

11.4 KATIO

Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh


skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0
(nol) empiris absolut. Nilai absolut nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya
suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk
perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.

Contoh:
Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat
Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Misalnya dalam pertanyaan;


Berapa berat badan anda sebelum dan sesudah makan obat diet tersebut?
Jawabannya berupa angka sebenarnya: Berat sebelum minum obat 70 kg dan berat
sesudah minum obat 60 kg.
Skala Pengukuran 96

11.5 SKALA PENGUKUKAN SIKAP

Ada empat skala pengukuran sikap menurut Daniel J Mueller (1992), yaitu: 1)
skala sikap Likert, 2) skala Thrustone, 3) skala Guttman, dan 4) perbedaan semantis.

a. Skala Pengukuran Sikap Likert


Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Yang
dimaksud dengan sikap menurut Thurstone ialah "1) pengaruh atau penolakan, 2)
penilaian, 3) suka atau tidak suka,
4) kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek psikologis". Biasanya sikap
dalam skala Likert diekspresikan mulai dari yang paling negatif, netral sampai ke yang
paling positif dalam bentuk sbb: sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak tahu (netral),
setuju, dan sangat setuju. Untuk melakukan kuantifikasi maka skala tersebut
kemudian diberi angka-angka sebagai simbol agar dapat dilakukan perhitungan.
Umumnya pemberian kode angkanya sbb: "sangat tidak setuju" diberi angka 1, "tidak
setuju" diberi angka 2, "tidak tahu (netral)" diberi angka 3, "setuju" diberi angka 4, dan
"sangat setuju" diberi angka 5. Tentunya nilai dari angka-angka tersebut relatif karena
angka-angka tersebut hanya merupakan simbol dan bukan angka sebenarnya.
Contoh 1: Dalam contoh ini dituliskan pernyataan yang bersifat positif, netral dan
negatif
o Pernyataan positif: Saya lebih suka mempunyai mobil merek Honda
o Pernyataan netral: Mobil merek Honda banyak beredar di pasaran
o Pernyataan negatif: Mobil merk Honda pada umumnya biaya perawatannya
mahal.

Contoh 2: Dalam contoh ini pernyataan sikap positif, netral dan negatif diterapkan
dalam kasus tertentu, yaitu dalam penelitian mengenai sikap terhadap Narkoba.
Skala Pengukuran 97

Perintah: Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan menggunakan kategori jawaban
berikut ini:
o A = sangat setuju o
B = setuju
o C = tidak pasti/tidak tahu o D
= tidak setuju
o E = sangat tidak setuju
1. Tidak akan ada orang yang berpikir sehat menggunakan narkoba (N)
2. Pengunaan Narkoba menjurus ke penggunaan heroin (N) -
3. Penggunaan Narkoba menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi cacat
(N) -
4. Narkoba bukanlah obat "keras". (P) -
5. Narkoba mempunyai potensi terapi psikologis (P) -
6. Narkoba menyebabkan penurunan derajat kemanusiaan si pengguna
Catatan: N merupakan pernyataan sikap negatif, dan P merupakan pernyataan sikap
positif.
Proses skoringnya menggunakan angka-angka sbb: untuk sangat setuju bernilai 5,
setuju bernilai 4, tidak pasti bernilai 3, tidak setuju bernilai 2 dan sangat tidak setuju
bernilai 1.

b. Skala Thrustone
Skala Thurstone merupakan skala sikap yang pertama yang dikembangkan
dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunyai tiga teknik penskalaan sikap, yaitu:
1) metode perbandingan pasangan,
2) metode interval pemunculan sama, dan 3) metode interval berurutan.
Ketiga metode ini menggunakan bahan pertimbangan jalur dugaan yang
menganggap kepositifan relatif pernyataan sikap terhadap suatu obyek.
Contoh:
Perintah: Lingkarilah angka yang menunjukkan tingkat kepositifan untuk setiap
pernyataan di bawah ini:
Skala Pengukuran 98

