Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Keterlaksanaan dan Konsistensi Penerapan Model Pembelajaran yang

Diterapkan

Berdasarkan lembar observasi, rerata keterlaksanaan RPP pada model

PjBL dan DI dijelaskan sebagai berikut. Pada RPP PjBL, rerata keterlaksanaan

komponen aktivitas guru adalah 77,8% dan keterlaksanaan aktivitas peserta didik

adalah 75%. Pada RPP DI, rerata keterlaksanaan komponen aktivitas guru adalah

70% dan keterlaksanaan aktivitas peserta didik adalah 70 %.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

a. Deskripsi Data Motivasi Belajar Peserta didik pada Setiap Model


Pembelajaran Menurut Gaya Belajar Peserta didik

Motivasi belajar peserta didik diukur sebelum dan setelah pembelajaran.

Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk mengetahui rerata

dan persentase perubahan nilai motivasi belajar peserta didik. Data hasil

penelitian terkait rerata nilai dan persentase perubahan nilai pretest-posttest

motivasi belajar peserta didik pada setiap model pembelajaran menurut gaya

belajar peserta didik ditunjukkan pada Tabel 4.1.

46
47

Tabel 4.1 Rerata Nilai dan Persentase Perubahan Nilai Pretest-Posttest Motivasi
Belajar pada Setiap Model Pembelajaran menurut Gaya belajar peserta
didik
Gaya Rerata
Model belajar Perubahan
Keterangan
Pembelajaran peserta (%)
didik Pretest Posttest
1= DI 1= Visual 76.43 79.12 3.51 Meningkat
2= Audio 75.67 78.17 3.31 Meningkat
3= Meningkat
Kinestetik 79.19 82.30 3.93
Total 77.07 79.83 3.58 Meningkat
2= PJBL 1= Visual 75.25 81.54 8.35 Meningkat
2= Audio 74.59 81.87 9.75 Meningkat
3= Meningkat
Kinestetik 77.81 84.97 9.21
Total 75.88 82.79 9.10 Meningkat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar peserta

didik yang diajar dengan PjBL dan DI mengalami peningkatan dengan persentase

yang bervariasi baik antar model pembelajaran, gaya belajar peserta didik yang

berbeda, dan kombinasi model pembelajaran dan gaya belajar peserta didik. Data

rerata nilai motivasi belajar peserta didik tersebut dapat divisualisasi seperti pada

Gambar 4.1.

86
Rerata Skor Motivasi

84
82
80
78
76
74
72
70
68
Rerata Pretest
Total

Total
1= Visual

1= Visual
2= Audio

3= Kinestetik

2= Audio

3= Kinestetik

Rerata Posttest

1= DI 2= PJBL
Model Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar

Gambar 4.1 Rerata Nilai Pretest-Posttest Motivasi Belajar pada Setiap Model
Pembelajaran Menurut Gaya belajar Peserta Didik
48

Berdasarkan pengkategorian kriteria motivasi pada Bab III, maka

diperoleh distribusi frekuensi skor motivasi belajar sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Sebelum Diterapkan
Model Pembelajaran DI
No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 36 62 1 2 Sangat Rendah
2 63 89 63 95 Rendah
3 90 116 2 3 Tinggi
4 117 144 - - Sangat Tinggi
Jumlah 66 100

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Setelah Diterapkan
Model Pembelajaran DI
No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 36 62 - - Sangat Rendah
2 63 89 62 94 Rendah
3 90 116 4 6 Tinggi
4 117 144 - - Sangat Tinggi
Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivai belajar siwa seblum

diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction sebanyak 2% berada

pada kategori motivasi sangat rendah, 95% berada dalam kategori motivasi

rendah, dan 3% berada pada kategori tinggi, setelah diterapkan model

pembelajaran Direct Instruction motivasi belajar siswa yang berada pada kategori

rendah sebanyak 94% dan sebanyak 6% berada pada kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran Direct Instruction efektif dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan persentase yang rendah


49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Sebelum Diterapkan
Model Pembelajaran PJBL
No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 36 62 - - Sangat Rendah
2 63 89 57 100 Rendah
3 90 116 - - Tinggi
4 117 144 - Sangat Tinggi
Jumlah 57 100

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Siswa Setelah Diterapkan
Model Pembelajaran PJBL
No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 36 62 - - Sangat Rendah
2 63 89 45 79 Rendah
3 90 116 12 21 Tinggi
4 117 144 - Sangat Tinggi
Jumlah 57 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivai belajar siwa seblum

diajarkan dengan model pembelajaran PJBL sebanyak 100% berada dalam

kategori motivasi rendah, setelah diterapkan model pembelajaran PJBL motivasi

belajar siswa yang berada pada kategori rendah sebanyak 79% dan sebanyak 21%

berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

PJBL efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan persentase yang

tinggi.

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif pada Setiap Model Pembelajaran


Menurut Gaya Belajar Peserta didik

Hasil belajar kognitif peserta didik diukur sebelum dan setelah

pembelajaran. Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik deskriptif untuk


50

mengetahui rerata dan persentase perubahan nilai hasil belajar kognitif. Data hasil

penelitian terkait rerata nilai dan persentase perubahan nilai pretest-posttest hasil

belajar kognitif pada setiap model pembelajaran menurut gaya belajar peserta

didik ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.6 Rerata Nilai dan Persentase Perubahan Nilai Pretest-Posttest Hasil
Belajar Kognitif pada Setiap Model Pembelajaran menurut Gaya belajar
peserta didik
Model Gaya belajar Rerata Perubahan
Pembelajaran peserta didik Pretest Posttest (%) Keterangan
1= DI 1= Visual 67.92 76.55 12.70 Meningkat
2= Audio 63.46 76.64 20.77 Meningkat
3= Kinestetik 64.08 77.70 21.25 Meningkat
Total 64.69 76.99 19.01 Meningkat
2= PJBL 1= Visual 52.96 78.89 48.96 Meningkat
2= Audio 56.69 78.85 39.09 Meningkat
3= Kinestetik 57.71 84.66 46.69 Meningkat
Total 55.79 80.80 44.83 Meningkat

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif

peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran PjBL dan DI mengalami

peningkatan dengan persentase yang bervariasi baik antar model pembelajaran,

gaya belajar peserta didik yang berbeda, dan kombinasi model pembelajaran dan

gaya belajar peserta didik. Data hasil rerata nilai hasil belajar kognitif dapat

divisualisasi seperti pada Gambar 4.2.


51

90

Rerata Skor Hasil Belajar Kognitif


80
70
60
50
40
30
20
10 Rerata Pretest
0 Rerata Posttest

Total
Total
1= Visual

2= Audio

1= Visual

2= Audio
3= Kinestetik

3= Kinestetik
1= DI 2= PJBL
Model Pembelajaran menurut Gaya Belajar

Gambar 4.2. Rerata Nilai Pretest-Postest Hasil Belajar Kognitif pada Setiap
Model Pembelajaran Menurut Gaya belajar peserta didik

Berdasarkan pengkategorian hasil belajar pada Bab III, maka diperoleh

distribusi frekuensi skor hasil belajar sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan
Model Pembelajaran DI
No Skor Frekuensi Presentase (%) Kategori
1 0 Skor 40 5 8 Sangat Rendah
2 40 < Skor 55 10 15 Rendah
3 55 < Skor 75 39 59 Sedang
4 75 < Skor 90 12 18 Tinggi
5 90 < Skor 100 - - Sangat Tinggi
Jumlah 66 100
52

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan
Model Pembelajaran DI
No Skor Frekuensi Presentase (%) Kategori
1 0 Skor 40 9 13 Sangat Rendah
2 40 < Skor 55 1 2 Rendah
3 55 < Skor 75 19 28 Sedang
4 75 < Skor 90 36 55 Tinggi
5 90 < Skor 100 1 2 Sangat Tinggi
Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siwa seblum

diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction sebanyak 8% berada

pada kategori hasil belajar sangat rendah, 15% berada pada kategori hasil belajar

rendah, 59% berada pada kategori hasil belajar sedang dan 18% berada pada

kategori hasil belajar tinggi, setelah diterapkan model pembelajaran Direct

Instruction sebanyak 13% berada pada kategori sangat rendah 2% beradapa

kategori rendah, 28% berada pada kategori sedang, 55% berada pada kategori

tinggi dan 2% berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

model pembelajaran Direct Instruction efektif dalam meningkatkan hasil belajar

siswa dengan persentase yang rendah.


53

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum Diterapkan
Model Pembelajaran PJBL
No Skor Frekuensi Presentase (%) Kategori
1 0 Skor 40 10 18 Sangat Rendah
2 40 < Skor 55 17 30 Rendah
3 55 < Skor 75 29 50 Sedang
4 75 < Skor 90 1 2 Tinggi
5 90 < Skor 100 - - Sangat Tinggi
Jumlah 57 100

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan
Model Pembelajaran PJBL
No Skor Frekuensi Presentase (%) Kategori
1 0 Skor 40 - - Sangat Rendah
2 40 < Skor 55 - - Rendah
3 55 < Skor 75 14 25 Sedang
4 75 < Skor 90 35 61 Tinggi
5 90 < Skor 100 8 14 Sangat Tinggi
Jumlah 57 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siwa seblum

diajarkan dengan model pembelajaran PJBL sebanyak 18% berada pada kategori

hasil belajar sangat rendah, 30% berada pada kategori hasil belajar rendah, 50%

berada pada kategori hasil belajar sedang dan 2% berada pada kategori hasil

belajar tinggi, setelah diterapkan model pembelajaran PJBL 25% berada pada

kategori sedang, 61% berada pada kategori tinggi dan 14% berada pada kategori

sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran PJBL efektif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan persentase yang tinggi.


54

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Prasyarat Data Penelitian

Uji prasyarat dilakukan terhadap data motivasi belajar dan hasil belajar

kognitif peserta didik.

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one-sample

Kolmogorov-Smirnov test. Kriteria pengujian normalitas adalah jika diperoleh

nilai signifikansi p > 0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas ditunjukkan pada Lampiran 9.

2) Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Leveness test of

equality of error variance. Kriteria pengujian homogenitas adalah jika diperoleh

nilai signifikansi p > 0,05 maka data dikatakan homogen. Hasil uji homogenitas

menunjukkan bahwa data pretest dan posttest variabel motivasi dan hasil belajar

kognitif adalah homogen. Hasil uji homogenitas ditunjukkan pada Lampiran 9.

b. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

1) Perbedaan Motivasi Belajar Peserta Didik dengan Gaya Belajar Berbeda


pada Pembelajaran Biologi antara yang Diberi Model PjBL dan DI

Hasil uji anakova perbedaan motivasi belajar peserta didik dengan Gaya

Belajar Berbeda pada pembelajaran Biologi antara yang diberi model PjBL dan DI

ditunjukkan pada Lampiran 9. Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova

motivasi belajar peserta didik terlihat pada Tabel 4.3.


55

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Anakova Motivasi Belajar Peserta didik
Type III Sum
Source of Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 1760.042 6 293.340 13.678 .000
Intercept 1327.134 1 1327.134 61.884 .000
XMotivasi 1128.898 1 1128.898 52.640 .000
Model 369.014 1 369.014 17.207 .000
GayaBelajar 95.412 2 47.706 2.225 .113
Model *
8.039 2 4.020 .187 .829
GayaBelajar
Error 2487.691 116 21.446
Total 815252.222 123
Corrected Total 4247.734 122

Berdasarkan sumber model pembelajaran, diperoleh p-level lebih kecil

dari alpha 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho yang

menyatakan bahwa Tidak ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik

yang dibelajarkan dengan model PjBL dan DI tidak diterima dan hipotesis

penelitian yang menyatakan Ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik

yang dibelajarkan dengan model PjBL dan DI diterima. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan model pembelajaran terhadap

motivasi belajar peserta didik.

Berdasarkan sumber gaya belajar dan interaksi model pembelajaran dan

gaya belajar peserta didik, diperoleh p-level lebih besar dari alpha 0.05 (p < 0.05)

dengan sig. 0,113 dan 0,829. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan bahwa

Tidak ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik dengan gaya belajar

visual, audio dan kinestetik diterima dan hipotesis penelitian yang menyatakan

Ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik dengan gaya belajar visual,
56

audio dan kinestetik tidak diterima. Demikian pula Ho yang menyatakan bahwa

Tidak ada perbedaan motivasi belajar antar peserta didik karena pengaruh

interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik diterima dan

hipotesis penelitian yang menyatakan Ada perbedaan motivasi belajar antar

peserta didik karena pengaruh interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar

peserta didik tidak diterima Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

signifikan gaya belajar dan interaksi anatara model pembelajaran dengan gaya

belajar terhadap terhadap motivasi belajar peserta didik.

Hasil uji lanjut pengaruh model pembelajaran terhadap motivasi belajar

peserta didik terlihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Model Pembelajaran terhadap
Motivasi Belajar Peserta didik
LSD
Model Xmotiv Ymotiv Selisih MotivCor Notation
1= DI 77.096 79.863 2.767 79.570 A
2= PJBL 75.885 82.793 6.908 83.116 B

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa model PjBL dan DI berbeda

nyata. Rerata terkoreksi nilai motivasi belajar peserta didik yang diajar dengan

PjBL lebih tinggi 4,5% dari model DI.

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Gaya Belajar terhadap
Motivasi Belajar Peserta didik
GayaBelajar Xmotiv Ymotiv Selisih MotivCor LSD Notation
1= Visual 75.841 80.327 4.486 80.673 A
2= Audio 75.130 80.019 4.890 80.727 A
3= Kinestetik 78.500 83.638 5.137 82.629 A
57

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan (nyata) motivasi belajar peserta didik antara gaya belajar visual, audio

dan kinestetik. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata skor

terkoreksi motivasi pada gaya belajar kinestetik sebesar 82,629, pada gaya belajar

audio sebesar 80,727, dan pada gaya belajar visual sebesar 80.673. Rata-rata skor

terkoreksi motivasi pada gaya belajar kinestetik lebih tinggi 2.4% dari gaya

belajar audio dan audio lebih tinggi 0.07% dari gaya belajar visual.

Terkait dengan sumber keragaman interaksi model pembelajaran dengan

gaya belajar peserta didik, walaupun tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi

belajar peserta didik, akan tetapi dapat dilanjutkan dengan uji BNT untuk

mengetahui perbedaan rerata terkoreksi motivasi belajar pada kombinasi antara

model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik. Hasil uji lanjut pengaruh

interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik terhadap motivasi

belajar peserta didik terlihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran
dan Gaya Belajar terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik
LSD
Model GayaBelajar Xmotiv Ymotiv Selisih MotivCor
Notation
1= DI 2= Audio 75.666 78.170 2.504 78.605 A
1= DI 1= Visual 76.431 79.117 2.686 79.162 ab
1= DI 3= Kinestetik 79.192 82.303 3.111 80.942 ab
2= PJBL 1= Visual 75.252 81.537 6.286 82.183 B
2= PJBL 2= Audio 74.593 81.868 7.275 82.850 B
2= PJBL 3= Kinestetik 77.809 84.973 7.164 84.316 B

Terkait dengan sumber keragaman interaksi antara model pembelajaran

dengan gaya belajar peserta didik, terlihat bahwa rerata terkoreksi nilai motivasi

belajar terendah terdapat pada kombinasi model DI-gaya belajar audio yaitu
58

78.605, dan tertinggi pada kombinasi model PjBL-gaya belajar kinestetik yaitu

84.316. Berdasarkan hasil uji BNT, dijelaskan bahwa rerata terkoreksi nilai

motivasi belajar pada kombinasi model PjBL-gaya belajar kinestetik berbeda

nyata lebih tinggi 7,27% dari kombinasi DI-gaya belajar kinestetik. Dengan

demikian, dapat diketahui bahwa ada kecenderungan model PjBL dan DI lebih

tepat untuk peserta didik dengan gaya belajar kinestetik.

2) Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik dengan Gaya Belajar


Berbeda antara yang Diberi Model PjBL dan DI

Hasil uji anakova perbedaan hasil belajar kognitif peserta didik dengan

gaya belajar peserta didik yang berbeda pada pembelajaran Biologi antara yang

dibelajarkan dengan model PjBL dan DI ditunjukkan pada Lampiran 9.

Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova hasil belajar kognitif peserta

didik terlihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Anakova Hasil Belajar Kognitif Peserta didik
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 2241.403 6 373.567 10.732 .000
Intercept
17325.058 1 17325.058 497.720 .000
XHBKog 1354.534 1 1354.534 38.914 .000
Model 1076.934 1 1076.934 30.939 .000
GayaBelajar 288.995 2 144.498 4.151 .018
Model *
117.044 2 58.522 1.681 .191
GayaBelajar
Error 4037.822 116 34.809
Total 769142.290 123
Corrected Total 6279.226 122
59

Berdasarkan sumber model pembelajaran dan gaya belajar peserta didik

diperoleh p-level lebih kecil dari alpha 0.05 (p < 0.05) dengan sig. 0,000 dan

0,018. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan bahwa Tidak ada perbedaan

hasil belajar kognitif antara peserta didik yang dibelajarkan dengan model PjBL

dan DI, dan antara gaya belajar visual, audio, dan kinestetik tidak diterima dan

hipotesis penelitian yang menyatakan Ada perbedaan hasil belajar kognitif antara

peserta didik yang dibelajarkan dengan model PjBL dan DI, dan antara gaya

belajar visual, audio, dan kinestetik diterima.

Berdasarkan sumber interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar

peserta didik diperoleh p-level lebih besar dari alpha 0.05 (p > 0.05) dengan sig.

0,191. Hal ini berarti bahwa Ho yang menyatakan bahwa Tidak ada pengaruh

interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik terhadap hasil

belajar kognitif peserta didik diterima dan hipotesis penelitian yang menyatakan

Ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik

terhadap hasil belajar kognitif peserta didik tidak diterima. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan model pembelajaran dan gaya belajar

peserta didik terhadap hasil belajar kognitif peserta didik, tetapi tidak ada

pengaruh interaksi model pembelajaran dengan gaya belajar peserta didik

terhadap hasil belajar kognitif peserta didik.

Hasil uji lanjut pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar

kognitif peserta didik terlihat pada Tabel 4.16


60

Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Model Pembelajaran terhadap
Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
LSD
Model XHBKog YHBKog Selisih HBKogCor Notasi
1= DI 65.153 76.961 11.808 75.672 A
2= PJBL 55.788 80.800 25.012 82.141 B

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif peserta didik

yang diajar dengan model PjBL berbeda sangat nyata dan lebih tinggi 9,25% dari

model DI. Dengan demikian, model PjBL lebih berpotensi meningkatkan hasil

belajar kognitif peserta didik jika dibandingkan model DI.

