SAP Anemia Dalam Kehamilan
SAP Anemia Dalam Kehamilan
Disusun Oleh :
Desinta Yuniarti (1402450015)
Arinda Mutiara M (1402450018)
Rizky Yusanita Dewi (1402450030)
Tantri Yunita R (1402450055)
Oleh Kelompok :
1. Desinta Yuniarti (1402450015)/
Mengetahui,
I. IDENTITAS SAP
Bidang studi : Asuhan Kebidanan Komunitas
Pokok Bahasan : ANC Terpadu
Sub Pokok Bahasan : Anemia dalam Kehamilan
Sasaran : Masyarakat Desa Sukodadi
Target : Ibu Hamil Desa Sukodadi
Hari / tanggal : Kamis, 12 Oktober 2017
Jam : 08.00 WIB
Waktu : 30 menit
Tempat : Posyandu Balai Desa Sukodadi
V. MATERI
Terlampir (lampiran 2)
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. PPT
VIII. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji
Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami
peserta penyuluhan.
2. Fasilitator
Mengevaluasi penyuluh, moderator, peserta, dan jalannya proses
penyuluhan
3. Observer
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana kegiatan penyuluhan
4. Notulen
Mencatat pertanyaan yang diajukan auidien/peserta penyuluhan, dan
masukan dari fasilitator
5. Peserta
Mendengarkan, memperhatikan, serta mengajukan pertanyaan.
Lampiran 1
Materi Penyuluhan
1. Pengertian Anemia
Wasnidar (2007) menyatakan bahwa anemia adalah kondisi dimana
berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa
hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal. Wanita hamil atau dalam masa nifas
dinyatakan anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 10gr% (Mansjoer,
2002). Selain itu, menurut Maimunah (2005) anemia adalah kekurangan
kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan
junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun.
2. Penyebab Terjadinya Anemia
Anemia merupakan salah satu masalah utama penyebab angka kematian
ibu di Indonesia dan sering terjadi pada ibu hamil. Biasanya Anemia di
temukan pada wania hamil yang jarang mengkonsumsi sayuran segar,
khususnya jenis daun-daunan hiaju yang mentah ataupun makanan yang
kandungan protein hewani.
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia).
Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit
(sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak
seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga
memberikan efek konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml.
(Prawirohardjo, 2002:450-451).
Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relative besar. Hal ini
berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan
kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitami E2
(Riboflapin), Vitamin A,D dan B1, Mineral,La, dan Fe.
Kondisi gizi dan komsumsi ibu hamil yang kurang akan menyebabkan
anemia dan berpengaruh terhadap kondisi janin dan bayi yang di lahirkan.
Kekurangan gizi pada saat hamil akan menimbulkan berbagai kesulitan. Oleh
karena itu, kecukupan gizi yang dianjurkan bayi ibu hamil harus dapat
terpenuhi.
3. Tingkatan dan Klasifikasi Anemia
Menurut Waryana (2010) kategori tingkat keparahan pada anemia yang
bersumber dari WHO adalah sebagai berikut :
a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia
b. Kadar Hb 9-10 gr% anemia ringan
c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang
d. Kadar Hb <7 gr% anemia berat.
Klasifikasi anemia menurut Wiknjosastro (2005), adalah sebagai berikut :
1) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang
terjadi karena defisiensi vitamin B12. Kekurangan ini erat hubungannya
dengan defisiensi zat makanan.
2) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik ini disebabkan karena sumsung tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru.
3) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
4) Anemia defisiensi zat besi
Anemia defisiensi zat besi paling sering dijumpai pada ibu yang
mengalami masa nifas. Anemia ini desebabkan karena kurang masuknya
unsur zat besi dengan makanan di dalam tubuh. gangguan re-absorbsi,
atau terlampau banyaknya zat besi keluar dari tubuh seperti disebabkan
karena perdarahan.
4. Tanda dan Gejala Anemia
Menurut Soebroto (2010) gejala yang sering terjadi muncul pada penderita
anemia diantaranya :
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajak tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.
5. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin
Berikut ini adalah pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan, nifas dan
janin menurut Manuaba (1998:31-32).
a) Bahaya Anemia dalam Kehamilan
Resiko terjadi abortus
Persalinan permaturus
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah menjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)
Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
Mola hidatidosa
Hiperemesis gravidarum
Perdarahan anterpartum
Ketuban pecah dini(KPD)
b) Bahaya Anemia dalam Persalinan
Gangguan kekuatan his
Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan.
Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum
karena atonia uteri.
Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri.
c) Bahaya anemia dalam masa nifas
Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri
memudahkan infeksi puerperium
Pengeluaran ASI berkurang
Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
Mudah terjadi infeksi mammae
Bahaya anemia terhadap janin
d) Janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan
dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan
metabolism tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :
Abortus
Terjadi kematian intra uteri
Persalinan prematuritas tinggi
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
Intelengensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi
yang menghambat pertumbuhan janin
6. Pencegahan dan Penanganan Anemia
a. Pencegahan Anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat di ketahui data
dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai
pemeriksaan laboratorium. (Manuaba, 1998:30)
b. Penanganan pada Anemia sebagai berikut :
Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan
sehingga hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan
500 mg asam folat peroral sekali sehari. (Arisman, 2004:150 151).
Anemia Sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000
mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus. (Wiknjosastro,
2005:452).
Anemia Berat
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan
selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
(Arisman, 2004:153).