TINJAUAN PUSTAKA
A. Embung
1. Definisi Embung
menampung air hujan dan air limpasan serta sumber air lainnya untuk
daerah perbukitan. Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh
banjir.
6
2. Tinggi Embung
elevasi mercu embung. Apabila pada embung dasar dinding kedap air atau
zona kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis
3. Tinggi Jagaan
rencana air dalam embung dan elevasi mercu embung. Elevasi permukaan
embung.
Gambar 2. Tinggi Jagaan pada Mercu Embung
dari:
d. Gempa.
inggi
Tipe tubuh embug agaan Sketsa penjelasan
(m)
1. Urugan homogen 0,50
3. Komposit 0,50
air maksimum di reservoir yang disebabkan oleh debit banjir rencana saat
4. Lebar Mercu
5. Panjang Embung
B. Tanah
1. Definisi Tanah
secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
Tanah terdiri dari tiga fase elemen yaitu: Udara, Air dan Partikel
Volume Solid
butiran (ruang ini disebut pori atau voids) sebagian atau seluruhnya dapat
terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Sehingga jika beban diterapkan pada tanah
kohesif yang jenuh maka pertama kali beban tersebut akan didukung oleh
tekanan air dalam rongga pori tanahnya. Pada kondisi ini butiran-butiran
lempung tidak dapat mendekat satu sama lain untuk meningkatkan tahanan
geser selama pori di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan rongga
tersebut. Karena rongga pori tanah lempung sangat kecil, keluarnya air
Jika sesudah waktu yang lama setelah air dalam rongga pori berkurang
geser tanahnya meningkat. Masalah ini tak dijumpai pada tanah granuler
yang rongga porinya relatif besar karena sewaktu beban diterapkan air
langsung keluar dari rongga pori dan butiran dapat mendekat satu sama
lebih besar dari 250 sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150
11
sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles) atau
pebbes.
150 mm.
d) Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0,002 sampai
0,074 mm.
e) Lempung (clay), yaitu partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari
2. Klasifikasi Tanah
memiliki kesamaan sifat fisis. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande (1942)
Dalam sistem ini, tanah dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu:
koordinat indeks plastisitas dan batas cairnya. Tanah berbutir ini dibagi
menjadi lanau (M). Lempung Anorganik (C) dan Tanah Organik (O)
Devisi Utama
(Lebih dari 50% butiran tertahan pada saringan no. 200) Tanah Berbutir Kasar
butiran halus
Tanah dengan
lolos ayakan No. 200 GW, GP, SW, SP Kurang dari 5% lolos
ayakan No. 200 GM, GC, SM, SCyang memerlukan simbol
Devisi Utama
(Lebih dari 50% butiran lolos saringan no. 200) Tanah Berbutir Halus
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (lanjutan)
Persamaan garis U
Vertikal pada LL=16
untuk Ip = 7, maka
Ip = 0,9 (LL 8)
Persamaan garis A
Horizontal pada Ip = 4,
untuk LL = 25,5 maka
Ip = 0,73 (LL 20)
Kadar air suatu tanah adalah perbandingan berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat
W1 W2
Kadar Air
x 100% ............. (2.01)
W2 W3
dimana :
dimana :
Gs = berat jenis
Konsistensi tanah dinyatakan dengan batas cair dan plastis (disebut juga
batas Atterberg).Kadar air minimum dimana sifat suatu tanah berubah dari
Batas cair (Liquid Limit) adalah batas atas dari rentang kadar air
batas atas dari daerah plastis. Batas cair biasanya ditentukan dari
..... (2.03)
Dimana : W = Kadar air (%)
N = Jumlah pukulan
kadar air tanah pada kedudukan antara daerah plastis dan semi
padat, yaitu persentase kadar air tanah dengan diameter silinder 3.2
PI = Plastic Indeks
PL = Batas Plastis
Indeks plastisitas (IP) adalah selisih dari batas cair dan batas
plastis. Jika tanah mempunyai kadar interval air daerah plastis yang
kecil, maka keadaan ini disebut tanah kurus. Sebaliknya, jika tanah
PI = LL PL . (2.05)
LL = Liquid Limit
PL = Batas Plastis
yang lolos dari satu set saringan. Analisis saringan digunakan untuk
... (2.06)
Kuat geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang
terjadi pada saat terbebani. Keruntuhan geser (shear failure) dalam tanah
adalah akibat gerak relatif antara butirnya, bukanlah karena butirnya sendiri
yang hancur. Oleh karena itu kekuatan tanah tergantung kepada gaya-gaya
yang bekerja antara butirnya. Pada peristiwa kelongsoran suatu lereng berarti
kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Hubungan fungsi tersebut
dinyatakan ;
= f() (2.07)
dengan ;
= c + tg
(2.08)
dengan ;
garis lurus. Jika kedudukan tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tidak
21
akan terjadi. Pada titik Q terjadi keruntuhan karena titik tersebut terletak tepat
pada garis kegagalan. Titit R tidak akan pernah dicapai, karena sebelum
dengan ;
sampel tanah asli (undisturbed), tanah tersebut diambil dengan hati-hati agar
tidak berubah kondisinya (kadar air, susunan butiran), karena hal ini bisa
Cara pengujian geser langsung ini terdapat dua cara yaitu, tegangan geser
menambahkan beban mati secara bertahap dan dengan penambahan yang sama
besarnya setiap kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang
bagi kotak besi tersebut. Pada uji regangan terkendali, suatu kecepatan gerak
mendatar tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari pergerakan geser
horizontal tersebut dapat diukur dengan bantuan sebuah arloji ukur horizontal.
Proving ring
untuk tekanan
D. Stabilitas Lereng
Lereng (slope) adalah suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk
sudut tertentu, terbentuk secara alamiah atau dibentuk oleh manusia untuk
yang dikerahkan tanah pada bidang longsornya maka akan terjadi kelongsoran
tanah.
analisis stabilitas adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor
yang potensial, faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya
3. Tahanan geser dari massa tanah pada setiap titik sepanjang bidang longsor
tidak tergantung dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain
..... (2.11)
Dengan adalah tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh
tanah, d adalah tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang
g . (2.12)
longsor.
Dengan cara yang sama, dapat dituliskan persamaan tegangan geser yang
longsornya:
d= cd + g d . (2.13)
Dengan cd dan d adalah kohesi dan sudut gesek dalam yang terjadi atau
(2.14)
(2.15)
. (2.16)
Dengan Fc faktor aman pada komponen kohesi dan F = faktor aman pada
aman terhadap kuat geser tanah diambil lebih besar atau sama dengan1,2.
1. Sifat material
2. Air tanah
diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan air
4. Geometri lereng
Dimana :
dasar irisan
Analisa stabilitas lereng tidak mudah, karena terdapat faktor faktor yang
bergantung pada iklim. Beberapa jenis tanah mengembang pada saat musim
hujan, dan menyusut pada saat musim kemarau. Pada musim hujan kuat geser
1. Metode Fellenius
kanan dan kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah
ca 1
(Wi cos i u i ai )
. (2.17)
tg
F i 1
i n
W sin
i
i
i 1
Dengan:
F = Faktor aman
2. Metode Bishop
dalam metode Irisan. Metode ini juga menggap gaya-gaya yang bekerja
anbatas de.n(g2a.1n7)
i n '
1 1
F i n
W sin
(c b Wtg )
M
.... (2.18)
i 1 i
i i 1
M = cos i ( 1 + tg i tg / F ) (2.19)
i n
(c b Wtg )1
'
... (2.20)
F i 1
i n
M W sin
i 1
i i
i n 1
(c b Wtg cos
'
)
i 1 i (1 tg
i tg ' . (2.21)
F /F)
i n
W sin i
i
i 1
Dengan :
F = Faktor aman
konstruksi tubuh embung itu sendiri. Penurunan muka air tiba-tiba ini
terendam. Setelah terjadi penurunan muka air maka suatu kombinasi keadaan-
keadaan yang berbahaya timbul dimana berat tanah timbunan dari keadaan
L
Muka air setelah penurunan
Pada saat sebelum penurunan muka air sejajar dengan puncak bendungan lalu
masih terjadi tekanan air pori yang besar bersama sama dengan tegangan
efektif terendah antar butir air dari air pori yang keluar lereng bekerja dalam
Faktor aman dalam metode Fellenius dan metode Bishop yang digunakan
sama dengan perhitungan muka air normal, namun ada beberapa parameter
lereng terendam sebelum terjadi penurunan muka air. Data data yang
a. Kemiringan Lereng ( )
c'
b. ........................................................................................... (2.22)
H
Dimana :
c. L / H ........................................................................................... (2.23)
H = Tinggi.
Gambar 10. Kurva Stabilitas Morganstern untuk c/H = 0,0125
Gambar 11. Kurva Stabilitas Morganstern untuk c/H = 0,025
Gambar 12. Kurva Stabilitas Morganstern untuk c/H = 0,05