Sangat Sangat
Tidak Positif Netral Positif Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1) Bayi tabung di anjurkan bagi


suami istri yang tidak
mempunyai anak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 2) Anak-anak memberikan rasa
bahagia bagi orang-orang
tertentu dan kesedihan bagi
orang lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3) Keluarga yang tidak harmonis
m e l e m a h k a n
sendi moral masyarakat

c. Skala Guttman
Skala Guttman disusun berdasarkan derajat kepositifan dengan penekanan pada
aspek unidimensional. Aspek ini menempatkan responden pada titik tertentu
dalam suatu kontinum sikap yang harus setuju dengan semua item pernyataan
dibawahnya dan harus tidak setuju dengan semua item di atas posisi skalanya.
Contoh: Dibawah ini contoh skala Guttman yang diterapkan dalam masalah
contek-mencontek dikalangan mahasiswa. Pernyataan disusun terdiri atas lima
item sbb:
1) Mencontek dapat diterima dalam setiap keadaan
2) Mencontek adalah suatu kebiasaan yang dapat diterima dikalangan
mahasiswa
3) Mencontek diijinkan dalam keadaan mendesak
4) Mencontek dapat diterima jika mahasiswa tidak belajar
5) Mencontek dapat diterima jika mahasiswa terdesak drop out
(D0)
Jika responden setuju dengan pendapat nomor 1 maka yang bersangkutan
harus setuju dengan semua pilihan dibawah nomor
Skala Pengukuran 99

1. Jika responden tidak setuju terhadap pernyataan nomor 1, tetapi setuju dengan
nomor 2, maka dia harus setuju dengan nomor 3,4 dan 5.

d. Perbedaan Semantis
Perbedaan semantis dikemukan oleh 0sgood untuk mengukur atribut yang
diberikan oleh responden terhadap beberapa arti untuk mendiskripsikan obyek
tertentu. Dalam mengukur ini, biasanya digunakan kata sifat yang mempunyai
arti berlawanan.

Contoh:
Contoh ini digunakan untuk mengukur tiga dimensi arti, yaitu: 1) mengukur
dimensi evaluasi dengan menggunakan sebanyak empat pasangan kata sifat, 2)
mengukur dimensi potensi dengan menggunakan sebanyak tiga pasangan kata sifat
dan 3) mengukur dimensi aktivitas dengan menggunakan sebanyak tiga pasangan
kata sifat.
Bagaimana Pendapat Sdr mengenai Supermarket X?

Layanan Cepat ---!---!---!---!---!---!---!---!---!--- Layanan Lambat


Tempat Belanja ---!---!---!---!---!---!--- BersihTempat Belanja Kotor Produk Baru
---!---!---!---!---!---!---!---!---!---!--- Produk Lama
Harga Murah ---!---!---!---!---!---!---!---!---!---!---!--- Harga Mahal
Parkir Luas ---!---!---!---!---!---!---!---!---!--- Parkir Sempit
Pegawai Ramah ---!---!---!---!---!---!---!---!--- Pegawai Tidak Ramah
Banyak Pilihan ---!---!---!---!---!---!---!---!--- Sedikit Pilihan
Ruangan Luas ---!---!---!---!---!---!---!---!--- Ruangan Sempit
Suasana Nyaman ---!---!---!---!---!---!---!--- Suasana Tidak Nyaman
Aman ---!---!---!---!---!---!---!---!---!---!--- Tidak Aman

11.6 VALIDITAS

Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat non-
parametrik digunakan untuk mengukur
Skala Pengukuran 10
0

variabel nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik. Ada
3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:

a. Validitas Isi (Content Validity)


Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan
domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu
saja dihitung semua dimensinya, karena domain tersebut kadang mempunyai atribut
yang banyak atau bersifat multidimensional.

b. Validitas Kosntruk (Construct


Validity)
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan
berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas
konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.

c. Validitas Kriteria (Criterion Validity)


Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang
digunakan mampu memprediksi suatu variabel yang dirancang sebagai kriteria.

11.7 KELIABILITAS

Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala
pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan
hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai