TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
lantai, tanah atau tempat yang lebih rendah, hal tersebut tidak termasuk orang yang
Risiko jatuh dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri orang tersebut misalnya dari
lingkungan sekitar.
a. Usia
Usia mempengaruhi risiko jatuh dari seseorang, dimana usia atau umur
erat kaitannya dengan proses pertumbuhan dan proses penuaan. Pada lansia
7
8
1. Sistem muskuloskeletal
elastik dan timbul kekakuan (Timiras & Navazio, 2008). Perubahan pada
terjadi hambatan dalam melakukan aktivitas setiap hari (Lewis & Bernstein,
pada lansia.
b). Kartilago
gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat
c). Tulang
& Navazio, 2008). Kondisi tersebut dapat membatasi kemampuan dari lansia
hari.
10
d). Otot
serabut otot, atropi pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa
serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung
2. Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur, dan
4. Penumpukan lipofusin.
6. Adanya ringbinden.
8. Degenerasi miofibril
e). Sendi
Jaringan ikat disekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia pada
degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi sehingga
2. Sistem Saraf
motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal
beraktivitas pada lansia. Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia
mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Akson, dendrit dan badan sel
sel saraf lain. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10 % sehingga gerakan
postur dan peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
dan postur (Sri Surini & Utomo, 2002). Latihan untuk menjaga dan
12
3. Sistem kardiovakuler
ikat katup jantung mengalami fibrosis. Sinoatrial node (SA node) dan
mengurangi tekanan darah dan berat badan (Timiras & Navazio, 2008 ).
4. Sistem Indera
degenerasi sel-sel rambut dalam makula dan sel saraf. Karena kondisi tersebut
b. Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kekuatan suatu otot atau group otot yang
otot menahan beban baik berupa beban internal (internal force) maupun
serabut otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat agar bisa
kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya
aktivitas otot untuk menjaga keseimbangan baik saat statis maupun dinamis
saat melakukan suatu gerakan. Hal tersebut dapat dilakukan apabila otot
otot, kecepatan waktu reaksi dan rileksasi, dan kinerja fungsional. Setelah
otot total per dekade. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan
gerak dan fungsi lansia berhubungan erat dengan kekuatan otot yang bersifat
melakukan aktivitas berdiri dari posisi duduk dan berjalan 6 meter dengan
lebih cepat (Bonder & Wagner, 1994). Penelitian lain menunjukkan bahwa
gangguan postural. Penurunan serabut otot reaksi cepat (tipe II) dapat
c. Keseimbangan
1). Definisi
adalah suatu titik dimana massa dari suatu obyek terkonsentrasi berdasarkan
bagian bawah dan sedikit di depan sendi lutut. Agar dapat menjaga
gaya gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa
tubuh agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan
bagian tubuh yang lain saat melakukan suatu gerakan (Irfan, 2012).
gerakan mata, dan keluaran ke SSP berupa persepsi gerakan dan orientasi.
terjadi ketika mata menerima sinar yang dipantulkan oleh benda sesuai
terbuka (faktor visual). Jika mata ditujukan pada satu titik di depan
rangsangan dari saraf aferen mata, sehingga apa yang dilihat oleh mata
kerjasama yang amat erat antara mata dan pusat keseimbangan dalam
2015)
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
19
reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot diproses di korteks
kekuatan otot, adaptive system dan lingkup gerak sendi. Respon otot-otot
postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun
berbagai posisi terjadi jika respon dari otot-otot postural bekerja secara
sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan
berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas
stabilitas tubuh (stability limit). Stability limit adalah batas dari luas
anterior sakral ke-dua, bagian posterior dari hip, dan anterior knee
lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Base of Support pada
gangguan pada sistem saraf pusat (SSP), maupun adanya gangguan pada
proses penuaan. Pada sistem visual lansia, terjadi penebalan jaringan fibrosa
seperti: otolith, epithelium sensorik dan sel rambut, nervus vestibularis, dan
menjaga respon postural terhadap gravitasi dan pergerakan linear. Selain itu
terjadi pula atrofi sel rambut disertai pembentukan jaringan parut dan
setelah usia di atas 70 tahun terjadi penurunan sebanyak 20% jumlah sel
24
(Barnedh, 2006).
