TINJAUAN PUSTAKA
Siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis pada level tertentu
akan menunjukkan hasil sebagai berikut :
Level 2 (Cukup Kreatif) : Hasil tes siswa memuaskan, siswa hanya menunjukkan dua
kemampuan atau dua indikator berpikir kreatif matematis. Siswa mampu
menyelesaikan soal dengan benar tepat waktu, mampu menghasilkan ide dari konsep
matematika dan menyelesaikan permasalahan hanya dengan satu cara dengan jawaban
yang benar serta menggunakan gagasan sendiri tanpa meminta bantuan dengan yang
lain.
Level 1 (Hampir Tidak Kreatif) : Hasil tugas siswa memuaskan, siswa menunjukkan
satu indikator kemampuan berpikir kreatif saja. Misalkan
Level 0 (tidak kreatif) : Hasil tugas siswa tidak memenuhi semua kriteria produk
kreativitas. Siswa tidak dapat mensintesis ide-ide dari konsep-konsep matematika atau
pengalaman kehidupan nyata, dan tidak dapat menghasilkan ide-ide baru.
Problem based learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun
1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya
menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai
yang ada. Tan mengatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan (Rusman,2012). Sehubungan dengan itu
menurut Siregar dan Nara (2010) pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) dapat dikatakan sebagai suatu lingkungan belajar dimana masalah
mengendalikan proses belajar mengajar. Begitupun Arends mengatakan pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri (Trianto,2013).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran problem
based learning merupakan pendekatan pembelajaran dimana masalah nyata
mengendalikan proses belajar mengajar.
2.4.1 Karakteristik Problem Based Learning
Dalam pembelajaran PBL, masalah yang disajikan oleh pendidik menurut Wee dan
Kek (dalam Amir, 2009) memiliki ciri khas sebagai berikut :
Sedangkan untuk mendesain masalah PBL, Rusman (2012) membagi menjadi tiga,
yaitu :
Teori belajar Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Dalam PBL hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman
sekelompok dan kelompok lain.
Terdapat sejumlah tujuan dari PBL berdasarkan Barrows, Tamblyn dan engel
yaitu : dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesuksesan dalam hal (a) adaptasi dan
partisipasi dalam suatu perubahan, (b) aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi
yang baru atau yang akan datang (c) pemikiran yang kreatif dan kritis (d) adopsi data
holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi, (e) apresiasi dari beragam cara
pandang, (f) kolaborasi tim yang sukses, (g) identifikasi dalam mempelajari
kelemahan dan kekuatan, (h) kemajuan mengarahkan sendiri, (i) kemampuan
komunikasi yang efektif, (j) uraian dasar-dasar atau argumentasi pengetahuan, (l)
pemanfaatan sumber-sumber yang bervariasi dan relevan. (Siregar dan Nara,2010)
Menurut Smith dalam Amir (2009) PBL mempunyai berbagai potensi manfaat
untuk siswa, yaitu :
Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar jika guru telah
mempersiapkan segalanya untuk proses tersebut, begitu pula untuk membuat proses
belajar mengajar yang mendorong siswa agar aktif dan kreatif dalam belajarnya,
Gibbs mengemukakan pemikirannya tentang hal-hal yang dapat mendorong siswa
menjadi aktif dan kreatif yaitu :dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi rasa takut; memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan belajar dan evaluasinya; memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan
tidak otoriter; melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
(Iskandar,2009).
Tytler mengatakan rancangan belajar yang perlu dilakukan apabila mengacu
pada teori belajar konstruktivistik Piaget antara lain guru hendaknya : memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan gagasan dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri; memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir dan memikirkan
tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif;
memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba melakukan dan melaksanakan
gagasan-gagasannya; memberikan pengalaman pada siswa yang berhubungan dengan
gagasan-gagasan yang telah dimiliki siswa sebelumnya, dan menciptakan lingkungan
belajar dan kondusif sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Dalam proses problem based learning siswa akan diberikan masalah-masalah.
Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata.
Dari masalah yang diberikan ini, siswa bekerja sama dalam kelompok, mencoba
memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki dan sekaligus mencari
informasi-informasi baru yang relevan untuk solusinya (Amir,2009) . Disini terlihat
jelas bahwa siswa diberi keleluasaan dalam menyelesaikan masalah dengan konsep-
konsep mereka sendiri dengan mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki
didalam kelompoknya.
D C
A B
H G
E F
Pada soal ini menuntut kemampuan berpikir flexibility karena memiliki beberapa
cara penyelesaian atau strategi, semakin banyak strategi yang digunakan maka
semakin tinggi berpikir luwes siswa. Strategi pertama bisa dilakukan dengan
merefleksikan persegi ABCD terdapat sumbu y, kemudian direfleksikan terhadap
sumbu x sehingga didapat hasil transformasinya yaitu persegi EFGH. Strategi
kedua sama seperti yang pertama, tetapi direfleksikan terhadap sumbu x dulu baru
selanjutnya dicerminkan terhadap sumbu y. Strategi ketiga berbeda dengan
strategi pertama dan kedua, karena hanya direfleksikan satu kali yaitu persegi
ABCD direfleksikan terhadap garis y = -x. Strategi empat yaitu menggunakan
transformasi translasi.
Soal ini juga menuntut kemampuan berpikir fluency karena memiliki
beberapa macam strategi maka membutuhkan waktu yang lebih, semakin banyak
strategi atau penyelesaian yang siswa kerjaan dalam waktu tertentu maka semakin
tinggi berpikir lancar siswa.
b. Titik P berada pada koordinat P(a,b) di refleksikan terhadap garis x=k, kemudian di
2
translasikan sejauh T=( ) sehingga koordinatnya menjadi P(0,0). Tentukan nilai a,b
3
dan k yang mungkin ! (a,b dan k bilanagn bulat)
Penyelesaian :
Refleksi terhadap garis x = k
P(a,b)P(2k-a , b)
2
Translasi sejauh T=( )
3
P(2k-a , b) P(2k - a + 2, b + 3)
Karena titik koordinatnya T(0,0), maka :
1. Nilai a dan k :
2k - a + 2 = 0
2k - a = -2
Sehingga :
k = 1 2 . 1 a = -2, a = 4
k = 2 2 . 2 a = -2, a = 6
k = 3 2 . 3 a = -2, a = 8
........
2. Nilai b
b+3=0
b = -3
Jadi didapat nilai k = 1,2,3....,nilai a = 4,6,8... dan b = -3
Pada penyelesaian soal ini terlihat jelas nilai a terikat terhadap nilai k , soal ini
akan menuntut kemampuan berpikir originality siswa.
DAFTAR PUSTAKA