Anda di halaman 1dari 4

Pola makan

Untuk dijaman globalisasi seperti sekarang ini banyak sekali orang-orang yang beralih
kepada sesuatu yang serba instan, terutama untuk jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi.
Jenis makanan yang kita kenal dengan makanan cepat saji atau (fast food) merupakan salah satu
kegemaran para remaja sekarang ini, yang rasanya gurih, renyah dan juga mudah didapat. Fried
chicken merupakan salah satu contoh makanan cepat saji yang biasanya dikonsumsi. Selain itu
mengkonsumsi makanan-makanan keci (snack) juga menjadi kebiasaan tersendiri untuk remaja
sekarang ini, karena rasanya yang enak.
Hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta tahun 2007 pada subyek berusia 20-30 tahun,
menunjukkan bahwa sebesar 42,9% subyek memiliki kebiasaan mengkonsumsi western fast food
dan berisiko 1,44 kali untuk menderita hipertensi. *Sari P, Wirawanni Y. Hubungan rasio lingkar
pinggang-panggul dan asupan natrium dari western fast food dengan tekanan darah pada remaja.
Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; Semarang: 2010

Pemilihan makanan pada remaja tidak didasari kandungan gizinya tetapi lebih banyak sekedar
untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya, atau kesenangan dan kenikmatan. Khomsan.
Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada; 2004;120-2.
Laporan Bloom menyatakan bahwa ada kecenderungan remaja meremehkan masalah kesehatan
karena remaja berpikir dengan fleksibilitas dan vitalitas yang tinggi pada dirinya, keadaan ini
membuat remaja memiliki risiko yang tinggi terhadap berbagai jenis penyakit, dan salah satu
penyebabnya adalah kebiasaan makan yang tidak sehat. Purwaningrum. Hubungan antara citra
raga dengan perilaku makan pada remaja putri (skripsi). Surakarta: Fakultas Psikologi,
Universitas Muhammadiyah; 2008.
Karena banyaknya perubahan pola makan yang kurang sehat tersebut, yang tidak disadari dapat
meningkatkan berat badan menjadi tidak ideal lagi untuk itu didalam penelitian ini pola makan
termasuk dalam variabel yang akan diteliti.

Menurut kamus besar bahaa Indonesia (KBBI) pola adalah suatu sistem, cara kerja,
dalam hal pemikiran, pola merupakan sesuatu yagn diterima seseorang dan dipakai sebagai
pedoman, sebagaimana diterimanya dari masyarakat disekelilingnya. Sedangakan makan
menurut KBBI, makan merupakan kegiatan memasukan makanan ke dalam mulut serta
mengunyah dan menelannya. Bila digabungkan jadi pola makan adalah suatu cara atau usaha
dalam melakukan kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh unutuk menjadi lebih baik.
Menurut DepKes 2009 Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Perlu diperhatikan pola makan merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai gizi yang baik.
Dengan tercukupinya gizi tersebut, masyarakat terutama remaja yang sedang dalam
pertumbuhannya tidak akan mudah tertular atau mengidap suatu penyakit.

Pada data cakupan yang didapatkan dari Riskesdas tahun 2007 dan 2010 didapatkan
prevalensi obesitas dengan (IMT > 25) pada usia 6-19 tahun naik dari 5,2 % menjadi 5,9%.
Sedangkan laporan Riskesdas 2013 tertera sebesar 32,9% wanita dewasa dan 19,7% pria dewasa
mengalami obesitas (IMT >25) yang berisiko terhada berbagai gangguan kesehatan atau
penyakit. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman gizi seimbang. 2014

Menurut penelitian yang dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Semarang, di
dapatkan hubungan antara pola makan dengan berat badan berlebih yang diukur dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Mujur A. Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian
berat badan lebih pada remaja (studi kasus di Sekolah Menengah Atas 4 Semarang). Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011

Obesitas atau berat badan berlebih yang dialami pada masa anak atau remaja dapat
meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2, dan apabila berlanjut pada saat dewasa
dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit penyumbatan
pembuluh darah, penyakit jantung, dan lain-lain. Sartika RAD. Faktor risiko pbesitas pada anak
5-15 tahun di Indonesia. Dalam Makara Kesehatan. Vol. 15. No. 1. Juni 2011. 37-43

Banyak cara yang dapat dipakai untuk menentukan kelebihan berat badan, salah satunya adalah
rasio lingkar pinggang-pinggul (RLPP). RLPP efektif untuk mengukur timbunan lemak tubuh
terutama bagian abdomen yang merupakan suatu indikator adanya obesitas android. Tipe
obesitas ini mempunyai kaitan yang erat dengan meningkatnya faktor risiko terhadap penyakit
jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dibandingkan dengan obesitas tipe gynoid. *Sari P,
Wirawanni Y. Hubungan rasio lingkar pinggang-panggul dan asupan natrium dari western fast
food dengan tekanan darah pada remaja. Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; Semarang: 2010

Tambahan :

Data primer yang dikumpulkan berupa usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, rasio
lingkar pinggang dan lingkar panggul (RLPP), uang jajan, pola makan siswa siswi,

Tahap pertama yang dilakukan ketika pengambilan data pada subjek yang telah memenuhi
kriteria inklusi adalah melakukan pengukuran antropometri yang meliputi pengukuran lingkar
pinggang dan lingkar pinggul (metline ketelitian 0,1 cm). Lingkar pinggang diukur melewati
bagian umbilikus pada bidang horizontal, sedangkan lingkar pinggul pada lingkaran paling
maksimal dari gluteal pada bidang horizontal, kemudian diolah guna mendapatkan rasio lingkar
pinggang-pinggul subjek. Rasio lingkar pinggang-pinggul subjek dikategorikan normal bila pada
laki-laki < 1,00 dan pada wanita < 0,85 sedangkan bila pada laki-laki 1,00 dan pada wanita
0,85 dikategorikan sebagai obesitas android. Rosalind G. Principles of Nutritional Assesment.
New York: Oxford University Press; 2005. p.279-82.

Untuk alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan sampel yaitu dengan menimbang
dengan menggunakan Electronic Personal Scale atau biasa disebut dengan timbangan digital
yaitu dengan ketepasitas 150 kg dengna ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan microtoise dengan panjang 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. data mengenai pola
makan didapatkan dengan cara wawancara dengan menggunakan kuisioner.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari pada siswa siswi SMAN Semarang, didapatkan
hubungan rasio lingkar pinggang pinggul dengan tekanan darah pada remaja. Sari P, Wirawanni
Y. Hubungan rasio lingkar pinggang-panggul dan asupan natrium dari western fast food dengan
tekanan darah pada remaja. Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro;
Semarang: 2010

Anda mungkin juga menyukai