Anda di halaman 1dari 4

Nazi Human Experimentation (Sumber :

https://en.wikipedia.org/wiki/Nazi_human_experimentation)

(https://en.wikipedia.org/wiki/Tusko)

1. Eksperimen pada anak kembar


Dilakukan oleh Josef Mengele, yang dari tahun 1943 sampai 1944 pada hampir 1.500
anak kembar yang dipenjarakan di Auschwitz. Mereka melakukan santi warna retina
yang berujung cacat. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan persamaan perbedaan
genetika pada anak kembar, dan juga untuk melihat apakah tubuh manusia dapat
dimanipulasi dengan cara yang tidak wajar.
2. Eksperimen transplantasi tulang, otot dan saraf
Dari sekitar bulan September 1942 sampai sekitar bulan Desember 1943, percobaan
dilakukan untuk mempelajari regenerasi tulang, otot, dan saraf, dan transplantasi
tulang dari satu orang ke orang lain. Pemeriksaan tulang, otot , dan saraf dikeluarkan
dari partisipan tanpa menggunakan anestesi. Sebagai hasil dari operasi ini, banyak
korban mengalami penderitaan yang hebat, mutilasi, dan cacat tetap.
3. Head-Injury Experiment
Pada pertengahan tahun 1942 di Baranowicze, dilakukan eksperimen dimana "seorang
anak laki-laki berusia sebelas atau dua belas tahun diikat ke sebuah kursi sehingga dia
Dia tidak bisa bergerak. Di atasnya ada palu mekanik yang setiap beberapa detik turun
di atas kepalanya. Pada akhirnya, anak laki-laki itu menjadi gila.
4. Freezing Experiment
Pada tahun 1941, Luftwaffe melakukan eksperimen untuk melihat ketahanan manusia
terhadap suhu dingin. Narapidana akan dilepaskan di udara dengan suhu serendah -6
C (21 F) bahkan kadang tanpa pakaian selama beberapa jam. "Seorang asisten
kemudian memberi kesaksian bahwa beberapa korban dilemparkan ke dalam air
mendidih untuk rewarming."
5. Malaria Experiment
Dari sekitar bulan Februari 1942 sampai sekitar bulan April 1945, percobaan untuk
mengetahui imunisasi untuk pengobatan malaria. 1200 Narapidana sehat disuntik
virus malaria (kelenjar mukosa nyamuk betina) , setelah terinfeksi baru diujicobakan
obat untuk mereka. Dan separunya meninggal dunia.
6. Eksperimen gas mustard
Pada berbagai waktu antara bulan September 1939 dan April 1945, banyak percobaan
dilakukan untuk menyelidiki pengobatan luka paling efektif yang disebabkan oleh gas
mustard. Subjek uji sengaja dikenai gas mustard dan vesikan lainnya (misalnya
Lewisite) yang menyebabkan luka bakar kimiawi parah. Luka korban kemudian diuji
untuk menemukan pengobatan yang paling efektif untuk luka bakar gas mustard.
7. Sulfonamide Experiment
Dari sekitar bulan Juli 1942 sampai sekitar bulan September 1943, percobaan untuk
menyelidiki keefektifan sulfonamida, di Ravensbrck. Partisipan disuntikkan bakteri
seperti Streptococcus, Clostridium perfringens dan Clostridium tetani. Sirkulasi darah
dibuat terganggu dengan mematikan fungsi pembuluh darah pada kedua ujung luka
untuk menciptakan kondisi yang serupa dengan luka di medan perang. Infeksi
diperparah dengan memasukkan serutan kayu dan pecahan kaca ke dalam luka.
Infeksi tersebut diobati dengan sulfonamide untuk menentukan keefektifannya.
8. Sea Water Experiment
Dari sekitar bulan Juli 1944 sampai sekitar bulan September 1944, dilakukan
percobaan untuk memperoleh berbagai metode pembuatan air laut yang dapat
diminum. Pada suatu titik, partisipan kekurangan makanan dan tidak diberi apapun
selain air laut untuk diminum sehingga mereka terluka parah. Mereka begitu
mengalami dehidrasi bahkan menjilati lantai yang baru saja dipel untuk memperoleh
air.
9. Eksperimen dengan racun
Di suatu tempat antara bulan Desember 1943 dan Oktober 1944, eksperimen
dilakukan di Buchenwald untuk menyelidiki efek berbagai racun. Racun tersebut
diam-diam diberikan pada subyek eksperimental dalam makanan mereka. Korban
meninggal akibat racun atau dibunuh segera untuk mengizinkan otopsi. Pada bulan
September 1944, subyek eksperimen ditembak dengan peluru beracun, mengalami
penyiksaan dan bahkan meninggal.
10. Percobaan Bom Api
Dari sekitar bulan November 1943 sampai sekitar bulan Januari 1944, percobaan
dilakukan di Buchenwald untuk menguji pengaruh berbagai persediaan farmasi pada
luka bakar fosfor. Luka bakar ini ditimbulkan pada tahanan menggunakan bahan
fosfor yang diambil dari bom api.
11. Eksperimen koagulasi darah
Sigmund Rascher bereksperimen untuk mengetahui efek zat Polygal yang membantu
pembekuan darah. Dia memperkirakan bahwa penggunaan tablet Polygal secara
preventif akan mengurangi pendarahan dari luka tembak yang bertahan selama
pertempuran atau selama operasi. Subjek diberikan tablet Polygal, dan ditembak
melalui leher atau dada, atau anggota badan mereka diamputasi tanpa anestesi.
Rascher menerbitkan sebuah artikel tentang pengalamannya menggunakan Polygal,
tanpa merinci sifat percobaan manusia dan juga mendirikan perusahaan untuk
memproduksi zat tersebut.
12. High Attitude Experiment
Pada awal 1942, Sigmund Rascher menggunakan para tahanan untuk mengetahui
ketahanan manusia di ketinggian. Sebuah ruang bertekanan rendah yang berisi
tahanan ini digunakan untuk mensimulasikan kondisi pada ketinggian hingga 20.000
m (66.000 kaki). Dikabarkan bahwa Rascher melakukan pembedahan terhadap otak
korban yang selamat dari percobaan awal. Dari 200 subjek, 80 meninggal secara
langsung, dan yang lainnya dieksekusi.
13. Sterilization and fertility experiment
Dari sekitar bulan Maret 1941 sampai sekitar bulan Januari 1945, percobaan sterilisasi
dilakukan di Auschwitz, Ravensbrck, dan tempat-tempat lain oleh Dr. Carl
Clauberg.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengembangkan metode sterilisasi
yang sesuai untuk mensterilkan jutaan orang dengan waktu dan tenaga minimum.
Percobaan ini dilakukan dengan cara sinar-X, operasi dan berbagai obat-obatan.
Ribuan korban disterilkan. Selain eksperimennya, pemerintah Nazi telah mensterilkan
sekitar 400.000 orang sebagai bagian dari program sterilisasi wajib.
Suntikan larutan intravena yang berspekulasi mengandung yodium dan perak nitrat
berhasil dilakukan, namun memiliki efek samping yang tidak diinginkan seperti
pendarahan vagina, sakit perut parah, dan kanker serviks. Karena itu, pengobatan
radiasi menjadi pilihan sterilisasi yang disukai. Jumlah eksposur radiasi tertentu
menghancurkan kemampuan seseorang untuk menghasilkan ova atau sperma,
terkadang diberikan melalui penipuan. Banyak yang menderita luka bakar radiasi
parah.
M.D. William E. Seidelman adalah seorang profesor dari University of Toronto yang
bekerja sama dengan Dr. Howard Israel dari Columbia University menerbitkan
sebuah laporan tentang penyelidikan tentang eksperimen Medis yang dilakukan di
Austria di bawah rezim Nazi. Dalam laporan itu dia menyebutkan seorang Dokter
Hermann Stieve, yang menggunakan perang untuk bereksperimen pada manusia
hidup. Dr Stieve secara khusus memusatkan perhatian pada sistem reproduksi wanita.
Dia akan memberitahu wanita tanggal eksekusi mereka akan dimajukan, dan dia akan
mengevaluasi bagaimana tekanan psikologis mereka akan mempengaruhi siklus
menstruasi mereka. Setelah mereka dibunuh, dia akan membedah dan memeriksa
organ reproduksi mereka. Beberapa wanita bahkan diperkosa setelah mereka
diberitahu kapan mereka akan dibunuh, sehingga Dr. Stieve bisa mempelajari jalur
sperma melalui sistem reproduksi mereka.

Anda mungkin juga menyukai