Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam
segi kehidupan manusia baik fisik, mental dan sosial yang dapat membuat
kemampuan manusia mengalami keterbatasan diri dalam mencapai kepuasan
dan kesejahteraan hidup, sehingga sering menimbulkan tekanan atau kesulitan
dalam menghadapi masalah kehidupan. Hal ini sering menimbulkan tekanan
dan akan mengarah pada dampak negatif seperti timbulnya stress atau
kecemasan, bila kecemasan tidak segera diatasi atau ditangani akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berkonsentrasi dan
berorientasi pada realita.
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai dan
berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan
eksternal, tidak memberi respon secara akurat, sehingga tampak perilaku yang
sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Gangguan pada fungsi kognitif
dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.
Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespon terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka,
gerakan tubuh dan perilaku verbal) penampilan hubungan sosial karena
gangguan atau respon yang timbul disebut pula respon neurobiologik.
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-

1
2

negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa tergolong parah dan
tidak dapat pengobatan apapun. Dari 150 juta populasi orang dewasa
Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta
orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah
tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan
untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat
mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia
khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa.
Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus
diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak
penyimpangan perilaku maupun semakin tingginya jumlah penderita
gangguan jiwa. Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi
penderita dan keluarganya. Semakin tingginya persaingan dan tuntutan dalam
memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan seseorang mengalami stress atau
merasa tertekan. Jika seseorang mengalami stress maka ia akan cenderung
mengalami atau menunjukkan gejala gangguan kejiwaan sehingga ia menjadi
maladaptif terhadap lingkungan.
Gangguan atau masalah kesehatan jiwa yang berupa proses piker
maupun gangguan sensori persepsi yang sering adalah harga diri rendah.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Skizofrenia merupakan kekacauan
jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan
(psikosis).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa komunitas pada Tn. S dengan Risiko
Harga Diri Rendah Situasional di Dusun Krajan I Desa Grenden Kecamatan
Puger Kabupaten Jember
3

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan Askep ini adalah agar mahasiswa memperoleh
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional dan memperoleh informasi
atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Risiko Harga Diri Rendah Situasional di Dusun Krajan I Desa Grenden
Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. S dengan
Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien
Tn. S dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
pasien Tn. S dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
Tn. S dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien
Tn. S dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan
praktik yang terdapat pada pasien Tn. S dengan Risiko Harga Diri
Rendah Situasional.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor pendukung, penghambat
dan mencari alternatif pemecahan masalah pada pasien Tn. S
dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
pasien Tn. S dengan Risiko Harga Diri Rendah Situasional.

D. Manfaat Laporan Kasus


Laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan
yang telah dilakukannya.
4

2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat


mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan jiwanya.
3. Puskesmas hasil tugas akhir/ asuhan keperawatan ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan operasional
Puskesmas agar mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan masukan dalam mengembangkan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai