Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME

MATA KULIAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Oleh:
Aulia
170533628630
Nadhira Eka Putri Firdianto
160533611529
One Aprilian
16

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
KONSTRUKTIVISME

A. Gambaran Umum

Konstruktivisme merupakan suatu epistemologi tentang


perolehan pengetahuan (knowledge acquisition) yang lebih memfokuskan
pada pembentukan pengetahuan daripada penyampaian dan penyimpanan pengeta
huan. Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik berperan
sebagai pembentuk (construct) dan pentransformasi pengetahuan.
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan
bahwa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang
dunia disekitarnya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan dirinya
sendiri melalui berbagai pengalamannya.
Asumsi utama dari konstruktivisme adalah, manusia merupakan siswa
aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri (Geary, 1995).
Asumsi yang lainnya ialah, guru sebaiknya tidak mengajar dalam artian
menyampaikan pelajaran dengan cara tradisional kepada siswa. Siswa perlu
diarahkan untuk dapat mengatur diri sendiri dan berperan aktif dalam
pembelajaran mereka dengan menentukan tujuan-tujuan, memantau, dan
mengevaluasi kemajuan mereka, dan bertindak melampaui standar-standar yang
diisyaratkan bagi mereka.

B. Perspektif dalam Konstruktivisme


Adapun yang dimaksud dengan pembentukan pengetahuan (construct
knowledge) dalam pandangan konstruktivisme meliputi tiga hal, yaitu:

(1) Exogenous constructivism


(2) Endogenous constructivism, dan
(3) Dialectical constructivism

Exogenous constructivism memiliki ciri yang sama dengan filsafat realisme,


yaitu sesuatu dimulai dengan adanya realitas eksternal yangdirekonstruksi
menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, struktur mental seseorangakan berkembang
untuk merefleksikan keadaan dunia luar (realitas).
Proses pembentukan pengetahuan dalam aliran psikologi kognitif menekankan
pada cara pandang pembentukan pengetahuan (constructivism), dengan skema dan
alur (schemata and networks) pengetahuan didasarkan atas realitas eksternal yang
dialami.
Endogenous constructivism disebut juga konstruktivisme kognitif yang
memfokuskan pada proses internal individu dalam membentuk
suatu pengetahuan. Perspektif ini merupakan derivasi dari teori Jean Piaget (1896-
1980) yang menekankan pada kemampuan individu membangun pengetahuan
yang distimulus oleh konflik kognitif internal sebagai cara untuk mengatasi
disekuilibirium mental. Intinya adalah bahwa anak atau orang dewasa harus
mampu bernegosiasi dengan pengalaman dan fenomena yang berbeda dengan
skema pengetahuan yang mereka miliki. Dalam dunia pendidikan, para peserta
didik harus mampu menciptakan pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
struktur kognitif yang sudah mereka miliki dengan cara merevisi dan mengkreasi
pengetahuan baru selain dari pengetahuan yang sudah ada pada struktur kognitif
mereka.
Dialectical constructivism disebut juga konstruktivisme sosial yang memiliki
pandangan bahwa sumber konstruksi pengetahuan merupakan bagian dari
interaksi sosial yang meliputi berbagi informasi (sharing),
melakukan pembandingan (comparing), dan melakukan debat (debating) antara
peserta didik dan guru. Melalui proses interaksi yang intensif, lingkungan
sosial pembelajaran akan terbentuk dan memberikan kesempatan kepada
peserta didikuntuk membentuk pengetahuannya secara mandiri.

C. Kognisi Berkonteks (Situated Cognition)


Kognisi berkonteks memerhatikan pandangan intuitif yang mengatakan bahwa
banyak proses saling berinteraksi untuk menghasilkan pembelajaran. Manfaat
lebih lanjut dari perspektif kognisi berkonteks adalah bahwa perspektif ini
mengarahkan para peneliti untuk mengeksplorasi kognisi dalam konteks-konteks
pembelajaran autentik seperti sekolah, tempat kerja, dan rumah dimana banyak
diantaranya yang melibatkan mentoring atau praktik-praktik magang.
D. Kontribusi dan Aplikasi
Teori-teori kognitif memandang pikiran sebagai wadah semua penjelasan
yang mungkin tentang bagaimana pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan
berada dalam benak manusia harus berasumsi bahwa pikiran dan perasaan
tersebut terbentuk didalam sana. Sebagai contoh teori kognitif social
menonjolkan peran harapan-harapan dan tujuan-tujuan; dan keyakinan-
keyakinan dan kognisi ini tidak muncul darimana-mana, melainkan dibangun
oleh siswa sendiri.
Kekurangan dari banyak bentuk konstruktivisme adalah penekanan
terhadap relativisme, yaitu pandangan bahwa semua bentuk pengetahuan dapat
dibenarkan karena dibangun oleh para siswa, terutama jika pengetahuan-
pengetahuan tersebut mencerminkan konsensus masyarakat.
Konstruktivisme memiliki implikasi-implikasi penting bagi pengajaran
dan rancangan kurikulum (Phillips, 1995). Rekomendasi-rekomendasi paling
terang adalah kita harus melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
mereka dan memberikan pengalaman-pengalaman yang menguji pemikiran
mereka dan memaksa mereka untuk menyusun ulang keyakinan-keyakinan
mereka.

E. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Menurut Piaget, perkembangan kognitif tergantung pada 4 faktor
pertumbuhan biologis, pengalaman dengan lingkungan fisik, pengalaman dengan
lingkungan social, dan ekuilibrasi.
Ekuilibrasi mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah
kondisi keseimbangan atau ekuilibrium (adaptasi) yang optimal antara struktur-
struktur kognitif dan lingkungan (Duncan, 1995). Allison menggunakan satu dari
dua proses komponen dari ekuilibrasi : asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
mengacu pada menyesuaikan realita eksternal dengan struktur kognitif yang telah
ada. Akomodasi adalah mengubah struktur-struktur internal untuk memberikan
konsistensi dengan realitas eksternal.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan
intelektual sebagai berikut:
a. Senoris motorik (0-2 tahun)
b. Praoperasional (2-7 tahun)
c. Operasional konkrit (7-11 tahun)
d. Operasional formal (11 tahun ke atas)
Dalam tahapan sensorikmotor, tindakan-tindakan anak spontan dan
menunjukkan usaha untuk memahami dunia. Untuk tahapan pra-operasional
mampu membayangkan masa mendatang dan berpikir tentang masa yang telah
lewat, meskipun persepsi mereka masih sangat berorientasi pada masa sekarang.
Anak-anak pada tahapan pra-operasional memperlihatkan ireversibilitas; yaitu,
ketika sesuatu telah dilakukan, sesuatu tersebut tidak dapat diubah. Tahapan
operasional konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan
merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah. Tahapan operasional
formal mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak-anak pada
tahapan ini tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat; anak-anak
mampu berpikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian.
Pembelajaran terjadi ketika anak-anak mengalami konflik kognitif dan
terlibat dalam asimilasi dan akomodasi untuk membangun atau mengubah
struktur-struktur internal. Namun, sebaiknya konfliknya tidak terlalu besar, karena
hal tersebut tidak akan memicu ekuilibrasi. Pembelajaran akan optimal ketika
konfliknya kecil dan terutama ketika anak-anak ada dalam transisi antar tahapan.
Teori Piaget ini bersifat konstruktivis karena teori ini berasumsi bahwa anak-anak
menerapkan konsep-konsep mereka terhadap dunia dalam upaya memahaminya
(Byrnes, 1996).

F. Implikasi-implikasinya bagi Pengajaran


Implikasi-implikasi Teori Piaget bagi Pendidikan :
Pahami perkembangan Kognitifnya
Guru akan mendapatkan keuntungan jika memahami level-level apa para
siswanya menjalankan fungsinya.
Jaga agar siswa tetap aktif
Anak-anak membutuhkan lingkungan yang kaya yang memberinya
kesempatan untuk bereksplorasi secara aktif dan menjalani kegiatan-kegiatan
yang melibatkan partisipasi aktif mereka.
Ciptakan ketidaksesuaian
Ketidaksesuaian diciptakan dengan membiarkan para siswa menyelesaiakan
soal-soal dan mendapatkan jawaban-jawaban yang salah
Memberikan interaksi sosial
Lingkungan sosial tetap saja merupakan sumber utama bagi perkembangan
kognitif. Kegiatan-kegiatan yang memberikan interaksi sosial akan
bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai