PENDAHULUAN
PT. Pupuk Kaltim adalah anak perusahaan dari PT.Pupuk Indonesia (Persero) yang
menjalankan operasi bisnisnya dengan tujuan memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin
meningkat seiring dengan berkembangnya pertanian yang ada di indonesia. PT. Pupuk Kaltim
berlokasi di Bontang Kalimantan Timur yang berada di pesisir pantai. Karena lokasi yang
terletak di pesisir pantai yang lokasinya jauh dari sungai mahakam (120 Km dari kota
Bontang) sebagai sumber air tawar serta ketersediaan air tanah yang terbatas menjadikan
PT.Pupuk Kaltim harus memanfaatkan air laut guna memenuhi kebutuhan pabrik terhadap air
tawar dikarenakan sumber air yang jauh.
Dalam mengolah air laut, PT. Pupuk Kaltim mengolahnya pada unit Desalinasi yang
berfungsi untuk mendapatkan air tawar dari air laut dengan cara penguapan pada tekanan di
bawah atmosfir. Metode yang digunakan pada Desalinasi pada unit urea Operasi Pabrik 1A
adalah Multi Stage Flash Evaporator. Air laut yang mengandung garam-garam dipanaskan
dengan steam tekanan rendah sehingga menguap dibawah tekanan uap air laut atau disebut
Fash Evaporation. Uap air laut kemudian dikondensasikan sehingga menjadi air tawar yang
selanjutnya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air tawar pada proses.
Sebagai pemasok utama dalam memenuhi kebutuhan air pada pabrik, Unit desalinasi
perlu dijaga performanya. Performa unit desalinasi dievaluasi guna menjaga performanya
dengan cara menghitung nilai gain output ratio (GOR), yield, heat transfer ratio dan overall
heat transfer coefficient yang kemudian hasil perhitungannya akan menjadi parameter dalam
menganalisa performa maksimum yang dapat dicapai dan kondisi yang harus dijaga untuk
mencapai performa tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, kinerja pada unit Desalinasi dapat menurun
ditandai dengan menurunnya produk air tawar yang dihasilkan. Produk air tawar yang
dihasilkan sesuai dengan desain sebanyak 70 m3/jam. Namun, pada tanggal 24 Juli 14
Agustus, produk air tawar yang dihasilkan turun 41 m3/jam. Kinerja unit Desalinasi yang
menurun ini dapat menyebabkan penyediaan air untuk pembangkit steam dan penyediaan air
sebagai pendingin pada proses (sea and sweet cooling water) menjadi berkurang. Akibatnya
produksi pupuk urea yang dihasilkan juga menurun. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi
performasi agar unit Desalinasi dapat terus beroperasi pada keadaan optimal.
Yang menjadi pokok pembahasan pada tugas khusus ini ialah evaluasi performa
Desalinasi unit Urea Pabrik 1A pada operasi yang berlangsung dari 24 Juli 14 Agustus 2017
dengan metode sampling acak. Dilakukan pengamatan pada performa Desalinasi unit Urea
Pabrik 1A meliputi perhitungan gain output ratio (GOR), nilai yield, koefisien heat transfer
di Sea Water Heater dan di Multi Stage Flash Evaporator.
I.4 Tujuan
I.5 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Desalinasi
Proses desalinasi adalah proses yang berfungsi untuk mengubah air laut yang kaya
akan kandungan garam menjadi air tawar dengan cara penguapan pada tekanan dibawah
atmosfir (vakum). Dalam melakukan proses, ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan
dalam melakukan pemilihan proses yaitu :
1. Kualitas dan kuantitas air produk yang diinginkan
2. Sifat air umpan
3. Tingkat keekonomisan proses
Desalinasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yakni destilasi, ion exchange,
pemisahan dengan membran, freezing dan pemanfaatan energi solar. Untuk Desalinasi unit
urea Pabrik 1A, metode yang digunakan adalah metode destilasi.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam proses destilasi air laut ini adalah tidak ikut
menguapnya zat-zat terlarut non volatile yang memiliki kandungan cukup besar didalam air
laut. Hal ini perlu diperhatikan karena jika tidak maka akan terjadi pergerakan didalam unit
flash evaporation dan sea water heater.
Prinsip flash destilasi adalah teori penguapan air atau liquid. Air akan teruapkan ketika
dipanaskan sampai titik didihnya apabila tekanannya lebih dari 1 atm. Tetapi, ketika air di
uapkan di bawah tekanan jenuhnya atau dibawah atmosfer (vakum) air juga dapat menguap
pada tempratur tertentu yang disebut tekanan uap jenuh. Bila air mengalir ke dalam suatu
ruang dimana tekanan pada ruang tersebut dipertahankan dibawah tekanan uap jenuh air maka
penguapan akan segera terjadi. Proses ini disebut flash evaporation.
Apabila ruang tadi dihubungkan dengan ruangan yang tekanannya dijaga lebih rendah
dibanding ruang pertama maka air akan teruapkan lagi diruang kedua. Hal ini terjadi
meskipun tempratur air yang masuk di ruang kedua lebih rendah dari ruang pertama, namun
tekanan ruang kedua dipertahankan dibawah tekanan uap jenuh air yang masuk sehingga
memungkinkan terjadi penguapan lagi. Proses ini disebut Multi stage flash evaporation.
Banyaknya tingkat disesuaikan dengan kebutuhan.
Desalinasi pada unit urea Pabrik 1A terdiri dari dua bagian utama yaitu Flashing Stage dan
Brine Heater. Flashing stage merupakan sebuah ruang (chamber) dimana disini tempat
terjadinya proses evaporasi dan kondensasi. Evaporasi adalah proses penguapan larutan
umpan untuk menghasilkan konsentrasi larutan yang lebih pekat. Pada proses evaporasi dan
kondensasi ini bergantung pada tempratur air laut yang berasal dari Brine Heater. Untuk
mendapatkan kualitas air yang diinginkan maka tempratur pada Brine Heater perlu dijaga
agar tetap stabil.
Metode yang digunakan untuk Desalinasi unit urea Pabrik 1A menggunakan prinsip
penguapan bertingkat atau disebut Multi Stage Flash Evaporation. Banyaknya tingkat
disesuaikan dengan kebutuhan dan perhitungan efisiensi yang lebih detail.
Peralatan utama yang digunakan di Desalinasi unit urea Pabrik 1A adalah sebagai berikut :
1. Flash Evaporator (P14-S-001)
Adalah ruang atau tempat terjadinya penguapan air laut dan terkondensasi menjadi
air tawar. Ruang ini terdiri dari berbagai tingkatan tekanan (dibawah tekanan
atmosfer).
2. Sea Water Heater (P14-E-001)
Adalah alat penukar panas berupa shell and tube tempat untuk memanaskan air laut
dimana sebagai pemanas digunakan steam.
3. Vacum System
Proses Desalinasi menggunakan tekanan vakum atau dibawah 1 atmosfer. Untuk
membuat sistem vakum tersebut digunakan alat :
a. Steam Jet Ejektor (P14-J-001/002)
Adalah alat yang digunakan untuk mengambil udara dan gas gas yang ada di
flash evaporator, sehingga flash evaporator menjadi vakum. Media yang
digunakan sebagai penarik adalah steam.
b. Ejektor Condensor (P14-E-002)
Adalah alat penukar panas untuk mengkondensasikan steam, udara, dan gas
gas yang dapat diambil oleh steam jet ejector.
4. Sistem Injeksi Bahan Kimia
Bahan kimia yang diinjeksikan ke air laut masuk untuk mencegah terjadinya
scale atau kerak dan mencegah terjadinya busa. Yang digunakan pada sistem injeksi
bahan kimia adalah sebagai berikut :
a. Injeksi Pump (P14-005 A/B)
Adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan atau memompa bahan kimia
dalam tangki atau drum penampung ke air laut masuk.
b. Tangki Bahan Kimia (P14-001)
Adalah alat yang digunakan untuk menampung larutan bahan kimia yang akan
diinjeksikan ke air laut.
5. Pump-Pump
a. Sea Water Booster Pump (P14-P-001 A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air laut masuk ke flash
evaporator. Namun tidak semua unit desalinasi memerlukan booster pump
karena hal itu tergantung dari tekanan air laut yang ada.
b. Desalinated Water Pump (P14-P-002 A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan air tawar hasil desalinasi
(destilat) ke tangki penampungan.
c. Blow Down Pump (P-003-P- A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk membuang air laut sisa, yang tidak
teruapkan menjadi destilat ke outfall.
d. Condensate Pump (P-004-P- A/B)
Adalah pompa yang digunakan untuk mengalirkan kondensat dari (hasil
kondensasisteam di sea water heater) ke tangki penampungan.
4K
V-001
E-002
P-005A/B
Desuper
Heater
P-001A/B
st
st
E-001 1
20
-200
S-001
-600
P-002A/B
P-004A/B
Proses Desalinasi terjadi di multi stage flash evaporator (14-S-001 A/B) yang
memiliki 20 buah stage menggunakan tekanan vakum. Stage 1 memiliki tekanan sistem
tertinggi, stage 2 lebih rendah dan berkurang terus hingga stage terakhir (stage 20). Alat ini
dilengkapi dengan ejector untuk mempertahankan keadaan vakum yang digerakkan dengan
steam MP. Ejector yang digunakan berjumlah 2 buah, yakni first stage ejector dan second
stage ejector. First stage ejector berfungsi untuk menarik gas gas dan uap yang tidak
terkondensasikan dari flash chamber. Gas gas dan uap tersebut kemudian dikondensasikan
di first stage ejector dan sisa uap dihisap oleh second stage ejector. Destilat kemudian
dibuang ke saluran outfall, sedangkan gas gas yang tidak terkondensasi dibuang ke udara
luar.
Air laut dipompakan dengan menggunakan booster pump (P14-P-001 A/B) untuk
masuk ke dalam tube tube evaporator pada stage ke-20 (stage dengan tekanan paling
rendah). Pada discharge pompa diinjeksikan zat kimia anti scale(Belgard EVN) 2,64 g/m3
brine untuk mencegah terjadinya scale di tube tube alat penukar panas dan juga diinjeksikan
anti foam(Belite M-8) 0,08 g/m3 brine untuk mencegah terjadinya foaming. Air laut kemudian
meninggalkan flash evaporatorstage 1 dan selanjutnya dipanaskan di brine heater dengan LP
steam superheated sebagai media pemanas sehingga temperaturnya menjadi maksimum
112C.
Air laut yang telah mengalami pemanasan masuk ke stage 1 pada tekanan 0,23
kg/cm2, sehingga akan terjadi penguapan pada temperatur yang sesuai dengan tekanan
jenuhnya dan mengalir ke stage 20 yang bertekanan 0,08 kg/cm2. Uap yang dihasilkan pada
tiap tiap flash chamber naik ke atas melalui tube tube yang berisi air laut sehingga
mengkondensasi karena temperatur air laut lebih rendah. Uap yang dikondensasikan ini
ditampung di tangki raw condensate. Condensate yang berasal dari hasil kondensasi LP steam
di brine heater dialirkan oleh pompa ke tangki kondensat sebagai condensate return. Air laut
sisa di stage terakhir, dipompa dengan blow down dikembalikan ke outfall.
Faktor yang menyebabkan turunnya kinerja Desalinasi adalah faktor kondisi umur
operasi dari alat yang memungkinkan adanya scale di dinding tube sea water heater dan
evaporator yang menyebabkan koefisien perpindahan panas aktual jauh lebih besar dari data
desain. Kerak yang terjadi di tube akan sangat mengganggu operasi kinerja Desalinasi. Kerak
yang terjadi pada proses dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu alkaline scale dan non
alkaline scale, adapun mekanisme terbentuknya adalah sebagai berikut :
1. Alkaline Scale
Kalsium karbonat CaCO3 dan Magnesium hidroksida Mg(OH)2 disebut alkaline scale.
Ion bikarbonat didalam seawater akan bereaksi membentuk scale. Ion bikarbonat terpecah
kemudian dipanaskan didalam proses desalinasi dan terjadi reaksi kimia seperti ditunjukkan
berikut ini :
Kalsium sulpat CaSO4 adalah sebuah non alkaline scale, hal ini dapat terjadi
didalam proses desalinasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ca + SO4 CaSO4
Bila terjadi kerak yang menempel, maka perpindahan panas antara dua media akan
terganggu sehingga konsumsi pemanas akan menjadi lebih besar. Agar pertukaran panas
tidak terganggu dan berjalan baik, maka scale harus dicegah. Pencegahan dapat dilakukan
dengan cara:
Dalam pengoperasiannya ke dalam air umpan diinjeksikan bahan kimia anti scale
dengan dosis tertentu. Bahan kimia ini berfungsi untuk mencegah terjadinya scale yang bisa
menempel dipermukaan dinding tube, desainnya menggunakan Belgard.
2. Acid Cleaning
Dimana :
2. Yield
Yield menunjukkan perbandingan antara air laut masukan dengan air destilat.
Dimana :
3. Heat Transfer
Heat transfer menunjukkan perpindahan panas diantara material atau benda yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu.
(kcal/kg)
Dimana :
Dimana :
Dimana :
T1 = Tmax Tin
T2 = (Tin TF)/20
Dimana :
METODELOGI
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik 1A PT. Pupuk Kalimantan Timur yang beralamat
di Jalan James Simandjutak No. 1, Bontang 75313, Kalimantan Timur, Indonesia. Penelitan
ini dilakukan dalam rentang waktu 24 Juli 06 Agustus 2017.
Pada kegiatan ini yang menjadi objek penelitian adalah performa Desalinasi unit urea
Pabrik 1A di PT Pupuk Kaltim. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa performa, dimana
evaluasinya menggunakan Gain Output Ratio (GOR), Yield dan Koefisien Heat Transfer pada
Sea Water Heater dan Multi Stage Flash Evaporator. Perbandingan tersebut akan menjadi
patokan untuk mengetahui performa Desalinasi unit urea Pabrik 1A.
1. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan, sebagai berikut:
a) Orientasi Lapangan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara umum
objek yang akan menjadi sasaran penelitian dengan muatan permasalahan yang
dihadapi oleh objek. Dengan kegiatan tersebut akan memberikan gambaran
solusi atau masukan apa yang tepat sesuai permasalahan yang ada.
b) Studi Pustaka
Permasalahan umum yang telah diamati akan dikaji terlebih dahulu dengan
mencari referensi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Dengan
kegiatan ini akan membantu dalam tahap selanjutnya, yaitu identfikasi
permasalahan.
c) Identifikasi Permasalahan
Muatan dari kegiatan ini adalah mencari faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan permasalahan tersebut bisa terjadi. Faktor-faktor tersebut akan
dikelompokkan lalu mencocokkan metode apa yang pas untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
d) Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi masalah akan ditentukan tujuan yang akan dicapai,
dengan maksud agar nantinya penelitian ini menjadi jelas sebagai acuan dalam
melakukan analisa dan pembahasan. Olehnya itu, pada laporan ini ada maksud
dan tujuan penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
diskusi atau komunikasi langsung dengan narasumber maupun orang
terlibat langsung dalam objek penelitian. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terbaru
serta memenuhi data yang diperlukan. Proses wawancara dilakukan
kepada Kabag dan Wakabag, Operator, Foreman dan Process
Engineer
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung dari
penelitian. Data sekunder digukanakan untuk mendukung data primer,
dimana data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Pada penelitian data
sekunder yang didapatkan ialah data desain dari buku Operation And
Maintanance Manual Utilities And Auxilities
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Data
Selesai
BAB IV
IV.1 Hasil
IV.1.1 Data Desain
Gambar 4.9 Average Heat Transfer Rate Per Stage MSFE Desain
Perhitungan data aktual