Anda di halaman 1dari 11

KAO

kinetika adsorbsi

Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van
Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada
permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan
adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang
merupakan fungsi tekanan dan suhu) (Atkins, 1997).

Adsorbens yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah
arang. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk menghilangkan zat-zat warna dalam
larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat
mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat. (Brady, 1999).

Besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi macam adsorban, macam zat yang teradsorpsi,
konsentrasi adsorben dan zat, luas permukaan, temperatur dan tekanan zat yang
teradsorpsi (Atkins, 1997).

Adsorpsi digunakan untuk menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap pada zat itu,
misalnya karbon aktif dapat menyerap molekul-molekul asam asetat dalam larutannya.
Tiap partikel adsorban dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik-
menarik. Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat, misalnya CH3COOH oleh
karbon aktif, NH3 oleh karbon aktif, fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon
aktif, Ag+ atau Cl- oleh AgCl. C lebih baik menyerap non elektrolit dan makin besar BM
semakin baik. Zat anorganik lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang
diserap menyebabkan timbulnya adsorpsi negatif. Dalam larutan KCl, H2O diserap oleh
arang darah, hingga konsentrasi naik (Sukardjo, 1989).

Dengan mengukur perubahan konsentrasi asam asetat sebagai fungsi waktu dan
menganalisnya dengan harga k (konstanta kecepatan adsorpsi) atau dengan grafik maka
kinetika adsorpsi karbon aktif terhadap asam asetat dapat ditentukan (Brady, 1999)
Diposkan oleh fazriansyah di 01:19 0 komentar Link ke posting ini
Label: kimia anorganik
Reaksi:

silikon

Silikon (polysiloxan) adalah polimer inorganik yang terdiri dari komponen penyusun
silikon-oksigen (-Si-O-Si-O-Si-O-). Beberapa side group organik dapat digunakan
untuk menghubungkan dua atau lebih tulang belakang -Si-O- ini. Dengan memvariasikan
panjang rantai -Si-O-, side group, dan penghubung silang, silikone dapat disintesis
menjadi beberapa jenis material, seperti, cairan, gel, dan karet (Anonim2, 2007).
Jenis paling umum adalah polydimethylsiloxane linear atau PDMS. Grup terbesar kedua
dari material silikone berdasar pada resin silikone yang terbentuk oleh oligosiloxanes
yang bercabang dan berbentuk-kandang (Anonim2, 2007).

Silikone tak berbau, tak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi, stabil pada suhu
tinggi, dan bukan konduktor listrik. Dia memiliki banyak kegunaan, seperti pelumas, lem,
penyegel, gasket sampai implantasi buah dada (kontroversi besar muncul pada 1990-an
yang mengkhawatirkan silikon dalam implantasi buah dada dapat menyebabkan beberapa
penyakit) (Anonim2, 2007).

Elastomer silikon merupakan polimer sintesis yang masih relatif baru penggunaannya
sebagai material isolasi polimer pada isolator listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi
pasangan luar (outdoor). Terdapat beberapa keuntungan yang dimiliki material isolasi
polimer diantaranya ringan, memiliki sifat dielektrik, resistivitas volume, sifat termal,
kekuatan mekanik yang lebih baik dan tahan gempa serta mudah penanganannya
dibandingkan material konvensional (porselen/keramik dan gelas). Salah satu sifat yang
menjadikan elastomer silikon sangat populer dan lebih unggul sebagai material isolasi
dibanding porselen dan gelas maupun jenis polimer lainnya adalah sifat menolak air atau
hidrofobik (hydrophobic). Selain itu material ini juga mampu mempengaruhi lapisan
polusi yang menempel di permukaannya ikut bersifat hidrofobik. Fenomena ini disebut
transfer hidrofobik. Sifat hidrofobik dan kemampuannya mentransfer sifat tersebut ke
lapisan polusi sangat bermanfaat bagi isolator listrik pasangan luar karena dalam kondisi
lembab, basah/hujan tidak akan memberi peluang terbentuknya lapisan air yang kontinu
sehingga konduktivitas permukaan isolator tetap rendah. Dengan demikian arus bocor
(leakage current) yang terjadi sangat kecil (Kibbie, 2000).

Struktur kimia elastomer silikon terdiri dari tulang punggung ikatan dari bahan anorganik
(silikon dan.oksigen) yang tahan terhadap penuaan, namun ikatan samping yang terdiri
darn bahan organik (karbon dan hidrogen) dapat mengalami degradasi oleh terpaan dari
berbagai faktor iklim seperti temperatur tinggi, kelembaban/hujan serta radiasi ultraviolet
dengan intensitas tinggi sebagaimana yang dijumpai di daerah beriklim tropis seperti di
Indonesia. Terpaan iklim tropis secara simultan pada isolasi elastomer silikon
kemungkinan akan mengakibatkan degradasi sifatsifatnya, yang ditandai dengan
perubahan warna, perubahan sifat dielektrik dan menghilangnya sifat hidrofobik, serta
munculnya arus bocor yang terus meningkat sehingga pada akhirnya terjadi keretakan
(tracking) dan erosi yang akan memperpendek umur isolator. Kajian ke arah perbaikan
yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja isolator terhadap kondisi tertentu terus
dilakukan oleh berbagai peneliti dengan mencari metode vulkanisasi, jenis dan level
ambang dosis bahan pengisi (filler). Adanya komposisi bahan pengisi berdosis tinggi
pada elastomer silikon dapat meningkatkan kekuatan mekanis dan kestabilan sifat
termalnya, akan tetapi dapat pula mengurangi sifat dielektriknya, melemahkan proses
pemulihan dan kekuatan transfer sifat hidrofobik serta lebih sulit proses pencetakannya.
Oleh karena itu yang menjadi sasaran khusus dan target utama rangkaian penelitian ini
adalah mempelajari metode vulkanisasi dan mendapatkan komposisi dosis bahan pengisi
yang memberikan kinerja optimal bagi elastomer silikon sebagai bahan isolator tegangan
tinggi pasangan luar di daerah beriklim tropis (Anonim2, 2007).

Telah diketahui bahwa pada botol terdapat kandungan berupa silikon dioksida (SiO2),
Al2O3, Fe2O3, Cr2O3, CaO, MgO, BaO, Na2O, 1(20, PbO, dan B2O3. Silikon dioksida
(SiO2) merupakan komponen utama botol yang berkisar 70%. Dengan menggunakan
proses daur ulang yang efisien, limbah botol ini akan diekstraksi menghasilkan SiO2.
Proses daur ulang limbah gelas ini menggunakan metode alkalifusion. Metode
alkalifusion dipilih karena temperatur pembakaran yang dibutuhkan relatif rendah yaitu
minimal 550C daripada metode carbonitefusion yang memerlukan temperatur 900C.
Proses daur ulang ini menggunakan golongan alkali yaitu NaOH. NaOH berfungsi untuk
membongkar ikatan kimia yang ada di gelas dengan cara memanaskan pecahan gelas dan
NaOH secara bersama-sama pada suhu 550-600C selama 2 jam, sehingga senyawa SiO2
dapat dipisahkan dengan senyawa lain seperti Fe, Al, Mg, dan lain-lain melalui
mekanisme reaksi kimia.Dari hasil percobaan dan analisis menggunakan metode
gravimetry maka didapatkan kandungan SiO2 terbesar 96.2 % dari ekstraksi limbah gelas
berwarna hijau. Peningkatan temperatur pembakaran menyebabkan kemurnian SiO2 akan
semakin baik. Sedangkan wama gelas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kemurnian silika. Ekstraksi silika dari limbah gelas dilakukan mengingat silika
merupakan senyawa yang sangat penting dan banyak digunakan dalam industri gelas dan
keramik, serta dalam industri elektronika yang digunakan sebagai bahan pembuatan
circuit boards, semi konduktor, dan piezoelektrik (Anonim2, 2007).

*Sumber:

Anonim1, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free


encyclopedia/Polyurethanes.htm/

Anonim2, 2007. http://www.wikipedia.com/wikipedia, the free


encyclopedia/Silikone.htm/

Kibbie, A. H., Ph.D., 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Third Edition.


Pharmaceutical Press London, UK, Washington, D. C.

Nazarudin, H. H., 2007. http://www.situswebkimiaindonesia.com/Poliuretan, Polimer


Serba Bisa.htm

http://www.theuniversityofsouthernmississippi.com/Polyurethanes.htm/
Label: kimia anorganik

pembuatan asam semut

Pembuatan Asam Semut

Jauh sebelum nama bersistem diperkenalkan, banyak asam karboksilat diisolasi dari
sumber alam. Mereka diberi nama lazim yang menyiratkan asalnya dan nama-nama ini
bertahan. Misalnya asam asetat mula-mula diperoleh dari cuka (latin: asetum, cuka).
Serupa pula asam butirat terdapat dalam mentega (latin: butyrum, mentega) dan asam
metanoat, mula-mula diperoleh dengan penyulingan merusak dari semut dan disebut
asam format (latin: formica, semut) (Keenan, 1980).

Dibandingkan asam mineral seperti HCL dan HNO3, asam karboksilat adalah asam
lemah. Namun asam karboksilat lebih bersifat asam daripada alkohol atau fenol, terutama
stabilitas resonansianion karboksilatnya (Fessenden,1999).

Asam format (suatu cairan yang tidak berwarna, berbau tajam/menyengat, menyebabkan
iritasi pada hidung, tenggorokan dan dapat membakar kulit) dapat larut sempurna dengan
air dan sedikit larut dalam benzena, karbon tetra klorida, toluena, serta tidak larut dalam
hidrokarbon alifatik seperti heptana dan oktana juga dapat melarutkan poly vynil clorida
(PVC). Campuran asam format dan air membentuk campuran azeotrop (campuran larutan
yang mempunyai titik didih mendekati titik beku) (Anonim, 1995)

Asam format atau kadang disebut asam semut/asam metanoat mempunyai rumus kimia
HCOOH dan merupakan asam terkuat dari seri homolog gugus karboksilat yang
mengalami beberapa reaksi kimia (dekomposisi, reaksi adisi, siklisasi, asilasi) (Anonim,
1995).

Yang membingungkan para peneliti adalah asam format di hutan yang dibentuk oleh
asam yang berasal dari penguapan asam yang diproduksi semut, menghasilkan perubahan
ekologis. Maksudnya, makhluk mikro ini mampu memproduksi dan jika perlu,
menggunakan asam dalam skala yang bahkan dapat mempengaruhi atmosfer daerah yang
mereka huni tanpa membahayakan diri mereka sendiri (Anonim, 1995).

Sifat-sifat asam karboksilat:

1.

Asam karboksilat merupakan asam lemah, sebab hanya sebagian kecil yang terionisasi
apabila dilarutkan ke dalam air. Makin pendek rantai karbon, kekuatan asam makin
bertambah.
2.

Asam karboksilat dapat bereaksi dengan basa, menghasilkan garam. Reaksi ini disebut
penetralan.
3.

Asam karboksilat dapat bereaksi dengan asa, menghasilkan ester. Reaksi ini disebut
esterifikasi (Anshory, 2003).

Kegunaan dari asam format diantaranya untuk koagulasi lateks (dengan pencampuran zat
asam ini latek yang diperoleh dari sadapan pohon karet akan menggumpal sehinga mudah
untuk dibawa),penyamakan kulit,industri tekstil dan sebagai fungisida (Riawan, 1990).
Label: kimia anorganik
Langgan: Entri (Atom)

Sumber asal air limbah

data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan jumlah rata
rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri, dan aliran air tanah yang
ada di sekitarnya. Kesemuanya ini harus dihitung perkembangannya atau
pertumbuhannya sebelum membuat suatu bangunan pengolah air limbah serta
merencanakan pemasangan saluran pembawanya.
1. Air limbah rumah tangga
sumber sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari :
a. Daerah perumahan
untuk perumahan yang kecil aliran air limbah biasanya diperhiungkan melalui kepadatan
penduduk dan rata rata per orang dalam membuang air limbah.
b. Daerah perdagangan
aliran air limbah yang berasal dari daerah perdagangan secara umum dihitung dalam
meter per hektar per hari didasarkan pada data perbandingan. Data aliran dapat bervariasi
dari 4-1500 liter/hari.
Label: Kimia lingkungan

air (H2O)

air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari hari seperti pertanian dan industri
dll. Air merupakan senyawa kimia yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa.Air
meliputi 70% permukaan bumi. setiap kehidupan di bumi ini memerkukan air untuk terus
hidup dan jumlah air di bumi tetap.
Sumber AIR
1. LAUT
memiliki konsentrasi unsur tertinggi, TDS tinggi 30.000-36.000 mg/L. Laut adalah akhir
dari perjalanan aliran air.
2. HUJAN
merupakan hasil penguapan air permukaan/laut, hujan dapat mengabsorbsi gas-garp yang
ada di udara
3. AIR PERMUKAAN
Air permukaan merupakan kumpulan air hujan atau air tanah yang mengalir ke
permukaan tanah
4. AIR TANAH
air tanah mengandung garam garam terlarut, bergantung pada kondisi tanah kandungan
garam lebih banyak
PENGGUNAAN AIR
1. Untuk sanitasi (minum dan masak(
2. Untuk MCK
3. Untuk keperluan industri
Label: Kimia lingkungan

Teori kuantum MAX PLANK

sampai dengan tahun 1900; para ahli fisika menganggap bahwa radiasi elektromagnet
bersifat kontinu. pada tahun 1900 max plank mengajukan gagasan bahwa radiasi
elektromagnet bersifat diskret.artinya suatu benda hanya dapat memancarkan atau
menyerap radiasi elektromagnet dalam ukuran kecil dengan nilai tertemu. paket energi itu
disebut kuantum.einstein membuktikan kebenaran dari teori kuantum max plank dengan
menyatakan bahwa radiasi elektromagnet mempunyai sifat partikel. partikel radiasi oleh
einstein diberi nama foton. besarnya energi dalam suatu paket bergantung pada
frekwenshi atau panjang gelombang radiasinya.
Label: kimia dasar

asidi alkalimetri

Salah satu analisis titrimetri yang melibatkan asam basa adalah asidi alkalimetri. Titrasi
asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam
pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari..

Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah
reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan
titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa
bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air
merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume
tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer
adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan
sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus
memenuhi syarat seperti dibawah ini:

1.Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada
suhu 110-120oC).

2.Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat
diabaikan.

3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.

4.Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain
yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi
0,01-0,02 %).

5.Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan
titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.

6.Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau
dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah
selama penyimpanan.

Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat


KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan
sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat
digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan
perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).

Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik
(saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir
teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak
dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya
ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan
suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).

Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka
menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).

Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi
indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan
terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).

Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam suatu larutan
banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning,
sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil
ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya
(Day, 1981).

Campuran karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat, dapat ditetapkan
dengan titrasi dengan menggunakan indikator fenolphtalein dan jingga metil (Day, 1981).

Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan suatu asam kuat sebagai titran,
dalam hal mana akan diperoleh dua patahan yang cukup nyata, yang berpadanan dengan
reaksi :

CO32- + H3O+ HCO3- + H2O

HCO3- + H3O+ H2CO3- + H2O


*** for the hardest n user who wants most n more, please read:

Bassett, J. dkk., 1991, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Keenan, Charles W. dkk., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Tim Penyusun, 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Depkes RI. Jakarta
Diposkan oleh fazriansyah di 01:15 0 komentar Link ke posting ini
Label: titrasi
Reaksi:

kompleksometri

Salah satu cara penetapan kadar suatu ion logam berdasarkan terbentuknya suatu
senyawa kompleks antar ion logam dengan senyawa pembentuk kompleks ialah dengan
kompleksometri (oh ya???). Senyawa pembentuk kompleks sebagai donor elektron
sedangkan ion logam yang bertindak sebagai akseptor elektron. Dalam larutan alkali,
pembentukan kompleks lebih efisien dan lebih stabil. Namun, jika terlalu alkali, perlu
diwaspadai akanterbentuknya endapan logam teroksidasi.

Liganda unidentat adalah liganda (molekul donor elektron) yang ikantannya pada ion
logam hanya pada satu tempat saja, jika terdapat pada banyak tempat disebut liganda
poli/multiudentat seperti dinatrium EDTA (senyawa yang dengan banyak kation
membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1). Umumnya, indikator yang digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah indikator logam yang mempunyai stabilitas yang
lebih kecil dari dinatrium EDTA-logam dan bersifat sebagai liganda yang membentuk
kompleks-logam yang warnanya berbeda dengan warnanya sendiri.

TEORIe jang seSINGKAT-jingkatnya

Persyaratan mendasar dalam titrasi kompleksometri ialah terbentuknya kompleks


molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah kelarutan tingkat tinggi, seperti
kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro nitrat dan perak
sianida juga dikenal sebagai titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990).

Daerah di sekitar ion logam pusat di mana ligand-ligand (valensi tambahan bertanggung
jawab dalam ikatan dengan gugus koordinasi) ditemukan dinamakan lengkung koordinasi
(Petrucci, 1985).

Terbentuknya ikatan kovalen parsial dengan ligand diakibatkan oleh adanya interaksi
antara ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan elektron
bebas ion logam pada tiap molekul ligand. Ion kompleks seperti ini mempunyai warna
gelap namun mencolok (Oxtoby, 2001).

M(H2)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O

Di persamaan tersebut, ligand L dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat
terjadi, sampai terbentuk kompleks MLn, di mana n adalah bilangan koordinasi dari ion
logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligand monodentat yang dapat terikat
padanya (Vogel, 1994).

Dengan efek sepit, kompleks-kompleks yang dibentuk ion asetat memililki kestabilan
Yang rendah dengan hampir semua kation polivalen, dan akan menjadi jauh lebih kuat
karena terbentuk oleh kebanyakan kation logam. Asam-asam aminopoli karboksilat
merupakan zat-zat pengompleks yang baik sekali (Vogel, 1994).
Diposkan oleh fazriansyah di 01:13 0 komentar Link ke posting ini
Label: titrasi
Reaksi:

permanganometri

Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau
dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor
dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak
bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan
melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan
kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan
zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan
cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan
kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4
sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat
dicari normalitas KMnO4.

TEORI SINGKAT (suer!!ini juga singkat banget..nanti ditambah klo ada


waktu..Insyallah..atau ada yang mau nambahin?)

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium


permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan
yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi (Day, 1980).

Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari
mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi
yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida
serta bukanlah suatu larutan standar primer (Basset, 1994).

Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah,
netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat
tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995).

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak
terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH (Rivai,
1995).

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau


sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).

Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah:

5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O

Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat (Rivai, 1995).
Label: titrasi

potensiometri

Potensiometri

Mengukur potensial dua elektrode yang tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol
merupakan potensiometri yang mengaplikasi secara langsung dari persamaan Nerst.
Penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji seseuai dengan sifat
nondesktruktif potensiometri terhadap sampel. Bahkan, dapat digunakan untuk
menetapkan tetapan kesetimbangan (Day, 1999).

Potensiometri dalam proses titrasi biasanya tidak memerlukan potensial-potensial mutlak


maupun potensial relatif terhadap suatu sel-peruh standar. Titik ekivalen reaksi akan
ditunjukkan oleh perubahan potensial secara mendadak dalam aturan e.m.f. yang dibaca
lawan volume larutan penitrasi (J, Basset, 1994).

Berbagai macam reaksi titrasi yang dapat diikuti pengukuran potensiometri diantaranya
reaksi netralisasi, reaksi redoks serta reaksi pembentukkan kompleks dan pengendapan
(Khopkar, 1990).

Jika menyangkut elektroda gelas seperti titrasi asam basa kebanyakan, suatu alat ukur
dengan impedansi masukkan tinggi diperlukan karena adanya tahanan dalam gelas,
sehingga digunakan pH meter khusus, karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa,
maka pH meter ini dapat digunakan dalam berbagai macam titrasi untuk mempermudah
penggunaan potensiometri yang luas (Day, 1999).
Saat suatu elektrode bersifat konstan, elektrode yang lain berperan sebagai indikator
perubahan ion dan bereaksi cepat saat pengadukkan larutan selama titrasi (Basset, 1994).
Label: titrasi
Langgan: Entri (Atom)

info obat-obat

1. Amfoterisin BAmfoterisin B merupakan antibiotik polyene yang dihasilkan oleh galur


Streptomyces nodosus. Obat ini bisa bertindak sebagai fungistatik maupun fungisidal
dengan mengikat sterol (misalnya ergosterol) dalam membran sel yang berujung pada
kematian sel. Formulasi yang lebih baru amfoterisin lipid, ternyata sama efektif dengan
formulasi lama namun lebih kurang nefrotoksik. Hidrasi yang adekuat bisa mengurangi
nefrotoksisitas, dan pasien mentolerir cairan harus diberikan sebelum dan sesudah
hidrasi.

Anda mungkin juga menyukai