Anda di halaman 1dari 21

Setiap wanita memiliki hak untuk menentukan apakah dia akan hamil dan kapan dia akan hamil.

Bagi wanita usia subur yang aktif secara seksual serta tidak menggunakan kontrasepsi, angka
kehamilan mendekati 90% dalam satu tahun. Bagi wanita yang tidak menginginkan kehamilan
atau ingin menunda kehamilan, pengaturan kesuburan dapat dilakukan saat ini, dan berbagai
metode kontrasepsi yang efektif dicantumkan dalam tabel 1. Tak satupun yang sempurna tanpa
efek samping atau dikategorikan tanpa bahaya.1

Tabel 1 Metode Kontrasepsi


Kontrasepsi hormonal
Kombinasi kontrasepsi estrogen dan progestin
1. Pil
2. Transdermal patch
3. Cincin vaginal
Hanya progestin
1. Pil
2. Injeksi (intramuscular, subkutan)
3. Implan subdermal
Alat kontrasepsi dalam rahim (intrauterine device)
Alat kontrasepsi dalam rahim tembaga (Copper T 380A)
Alat kontrasepsi dalam rahim dengan progestin (LNG-IUS)
Teknik fisik, kimia, atau barrier
Kondom pria
Kondom wanita
Spermicida
Diafragma plus spermicidal
Spons kontraseptif
Cervical cap
Metode berdasarkan masa subur
Metode hari-hari standar
Metode irama kalender
Metode irama suhu tubuh
Metode irama mucus serviks
Metode simtotermal
Sanggama terputus (coitus interuptus)
Masa menyusui
Sterilisasi permanen

Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal memiliki efektivitas yang tinggi dan merupakan salah satu metode kontra-
sepsi reversible yang paling banyak digunakan. Saat ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi,
transdermal patch, dan cincin transvaginal. Pil kontrasepsi oral merupakan kombinasi estrogen
dengan progestin (combined pill) atau hanya mengandung progestin (mini pill). Pilihan kontra-
sepsi hormonal pria telah dievaluasi dalam penelitian dengan subjek manusia serta dapat menjadi
pilihan di masa depan.1

Kontrasepsi oral1

Terdapat tiga bentuk formulasi kontrasepsi oral: kombinasi dosis tetap, kombinasi phasic, dan
progestin (mini pill). Kontrasepsi oral kombinasi merupakan metode kontrasepsi hormonal yang
paling sering digunakan, serta banyak jenis yang dipasarkan sehingga hampir membingungkan.

Dosis dan sediaan farmakologis1,2,3

Saat ini, dosis terkecil yang dapat diterima dibatasi oleh kemampuannya untuk mencegah ke-
hamilan dan breakthrough bleeding yang tidak diinginkan. Sediaan estrogen berupa ethinyl-
estradiol atau yang lebih jarang 3-methyl ethernya, mestranol dengan dosis harian bervariasi dari
2050 g ethinylestradiol, sebagian besar sediaan mengandung 35 g ethinylestradiol.
Sedangkan, sediaan progestin berupa norethisterone, levonorgestrel, ethynodiol dengan dosis
harian 0,1 3 mg atau kurang.

Berdasarkan dosisnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu kombinasi estrogen-progestin dosis
tetap dan kombinasi phasic. Pada kombinasi phasic, jumlah progestin dan estrogen bervariasi
selama siklus. Pil phasic dikembangkan untuk menurunkan jumlah progestin total per siklus
tanpa mengorbankan manfaat kontraseptif atau kontrol siklus. Penurunan tersebut dicapai dengan
diawali oleh progestin dosis rendah dan ditingkatkan kemudian di siklus kontraseptif. Walaupun
secara teoritik penggunaan dosis progesterone total yang lebih rendah tersebut bermanfaat,
namun secara klinis tidak ditemukan manfaatnya.

Mekanisme kerja1

Cara kerja kontraseptif oral kombinasi bersifat multiple, tetapi efek yang paling penting adalah
mencegah ovulasi dengan menekan hypothalamic gonadotropin-releasing factor. Ini selanjutnya
mencegah sekresi hipofisis yaitu FSH dan LH. Progestin mencegah ovulasi dengan menekan LH
dan juga mengentalkan mucus serviks sehingga memperlambat masuknya sperma. Sebagai
tambahan, progestin mengubah endometrium sehingga tidak memungkinkan untuk implantasi.
Estrogen mencegah ovulasi dengan menekan pengeluaran FSH. Estrogen juga menstabilkan
endometrium, yang mencegah terjadinya perdarahan intermenstrual (breakthrough bleeding).

Efek bersihnya adalah penekanan ovulasi yang sangat efektif, pencegahan migrasi sperma
melalui mucus serviks, dan menciptakan lingkungan endometrium yang tidak menguntungkan
untuk implantasi. Dengan demikian, kontrasepsi ini benar-benar memberikan proteksi absolute
terhadap kontrasepsi jika digunakan sesuai aturan.

Sedangkan pada mini pill, efek kontraseptif didapatkan dari efek progestin dalam perubahan
mucus serviks dan pengaruh terhadap endometrium. Sediaan ini tidak dapat diandalkan untuk
menghambat ovulasi tidak seperti sediaan kombinasi dan perlu konsumsi regular tiap 24 jam
agar efektivitasnya maksimal.

Gambar 1: Kadar serum FSH dan LH selama siklus menstruasi, dengan dan tanpa kontrasepsi
oral. A: Siklus normal tanpa kontrasepsi oral. B: Dengan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi.
C: Dengan penggunaan kontrasepsi sequential. D: Dengan penggunaan mini pill2.

Pemberian1,2

Kontrasepsi oral kombinasi diminum setiap hari selama periode waktu tertentu (21 sampai 81
hari) dan kemudian dihentikan selama periode waktu tertentu pula (4 sampai 7 hari) yang disebut
interval bebas pil. Selama interval bebas pil, diharapkan terjadi withdrawal bleeding. Biasanya
konsumsi pil dimulai pada hari pertama siklus mentruasi, dan tidak diperlukan metode kontra-
septif pengaman.

Kontraindikasi1,4

Tabel 2: Daftar Kontraindikasi dan Peringatan Tentang Penggunaan Kontrasepsi Oral Kombinasi
dan Kontrasepsi Progestin*
Kontrasepsi kombinasi seharusnya tidak digunakan pada wanita dengan:
Penyakit tromboflebitis atau tromboemboli
Riwayat Penyakit tromboflebitis atau deep vein thrombosis
Penyakit serebrovaskular atau arteri koroner
Valvulopati kardiak trombogenik
Aritmia jantung trombogenik
Tabel 2 -- Lanjutan --: Daftar Kontraindikasi dan Peringatan Tentang Penggunaan Kontrasepsi
Oral Kombinasi dan Kontrasepsi Progestin*
Diabetes dengan keterlibatan vascular
Hipertensi berat
Karsinoma payudara yang telah diketahui atau dicurigai*
Karsinoma endometrium atau neoplasia bergantung estrogen yang telah diketahui atau
dicurigai
Perdarahan uterus abnormal yang tidak terdiagnosa*
Ikterus kolestatik kehamilan atau ikterus karena penggunaan pil
Adenoma atau karsinoma hepar, atau penyakit liver aktif dengan fungsi liver abnormal*
Kehamilan yang telah diketahui atau dicurigai*
Pembedahan besar dengan imobilisasi lama
Wanita dalam masa menyusui (khusus pil kombinasi)
Depresi mental yang telah diketahui atau dicurigai

Keuntungan1,2,4

Sediaan kombinasi jika digunakan secara tepat merupakan metode pencegahan kehamilan yang
efektif yaitu secara teoritis sebesar 99,7 %, sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90 96%,
selain itu medote ini mudah penggunaannya dan mudah didapatkan sediaannya, serta pemulihan
kesuburan hampir 100% dan berlangsung cepat. Sebagai tambahan terdapat beberapa manfaat
non-kontraseptif, diantaranya:
1. Meningkatkan kepadatan tulang
2. Mengurangi anemia dan kehilangan darah menstruasi
3. Menurunkan resiko kehamilan ektopik
4. Meringankan dismenorrhea karena endometriosis
5. Mengurangi keluhan premenstrual
6. Menurunkan resiko kanker endometrium dan ovarium
7. Mengurangi berbagai penyakit payudara jinak
8. Menghambat progresi hirsutisme
9. Mengurangi jerawat
10. Mencegah aterogenesis
11. Menurunkan insiden dan keparahan salpingitis akut
12. Menurunkan aktivitas rheumatoid arthritis

Sediaan mini pill mempunyai efek samping minimal, jika ada, terhadap metabolisme karbohidrat
atau koagulasi, dan tidak menyebabkan atau mencetuskan hipertensi. Sediaan ini mungkin ideal
bagi beberapa wanita yang beresiko tinggi mengalami komplikasi kardiovaskular. Penggunaan-
nya mudah karena mini pill dikonsumsi tiap hari tanpa ada sekuens khusus dalam konsumsi pil
tambahan lainnya. Selain itu, mini pill sering menjadi pilihan utama untuk ibu menyusui.
Dikombinasikan dengan menyusui, sebernarnya efektif 100% sampai 6 bulan dan tidak meng-
gangu produksi ASI.
Kerugian1,2

Sediaan kombinasi
1. Peningkatan produksi angiotensinogen, dan konversinya oleh rennin menjadi angiotensin
I dapat berhubungan dengan hipertensi yang diinduksi oleh pil.
2. Peningkatan sejumlah efek kardiovaskular karena efek trombogenik dari estrogen
sehingga berpotensi menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
thrombosis (venous thromboembolism, emboli paru, stroke, infark miokard)
3. Penggunaan jangka lama dapat berpotensi menyebabkan resiko relative terhadap
dysplasia serviks dan kanker serviks.
4. Penggunaan pada ibu menyusui menurunkan produksi ASI oleh kelenjar mamae.
5. Terjadi peningkatan berat badan akibat retensi cairan dan efek anabolic atau keduanya.
6. Terdapat perubahan pigmentasi kulit pada area tertentu terutama pada muka dan dahi.

Sediaan mini pill


1. Peningkatan resiko relative kista ovarium.
2. Perdarahan uterus ireguler yang dapat bermanifestasi sebagai amenorea, metroragia, atau
menoragia.
3. Konsumsi pil harus setiap hari, jika terdapat jeda misalnya terlewat satu hari tidak
konsumsi pil kemungkinan besar akan terjadi konsepsi jika wanita melakukan coitus.

Kontrasepsi Hormonal Non-Oral3,4

A. Transdermal patch
Merupakan bentuk kontrasepsi dalam bentuk sediaan kerja lama (long-acting), berukuran
sekitar 20 cm2 , mengandung sekitar 75 g ethinyl estradiol dan 6.0 mg norelgestromin
dan sangat mudah digunakan. Per harinya, pacth ini melepaskan sekitar 150 g
norelgestromin dan 20 g ethinyl estradiol, penggunaannya cukup diaplikasikan pada
salah satu dari empat tempat: bokong, lengan, abdomen, dan dada dilepaskan setelah 3
minggu untuk withdrawal bleeding. Berat badan wanita menjadi salah satu indikator
dalam efektivitas patch, wanita dengan berat badan lebih dari 90 kg memiliki efektivitas
pneggunaan patch yang menurun.
B. Cincin vaginal
Hormon sex steroid yang tersimpan dalam cincin vaginal akan diserap oleh epitel vagina
dan diedarkan ke sirkulasi. Penggunaannya cukup disisipkan ke dalam vagina selama 21
hari kemudian dilepaskan selama 7 hari untuk withdrawal bleeding, bentuk cincin
biasanya hanya dalam satu ukuran saja dan tidak harus pas atau ditempatkan pada tempat
khusus di dalam vagina. Cincin vaginal mengandung 2,7 mg ethinyl estradiol dan 11,7
mg etonogestrel (bentuk metabolit aktif dari desogestrel). Efektivitas dari segi
metabolisme dan efek klinis yang ditimbulkan dari cincin vaginal serupa dengan obat
kontrasepsi oral kombinasi dan akan meningkat seiring dengan frekuensi penggunaan.
Ekspulsi cincin vaginal dilaporkan jarang terjadi.
C. Injeksi (kontrasepsi suntikan)
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang terdiri
atas satu hormon, dan ada pula yang terdiri atas dua hormon sebagai contoh jenis
suntikan yang terdiri satu hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo
Geston dan Noristerat. Sedangkan yang terdiri dari atas dua hormon adalah Cyclofem
dan Mesygna. KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk
sterilisasi.
Cara Kerja: Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2
bulan. Prinsip kerja kontrasepsi suntikan ini sama seperti obat oral yang mengandung
progestin.
Efektivitas pada penggunaan ideal 99,75% sedangkan penggunaan tipikal 95 97%.
Keuntungan yang didapatkan dari kontrasepsi suntikan adalah mengurangi jumlah
kunjungan dan cost jika dibandingkan dengan pasien yang rutin konsumsi kontrasepsi
hormonal oral.
D. Implan subdermal
Merupakan 6 kapsul kecil yang terbuat dari silikon berisi hormon levonorgestrel yang
ditanam di bawah kulit. Implan juga baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak
lagi, tetapi belum mantap untuk ditubektomi.
Cara kerja: implant secara konstan melepaskan hormone progestin dalam dosis kecil
ke dalam darah. Penggunaannya di Indonesia paling banyak adalah Norplant (6
kapsul).
Efektivitas pada penggunaan ideal 99,7% sedangkan penggunaan tipikal 97 99%.
Keuntungan yang didapatkan dari implant adalah reservoa ini cukup lama dapat
digunakan yaitu sekali pasang untuk 5 tahun dan mengurangi kelalaian pasien jika
harus konsumsi obat kontrasepsi oral.

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Intrauterine Device)

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan
indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Terdapat dua tipe IUD yaitu (1) alat yang inert
secara kimiawi terdiri dari material yang tidak dapat diserap, paling sering polyethylene, dan
diisi dengan barium sulfat untuk opasitas, (2) alat yang aktif secara kimiawi mempunyai elusi
tembaga atau sebuah progestin yang secara terus menerus mengeluarkan hormone (biasanya
levonorgestrel) dalam jumlah konstan dalam rahim1,5.

Jenis-jenis IUD dalam Program KB Nasional6:

1. Lippes Loop (A, B, C dan D)


Jenis IUD lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung.
2. Copper T (220 dan 380 Ag)
Jenis IUD copper-T berbentuk T terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga ini memiliki efek anti
fertilitas yang cukup baik.
3. Multi Load (Mini, Short dan Standard)
Jenis IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.

Dengan informasi baru tentang keamanan, IUD sekali lagi mendapat popularitas karena beberapa
alasan1:
1. IUD adalah metode kontrasepsi reversible yang efektif digunakan dan dilupakan yang
tidak harus diganti sebelum 10 tahun untuk ParaGard dan 5 tahun untuk Mirena.
2. Saat ini lebih diketahui bahwa kerja utama IUD adalah kontraseptif, bukan alat yang
menyebabkan abortus.
3. Resiko infeksi pelvis menurun drastic dengan benang monofilament yang saat ini
digunakan dan teknik pemasangan yang aman.
4. Resiko kehamilan ektopik telah diklarifikasi. Secara spesifik, efek kontrasepsi
menurunkan angka kehamilan ektopik absolute sebesar 50% dibandingkan dengan wanita
yang tidak menggunakan kontrasepsi. Akan tetapi, jika gagal, maka kehamilan yang
terjadi kemungkinan besar ektopik.

Cara Kerja IUD1

Mekanisme-mekanisme ini belum terdefinisikan secara tepat dan sedang menjadi subjek per-
debatan. Pada waktu yang terdahulu, terganggunya implantasi ovum yang dibuahi diyakini
sebagai cara kerja utama IUD, namun sekarang hal tersebut kurang begitu penting dibandingkan
dengan cara kerjanya dalam mencegah fertilisasi.

Di dalam uterus, tercetus respon inflamasi endometrial local yang hebat, terutama oleh alat yang
mengandung tembaga. Komponen selular dan humoral inflamasi ini terlihat pada jaringan endo-
metrium dan cairan yang terdapat pada rongga uterus dan tuba uterina. Ini menyebabkan
penurunan viabilitas sperma dan ovum. Jika fertlisasi terjadi pada keadaan yang tidak me-
mungkinkan tersebut, maka terjadi proses inflamasi yang sama ditunjukkan pada blastokista, dan
endometrium diubah menjadi tempat yang tidak mendukung untuk terjadinya implantasi. Dengan
IUD tembaga, kadar tembaga meningkatkan mucus akseptornya dan menurunkan motilitas serta
viabilitas sperma.

Dengan LNG-IUS (levonorgrestel intrauterine system), sebagai tambahan terhadap reaksi


inflamasi, pelepasan progestin pada akseptor jangka panjang menyebabkan atrofi kelanjar dan
desidualiasi stroma. Progestin juga menyebabkan mucus serviks lebih kental dan sedikit meng-
ganggu motilitas sperma. LNG-IUS juga dapat melepaskan progestin yang cukup untuk meng-
hambat ovulasi secara tidak konsisten (prinsipnya hampir sama seperti mini pill).
Kontraindikasi6

Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :


1. Kehamilan
2. Sepsis
3. Aborsi postseptik dalam waktu dekat
4. Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
5. Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
6. Penyakit tropoblastik ganas
7. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
8. Penyakit radang panggul
9. PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan
kekebalan tubuh)
10. TBC panggul

Keuntungan6
1. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% ( 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama)
2. Dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan sosial
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
13. Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan

Kerugian6
1. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual(IMS)
2. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
3. Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
4. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
5. Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini.
Efek Samping1

Efek samping AKDR mencakup perdarahan uterus abnormal, dismenorea, ekspulsi, atau
perforasi uterus. Akan tetapi dengan penggunaan yang lama serta usia akseptor yang meningkat,
maka frekuensi kehamilan, ekspulsi, dan komplikasi perdarahan menurun. Kista ovarium
fungsional lebih sering terjadi bulan-bulan awal penggunaan LNG-IUS namun biasanya sembuh
secara spontan.

Perforasi Uterus
Perforasi uterus yang jelas secara klinis atau tersembunyi dapat terjadi ketika
memasukkan sonde uterus atau sewaktu pemasangan AKDR. Angkanya sekitar 1 per
1.000 pemasangan. Walaupun AKDR dapat berpindah secara spontan dan menembus
dinding uterus, sebagian besar perforasi terjadi, atau minimal dimulai pada saat
pemasangan. Beberapa peneliti menemukan bahwa perforasi AKDR, rotasi, atau
perlekatan dapat menyebabkan perdarahan berlebihan. Evaluasi perforasi didiskusikan
selanjutnya. Efek samping lainnya adalah abortus pada kehamilan yang tidak terduga
setelah pemasangan, namun tes kehamilan menggunakan urin sebelum pemasangan akan
menyingkirkan hal ini. Frekuensi kedua komplikasi tersebut bergantung pada keahlian
operator dan tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.

Ekspulsi
Hilangnya AKDR dari uterus paling sering terjadi selama bulan pertama. Jadi, para
akseptor tersebut harus diperiksa kira-kira 1 bulan setelah pemasangan, biasanya setelah
menstruasi, untuk mengidentifikasi benang AKDR pada serviks. Kontrasepsi barrier
dapat diperlukan selama bulan pertama ini, terutama jika AKDR tersebut telah terlepas
sebelumnya. Selanjutnya, wanita tersebut harus diinstruksikan untuk memegang benang
yang keluar dari serviks tiap bulan setelah menstruasi.

Kram dan Perdarahan


Ketidaknyamanan pemasangan dapat berasal dari penyondean uterus yang sulit atau
stenosis serviks, terutama pada nullipara. Jika menjadi masalah, maka dilakukan
pelunakan serviks khususnya setelah penggunaan misoprostol 400 g sublingual 1
sampai 3 jam sebelum pemasangan. Kram dan sedikit perdarahan umumnya terjadi
segera setelah pemasangan. Kram dapat diminimalkan dengan pemberian OAINS satu
jam sebelum pemasangan.

Menorrhagia
Jumlah perdarahan menstruasi umumnya bertambah dengan penggunaan AKDR
tembaga. Karena dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, maka diberikan
suplementasi besi, dan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit diperiksa setiap tahun.
Menoragia dapat menjadi masalah, dan 15 persen wanita diangkat AKDR tembaganya
karena hal tersebut. OAINS menurunkan perdarahan dan dianggap sebagai terapi lini
pertama untuk ini. Sebaliknya, LNG-IUS dihubungkan dengan amenorea progresif, yang
dilaporkan oleh sepertiga pengguna setelah 2 tahun dan oleh 60 persen pengguna setelah
12 tahun.

Infeksi
Risiko infeksi yang disebabkan oleh AKDR bertambah hanya selama 20 hari pertama
setelah pemasangan. Profilaksis antimikroba memberikan sedikit manfaat dan tidak
direkomendasikan saat pemasangan. Selain itu, American Heart Association tidak
merekomendasikan profilaksis endokarditis infektif pada pemasangan.
Untungnya, risiko infeksi tidak bertambah dengan penggunaan AKDR jangka panjang.
Sehubungan dengan itu, jika ada, AKDR menyebabkan sedikit peningkatan risiko
infertilitas dari infeksi pada wanita-wanita yang berisiko rendah mengalami infeksi
menular seksual. Untuk alasan ini, American Collage of Obstetricians and Gynecologists
merekomendasikan bahwa wanita-wanita yang berisiko rendah mengalami penyakit
menular seksual, termasuk remaja, merupakan kandidat yang bagus untuk
AKDR.Infeksi pelvic yang terjadi pada wanita pengguna AKDR dapat timbul dalam
beberapa bentuk. Abortus septik memerlukan kuretase segera. Abses tubo-ovari
(kadang-kadang unilateral) telah dilaporkan dan diterapi secara agresif. Dengan adanya
kecurigaan infeksi, AKDR harus dilepas.