kontak dari kulit melalui tekanan, taktil sensor, getaran, serta proprioseptor
sendi dan otot. Sensasi kulit melalui sentuhan, getaran dan tekanan sensor
masukan dari taktil, tekanan dan getaran reseptor membuatnya sulit untuk
jalan menjadi lebih lambat, tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung
dalam berjalan. Penurunan kekuatan otot pelvis dan tungkai juga menjadi
penumpukan lemak di dalam otot sementara sel otot sendiri berkurang jumlah
karena obesitas. Hal ini menyebabkan kelemahan fisik yang dapat membatasi
Of Gravity (COG) serta secara umum akan menurunkan kualitas hidup lansia.
a). Lingkungan
yang tidak baik, lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang tidak
kuat/tidak mudah dipegang, dan alat alat atau perlengkapan rumah yang
tidak stabil
Menurut WHO (2007) salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk
program latihan fisik. Latihan fisik dapat didefinisikan sebagai sebuah tipe
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah fraktur
collum femur. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak
psikologis yang terjadi antara lain syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi
dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,
kejadian jatuh yang dialami tidak menimbulkan cedera fisik (Stanley & Beare,
2006).
Selain dampak diatas, kejadian jatuh pada lansia juga bisa mennyebabkan
sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang
atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
b). Disabilitas
perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan
c). Kematian
27
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari (Darmojo, 2004), ada 3 usaha
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya
Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus
rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan
rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya
diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Evaluasi yang dapat dilakukan
salah satunya dengan TUG Test untuk menilai mobilitas, keseimbanan dan risiko
jatuh. Bila badan tidak stabil saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan
bantuan latihan oleh rehabilitasi medis, latihan yang bias di lakukan antara lain
gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak
dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar
pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk
kelainan/penurunan.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia dapat
dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor
lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai
dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui
batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka
di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau
2.2.1 Pengertian
diuji dalam 4 penelitian yang dilakukan oleh University of Otago Medical School,
New Zealand yang dipimpin oleh Profesor John Campbell. Otago Home Exercise
Programme adalah program latihan untuk lansia yang didesain khusus untuk
al, 1997). Pelatihan Otago Home Exercise Programme dibagi menjadi latihan
yang didesain untuk lansia dimana sebelum dan setelah latihan terdapat peregangan
untuk persiapan sebelum latihan dan untuk mengurangi efek pegal dan cedera
Otago Home Exercise Programme adalah program latihan yang terdiri dari
latihan yang diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan. Latihan
1. Pemanasan
cedera selama latihan. Gerakan dalam pemanasan ini juga bertujuan untuk
sebanyak 5 kali
agar dapat berjalan dan melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri.
beban pada pergelangan kaki dan latihan penguatan dilakukan 3 kali seminggu
dengan diselingi istirahat diantara hari latihan (Campbell & Robertson, 2003).
kali tiap 1 gerakan, dimana fokus utama dari latihan penguatan adalah pada
otot otot ekstremitas bawah (Nelson et al, 2007). Fleksor knee, ekstensor
knee, dan abduktor hip adalah bagian penting dalam gerakan fungsional dan
berjalan. Selain itu otot dorsofleksi ankle dan plantar fleksi ankle adalah bagian
pada otot fleksor knee, ekstensor knee, dan abduktor hip. Untuk penguatan otot
dorsofleksi dan plantar fleksi ankle menggunakan berat badan tanpa bantuan
kiri.
sebanyak 10 kali.
sebanyak 10 kali.
kali.
dalam melakukan gerakan gerakan fungsional dan agar tidak mudah jatuh
bantuan tangan. Bantuan gerakan dengan tangan tidak dilakukan lagi jika sudah
masuk tingkatan ketiga dimana pasien sudah mampu untuk melakukan gerakan
tanpa bantuan. (Elizabeth & Taylor, 2011). Penggunaan bantuan tangan pada
tingkat awal dapat mengurangi antisipasi postural dari kaki dan otot punggung
35
ringan dan dapat memberikan masukan (input) persepsi yang dangkal (Slijper
untuk mempertahankan kebugaran fisik dari lansia. Latihan berjalan juga bisa
awalan dapat memulai dengan berjalan selama 5-10 menit dan terus
lakukan gerakan jalan cepat dan lambat secara bergantian untuk meningkatkan
suhu tubuh dan meningkatkan pernapasan (Gawler & Hanna, 2011). Latihan
tempat start.
37
10 detik.
satunya.
posisi start
ke posisi start
ke posisi start.
posisi start
42
tangan.