Tabel 4.17 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta Didik
LSD
GayaBelajar XHBKog YHBKog Selisih HBKogCor Notasi
1= Visual 60.442 77.721 17.279 77.755 A
2= Audio 60.075 77.743 17.668 77.881 A
3= Kinestetik 60.894 81.177 20.282 81.084 B

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

(nyata) hasil belajar kognitif peserta didik antara gaya belajar peserta didik yang

berbeda. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata skor terkoreksi

motivasi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik 4,11% lebih tinggi dari

peserta didik dengan gaya belajar audio dan 4,28% lebih tinggi dari peserta didik

dengan gaya belajar visual, sedangkan hasil belajar kognitif peserta didik dengan

gaya belajar audio tidak berbeda dengan peserta didik dengan gaya belajar visual.

Terkait dengan sumber keragaman interaksi model pembelajaran dengan

gaya belajar peserta didik, walaupun tidak berpengaruh nyata akan tetapi dapat

dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui perbedaan rerata terkoreksi nilai
61

hasil belajar kognitif pada kombinasi antara model pembelajaran dengan gaya

belajar peserta didik. Hasil uji lanjut pengaruh model pembelajaran terhadap hasil

belajar kognitif peserta didik terlihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran
dengan Gaya belajar peserta didik terhadap Hasil Belajar Kognitif
Peserta didik
LSD
Model GayaBelajar XHBKog YHBKog Selisih HBKogCor Notasi
1= DI 1= Visual 67.92 76.547 8.627 74.482 A
1= DI 2= Audio 63.461 76.639 13.179 75.826 A
1= DI 3= Kinestetik 64.078 77.696 13.617 76.709 A b
2=
PJBL 2= Audio 56.689 78.847 22.158 79.935 B
2=
PJBL 1= Visual 52.963 78.895 25.932 81.029 B
2=
PJBL 3= Kinestetik 57.711 84.658 26.947 85.459 C

Rerata terkoreksi nilai hasil belajar kognitif terendah terdapat pada

kombinasi model DI-gaya belajar visual yaitu 74.482 dan tertinggi pada kombinasi

model PjBL-gaya belajar kinestetik yaitu 85.459.

Berdasarkan hasil uji BNT, dijelaskan bahwa rerata terkoreksi nilai hasil

belajar kognitif peserta didik pada kombinasi model PjBL-gaya belajar kinestetik

berbeda nyata dari kombinasi model pembelajaran dan gaya belajar lainnya

Berdasarkan hasil uji tersebut, dapat diketahui bahwa model PjBL dan DI

berpotensi meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dengan gaya belajar

kinestetik.
62

B. Pembahasan

1. Pengaruh model pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik


dengan gaya belajar berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran terhadap motivasi belajar peserta didik, dimana motivasi belajar

pesrta didik yang diajar dengan model PjBL lebih tinggi dibandingkan dengan DI.

Hal ini disebabkan karena penerapan sintaks PjBL yang memungkinkan peserta

didik termotivasi untuk belajar. Menurut Mc. Donald dalam Sutikno (2007),

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pada

intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,

sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gaya belajar tidak berpengaruh

terhadap motivasi belajar peserta didik, dimana peserta didik dengan gaya belajar

visual, audio, dan kinestetik memiliki motivasi belajar yang hampir sama. Hal ini

dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu,

kepercayaan diri yang dimiliki seorang peserta didik untuk belajar sehingga gaya

belajar tidak mempengaruhi motivasi nya, sedangkan faktor eksternalnya yaitu,

karakteristik materi yang diajarkan adalah Kesimbangan Lingkungan dimana

materi ini cakupannya lingkungan sekitar sehingga pengetahuan siswa tentang

materi ini sebagian besar sudah dipahami. Menurut DePorter dkk. (2002),

menyatakan para siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, dan semua cara
63

sama baiknya. Setiap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Dalam kenyataan,

kita semua memiliki ketiga gaya belajar itu, hanya saja biasanya satu gaya belajar

yang mendominasi.

