Anda di halaman 1dari 5

PATOLOGI UMUM DAN MEKANISME PENYAKIT Jejas akan mengakibatkan gangguan metabolisme

karbohidrat, protein, dan lemak pada sel sehingga


Tujuan Umum: menimbulkan adanya perubahan morfologi dari
Setelah mengikuti perkuliahan ini, sel.
mahasiswa diharapkan mampu Infiltrasi merupakan gangguan yang bersifat
menjelaskan patologi umum dan sistemik, dimana terjadi perubahan metabolisme
mekanisme penyakit sehingga produk metabolit akan menumpuk yang
Tujuan Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan berakibat timbulnya jejas seluler.
tentang: Anoxia akan menimbulkan gangguan enzim
Konsep umum penyakit kesehatan dan pernafasan sel sehingga mengakibatkan
penyakit terjadinya degenerasi dari sel-sel pernafasan.

Keturunan, lingkungan dan penyakit, Penyakit Von Gierke akan mengakibatkan


Interaksi antara keturunan dan glikogen berlebihan dalam darah sehingga
lingkungan berakibat terjadinya infiltrasi glikogen pada sel.

Cedera dan kematian sel Degenerasi dan Infiltrasi

Respon tubuh terhadap cedera dan Degenerasi dapat berupa


peradangan serta perbaikan degenerasi bengkak keruh (cloudy
Respon tubuh terhadap tantangan swelling: degenerasi albumin),
imunologis degenerasi hidropik (degenerasi
Respon tubuh terhadap agen menular vacuoler),

Penyebab Jejas, Kematian, Adaptasi Sel degenerasi hialin, dan

Hipoksia / Iskhemi degenerasi mucin.

Bahan kimia termasuk obat-obatan Infiltrasi dapat berupa

Agen fisik perlemakan (fatty: depotition, change,


metamorphosis),
Agen mikrobiologi
infiltrasi glikogen,
Jamur, protozoa dan cacing
amiloid, dan sebagainya.
Mekanisme immune
Adaptasi dan Cedera Sel
Gangguan genetik
Adaptasi
Ketidakseimbangan nutrisi
Cidera reversible: cidera yang relative ringan dan
Psikogenik kemungkinan sel kembali ke dalam bentuk
semula
Jejas Sel Dan Adaptasi
Cidera ireversible: bila sel mati? Cell
Regenerasi adalah perubahan morfologi akibat
death/apoptosis cell
jejas non fatal (reversible) sehingga masih
memungkinkan untuk dapat pulih. Akibat Injury / Cidera
tegantung dari:
Jenis dan beratnya cidera meninggalkan bayangan ke kerangka sel dan
akhirnya menghilang sama sekali.
Jenis dan kondisi sel yang terkena:
Jenis nekrosis ada beberapa macam, seperti
kepekaan terhadap injuri, nekrosis coagulativa, nekrosis colliguativa,
diferensiasi, nekrosis caseosa, ganggren, nekrosis enzimatik,
dan nekrosis fibrinoid
suplai darah,
Nekrosis Coagulativa
nutrsisi dan
Protoplasma tampak seperti membeku akibat
umur koagulasi protein.

Sel beradaptasi melalui 4 tahap Penyebab dari nekrosis coagulativa adalah


iskhemik akibat putusnya perbekalan darah dan
atrofi,
toksin bakteri.
hipertrofi,
Iskhemik akibat putusnya perbekalan darah
hiperplasi dan
Daerah yang terkena menjadi padat,
metaplasi. pucat dikelilingi daerah yang hemoragik.

Jejas yang paling ekstrim akan mengakibatkan Gambaran mikroskopis: inti sel piknotik
kematian sel atau jaringan, dimana kematian beberapa hari lagi sisa inti sel
tersebut dapat berupa somatic death atau berupa menghilang, sitoplasma tampak berbutir,
nekrosis. berwarna merah tua sampai beberapa
minggu rangka sel masih dapat dilihat,
Nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan tetapi kemudian sel akan malarut (lisis)
pada individu yang masih hidup. dan menghilang.