Hilangnya AKDR1

Jika benang AKDR tidak dapat dilihat, maka alat tersebut mungkin telah lepas, atau telah
menembus uterus. Pada keadaan lain, mungkin terjadi kehamilan. Sebaliknya, benang AKDR
dapat berada di dalam rongga uterus dan alat berada dalam posisi normal. Setelah menyingkirkan
kehamilan, rongga uterus diperksa secara hati-hati menggunakan klem batu Randall atau
menggunakan batang khusus dengan ujung berkait untuk menarik kembali benang tersebut.
Jangan pernah mengasumsikan bahwa alat tersebut telah terlepas jika tidak melihatnya.

Jika benang tidak terlihat, dan alat tersebut tidak teraba melalui pemeriksaan rongga uterus
secara hati-hati, sonografi dapat digunakan untuk memastikan bahwa alat tersebut berada di
dalam uerus. Jika tidak meyakinkan atau jika tidak ada alat yang terlihat, maka foto polos
abdomen dan pelvis dilakukan dengan sonde dimasukkan ke dalam rongga uterus. Pemindaian
computed tomography (CT), pencitraan MR, dan histeroskopi merupakan alternatif lainnya.
Pencitraan MR menggunakan 1,5 tesla (T) aman dilakukan pada AKDR yang terpasang. Selain
itu, menggunakan 3 T juga aman pada AKDR tembaga.

Sebuah AKDR dapat menembus dinding uterus berotot dalam berbagai derajat. Bagian dari
AKDR dapat mencapai rongga peritoneum, atau dapat tetap terfiksasi dengan kuat pada
miometrium, biasanya berjalan parallel dengan sumbu panjang uterus. AKDR dapat menembus
serviks dan menonjol keluar vagina. Jika terletak di luar uterus, alat yang terbuat dari bahan inert,
seperti Lippes Loop, dapat atau tidak dapat menimbulkan bahaya. Alat yang inert secara kimia
biasanya mudah diangkat dari rongga peritoneum dengan laparoskopi atau kolpotomi. Alat yang
mengandung tembaga dan terletak ekstrauteri merangsang reaksi inflamasi lokal yang hebat dan
adhesi. Dengan demikian alat yang mengandung tembaga melekat lebih kuat, dan mungkin
diperlukan laparotomi. Perforasi usus besar dan kecil serta fistula usus, dengan adanya
morbiditas, telah dilaporkan terjadi jauh dari tempat pemasangan.

Metode Barrier7

Metode barier adalah metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan
sel telur yang sifatnya sementara. Yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina sampai
kanalis servikalis. Metode ini dapat diaplikasikan pada pria maupun wanita dan ada beberapa
alat-alat yang digunakan pada metode barrier yaitu (1) kondom pada pria; (2) kondom pada
wanita; (3) diafragma; (4) cup serviks; (5) spermisida. Efektivitasnya cukup rendah jika
dibandingkan dengan metode kontrasepsi hormonal dan alat kontrasepsi dalam rahim. Biasanya
disarankan peningkatan efektivitas dengan penambahan spermisida pada cup serviks atau
diafragma. Keistimewaan metode barrier (penghalang) ini adalah mencegah infertilitas, kanker
servix dan PMS dan meningkatkan pasrtisipasi pria dalam kontrasepsi

Gambar 2: Berbagai jenis alat-alat kontrasepsi yang menerapkan prinsip barrier8.

1. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/
AIDS. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain
untuk mencegah IMS Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila
digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan
telah ditambahkan pada kondom baik untuk menigkatkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.
Cara kerja kondom mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita.
Efektivitas: kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai
secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu
2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan: tidak memiliki efek sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum tanpa
resep dokter, merupakan metode yang baik bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda
karena suatu alasan. Kondom juga mendorong pihak pria (suami) untuk ikut ber-KB dan
mencegah infeksi menular seksual.
Keterbatasan: efektivitas rendah, pada beberapa pasien biasanya mengganggu coitus.

2. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Cara kerja: menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopi).
Pada penggunaan diafragma perlu perhatian khusus akan ukuran diafragma yang ada,
pastika diafragma pas ketika dipakai agar tidak terjadi iritasi atau nyeri pada penggunaan.
Biasanya diafragma diaplikasikan bersama dengan spermisida untuk meningkatkan
efektivitas.

3. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan
atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk: (a) aerosol (busa); (b) tablet vagina;
suppositoria, atau dissovable film; (c) krim.
Cara Kerja : menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma,
dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Tidak disarankan penggunaan spermisida tunggal, harus ada alat-alat barrier lain yang
menyertai seperti diafragma atau kap servikal.

Metode Berdasarkan Hari-hari Subur (Pantang Berkala)1,9

Metode kontrasepsi pantang berkala digunakan yaitu dengan ngenghindari sanggama pada masa
subur ibu, cukup efektif bila digunakan sesuai aturan serata tidak ada efek samping namun disini
sangat dibutuhkan pengetahuan ibu yang cukut tentang masa subur ibu. Ada beberapa cara untuk
mengetahui masa subur ibu yaitu dengan metode kalender, metode suhu tubuh basal, dan juga
metode lender serviks, metode ovulasi billing, atau kombinasinya yaitu metode simptotermal.

Manfaat kontrasepsi pantang berkala yaitu dapat digunakan untuk menghindari kehamilan atau
mencapai kehamilan, tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak
ada efek samping sistemik dan juga murah dan tanpa biaya. Selain itu pengguaan kontrasepsi ini
menambah pengetahuan pasangan tentang masa subur, dan Karen diperlukan peran serta suami
dalam pemakaian kontrasepsi ini, sehingga mengeratkan hubungan komunikasi antara suami istri.
Keterbatasan kontrasepsi ini adalah sebagai kontrasepsi dengan efektifitas 9 20 kehamilan per
100 perempuan selama tahun pertama pemakaian. Catatan untuk metode ovulasi billing bila
aturan ditaati kegagaglan 0%, keefektifan kontrasepsi ini tergantung dari kedisplinan pemakai
mentaati instruksi, perlu pencatatan setiap hari. Yang dapat menggunakan kontrasepsi pantang
berkala adalah semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur atopun tidak teratur,
perempuan yang tidak bias menggunakan metode lain, pasangan yang dengan alas an agama
tidak ingin menggunakan metode lain. Yang seharusnya tidak menggunakan metode kontrasepsi
pantang berkala adalah perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
membuat kehamiilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi, perempuan yang pasangannya tidak
mau bekerjasama selama waktu tertentu dalam siklus haid.

A. Metode kalender
Metode kalender merupakan metode untuk melihat masa subur wanita, namun metode ini
kurang efektif, hal ini disebabkan oleh kegagalan yang cukup tinggi >20% dan waktu
pantang yang lebih lama. Untuk perhitungan masa subur, digunakan siklus terpanjang
dikurangi 11, dan siklus terpendek dikurangi 18, antara kedua waktu dihindari sanggama.
B. Metode suhu basal
Ibu dapat mengenali masa subur dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termo-
meter khusus yang dapat mencatat perubahan suhu sampai 0,1 C
1. Ukur suhu ibu pada waktu yang hamper sama setiap pagi sebelum beraktifitas dan catat
suhu ibu pada kartu yang disediakan.
2. Pakai catatan suhu pada kartu tersebut selama 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk
menentukan suhu tertinggi ibu pada suatu keadaan normal tidak dalam keadaan sakit atau
demam
3. Tarik garis 0,05-0,1 diatas suhu tertinggi dari suhu yang telah dicatat pada 10 hari
pertama. Ini dinamakan garis pelindung atau garis suhu
4. Masa tidak subur mulai pada sore hari setelah ketiga berturut-turut suhu berada diatas
garis pelindung tersebut
5. Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid samapai sore hari ketiga
6. Ketika mulai masa tidak subur, tidak perlu mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat berhenti
mencatat sampai haid berikutnya.
C. Metode ovulasi billings
Melihat masa subur ibu degan cara melihat lender serviks yang keluar dari vagina,
pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimulan pada malam hari, periksa lender dengan jari
tangan atau tisu diluar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Hari kering
merupakan setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu memiliki 1 sampai beberapa hari tidak
terlihat adanya lender dan daerah vagina terasa kering, ini dinamakan hari-hari kering, ada
pula yang dinamakan hari subur yaitu ketika terobservasi adanya lender sebelum ovulasi, ibu
dianggao subur ketika terlihat adanya lender, walauoun jenis lender yang kental dan lengket,
selain itu ada pula yang dinamakan haripuncak yang terjadi ketika lender yang didapat
terlihat licin, dan terdapat perasaan basah. Pada hari kering setelah haid, aman untuk
bersanggama selang satu malam, setelah ada lender atau perasaan basah muncul, hindari
sanggama.
D. Metode Simtotermal
Metode ini menggabungkan pengunaan perubahan mucus serviksawitan masa subur,
perubahan pada suhu tubuh basalakhir masa subur, dan perhitungan untuk memperkirakan
waktu ovulasi. Walaupun metode ini lebih kompleks untuk dipelajari dan diterapkan, namun
reliabilitasnya tidak meningkat cukup besar. Penggunaan home kit untuk peningkatan kadar
LH pada urin pada pagi hari sebelum ovulasi dapat meningkatkan keakuratan metode
pantang berkala.

Sterilisasi Permanen

Sterilisasi merujuk pada prosedur bedah dengan tujuan menyekat atau menyingkirkan secara
permanen traktus reproduksi pria atau wanita agar fertilisasi dapat dicegah. Sterilisasi telah
menjadi pilihan kontrasepsi yang popular bagi jutaan pria dan wanita di seluruh dunia. Prosedur
ini diindikasikan untuk mereka yang meminta sterilisasi dan yang mengerti secara jelas sifat
permanen dan kesulitan pengembalian ke keadaan semula yang sering tidak berhasil. Sterilisasi
termasuk metode kontraseptif irreversible, meskipun dapat dilakukan reanastomose pada saluran
bersangkutan namun pemulihannya kadang memerlukan waktu yang lama bahkan tidak jarang
ada faktor penyulit untuk kembali memiliki anak (misalnya pada pasien vasektomi akan
terbentuk anti-sperm antibody)1,3

Sterlisisasi Wanita1,3,10,11
Sekitar 650.000 prosedur telah dilakukan tiap tahunnya di Amerika
Sterilisasi biasanya pada tuba fallopi (selain tuba dapat juga dilakukan histerektomi) dan
dapat dilakukan ketika pelahiran cesarean, postpartum, postaborsi, ataupun ketika tidak
hamil (periode interval). Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba
fallopi wanita, dapat dilakukan dengan cara laparotomi atau pembelahan vaginal.
Efektivitas tuberktomi mendekati 100% dan memiliki keuntungan tidak mempengaruhi
libido seksualitas seorang wanita.
Indikasi dan kontraindikasi melaksanakan tubektomi
a. Indikasi:
i. Wanita pada usia di atas 26 tahun
ii. Wanita dengan paritas lebih dari dua
iii. Wanita yang telah yakin telah mempunyai keluarga besar yang dikehendaki
iv. Wanita yang pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
v. Wanita pasca persalinan
vi. Wanita pasca abortus
vii. Wanita yang telah paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
b. Kontraindikasi
i. Wanita yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil
ii. Wanita dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
iii. Wanita dengan infeksi sistemik atau infeksi pelvis akut
iv. Wanita yang tidak diperbolehkan menjalani proses pembedahan
v. Wanita yang kurang pasti mengenai keinginan fertilitas di masa depan
vi. Wanita yang belum memberikan persetujuan tertulis

Prosedur operasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu laparotomi, minilaparotomi,
transvaginal, atau transcervikal. Sterilisasi dapat berupa prosedur penyumbatan tuba atau
pemotongan secara permanen.

