Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

PT. Pupuk Kaltim adalah anak perusahaan dari PT.Pupuk Indonesia (Persero) yang
menjalankan operasi bisnisnya dengan tujuan memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin
meningkat seiring dengan berkembangnya pertanian yang ada di indonesia. PT. Pupuk Kaltim
berlokasi di Bontang Kalimantan Timur yang berada di pesisir pantai. Karena lokasi yang
terletak di pesisir pantai yang lokasinya jauh dari sungai mahakam (120 Km dari kota
Bontang) sebagai sumber air tawar serta ketersediaan air tanah yang terbatas menjadikan
PT.Pupuk Kaltim harus memanfaatkan air laut guna memenuhi kebutuhan pabrik terhadap air
tawar dikarenakan sumber air yang jauh.

Dalam mengolah air laut, PT. Pupuk Kaltim mengolahnya pada unit Desalinasi yang
berfungsi untuk mendapatkan air tawar dari air laut dengan cara penguapan pada tekanan di
bawah atmosfir. Metode yang digunakan pada Desalinasi pada unit urea Operasi Pabrik 1A
adalah Multi Stage Flash Evaporator. Air laut yang mengandung garam-garam dipanaskan
dengan steam tekanan rendah sehingga menguap dibawah tekanan uap air laut atau disebut
Fash Evaporation. Uap air laut kemudian dikondensasikan sehingga menjadi air tawar yang
selanjutnya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tawar pada proses.

Sebagai pemasok utama dalam memenuhi kebutuhan air pada pabrik, Unit desalinasi
perlu dijaga performanya. Performa unit desalinasi dievaluasi guna menjaga performanya
dengan cara menghitung nilai gain output ratio (GOR), yield, heat transfer ratio dan overall
heat transfer coefficient yang kemudian hasil perhitungannya akan menjadi parameter dalam
menganalisa performa maksimum yang dapat dicapai dan kondisi yang harus dijaga untuk
mencapai performa tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, kinerja pada unit Desalinasi dapat menurun
ditandai dengan menurunnya produk air tawar yang dihasilkan. Produk air tawar yang
dihasilkan sesuai dengan desain sebanyak 70 m3/jam. Namun, pada tanggal 24 Juli 14
Agustus, produk air tawar yang dihasilkan turun 41 m3/jam. Kinerja unit Desalinasi yang
menurun ini dapat menyebabkan penyediaan air untuk pembangkit steam dan penyediaan air
sebagai pendingin pada proses (sea and sweet cooling water) menjadi berkurang. Akibatnya
produksi pupuk urea yang dihasilkan juga menurun. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi
performasi agar unit Desalinasi dapat terus beroperasi pada keadaan optimal.

I.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Yang menjadi pokok pembahasan pada tugas khusus ini ialah evaluasi performa
Desalinasi unit Urea Pabrik 1A pada operasi yang berlangsung dari 24 Juli 14 Agustus 2017
dengan metode sampling acak. Dilakukan pengamatan pada performa Desalinasi unit Urea
Pabrik 1A meliputi perhitungan gain output ratio (GOR), nilai yield, koefisien heat transfer
di Sea Water Heater dan di Multi Stage Flash Evaporator.

I.4 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya tugas khusus ini yaitu :


1. Tujuan umum, yaitu untuk memperoleh pengalaman keterampilan, sikap dan
pengetahuan dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keterampilan guna
menganalisa suatu permasalahan yang terjadi
2. Tujuan khusus, yaitu dapat mengetahui performa Desalinasi unit urea Pabrik 1A pada
tanggal 24 Juli 14 Agustus 2017

I.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan tugas khusus ini yaitu :


1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman dan wawasan dalam dunia kerja sesuai
dengan disiplin ilmu teknik kimia yang diterapkan di tempat praktek kerja
lapangan.
b. Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan professional di tempat praktek kerja
lapangan secara nyata.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi, menganalisa serta memberikan alternattif
pemecahan masalah di tempat praktek kerja lapangan.
2. Manfaat bagi Perusahaan PT Pupuk Kalimantan Timur
a. Mendapatkan masukan-masukan dari peserta pekerja praktek kerja lapangan dalam
pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut sesuai dengan bidang
keilmuan teknik kimia yang dimiliki mahasiswa.
b. Perusahaan dapat melakukan sharing knowledge dengan mahasiswa praktek kerja
lapangan mengenai perkembangan teori yang berkaitan dengan bidang teknik kimia
3. Manfaat bagi Program Studi
a. Sebagai bahan evaluasi dalam perencanaan praktek kerja lapangan yang lebih baik
untuk program kerja praktek yang selanjutnya.
b. Mewujudkan program perguruan tinggi dalam rangka pengabdian kepada
masyarakat.
c. Menjebatani antara instansi dengan pihak Program Studi Teknik Kimia Mineral
dalam hal kerjasama dalam bidang Teknik Kimia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Desalinasi

Proses desalinasi adalah proses yang berfungsi untuk mengubah air laut yang kaya
akan kandungan garam menjadi air tawar dengan cara penguapan pada tekanan dibawah
atmosfir (vakum). Dalam melakukan proses, ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan
dalam melakukan pemilihan proses yaitu :
1. Kualitas dan kuantitas air produk yang diinginkan
2. Sifat air umpan
3. Tingkat keekonomisan proses

Desalinasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni destilasi, ion exchange,
pemisahan dengan membran, freezing dan pemanfaatan energi solar. Untuk Desalinasi unit
urea Pabrik 1A, metode yang digunakan adalah metode destilasi.

Metode destilasi untuk Desalinasi menggunakan prinsip flash evaporation. Jika


larutan garam dipanaskan sampai titik didihnya, maka akan terbentuk uap yang bebas dari
kandungan garam dan larutan sisa penguapan yang lebih pekat. Uap yang terbentuk tadi
kemudian didinginkan sehingga diperoleh air yang bebas garam dan siap pakai. Air yang
sudah bebas kandungan garam tadi disebut destilat. Destilat tadi dapat diperoleh dengan cara
penguapan air laut dalam kondisi dibawah tekanan atmosfer (vakum) dengan bantuan alat
penukar panas ejector condenser.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam proses destilasi air laut ini adalah tidak ikut
menguapnya zat-zat terlarut non volatile yang memiliki kandungan cukup besar didalam air
laut. Hal ini perlu diperhatikan karena jika tidak maka akan terjadi pergerakan didalam unit
flash evaporation dan sea water heater.

Tabel 2.1 Kriteria pemilihan proses


Zat yang terkandung dalam air laut Jumlah (ppm)
HCO3 142,5
Total Dissolved Solids 35174
Ca2+ 408
Mg2+ 1297
Na+ 10768
Cl- 19360
SO42- 2720

Prinsip flash destilasi adalah teori penguapan air atau liquid. Air akan teruapkan ketika
dipanaskan sampai titik didihnya apabila tekanannya lebih dari 1 atm. Tetapi, ketika air di
uapkan di bawah tekanan jenuhnya atau dibawah atmosfer (vakum) air juga dapat menguap
pada tempratur tertentu yang disebut tekanan uap jenuh. Bila air mengalir ke dalam suatu
ruang dimana tekanan pada ruang tersebut dipertahankan dibawah tekanan uap jenuh air maka
penguapan akan segera terjadi. Proses ini disebut flash evaporation.

Apabila ruang tadi dihubungkan dengan ruangan yang tekanannya dijaga lebih rendah
dibanding ruang pertama maka air akan teruapkan lagi diruang kedua. Hal ini terjadi
meskipun tempratur air yang masuk di ruang kedua lebih rendah dari ruang pertama, namun
tekanan ruang kedua dipertahankan dibawah tekanan uap jenuh air yang masuk sehingga
memungkinkan terjadi penguapan lagi. Proses ini disebut Multi stage flash evaporation.
Banyaknya tingkat disesuaikan dengan kebutuhan.