Nekrobiosis adalah kematian sel fisiologis Toksin bakteri


misalnya epidermis, darah.
Toksin bakteri ini terutama typhus
Adapun gambaran makroskopis nekrosis adalah: abdominalis, diphteri, pneumonia, dan
perubahan perangai, tidak nampak segar, keruh infeksi keras lainnya sehingga
(opaque), tidak cerah, warna putih abu-abu. mengakibatkan degenerasi sampai
dengan nekrosis sel otot serat lintang.
Gambaran mikroskopis nekrosis adalah jaringan
nekrotik seluruhnya tercat eosin, sering pucat, Gambarannya: mula-mula sel bengkak
bercak kebiru-biruan menunjukkan adanya kemudian sitoplasma menjadi homogen
kalsifikasi, jaringan sekitarnya tampak hiperemik yang kemudian serat lintang menghilang
dan serbukan radang. sehingga inti menjadi piknotik, yang
disusul dengan massa protein diselubungi
Perubahan pada inti sel yang mengalami nekrosis
membran sel yang tampak membayang
adalah: hilangnya gambaran kromatin, inti keriput
dan akhirnya menghilang. Misal nekrosis
tidak vesikuler, inti lebih padat dengan warna
Cyphiliss satidium III merupakan sarang
hitam (piknotik), inti robek yang terbagi atas
nekrosis, gumma yang merupakan
fragmen-fragmen (karyorrhexis), inti pucat dan
nekrosis koagulativa.
tidak nyata (karyolisis). Akhirnya seluruh jaringan
menjadi massa amort, granuler tanpa inti atau Nekrosis Colliguativa =
Liquection (mencair)
Terjadi dalam waktu yang lebih cepat. dolor (rasa sakit),

Penyebab: pengaruh enzim-enzim yang bersifat tumor (pembengkakan), dan


litik.
fungsio laesa (perubahan fungsi).
Hal ini sering terjadi pada jaringan otak, jaringan
dengan infeksi bakteri piogen oleh karena Perbaikan/Pemulihan Jaringan
dibentuk berbegai enzim proteolitik yang Faktor penting pada penyembuhan
merusak jaringan.
Epitelisasi
Nekrosis Caseosa = Perkejuan
fase I (migrasi sel epitel dari tepi-tepi luka
Hal ini dimulai dengan destruksi jaringan yang dimualai kurang lebih 12 jam
pancreas sehingga terjadi pelepasan enzim lipase setelah jejas),
yang merusak jaringan sekitarnya.
fase II (proliferasi sel epitel, sel
Lipase menghidrolisa jaringan lemak sehingga bertambah banyak, mulai kurang lebih 24
asam lemak keluar. jam),
Asam lemak yang ditambah dengan alkali maka fase III (diferensiasi setelah semua lapisan
akan terbentuk sabun yaitu benda-benda putih penuh sehingga sel berubah bentuk
seperti kapur. seperti aslinya, proliferasi berhenti).
Nekrosis Enzimatik merupakan suatu keadaan Proliferasi sel jaringan ikat (fibroblas)
gawat abdomen yang akan mengakibatkan shock
Kolagenisasi,
Nekrosis Fibrinoid
terbentuk jaringan granulasi (fibroblas
Hal ini sering berhubungan dengan persoalan dan pembuluh darah baru) yang akan
imunitas. memberikan nutrisi dan oksigen sehingga
Berupa bangunan menyerupai fibrin pada terjadi kolagenisasi kemudian jaringan
jaringan ikat atau pembuluh darah. mengkerut dan terbentuk jaringan parut.

Struktur fibrinoid belum jelas, tetapi dapat Faktor yang mempengaruhi pemulihan jaringan
berupa: depolimerasi kolagen, perubahan Faktor lokal yang mempengaruhi pemulihan
substansi dasar nukleoprotein, prepitasi fibrin jaringan seperti: infeksi, suplai darah kurang baik,
atau gamma globulin, yang terjadi pada daerah benda asing, imobilisasi setempat, kotor, banyak
yang jaringan mati, tepi tidak rata, jenis sel).
mengalami reaksi antigen antibodi. Faktor umum yang mempengaruhi pemulihan
jaringan diantaranya umur, nutrsisi (Vit C,
protein: untuk sintesis kolagen), anemia dan
RESPON TUBUH penyakit darah yang lain, status kekebalan, DM,
TERHADAP CEDERA pemakaian kortokosteroid dimana akan
menghalangi proliferasi fibroblas dan sintesa
mengalami reaksi antigen antibodi. kolagen.
Peradangan Komplikasi yang dapat terjadi pada pemulihan
rubor (kemerahan), jaringan

kalor (panas),
kontraktur (jaringan parut mengkerut, luka dalam komplemen, lisis atau fagositosis sel
sampai otot), target; ada kemungkinan tidak
tergantung pada antibodi, sitotoksisitas
granuloma (jaringan granulasi tumbuh terus yang diperantai sel
dimana harus dikerok/nitras argenti),
Mis: Anemia hemolitik immun, Sindrom
keloid (jaringan parut tumbuh terus, biasanya Goodpasture
faktor bawaan)
Tipe III: Kompleks Immun
perlengketan.
Penyatuan antigen dan antibodi
membentuk kompleks yang mengaktifkan
komplemen, menarik lekosit dan
menyebabkan kerusakan jaringan produk
lekosit
RESPON TUBUH TERHADAP TANTANGAN
IMUNOLOGIS Mis: Penyakit serum, Berbagai bentuk
glomerulonefritis, Lesi dari SLE

Primary Secondary Response Tipe IV: Dieperantai Sel


Response
Reaksi limfosit T dengan antigen
menyebabkan pelepasan limfokin,
Lag after imm 5-10 day 1-3 days sitotoksiksitas dan pengerahan sel-sel
Peak response Smaller Larger
reaktif
Antibody isotype Ig M > Ig G Relatif lebih tinggi pada Ig G, Ig A,
atau Ig E Mis: Dermatitis kontak alergik, Penolakan
Antibody affinity Lower averange Higher averange (affinity maturation)
cangkokan, Tuberkulosis (lesi dan tes kulit
Induced by All immunogens Only protein antigen
positif)

Kekebalan/Imunisasi

4/9/2009 75
Kekebalan Aktif

Aktif Alami

Reaksi-Reaksi Hipersensitivitas Aktif Buatan

Tipe I: Anafilatik Kekebalan Pasif

Antigen bereaksi dengan antibodi Ig E lalu Pasif Alami


berikatan dengan permukaan sel mast,
mengakibatkan pelepasan mediator, efek Pasif Buatan
mediator
RESPON TUBUH TERHADAP AGEN MENULAR
Mis: Tes Garukan untuk alergi positif,
Faktor Hospes pada Infeksi
Anafilaksis, Alergi pada pernafasan
Kulit dan mukosa faring
Tipe II: Sitotoksik
Saluran pencernaan
Antibodi yang bersatu dengan antigen
merupakan bagian sel atau jaringan Saluran Pernafasan
tubuh; menyebabkan aktivasi
Sawar Pertahanan Tubuh

Radang sebagai pertahanan

Pembuluh limfe pada infeksi

Pertahanan terakhir

Faktor Jasad Renik pada Infeksi

Daya transmisi

Daya invasi

Kemampuan untuk menimbulkan penyakit

Riwayat alamiah suatu penyakit

periode prepatogenesis dan

periode patogenesis.

Cara Interaksi Hospes Jasad Renik

Cara penularan penyakit dapat secara langsung


maupun tidak langsung.

Dalam menimbulkan suatu penyakit, maka jasad


renik akan melalui beberapa masa, yaitu:

Masa Inkubasi.

Periode Latent.

Infeksi Latent.

Periode penularan

Infeksi Oportunistik

Infeksi oportunistik timbul jika beberapa faktor


atau kelompok faktor membahayakan
mekanisme pertahanan intrinsik hospes atau
dengan cara mengubah ekologi jasad renik
penghuni normal.

Umumnya terjadi pada pasien-pasien yang


dirawat di RS dengan keadaan gangguan gizi,
reaksi imunologis, atau kemampuannya untuk
menghasilkan leukosit terganggu, pasien dengan
pengobatan kemoterapi, pasien bedrest, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai