Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER OVARIUM

A. Definisi

Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histiogenesis yang


beranekaragam ,baik yang besar maupun yang kecil.(Sylvia
anderson,1995)
Kanker ovarium adalah bagian dari karsinoma sel skuamosa ovarium
yang dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis skuamosa atau mukosa
yang mengalami metaplasia skuamosa.(Stanley L Robbins,1995).
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. (Wingo, 1995)

B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan atiologi kanker
ovarium. Berikut ini akan diuraikan beberapa teori tentang etiologi
tersebut. (Busmar, 2006:469)
1. Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972,
yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan
pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna
diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi
ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan
kacau sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel
sel tumor.
2. Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang
pada data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk
perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang
rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon
esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan
mengikat. Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata
berhubungan dengan makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut.
Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsiogenik dimetil
benzzatrene ( DMBA ) akan terjadi tumor ovarium jika
ditransplantasikan pada tikus yang telah dioovorektomi, Tetapi tidak
menjadi tumor jinak tikus tersebut telah dihipofisektomi.
3. Hipotesis Androgen
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan
data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan
tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di
sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat.
Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan
makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
4. Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh
androgen, progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap
terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung
reseptor progesteron.
Penelitian pada ayam gallus domesticus menemukan 3-year
incidence terjadinya kanker ovarium secara spontan pada 24% ayam
yang berusia lebih dari dua tahun. Dengan pemberian makanan yang
mengandung pil kontrasepsi ternyata menurunkan insiden terjadinya
kanker ovarium. Penurunan insiden ini ternyata makin banyak jika
ayam tersebut hanya diberikan progesteron.
Percobaan pada kera macaque, progesteron menginduksi terjadinya
apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen menghambatnya
Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca
menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium,
sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan
menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi,
menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan
resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya
mengandung progesteron yang menekan ovulasi juga menurunkan
resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian depo
medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko
terjadinya kanker ovarium.
5. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi
memiliki resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah dari pada
nulipara,yaitu dengan resiko relatif 0,7.pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan anterm,resiko terjadinya kanker ovarium
berkurang sebesar 40% dibandingkan dengan wanita nulipara.
6. Pil Kontrasepsi
Penelitian dari center of disease control menemukan penurunan
resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54
tahun yang memakai pil kontrasepsi ,yaitu dengan rsiko relatif 0,6.
Penelitian lain melaporkan juga bahwa pemakaian pil kontrasepsi
selama 1 tahun menurunkan resiko sampai 11%,sedangkan pemakaian
sampai 5 tahun menurunkan resiko sampai 50. Penurunan resiko
semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.
7. Talk
Pemakaian talk(bydrous magnesium silicate)pada daerah perinium
dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan
resiko relatif 1,9%.akan tetapi, penelitian prospektif yang mencangkup
kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori diatas .
Meskipun 40% kohort melaporkan pernah memakai talk, hanya sekitar
15% yang memakainya setip hari. Resiko relatif terkena kanker
ovarium pada yang pernah memakai talk tidak meningkat (RR 1,1).
Demikian juga bagi yang selalu memakainya.
8. Terapi hormon pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause
(Menopausal Hormone Therapy = MHT) dengan esterogen saja selama
10 tahun meningkatkan resiko relatif 2,2. Sementara itu, jika masa
pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, resiko relatif meningkat
menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan esterogen yang kemudian diikuti
dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya resiko relatif menjadi 1,5.
Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan esterogen saja, secara
nyata meningkatkan resiko relatif terkena kanker ovarium. Pemakaian
MHT dengan kombinasi esterogen dan progestin, meskipun lebih aman
dati MHT dengan esterogen saja, untuk jangka panjang tidak
dianjurkan lagi sebagai salah satu terapi suportif bagi wanita yang
telah menopause.
9. Obat obat yang meningkatkan kesuburan
Obat obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat,
yang diberikan secara oral, dan obat obat gonadotropin yang
diberikan dengan suntikan seperti Follicle stimulating hormone (FSH),
kombinasi FSH dengan Luteinizing bormone (LH), akan menginduksi
terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi.
Menurut hipotesis incessant ovulation dan hipotesis gonadotropin,
pemakaian obat penyubur ini jelas akan meningkatkan resiko relatif
terjadinya kanker ovarium. Pemakaian klomifen sitrat yang lebih dari
12 siklus akan meningkatkan resiko relatif menjadi 11. Kanker
ovarium yang terjadi adalah kanker ovarium jenis borderline.
10. Faktor herediter
a. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Dari studi metanalisis pada tahun 1988 ditemukan resiko relatif
yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama.
Ibu dari penderita kanker ovarium resiko relatifnya 1,1, saudara
perempuan relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium resiko
relatifnya
b. BRCA gen dan kanker ovarium
Antara 5%-10% kanker ovarium dianggap bersifat herediter.
Kelompok kanker ovarium ini termasuk dalam sindroma hereditary
breast and ovarial cancer (HBOC) dan disebabkan oleh terjadinya
mutasi di gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 adalah suatu gen
yang terletak di kromosom 17q12-21, sedangkan BRCA2 terletak di
kromosom 13q12. Wanita dengan gen BRCA1 yang telah
bermutasi, mempunyai resiko terkena kanker ovarium sebesar 40%-
60%, dan resiko terkena kanker payudara sebesarr hampir 90%.
Resiko terkena kanker tuba falopii juga meningkat 50-120 kali jika
dibandingkan dengan wanita yang bukan carrier/pembawa sifat gen
BRCA1. Resiko untuk menderita kanker peritonium primer juga
meningkat dengan resiko relatif 45.
Gen lain yang berkaitan dengan kanker ovarium adalah gen
BRCA2 yang terletak pada kromosom 13q12. Resiko untuk
menderita kanker ovarium pada wanita pembawa gen BRCA2 yang
telah bermutasi lebih rendah daripada resiko pembawa gen BRCA1
yang bermutasi, yaitu 16%-27%. Kanker ovarium pada pembawa
gen BRCA1 dan BRCA2 yang telah bermutasi terjadi pada usia
51,2 tahun dan 57,5 tahun.
c. Gen mismatch DNA repair
Kanker ovarium juga merupakan bagian dari sindroma
hereditary nonpolyposis colorectak cancer (HNPCC). HNPCC
adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh autosomal dominant
disorder yang berkaitan dengan kerusakan gen yang bertanggung
jawab atas terjadinya reparasi yang tidak normal dari DNA.
Meskipun HNPCC terutama berkaitan dengan terjadinya kanker
kolon pada usia yang lebih muda, HNPCC ini ternyata juga
ditandai dengan meningkatnya resiko sejumlah kanker ekstrakolon
seperti kanker endometrium , kanker ovarium, kanker lambung,
kanker usus halus, dan kanker traktus urinarius. Resiko terjadinya
kanker ovarium pada usia 70 tahun pada penderita HNPCC adalah
12%, lebih tinggi dari masyarakat umum yang resikonya hanya
1,4%.
Meskipun resikonya tidak setinggi resiko penderita dengan
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, resiko terjadinya kanker ovarium
pada kelompok ini masih 8-9 kali lebih besar dari resiko pada
masyarakat umum. (Ari, 2008).

