Indonesia yang merupakan negara berkembang telah mengalami pembangunan yang cukup pesat, pembangunan yang terus meningkat khususnya di daerah perkotaan menyebabkan terjadinya berbagai alih fungsi lahan dari ruang terbuka hijau menjadi pemukiman atau industri karena tidak seimbangnya kebutuhan antara populasi manusia dengan lahan yang tersedia, lalu timbulnya berbagai masalah sosial dan lingkungan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang awalnya mendominasi di daerah perkotaan kini semakin berkurang akibat seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan ruang untuk melakukan berbagai aktivitasnya seperti pemukiman dan industri. Dewasa ini, kebutuhan akan ruang terbuka hijau merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi karena ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Di negara-negara industri maju dan berteknologi tinggi, kegiatan rekreasi di suatu ruang terbuka sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Hal ini terjadi karena polusi udara, gedung-gedung pencakar langit, dan tumpukan sampah di kota, telah menurunkan kualitas dan kuantitas udara bersih yang dapat diserap paru-paru. Disamping itu, masyarakat juga mulai tertekan jiwanya karena kepadatan manusia, keruwetan bermasyarakat, keramaian lalu lintas, kebisingan suara, dan ketidakpedulian sikap orang-orang sekitar, mulai pula pemikiran tempat pelarian yang suasananya nyaman dan menyenangkan, serta letaknya berada di tengah kota. Masyarakat mulai menghendaki suasana dan lingkungan yang bersih serta alam yang indah tanpa pencemaran. Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur dengan urutan kota kedua terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta. Kegiatan ekonominya sebagian besar adalah perdagangan, jasa, industri dan transportasi terutama menjadi lalulintas perhubungan bagian timur Indonesia. Surabaya melakukan green movement dipimpin oleh Walikota Surabaya ( Tri Rismaharini) saat ini. Hal ini dibuktikan dengan berbagai prestasi Kota Surabaya tingkat nasional maupun internasional dalam bidang pelestarian lingkungan. Prestasi tersebut antara lain Adipura, Adiwiyata, Kalpataru, ASEAN Environment Sustainable City, Indonesia Green Region Award 2011. Akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik Kota Surabaya saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau, ini memungkinkan lingkungan hidup kota menjadi tercemar. Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar oksigen di udara akan menjadikan lingkungan kota yang tidak sehat dan dapat menurunkan kesehatan manusia, oleh karena itu konsentrasi gas oksigen di udara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Apalagi sekarang lebih banyak pembangunan gedung bertingkat daripada sarana publik/ruang terbuka untuk masyarakat. Sebagai contoh ada banyak pembangunan mall dan apartemen: Galaxy Mall, Ciputra World, Grand City, Tunjungan Plaza, daripada taman-taman di Kota Surabaya. Salah satu cara untuk mereduksi oksigen di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun Ruang Terbuka Hijau. Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20% sebagai RTH publik. RTH publik seluas minimal 20% dimaksudkan agar proporsi RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Sedangkan saat ini luas RTH yang dimiliki Surabaya baru sekitar 12 % dari 20 % luas RTH yang wajib dimiliki (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2010) Keberadaan ruang terbuka memberikan keserasian lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih. Fungsi yang diberikan oleh ruang terbuka juga terdapat pada aspek ekologis, sosial budaya maupun estetika dengan memperindah lingkungan sekitar, sehingga bagaimana masyarakat mempersepsikan ruang terbuka sebagai sarana untuk menyalurkan kegiatan mereka. Untuk menciptakan kondisi ruang terbuka hijau sesuai dengan harapan tersebut, tidak hanya menjadi tugas maupun tanggung jawab Pemerintah Daerah, tetapi juga memerlukan partisipasi atau dukungan dari seluruh masyarakat kota Surabaya. Peran masyarakat sangatlah perlu, karena masyarakat juga harus mampu menjaga kebersihan yang ada di setiap ruang terbuka hijau tersebut, harus ada dan tertanam sebuah rasa memiliki terhadap segala macam infrastruktur yang ada di Kota Surabaya, karena sesungguhnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota berasal dari APBD yang juga sebagian persennnya terdapat uang pajak yang dibayarkan setiap bulan ataupun setiap tahunnya.