4. Pendinginan
antara lain
ankle dan kaki. Ankle strategy exercise berfungsi untuk menjaga pusat gravitasi
penyangga dan menetralkan sendi lutut dan sendi panggul untuk menstabilkan
sendi proksimal. Saat latihan kepala dan panggul bergerak dengan arah dan waktu
yang sama dengan gerakan bagian tubuh lainnya di atas kaki. Pada goyangan ke
depan, respon sinergis otot normal pada latihan ini mengaktifkan otot
Gambar 2.4
dan trunkus. Kepala dan pinggul dengan arah yang berlawanan. Hip strategy
menggerakkan pusat gravitasi. Dalam hal ini bila permukaan landasan penyangga
ini diobservasi bila goyangan besar, cepat dan mendekati batas stabilitas, atau jika
46
berdiri pada permukaan sempit dan tidak stabil untuk memberikan pengimbangan
tekanan (Yuliana, 2014). Hip strategy exercise dijabarkan melalui Gambar 2.5.
baru dengan mengaktifkan anggota gerak bila titik berat melampaui landasan
Gambar 2.6.
47
Latihan utama dalam penurunkan risiko jatuh pada lansia adalah latihan untuk
kontrol postural. Systematical review yang dikemukakan oleh Horak (2006) dan
mengubah bidang tumpu, (2) Strategi gerakan berupa feedback dan feedforward,
(3) Strategi sensoris meliputi: sensory integration dan sensory re-weighting, yaitu
konteks sensori dalam menjaga stabilitas, (4) Orientasi ruang, yaitu kemampuan
sistem visual, dan referensi internal, (5) Kontrol dinamik, dan (6) Proses kognitif
postural otomatis, dan gerakan volunter. Gerakan volunter dimediasi oleh sistem
kortikal dengan tingkat latensi paling lama dibandingkan gerakan lainnya seperti
respon postural otomatis yang dimediasi oleh batang otak atau bagian subkortikal
dengan tingkat latensi menengah, dan gerak refleks yang dimediasi oleh medula.
Ketiga sistem gerakan ini akan berintegrasi dalam menjaga keseimbangan postural
dari persendian ke sistem saraf bermielin besar. Informasi ini diteruskan ke dalam
sistem kolumna dorsalis lemniskus medialis dan berakhir pada girus postsentralis
dari korteks serebri (area somatosensorik I) untuk kemudian diolah di dalam korteks
Korteks serebri (area korteks motorik primer, area premotorik, dan area
motorik. Penjalaran sinyal motorik ini akan diteruskan ke serabut piramidal melalui
anterior. Neuron motorik anterior mengadakan potensial aksi pada terminal saraf
Potensial aksi akan membuka banyak kanal kalsium dalam membran saraf
dalam ruang sinaps. Kanal asetilkolin yang terbuka memungkinkan ion positif yang
penting seperti natrium (Na+), kalium (K+), dan kalsium (Ca2+) dapat bergerak
positif setempat di dalam membran serabut otot yang disebut potensial end plate
dan akan menimbulkan suatu potensial aksi yang menyebar di sepanjang membran
besar ion kalsium dan ion-ion ini akan menimbulkan kekuatan tarik-menarik antara
filamen aktin dan miosin dan menghasilkan proses kontraksi otot (Squire et al,
melalui sistem sensorik radiks dorsalis dengan mengatur ketepatan kontraksi otot.
Sinyal somatosensorik ini timbul di kumparan otot, organ tendon otot, dan reseptor
taktil kulit yang menutupi otot dan akan menimbulkan positive feedback
enhancement dengan lebih merangsang kontraksi otot (Guyton & Hall, 2008).
Neuron berada pada keadaan terfasilitasi pada awal pelatihan, yaitu besarnya
yang dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu selama lima minggu
50
memberikan efek berupa adaptasi neural. Adaptasi neural meliputi sumasi spasial
dan sumasi temporal pada sistem saraf. Sumasi spasial diartikan sebagai
ujung saraf multipel pada daerah membran neuron yang luas sedangkan sumasi
menimbulkan sumasi serabut multipel yaitu suatu keadaan peningkatan jumlah unit
unit motorik, maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot (Guyton & Hall, 2008).
Exercise
mengurangi risiko jatuh. Perbedaan dari kedua latihan tersebut antara lain
2). Dalam Balance Strategy Exercise terjadi penguatan otot sebagai hasil dari
terbentuknya keseimbangan.