Berdasarkan sumber keragaman interaksi antar model pembelajaran

dengan gaya belajar terlihat tidak menunjukkan pengaruh terhadap motivasi

belajar peserta didik. Hal ini berarti bahwa peserta didik dengan gaya belajar yang

berbeda memiliki motivasi yang sama baik yang dibelajarkan dengan PjBL

maupun DI.

2. Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif peserta


didik dengan gaya belajar berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif peserta didik, dimana hasil belajar

kognitif pesrta didik yang diajar dengan model PjBL lebih tinggi dibandingkan

dengan DI. Hal ini disebabkan karena penerapan sintaks PjBL yang

memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar. Dengan meningktnya

motivasi peserta didik, maka akan berdampak terhadap peningkatan hasil

belajarnya. Motivasi belajar berkorelasi positif dengan hasil belajar kognitif

peserta didik. Di sisi lain, pembelajaran berbasisproyek telah mampu memberikan

hasil lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Model

pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan peran aktif siswa pada hakikatnya

bertujuan untuk (1) meningkatkan motivasi, (2) kemampuan berpikir tingkat

tinggi, (3) memahami materi secara menyeluruh, dan (4) meningkatkan

keterampilan proses siswa. Apabila diterapkan dengan benar, maka pencapaian


64

siswa terhadap empat komponen tersebut sangat mungkin terjadi (Jagantara dkk,

2014)

Selain itu, tingginya hasil belajar kognitif peserta didik yang dibelajarkan

dengan PjBL disebabkan karena peserta didik yang dibelajarkan dengan sintaks

PjBL terbukti meningkat kemampuan berpikir tingkat tingginya termasuk

kemampuan berpikir kritis dan metakognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

PjBL berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa gaya belajar berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik, dimana peserta didik dengan gaya belajar

kinestetik lebih tinggi dibandingkan dengan audio dan visual. Menurut DePorter

dan Hernacki (2000), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana

seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya

belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat,

mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi

sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika

merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).

Berdasarkan sumber keragaman interaksi antar model pembelajaran

dengan gaya belajar terlihat tidak menunjukkan pengaruh terhadap hasil belajar

kognitif peserta didik. Meskipun demikian, hasil uji lanjut menunjukkan bahwa

peserta didik dengan gaya belajar kinestetik yang dibelajarkan dengan PjBL

memiliki hasil belajar kognitif lebih tinggi dibandingkan peserta didik dengan

gaya belajar yang lain yang dibelajarkan dengan PjBL maupun DI. Hal ini tidak
65

terlepas dari sintaks PjBL yang mampu mengaktifkan peserta didik dengan gaya

belajar kinestetik dalam proses belajar mengajar di kelas.

Penelitian ini membuktikan bahwa keefektifan suatu model pembelajaran

dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik berkaitan dengan karakteristik

siswa yaitu gaya belajar. Berdasarkan hal tersebut, maka implikasi yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut. Pertama, keefektifan jalannya pembelajaran

dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dibantu dengan

mempertimbangkan, memperhatikan, dan menyertakan karakteristik yang ada

pada peserta didik yaitu gaya belajarnya. Kedua, model pembelajaran berbasis

proyek merupakan kondisi yang sesuai bagi siswa yang memiliki gaya belajar

dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan kondisi yang paling sesuai untuk

siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Dalam model pembelajaran berbasis

proyek, siswa aktif dalam kegiatan memecahkan masalah, mengambil keputusan,

meneliti, mempresentasikan, dan membuat dokumen. Karakteristik tersebut

merupakan tantangan bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, karena

siswa yang tergolong bergaya belajar kinestetik memiliki modalitas yang aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa dengan gaya

belajar kinestetik menyebabkan siswa tersebut memiliki kemampuan untuk belajar

secara mandiri tanpa menunggu perintah guru. Peran guru dalam hal ini hanya

diperlukan sebagai fasilitator dan mediator.

Anda mungkin juga menyukai