C. Patofisiologi
PATOFISIOLOGI CA OVARIUM
Teori menurut Teori hipotesis gonadtropin Kelainan Teori Factor makanan Radiasi
Virus
hipotesis incessant kromosom androgen
Hormone estrogen
ovulation Androgen Adanya Menginvasi Sel2 ovarium
Ovulasi Gen BRCA1
menstimulus zat2 sel2 ovarium terpapar radiasi
Hormon gonadtropin bermutasi
Kerusakan pada sel2 ovarium abnormal tumbuhnya karsinogen
meningkat (mening Sel2 ovarium
Sel2 ovarium Menghambat
katkan kesuburan ) sel epitel
Proses penyembuhan terakumulasi terinvasi oleh pertumbuhan

luka sangat lama oleh zat-zat virus sel-sel


Proses
karsinogen ovarium
ovulasi cepat
Terjadi ovulasi
Adanya akumulasi sel2
lagi/trauma baru
abnormal
Sel2 tumbuh dan berkembang diluar kendali(tidak mati pada
Proses penyembuhan luka
waktunya
Sel2 ovarium menjadi Transformasi menjadi sel2
kanker
CA
Ovarium
Penekanan
Ca ovarium Ovarium Traktus Gastrointestinal Vagina
saraf2 ovarium
membesar
Sekresi cairan yang Pada dinding vagina 0leh sel2 kanker
Terasa penuh Menekan Statis Gaster
bersifat serous musin kanker mengalami
pada perut dan kandung kemih Menekan
erosi
merasa tertekan pleksus lumbal
sakralis
anoreksia Urinari urgensi asites Medula Oblongata Dinding vagina dan Menstimulasi
servik menjadi tips mediator nyeri
nutrisi Kehilangan Penekanan pada traktus Merangsang pusat muntah

kurang banyak cairan GI di reticular formator


Laserasi
Hipotalamus
dari
kebutuhan Ganggguan Gangguan anoreksia Nausea dan muntah Perdarahan pervagina
tubuh eliminasi pemenuhan Nyeri akut
urin cairan dan Anemia, 02 ke
Resiko infeksi
elektrolit nutrisi Kehilangan jaringan berkurang
kurang dari banyak cairan
kebutuhan dispereurinea Gangguan perfusi

tubuh jaringan

Kelemahan Gangguan pola seksual


Ansietas

Intoleransi aktivitas
D. Stadium Kanker

Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation


InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :

1. STADIUM I > pertumbuhan terbatas pada ovarium


a) Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan
luar, kapsul utuh.
b) Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c) Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. STADIUM II > Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
a) Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b) Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c) Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
3. STADIUM III > tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif.
Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke
usus besar atau omentum.
a) Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan
peritoneum abdominal.
b) Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c) Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. STADIUM IV > pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif
dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
E. Manifestasi Klinis
1. Gangguan haid
2. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
3. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
4. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
5. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
6. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang


dilakukan dengan :
1. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan
mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)
yang akan dicatat dalam rekam medik.
2. Tes laboratorium
Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya
sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau
tulang
3. X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan
gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang
diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan
memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam.
4. Pencitraan lain
a) Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan
menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang
secara alamiah dihasilkan oleh tubuh.
b) Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja
dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel
kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan
memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.
5. CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk
mencitrakan bagian dalam tubuh.

6. Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan
sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk
memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain
dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid
dan kristik.

7. Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga
tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa
adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-
lain.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a) Stadium I :
Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
1). Stadium Ia :
Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada ansietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan dipermukaan luar,
kapsul utuh.

2). Stadium Ib:


Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada tumor dipermukaan luar, kapsul
intak.
3). Stadium Ic :
Tumor dengan stadium Ia dan Ib tetapi ada tumor di permukaan
luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas
berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
b) Stadium II :
Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
1). Stadium 2a :
Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
2). Stadium 2b :
Perluasan jaringan pelvis lainnya.
3). Stadium 2c :
Tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asietas yang
mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif
c) Stadium III :
Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor
terbatas dalam pelvis kecil tapi histologi terbukti meluas ke usus
besar dan omentum.
1). Stadium 3a :
Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding)
dipermukaan peritoneum abdominal.

2). Stadium 3b :
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis,
diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
3). Stadium 3c :
Implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
d) Stadium IV :
Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
G. Penatalaksanaan

1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan


pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya
(saluran indung telur).
2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya.
3. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan
kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di
sekitarnya.

H. Komplikasi
1. Penyebaran kanker ke organ lain
2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya
berbagai organ
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER OVARIUM
A. Pengkajian Umum
1. Identitas pasien
Nama,alama,.pekerjaan,pendidikan,suku bangsa,no rumah sakit,diagnose
rumah sakit, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul.
3. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut,perut terasa tertekan ,rasa
tertekan pada panggul, Mual,Sembelit,Sering buang air kecil,Kehilangan
nafsu makan atau cepat merasa kenyang,sakit saat hubungan seksual
(dispareunia),perubahan menstruasi, Perdarahan pervaginam
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
kanker CA Ovarium, CA Endometrium,riwayat pemakaian obat-obat
penyubur,pemakaian kontrasepsi yang memiliki kadar estrogen yang tinggi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita penyakit
kanker ovarium dan kanker puyudara
6. Pola-pola kesehatan
a) Pola aktivitas
Melaporkan adanya kelemahan, keletihan, kurang energi
b) Pola Integritas ego
stress mungkin sangat cemas dan ketakutan
c) Pola nutrisi
Pasien akan mengalami penurunan pencernaan, Anoreksia, mual,
muntah
d) Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih, nyeri tekan abdomen, konstipasi.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien tidak bisa tidur karena adanya nyeri dan rasa tertekan
pada abdomen dan pada pinggul
f) Pola interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat.
g) Pola seksual
Biasanya pasien mengalami haid yang tidak teratur dan pendarahan
pervagina
7. Pemeriksaan fisik
a) Sistem integumen
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak ada perubahan pada sistem
integumenya,hanya terjadi perubahan pada turgor kulitnya
b) Kepala
Pada pasien dengan CA Ovarium tidak terdapat perubahan pada sisi
kepalanya,hanya terdapat nyeri pada kepala
c) Muka
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium pasien terlihat meringis
d) Mata
Pada pasien degan penyakit dengan CA Ovarium mata tidak terdapat
perubahan
e) Leher
Bentuk simetris, kelenjar limpa tidak terdapat membesar kecuali
adanya metastase kanker
f) Thorak
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat sesak pada dada,
nafas pendek yang progresif.
g) Jantung
I: Tidak ada kelainan
P:Suara ketok dulness
P:tidak ada nyeri tekan
A:S1 S2 tunggal
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium terdapat penyakit
Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna).
h) System neurologi
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami sakit
kepala
i) Vagina
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering mengalami haid yang
tidak teratur dan pendaran pervagina
j) Abdomen
Pada pasien dengan penyakit CA Ovarium sering merasa abdomen
tegang atau nyeri (sedang/berat), dan terasa tertekan pada perut
k) Panggul.
Selama pemeriksaan panggul:
1). Dengan hati-hati memeriksa bagian luar alat kelamin terkena
(vulva),
2). Kemudian memasukkan dua jari dari satu tangan ke dalam vagina
dan sekaligus menekan sisi lain di perut untuk merasakan rahim
dan ovarium.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose Keperawatan yang Mungkin Muncul (NANDA 2015)
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat
kanker metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan produksi darah (anemia)
3. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah
(anemia, tromositopeni, kemoterapi)
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi
penyakit kanker (terapi radiasi)
6. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kelemahan umum
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal

C. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Comfort level Pain Management
dengan penekanan - Pain control 1. Lak
perut bagian bawah - Pain level ukan pengkajian nyeri
akibat kanker Setelah dilakukan secara komprehensif
metastasis tindakan keperawatan termasuk lokasi,
selama . nyeri akut karakteristik, durasi,
pasien berkurang dengan frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil: faktor presipitasi
1. Tidak ada gangguan 2. Kon
tidur trol lingkungan yang
2. Tidak ada gangguan dapat mempengaruhi
konsentrasi nyeri seperti suhu
3. Tidak ada gangguan ruangan, pencahayaan dan
hubungan kebisingan
interpersonal 3. Ajar
4. Tidak ada ekspresi kan tentang teknik non
menahan nyeri dan farmakologi: napas dala,
ungkapan secara relaksasi, distraksi,
verbal kompres hangat/ dingin
5. Tidak ada tegangan 4. Beri
otot kan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ...
5. Tin
gkatkan istirahat
6. Beri
kan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
7. Mo
nitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Circulation status Peripheral Sensation
perifer Prefusion cerebral Management (Manajemen
berhubungan sensasi perifer)
dengan penurunan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya daerah
produksi darah tindakan keperawatan tertentu yang hanya peka
(anemia) selama . Perfusi terhadap
jaringan perifer pasien panas/dingin/tajam/tumpu
efektif dengan kriteria l
hasil : 2. Monitor adanya paretese
1. Mendemonstrasikan 3. Instruksikan keluarga
status sirkulasi yang untuk mengobservasi
ditandai dengan : kulit jika ada lsi atau
a. Tekanan systole laserasi
dan diastole 4. Gunakan sarung tangan
dalam rentang untuk proteksi
yang diharapkan 5. Batasi gerakan pada
b. Tidak ada kepala, leher dan
ortostatik punggung
hipertensi 6. Monitor kemampuan
c. Tidak ada tanda BAB
tanda peningkatan 7. Kolaborasi pemberian
tekanan analgetik
intrakranial (tidak 8. Monitor adanya
lebih dari 15 tromboplebitis
mmHg) 9. Diskusikan menganai
2. Mendemonstrasikan penyebab perubahan
kemampuan kognitif sensasi
yang ditandai
dengan:
a. Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
b. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
c. Memproses
informasi
d. Membuat
keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
3. Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan stres akibat Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan)
kurangnya selama klien 1. Berikan informasi faktual
pengetahuan kecemasan teratasi dgn mengenai diagnosis,
tentang penyakit kriteria hasil: tindakan prognosis
dan 1. Klien mampu 2. Libatkan keluarga untuk
penatalaksanaannya mengidentifikasi dan mendampingi klien
mengungkapkan 3. Instruksikan pada pasien
gejala cemas untuk menggunakan
2. Mengidentifikasi, tehnik relaksasi.
mengungkapkan dan 4. Dengarkan dengan penuh
menunjukkan tehnik perhatian.
untuk mengontol 5. Identifikasi tingkat
cemas kecemasan.
3. Vital sign dalam batas 6. Dorong pasien untuk
normal mengungkapkan
4. Postur tubuh, ekspresi perasaan, ketakutan,
wajah, bahasa tubuh persepsi.
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Risiko perdarahan NOC : NIC :