Gambar 3: Beberapa prosedur tubektomi baik minilaparotomi dan laparotomi yang


sekarang dapat dilakukan di pusat-pusat kesehatan8.

Sterilisasi Pria1,3

Sekitar 500.000 prosedur telah dilakukan tiap tahunnya di Amerika


Sterilisasi dilakukan pada vasa deferent (vasectomy), pilihan prosedur bedah dapat berupa
ligasi atau pemotongan.
Pasien pasca vasektomi membentuk anti-sperm antibody di dalam tubuhnya.
Kontrasepsi Post-Partum

Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan resiko
terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta
ketidaktersediaan kontrasepsi.

Ovulasi pertama pasca persalinan terjadi < 6 minggu pada wanita yag tidak menyusui (rata-rata
45 hari), dan bias berlangsung lebih lama pada wanita yang menyusui.

Masa anovulasi pasca persalinan mempunyai hubungan yang erat dengan lama menyusui.
Penelitian yang dilakukan pada 29 wanita menyusui dan 10 wanita yang tidak menyusui
menunjukkan semua wanita menyusui tetap menjadi anovulasi 3 bulan pasca persalinan dan 96
% diantaranya berlanjut sampai 6 bulan pasca persalinan.

Pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan mempunyai pengaruh besar dalam mengatur waktu
kehamilan dan memberikan jarak yang optimal untuk persalinan selanjutnya dalam rangka
menurunkan resiko terhadap ibu dan luaran bayi, WHO pada tahun 2006 merekomendasikan
jarak kehamilan yang optimal untuk kahamilan selanjutnya adalah 24 bulan.

Diadaptasi dari: The LINKAGES Project, LAM (Lactational Amenorrhea Method): A Modern
Postpartum Contraceptive Method for Women who Breastfeed, Training Module for Health and
Family Service Providers, Participant Handbook. 2004.

Keluarga Berencana

KB (Keluarga Berencana) menurut WHO adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak, dan menghindari
kelahirian dengan resiko tinggi. Hal ini memiliki dampak dari segi sosioekonomi karena
berhubungan erat dengan kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah penduduk dan
kesejahteraan penduduk5.
Kehamilan Resiko Tinggi12,13

Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya
(baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kecacatan atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan.

Faktor Resiko Kehamilan Resiko Tinggi

1. Karakteristik Ibu
a. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Jumlah paritas lebih dari 4 kali
c. Interval persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
d. Wanita dengan berat badan kurang dari 50 kg atau obese
e. Tinggi badan kurang dari 145 cm
f. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III kehamilan
2. Riwayat Obstetrik Terdahulu
a. Riwayat abortus 3 kali berturut-turut pada trimester pertama kehamilan
b. Wanita dengan riwayat melahirkan bayi prematur
c. Seorang wanita dengan riwayat kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, dengan
tambahan kelamahan kontraksi saat persalinan (partus macet), perdarahan post-
partum, riwayat plasenta previa, riwayat pre-eklamsia atau eklamsia, riwayat stillborn
d. Riwayat melahirkan bayi dengan kondisi hemolotik (erythroblastosis fetalis)
3. Kelainan Struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita seperti rahim ganda atau leher rahim
lemah, dan tumor jinak uretus (myoma uteri)
4. Obat-obatan
Konsumsi obat-obatan yang bersifat teratogenik selama masa kehamilan seperti alcohol,
phenytoin, antibiotic, litium, thalidomide, dan warfarin.
5. Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex)
6. Kebiasaan seperti merokok dan konsumsi obat-obatan terlarang dapat meningkatkan
resiko relative pada kehamilan.

Kehamilan pada kondisi-kondisi tersebut dapat membahayakan nyawa ibu dan janin sehingga
perlu untuk ditangani secara tepat dan comprehensive melalui antenatal care, edukasi, serta
deteksi dini faktor resiko. Antenatal dilaksanakan setidaknya 4 kali selama masa kehamilan yaitu
1 kali kunjungan pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester
ketiga. Pasien perlu diedukasi mengani status gizinya, penggunaan obat-obatan, serta
meningkatkan keterlibatan suami. Faktor resiko dalam kehamilan resiko tinggi ini perlu
diidentifikasi dan jika ditemukan segera dikonsultasikan dengan dokter ahli, jika perlu pasein
harus selalu diberitahu agar siap jika suatu saat perlu dilakukan induksi kehamilan pada saat-saat
tersentu atau bahkan perlu dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan.
Pendarahan Uterus Abnormal14,1516,17,18

Pendarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa
pendarahan dalam jumlah yang banyak atau sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak
beraturan. Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan:
1. Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan haid yang banyak
sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah. Pendarahan
uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.
2. Pendarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk pendarahan uterus
abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan
penanganan yang segera seperti PUA akut.
3. Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan pendarahan haid yang terjadi
diantara 2 siklus haid yang teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga
terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk menggantikan
terminologi metroragia.

Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahanyaitu terdapat 9 kategori utama yang disusun
berdasarkan akronim
1. Kelompok PALM adalah merupakan kelompok kelainan struktur penyebab PUA yang
dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi.
2. Kelompok COEIN adalah merupakan kelompok kelainan non struktur penyebab PUA
yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi. PUA terkait dengan
penggunaan hormon steroid seks eksogen, AKDR, atau agen sistemik atau lokal lainnya
diklasifikasikan sebagai iatrogenik.

A. Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal mungkin tunggal
atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai sentimeter. Polip
endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah endometrium.

B. Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium, menyebabkan uterus
membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak sebagai endometrium ektopik, non
neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium
yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia.

C. Leiomioma uteri (PUA-L)


Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan myometrium. Berdasarkan
lokasinya, leiomioma dibagi menjadi: submukosum, intramural, subserosum
D. Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan dari kelenjar
endometrium. Gambaran dari hiperplasi endometrium dapat dikategorikan sebagai:
hiperplasi endometrium simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium
kompleks non atipik dan atipik.

E. Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis sistemik yang
mengakibatkan PUA.

F. Ovulatory dysfunction (PUA-O)


Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang
dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus abnormal.

G. Endometrial (PUA-E)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur
akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.

H. Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan
hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat antikoagulan) atau
AKDR.

I. Not yet classified (PUA-N)


Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam
klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-vena).

Pendarahan sela (Breakthrough bleeding) merupakan pendarahan yang terjadi akibat paparan
terhadap hormon tertentu secara terus menerus pada lapisan endometrium. Kejadian pendarahan
umumnya tidak dapat diprediksi, dan jenis pendarahannya dapat berupa pendarahan ringan dan
pendarahan bercak (spotting). Berdasarkan mekanisme penyebabnya, maka pendarahan sela
dapat dibagi menjadi:
1. Progesteron Breakthrough Bleeding: adalah pendarahan bercak yang terjadi ketika rasio
progesteron terhadap estrogen tinggi.
2. Estrogen Breakthrough Bleeding: Pola pendarahan akibat pengaruh paparan estrogen terus-
menerus. Jumlah dan durasi estrogen breakthrough bleeding dapat bervariasi, tergantung
pada jumlah dan durasi stimulasi unopposed estrogen terhadap endometrium.

Pendarahan Lecut / withdrawal bleeding adalah pendarahan yang terjadi karena turunnya kadar
hormon estrogen/progesteron dengan ciri pendarahan yang umumnya teratur, dapat diprediksi,
dan konsisten dalam volume dan durasi. Berdasarkan mekanisme penyebabnya, maka
pendarahan lecut dapat dibagi menjadi:
1. Pendarahan lecut estrogen/ Estrogen withdrawal bleeding: adalah pendarahan yang terjadi
karena turunnya kadar hormon estrogen.
2. Pendarahan lecut progesterone/ Progesterone withdrawal bleeding: adalah pendarahan yang
disebabkan penurunan kadar hormon progesteron.

Studi Kasus

Ny. Tiurma usia 42 tahun datang dengan keluhan utama perdarahan di luar siklus haid (abnormal
uterus bleeding), keluhan muncul setelah 6 bulan yang lalu dipasang sebuah alat kontrasepsi
dalam rahin yang tidak diketahui jenisnya apakah dari tembaga (Cooper T) atau memiliki
reservoa hormone (LNG-IUS). Perdarahan tersebut menjadi suatu ketidaknyamanaan serta
menjadi alasan utama pasien untuk mengganti metode kontrasepsi. Tidak ada permintaan pasien
untuk dilakukan sterilisasi.

Dalam pemilihan metode kontrasepsi harus diperhatikan beberapa faktor, jika ditinjau dari
prespektif kasus ini yang perlu diperhatikan yaitu (lihat kerangka pada gambar 4):
a. usia (42 tahun),
b. jumlah keluarga (multipara dengan 3 anak),
c. pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu (IUD),
d. dan efek samping yang ditimbulkannya (perdarahan abdnormal di luar siklus haid).

Gambar 4: Pemilihan jenis kontrasepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


Perlu dipertimbangkan kembali penggunaan IUD pada Ny. Tiurma, apakah ukuran dan jenis
IUD-nya diganti atau jika pasien tidak ingin menggunakan IUD lagi dapat disarankan alternative
yang lain seperti kontrasepsi hormonal, metode barrier, ataupun jika dimungkinkan dapat
disarankan untuk sterilisasi. Sterilisasi dilakukan jika memang pasien telah mengerti sepenuhnya
tentang sifat iireversibel-nya dan telah merasa cukup dengan anggota keluarga yang telah ada.

Metode hari-hari subur sepertinya sudah tidak relevan karena usia Ny. Tiurma yang sudah
mendekati masa menopause dan kesulitan dalam aplikasi metode ini. Suami Ny. Tiurma juga
perlu diajak berpartisipasi dalam keluarga berencana agar alternative kontrasepsi lebih banyak
dan bermanfaat bagi pasien.

Tatalaksana yang perlu dilakukan pada Ny. Tiurma adalah tatalaksana perdarahan, perlu
diberikan suplementasi besi untuk mencegah anemia dan asam mefenamat 500 mg 3 x sehari
untuk mengatasi masalah nyeri saat perdarahan. IUD harus dilepaskan jika perdarahan masih
berlanjut, karena umumnya perdarahan setelah pemasangan IUD hanya terjadi pada pemasangan
awal dan akan berkurang seiring pertambahan usia akseptor. Terdapat kemungkinan pemasangan
IUD gagal sehingga perdarahan terus berlanjut, namun itu hanya merupakan suatu hipotesis.

Pasien juga perlu dimotivasi agar tetap terus turut dalam keluarga berencana mengingat usia
Ny.Tiurma yang tidak lagi muda dan sudah memiliki 3 orang anak, hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kehamilan dengan resiko tinggi yang dapat berbahaya bagi ibu maupun janin.

Kesimpulan

Perdarahan yang dialami Ny. Tiurma karena pemasangan IUD dan kontrasepsi alternative yang
tepat adalah kontrasepsi hormonal atau barrier.

Anda mungkin juga menyukai