II.2 Prinsip Flash Evaporation

Gambar 2.1 Prinsip Flash Evaporation

Desalinasi pada unit urea Pabrik 1A terdiri dari dua bagian utama yaitu Flashing Stage dan
Brine Heater. Flashing stage merupakan sebuah ruang (chamber) dimana disini tempat
terjadinya proses evaporasi dan kondensasi. Evaporasi adalah proses penguapan larutan
umpan untuk menghasilkan konsentrasi larutan yang lebih pekat. Pada proses evaporasi dan
kondensasi ini bergantung pada tempratur air laut yang berasal dari Brine Heater. Untuk
mendapatkan kualitas air yang diinginkan maka tempratur pada Brine Heater perlu dijaga
agar tetap stabil.

Metode yang digunakan untuk Desalinasi unit urea Pabrik 1A menggunakan prinsip
penguapan bertingkat atau disebut Multi Stage Flash Evaporation. Banyaknya tingkat
disesuaikan dengan kebutuhan dan perhitungan efisiensi yang lebih detail.

Gambar 2.2 Multi Stage Flash Evaporation

II.3 Peralatan Utama Desalinasi Unit Urea Pabrik 1A

Peralatan utama yang digunakan di Desalinasi unit urea Pabrik 1A adalah sebagai berikut :
1. Flash Evaporator (P14-S-001)
Adalah ruang atau tempat terjadinya penguapan air laut dan terkondensasi menjadi
air tawar. Ruang ini terdiri dari berbagai tingkatan tekanan (dibawah tekanan
atmosfer).
2. Sea Water Heater (P14-E-001)
Adalah alat penukar panas berupa shell and tube tempat untuk memanaskan air laut
dimana sebagai pemanas digunakan steam.
3. Vacum System
Proses Desalinasi menggunakan tekanan vakum atau dibawah 1 atmosfer. Untuk
membuat sistem vakum tersebut digunakan alat :
a. Steam Jet Ejektor (P14-J-001/002)
Adalah alat yang digunakan untuk mengambil udara dan gas gas yang ada di
flash evaporator, sehingga flash evaporator menjadi vakum. Media yang
digunakan sebagai penarik adalah steam.
b. Ejektor Condensor (P14-E-002)
Adalah alat penukar panas untuk mengkondensasikan steam, udara, dan gas
gas yang dapat diambil oleh steam jet ejector.
4. Sistem Injeksi Bahan Kimia
Bahan kimia yang diinjeksikan ke air laut masuk untuk mencegah terjadinya
scale atau kerak dan mencegah terjadinya busa. Yang digunakan pada sistem injeksi
bahan kimia adalah sebagai berikut :
a. Injeksi Pump (P14-005 A/B)
Adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan atau memompa bahan kimia
dalam tangki atau drum penampung ke air laut masuk.
b. Tangki Bahan Kimia (P14-001)
Adalah alat yang digunakan untuk menampung larutan bahan kimia yang akan
diinjeksikan ke air laut.
5. Pump-Pump
a. Sea Water Booster Pump (P14-P-001 A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air laut masuk ke flash
evaporator. Namun tidak semua unit desalinasi memerlukan booster pump
karena hal itu tergantung dari tekanan air laut yang ada.
b. Desalinated Water Pump (P14-P-002 A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air tawar hasil desalinasi
(destilat) ke tangki penampungan.
c. Blow Down Pump (P-003-P- A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk membuang air laut sisa, yang tidak
teruapkan menjadi destilat ke outfall.
d. Condensate Pump (P-004-P- A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan kondensat dari (hasil
kondensasisteam di sea water heater) ke tangki penampungan.

II.3 Uraian Proses Singkat


J-001,002

4K
V-001
E-002
P-005A/B
Desuper

Heater

P-001A/B

st

st
E-001 1
20
-200
S-001
-600
P-002A/B

P-004A/B

Gambar 2.3 Process Flow Diagram Desalinasi

Proses Desalinasi terjadi di multi stage flash evaporator (14-S-001 A/B) yang
memiliki 20 buah stage menggunakan tekanan vakum. Stage 1 memiliki tekanan sistem
tertinggi, stage 2 lebih rendah dan berkurang terus hingga stage terakhir (stage 20). Alat ini
dilengkapi dengan ejector untuk mempertahankan keadaan vakum yang digerakkan dengan
steam MP. Ejector yang digunakan berjumlah 2 buah, yakni first stage ejector dan second
stage ejector. First stage ejector berfungsi untuk menarik gas gas dan uap yang tidak
terkondensasikan dari flash chamber. Gas gas dan uap tersebut kemudian dikondensasikan
di first stage ejector dan sisa uap dihisap oleh second stage ejector. Destilat kemudian
dibuang ke saluran outfall, sedangkan gas gas yang tidak terkondensasi dibuang ke udara
luar.

Air laut dipompakan dengan menggunakan booster pump (P14-P-001 A/B) untuk
masuk ke dalam tube tube evaporator pada stage ke-20 (stage dengan tekanan paling
rendah). Pada discharge pompa diinjeksikan zat kimia anti scale(Belgard EVN) 2,64 g/m3
brine untuk mencegah terjadinya scale di tube tube alat penukar panas dan juga diinjeksikan
anti foam(Belite M-8) 0,08 g/m3 brine untuk mencegah terjadinya foaming. Air laut kemudian
meninggalkan flash evaporatorstage 1 dan selanjutnya dipanaskan di brine heater dengan LP
steam superheated sebagai media pemanas sehingga temperaturnya menjadi maksimum
112C.
Air laut yang telah mengalami pemanasan masuk ke stage 1 pada tekanan 0,23
kg/cm2, sehingga akan terjadi penguapan pada temperatur yang sesuai dengan tekanan
jenuhnya dan mengalir ke stage 20 yang bertekanan 0,08 kg/cm2. Uap yang dihasilkan pada
tiap tiap flash chamber naik ke atas melalui tube tube yang berisi air laut sehingga
mengkondensasi karena temperatur air laut lebih rendah. Uap yang dikondensasikan ini
ditampung di tangki raw condensate. Condensate yang berasal dari hasil kondensasi LP steam
di brine heater dialirkan oleh pompa ke tangki kondensat sebagai condensate return. Air laut
sisa di stage terakhir, dipompa dengan blow down dikembalikan ke outfall.

Sistem pemvakuman dalam evaporator dilakukan dengan menggunakan ejector,


dengan steam bertekanan 20 K (MP steam). Sistem ini juga mengambil gas gas yang tidak
terkondensasi. Sebagai pendingin di ejector kondensor digunakan sea water. Dengan sistem
ini jumlah kondensat yang diperoleh dari hasil penguapan sekitar 15 20% dari air laut yang
masuk sebagai umpan. Destilat yang dihasilkan mempunyai batasan conductivity maksimum
20 S/cm, dimana bila conductivity melebihi maksimum destilat akan dibuang, sedangkan
bila dibawahnya akan dikirim ke tangki raw condensat.

II.4 Faktor-Faktor Penyebab Turunnya Kinerja Desalinasi

Faktor yang menyebabkan turunnya kinerja Desalinasi adalah faktor kondisi umur
operasi dari alat yang memungkinkan adanya scale di dinding tube sea water heater dan
evaporator yang menyebabkan koefisien perpindahan panas aktual jauh lebih besar dari data
desain. Kerak yang terjadi di tube akan sangat mengganggu operasi kinerja Desalinasi. Kerak
yang terjadi pada proses dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu alkaline scale dan non
alkaline scale, adapun mekanisme terbentuknya adalah sebagai berikut :

1. Alkaline Scale

Kalsium karbonat CaCO3 dan Magnesium hidroksida Mg(OH)2 disebut alkaline scale.
Ion bikarbonat didalam seawater akan bereaksi membentuk scale. Ion bikarbonat terpecah
kemudian dipanaskan didalam proses desalinasi dan terjadi reaksi kimia seperti ditunjukkan
berikut ini :

2HCO3- CO2 + H2O + CO32-

Terbentuknya ion karbonat akan bereaksi lagi menjadi:

Ca2+ + CO3- CaCO3 atau


H2O + CO32- CO2 + 2OH-
Reaksi karbonat dengan air mengakibatkan kenaikan pH seawater dan mempercepat
terjadinya Magnesium hidroksida Mg(OH)2.

Mg2+ + 2OH- Mg(OH)2

2. Non - Alkaline Scale

Kalsium sulpat CaSO4 adalah sebuah non alkaline scale, hal ini dapat terjadi
didalam proses desalinasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Ca + SO4 CaSO4

Bila terjadi kerak yang menempel, maka perpindahan panas antara dua media akan
terganggu sehingga konsumsi pemanas akan menjadi lebih besar. Agar pertukaran panas
tidak terganggu dan berjalan baik, maka scale harus dicegah. Pencegahan dapat dilakukan
dengan cara:

1. Injeksi Bahan Kimia Anti Scale

Dalam pengoperasiannya ke dalam air umpan diinjeksikan bahan kimia anti scale
dengan dosis tertentu. Bahan kimia ini berfungsi untuk mencegah terjadinya scale yang bisa
menempel dipermukaan dinding tube, desainnya menggunakan Belgard.

2. Acid Cleaning

Kotoran yang keras dilakukan pembersihan dengan mensirkulasikan larutan acid.


Larutan asam yang digunakan biasanya sulfamic acid 5% yang dialirkan ke tube

tube evaporator dan brine heater.

Selain adanya kemungkinan terbentuknya kerak (scale) terdapat pula pembentukan


busa (foaming) pada unit Desalinasi. Busa dapat menaikkan tegangan muka fase pada
interface uap cair. Busa yang terbentuk dalam flash chamber dapat membawa sebagian
kecil air laut dan terikut ke destilat, sehingga menaikkan kadar garam produk. Untuk
mengurangi terbentuknya busa, dilakukan injeksi bahan kimia (anti foam) ke dalam umpan
air laut. Selain itu, flash chamber dipasang demister (penghalang yang tersusun dari kawat
kawat kecil yang rapat) agar busa dan percikan air tidak terikut ke atas.

II.5 Perhitungan Pada Unit Desalinasi

1. GOR (Gain Output Ratio)


Gain Output Ratio (GOR) menunjukkan kinerja dari suatu unit desalinasi secara
keseluruhan dengan membandingkan jumlah destilat netto yang diperoleh terhadap
jumlah panas yang dipasok.

Gain Output Ratio (GOR) dihitung dengan rumus :

Dimana :

E : Rasio Kinerja unit Desalinasi keseluruhan

WD : Laju alir destilat (m3/jam)

WC : Laju alir kondensat keluaran Sea water heater (m3/jam)

D : Massa jenis destilat pada T destilat keluaran (kg/m3)

C : Massa jenis kondensat pada T kondensat keluaran Sea water heater


(kg/m3)

2. Yield

Yield menunjukkan perbandingan antara air laut masukan dengan air destilat.

Yield dihitung dengan rumus :

Dimana :

WD : Laju alir destilat (m3/jam)

Wf : Laju alir umpan (m3/jam)

3. Heat Transfer

Heat transfer menunjukkan perpindahan panas diantara material atau benda yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu.

A. Unit Sea Water Heater

a. Heat Transfer Rate (Hb)


Dimana :

HB : Heat transfer rate (kcal/h)

Wc : Laju alir kondensat keluaran sea water heater (m3/h)

c : Massa jenis kondensat pada T kondensat keluar sea water heater


(kg/m3)

Hs : Enthalpi steam sebelum melewati desuperheater (kcal/kg)

Hc : Enthalpi kondensat yang keluar dari sea water heater

(kcal/kg)

b. Logarithm Mean Temperature Difference

Dimana :

LMTDB : Beda temperatur logaritmik (0C)

Ts : Temperatur saturated steam masukan brine heater

Tmax : Temperatur sea water keluar brine heater (0C)

Tin : Temperatur sea water masuk brine heater (0C)

c. Overall Heat Transfer Coeffecient

Dimana :

UB : Overall heat tansfer coeffecient di brine heater (kcal/m2h0C)

HB : Heat transfer rate (kcal/h)

AB : Heat transfer area pada brine heater : 247 (m2)


LMTDB : Beda temperatur logaritmik (0C)

B. Unit Multi Stage Flash Evaporator

a. Average Heat Transfer Rate per Stage (HE)

Dimana :

HE : Heat transfer rata-rata per stage (kcal/h)

WF : Laju alir sea water masukan MSFE (m3/h)

Tin : Temperatur sea water masukan brine heater (kg/m3)

TF : Temperatur sea water masukan (kg/m3)

Cpm : Kapasitas kalor sea water pada temperatur

(Tin+TF)/2 (kcal/kg 0C)

b. Logarithm Mean Temperature Difference

T1 = Tmax Tin

T2 = (Tin TF)/20

Dimana :

LMTDE : Beda temperatur logaritmik (0C)

TF : Temperatur sea water masukan kondenser MSFE (kg/m3)

Tin : Temperatur sea water masuk brine heater (0C)

Tmax : Temperatur sea water keluaran brine heater (0C)

c. Mean Overall Heat Transfer Coeffecient


Dimana :

UE : Mean overall heat tansfer coeffecient di MSFE (kcal/m2h0C)

HE : Heat transfer rata-rata per stage (kcal/h)

AE : Heat transfer area per stage : 83.7 (m2)

LMTDE : Beda temperatur logaritmik (0C)


BAB III

METODELOGI

III.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik 1A PT. Pupuk Kalimantan Timur yang beralamat
di Jalan James Simandjutak No. 1, Bontang 75313, Kalimantan Timur, Indonesia. Penelitan
ini dilakukan dalam rentang waktu 24 Juli 06 Agustus 2017.

Tabel. 3.1 Waktu Kerja Praktik


No. Uraian Kegiatan I II III IV V
Pembekalan dan Pengarahan
1
Departemen Operasi Pabrik 1A
2 Orientasi Lapangan
Perencanaan pembuatan lapora
3
PKL
4 Konsultasi Pembimbing Lapangan
5 Penyusunan Laporan PKL
6 Presentase

III.2 Objek Peneitian

Pada kegiatan ini yang menjadi objek penelitian adalah performa Desalinasi unit urea
Pabrik 1A di PT Pupuk Kaltim. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa performa, dimana
evaluasinya menggunakan Gain Output Ratio (GOR), Yield dan Koefisien Heat Transfer pada
Sea Water Heater dan Multi Stage Flash Evaporator. Perbandingan tersebut akan menjadi
patokan untuk mengetahui performa Desalinasi unit urea Pabrik 1A.

III.3 Tahapan Kegiatan

Dalam kegiatan ini akan dibagi dalam beberapa tahapan yaitu :

1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan, sebagai berikut:
a) Orientasi Lapangan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara umum
objek yang akan menjadi sasaran penelitian dengan muatan permasalahan yang
dihadapi oleh objek. Dengan kegiatan tersebut akan memberikan gambaran
solusi atau masukan apa yang tepat sesuai permasalahan yang ada.

b) Studi Pustaka
Permasalahan umum yang telah diamati akan dikaji terlebih dahulu dengan
mencari referensi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Dengan
kegiatan ini akan membantu dalam tahap selanjutnya, yaitu identfikasi
permasalahan.

c) Identifikasi Permasalahan
Muatan dari kegiatan ini adalah mencari faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan permasalahan tersebut bisa terjadi. Faktor-faktor tersebut akan
dikelompokkan lalu mencocokkan metode apa yang pas untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.

d) Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi masalah akan ditentukan tujuan yang akan dicapai,
dengan maksud agar nantinya penelitian ini menjadi jelas sebagai acuan dalam
melakukan analisa dan pembahasan. Olehnya itu, pada laporan ini ada maksud
dan tujuan penelitian.

e) Batasan dan Asumsi


Penentuan batasan dan asumsi ini dilakukan agar penelitian lebih terarah dan
fokus sesuai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga menghindari meluasnya
pokok-pokok masalah dalam penelitian, dan memberikan asumsi atas
terbatasnya informasi dari penelitian yang akan dilakukan.

2. Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan melihat secara
langsung dan lebih mendetail permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data
merupakan salah satu tahapan penting dalam kegiatan penelitian dan dilakukan
setelah peneliti selesai menbuat desain penelitian sesuai dengan masalah yang
diteliti. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan dua jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Penjelasan kedua macam data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang didapatkan secara
langsung oleh peneliti dari sumber asli atau tidak melalui perantara. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan tanpa harus mendapatkan data melalui
sumber-sumber lainnya. Pada penelitian ini dua macam data primer, yaitu:
a. Observasi
Observasi dilaksanakan pada tempat objek penelitian. Data primer
yang didapatkan setelah melakukan observasi adalah data dari
pengamatan dan pengukuran besar operasi alat yang bersangkutan
secara langsung di lapangan

b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
diskusi atau komunikasi langsung dengan narasumber maupun orang
terlibat langsung dalam objek penelitian. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terbaru
serta memenuhi data yang diperlukan. Proses wawancara dilakukan
kepada Kabag dan Wakabag, Operator, Foreman dan Process
Engineer

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung dari
penelitian. Data sekunder digukanakan untuk mendukung data primer,
dimana data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Pada penelitian data
sekunder yang didapatkan ialah data desain dari buku Operation And
Maintanance Manual Utilities And Auxilities

3. Analisa dan Pembahasan


Analisa menggunakan Gain Output Ratio (GOR), Yield dan Koefisien Heat Transfer
pada Sea Water Heater dan Multi Stage Flash Evaporator. Hasil analisa tersebut akan
menjadi patokan dalam membahas hasil yang didapatkan

Diagram Alir Kegiatan


Berikut ini adalah diagram alir kegiatan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Mulai

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah dan Tujuan

Studi Pustaka Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data Peramalan asan sulfat dan coustic


soda 40% Menggunakan Perbandingan Tiga Metode
Agregat

Analisis Data

Kesimplan dan Saran

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Data Desain

Tabel 4.1 Data Desain (Operation & Maintenance Manual)

Flow Press. Salinity


No Service Temp. (C)
(kg/h) (kg/cm2) (ppm)
1. Seawater Supply 785,000 31.5 2.5 35,000
2. Seawater to Evaporator 635,000 31.5 4.5 @ 35,000
3. Seawater to Ejector Condenser 150,000 31.5 2.5 @ 35,000
4. Seawater Blowdown 565,190 41 1.5 @ 39,380
5. Desalinated Water 70,000 43.0 3.0 < 5.0
6. Steam Supply 14,000 180.0 4.0 < 1.0 @
7. Seawater Heater Steam 14,674 120.0 0.995 @ < 1.0 @
8. Steam Condensate 14,000 120.0 3.0 < 1.0 @
9. Ejector Steam 380 130 20 < 1.0 @
Anti Scale Chemical (20%)
10. 12.7 AMB @ 6.0 @ -
Anti Foam Chemical (0.5%)
11. Seawater Discharge 715,190 43.0 @ 1.5 38,460
12. Ejector Condensate 190 70.0 -0.71 @ < 20 @
Note: @ merupakan kemurnian steam yang disediakan untuk desain boiler plant

IV.1.1 Data Aktual


Tabel 4.2.2 Data Aktual 24 Juli 2017

Gambar 4.3.1 Data Aktual 31 Juli 2017

Gambar 4.3.2 Data Aktual 31 Juli 2017


Gambar 4.4.1 Data Aktual 07 Agustus 2017

Tabel 4.4.2 Data Aktual 07 Agustus 2017

IV.1.2 Data Perhitungan

Perhitungan data desain


Gambar 4.4 Gain Output Ratio Desain

Gambar 4.5 Yield Desain

Gambar 4.6 Heat Transfer Rate Brine Heater Desain


Gambar 4.7 Logartitmmean Temprature Difference Brine Heater Desain

Gambar 4.8 Overall Heat Transfer Coeffecient Brine Heater Desain

Gambar 4.9 Average Heat Transfer Rate Per Stage MSFE Desain
Perhitungan data aktual

Gambar 4.9 Gain Output Ratio Data Aktual

Gambar 4.10 Yield Data Aktual


Gambar 4.11 Logarithmmean Temprature Difference Data Aktual

Gambar 4.12 Overall Heat Transfer Coefficient Data Aktual

Anda mungkin juga menyukai