Disusun Oleh:
Kelompok II
GALIH EKA RAHMAWAN, S.Farm (UAD/1608062278)
AULIA OKSA PUTRI, S. Farm (UII/17811024)
WANTI NUR INDAH, S. Farm (UMY/20164040015)
ING JANURABES K, S. Farm (USB/1720333620)
AGUSTIANTY N H, S. Farm (UNSOED/I4C016040)
NILA ASTUTI, S. Farm (UMY/20164040036)
NOVI KURNNIAWATI, S. Farm (UMP/1708020096)
HIKMAHA M HASAN, S. Farm (UNSOED/I4C016003)
2.2. POPULASI
Bahan yang digunakan dalampenelitian ini adalah seluruh resep yang ada
di satelit farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dan Paviliun
Abiyasa Purwokerto bulan Agustus sampai September 2017.
= 64.58 %
59
% Peresepan Obat Generik = (79 x 100%)
= 74.68%
2654
% Peresepan Obat Generik = (4134 x 100%)
= 64.2%
162
% Peresepan Obat Generik = (102 x 100%)
= 62.9%
75.1 80.9
70.5 64.1 65.6 66.6
62.9 59.7 52.2 61.6 61.8 59.7 60.7
47.7
37.04 40.2 24.8 38.3 38.2 40.2 39.2
29.4 35.8 34.3 33.3
19.01
3.2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan penggunaan obat generik dan non generic
yang diperoleh, menunjukkan persentase peresepan obat generik pada RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo(RSMS) pada bulan Agustus tertinggi pada poli Bedah
Onkology mencapai 90,7% dan yang terendah pada poli Mata 30%, sedangkan
pada bulan September 2017 pada poli yang sama mencapai 88,7% dan terendah
34,7%, untuk hasil di Paviliun Abiyasa masing-masing tertinggi pada poli Kulit
dan Kelamin mencapai 67% dan terendah pada poli Mata mencapai 34%.
Penggunaan Obat Generik banyak digunakan dalam peresepan, sesuai
dengan Permenkes Nomor HK 02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
KewajibanMenggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah menjelaskan bahwa setiap dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai
indikasi medis. Ketersediaan obat generik pada Fasilitas Kesehatan Pemerintah
bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan atau akses masyarakat terhadap
obat karena harga obat yang relatif murah.
Persentase yang diperoleh belum mencapai 100% dan mengalami
penurunan pada bulan September, disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
ada beberapa obat yang belum tersedia dalam sediaan generiknya contoh sediaan
insulin (Levemir, NovoRapid dan lain-lain) dan albumin (Vip Albumin).
Faktor lainnya yaitu banyak digunakan obat kombinasi untuk memudahkan pasien
dalam mengkonsumsi obatnya contoh obat SeretideDiscus (Salmaterol
kombinasi dengan Flexotide), neurodex (Vitamin B1, B6 dan B12) dan lain-lain.
Adapun alasan lain adalah untuk mempermudah dokter dalam meresepkan obat-
obatan kombinasi. Faktor dari pihak pasien juga tidak dapat dikesampingkan.
Banyak pasien masih meminta untuk tidak diresepkan obat generik, hal ini
didasari pengetahuan pasien yang kurang dan pasien menganggap obat generik
memiliki kualitas mutu yang jauh lebih rendah dibanding obat dengan nama
dagang.
Obat-obat dengan nama dagang yang sering diresepkan di RSMS adalah
antara lain Rincobal 500, Alphentin, Levemir, NovoRapid, Humalog Mix
25 KwikPen, NitrokapRetard 2,5mg, Concor 2,5mg, Calos 500, Adalat
Oros, Harnal, Neurodex, SeretideDiscus, SymbicortTurbuhaler,
TabasSirup, V-Bloc, UlsafateSuspension, Micardis 80mg, Depakote ER,
Herbesser CD 100mg, Flutrop, Levopar, Tanapress, Minosep,
Miniaspi, Ativan, Kalnex, Tyrizol, Scopamin, Tyrax dan lain-lain.
Keseluruhan obat dengan nama dagang yang sering diresepkan tersebut termasuk
kedalam e-Catalogue sehingga tetap memiliki legalitas untuk diadakan dan
diresepkan.
Dari hasil diatas juga menggambarkan adanya perbedaan nilai peresepan
obat generik di RSMS untuk perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti pola fikir dokter penulis resep dimana Paviliun Abiyasa merupakan
paviliun VIP sehingga tingkat perekonomian pasien yang berkunjung ke paviliun
tersebut lebih tinggi. Hal ini pula yang kemudian yang menjadi faktor dokter
menuliskan resep obat dengan nama dagang.
Peresepan persentase evaluasi obat generik pada bulan agustus dan
september 2017 di kedua Rumah Sakit belum sesuai dengan standar WHO yang
menyatakan bahwa peresepan obat generik mencapai 82%. (WHO, 1993)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
4.1.1. Persentase peresepan obat generik pada RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo(RSMS) pada bulan Agustus tertinggi pada poli Bedah Onkology
mencapai 90,7% dan yang terendah pada poli Mata 30%, sedangkan pada
bulan September 2017 pada poli yang sama mencapai 88,7% dan
terendah 34,7%, untuk hasil di Paviliun Abiyasa masing-masing tertinggi
pada poli Kulit dan Kelamin mencapai 67% dan terendah pada poli Mata
mencapai 34%
4.2. SARAN
4.2.1. Untuk menjadikan penelitian ini sebagai bahan evaluasi yang
berkesinambungan, dengan kata lain dilaksanakan secara teratur setiap
bulan.
4.2.2. Metode yang digunakan juga dapat diperbaharui sehingga tidak
menyulitkan peneliti untuk melihat resep lembar perlembar.
4.2.3. Dokter penulis resep hendaknya menulis resep obat generik, namun jika
terpaksa dapat menulis obat dengan nama dagang jika hal itu memang
mendesak dan tercantum di dalam e-Catalogue.
4.2.4. Melakukan upaya promosi obat Generik kepada pasien dan dokter
mengenai edukasi pengertian obat Generik, khasiat, keamanan dan mutu
obat Generik yang sebenarnya tidak ada perbedaan dengan obat Paten.
4.2.5. Kepada pihak BPJS kesehatan diharapkan dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat sebagai bahan masukan agar dapat melakukan evaluasi
pelayanan kesehatan, sehingga peserta BPJS tidak dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sirait, M. 2001. Tiga Dimensi Farmasi: Ilmu Teknologi, Kesehatan dan Potensi
Ekonomi. Kumpulan Presentasi dan Tulisan, Institut Darma Mahadika,
Jakarta
Tanner, AE., Ranty, Lily., Lolo, WA. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan
Resep Obat Generik Pada Pasien BPJS Rawat Jalan di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou Manado Periode Januari-Juni 2014. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi Vol. 4 No. 4
WHO, 1993. How to Investigate Drug Use In Healt Facilities, Selected Drug Use
Indicator, Action Program on Essential Drugs, 46-52, WHO, Genewa.