berhubungan - Blood lose severity Bleeding precautions
dengan penurunan - Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-tanda
volume darah Setelah dilakukan perdarahan
(anemia, tindakan keperawatan 2. Catat nilai Hb dan HT
tromositopeni, selama . Tidak ada sebelum dan sesudah
kemoterapi) perdarahan pada pasien terjadinya perdarahan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor nilai lab
1. Tidak ada hematuria (koagulasi) yang meliputi
dan hemaremesis PT, PTT, Trombosit
4. Monitor TTV ortostatik
2. Tidak ada kehilangan 5. Kolaborasi dalam
darah yang terlihat pemberian produk darah
6. Lindungi pasien dari
3. Tekanan darah dalam
trauma yang dapat
batas normal (sistol
menyebabkan perdarahan
dan diastole)
7. Anjurkan pasien untuk
4. Tidak ada perdarahan meningkatkan intake
pervagina makanan yang banyak
mengandung vitamin K
5. Tidak ada distensi 8. Hindari terjadinya
abdominal konstipasi dengan
menganjurkan untuk
6. Hemoglobin dan mempertahankan intake
hematocrit dalam cairan yang adekuat dan
batas normal pelembut feses
7. Plasma, PT, PTT
dalam batas normal

5. Gangguan citra NOC : NIC :


tubuh berhubungan - Body Image Body Image enchancement
dengan - Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
pembedahan, terapi non verbal respon klien
penyakit kanker Setelah dilakukan asuhan terhadap tubuhnya
(terapi radiasi) keperawatan 2. Monitor frekuensi
selama .......... diharapkan mengkritik dirinya
pasien tidak mengalami 3. Jelaskan tentang
gangguan citra tubuh pengobatan, perawatan,
dengan kriteria hasil: kemajuan dan prognosis
1. Body image positif penyakit
2. Mampu 4. Dorong klien
mengidentifikasi mengungkapkan
kekuatan personal perasaannya
3. Mendeskripsikan 5. Identifikasi arti
secara faktual pengurangan melalui
perubahan fungsi pemakaian alat bantu
tubuh 6. Fasilitasi kontak dengan
4. Mempertahankan individu lain dalam
interaksi sosial kelompok kecil

6. Konstipasi NOC : NIC :


berhubungan - Bowel elimination Constipation/Impaction
dengan penurunan - Hydration Management
motilitas traktus Setelah dilakukan 1.
gastrointestinal tindakan keperawatan Monitor tanda dan gejala
selama . Pasien tidak konstipasi
mengalami konstipasi2.
dengan kriteria hasil: Monitor bising usus
1. 3.
Mempertahankan bentuk Monitor feses, frekuensi,
feses lunak setiap 1-3 konsistensi dan volume
hari 4.
Dukung intake cairan
2. 5.
Bebas dari Kolaborasi pemberian
ketidaknyamanan dan laksatif
konstipasi 6.
Pantau tanda-tanda dan
3.
gejala konstipasi
Mengidentifikasi indicator
untuk mencegah
7.
konstipasi
4.
Feses lunak dan berbentuk

6 Intoleransi aktivitas NOC: NIC :


berhubungan Self care ADLs Energy management
dengan kelemahan Setelah dilakukan 1. Observasi adanya
umum tindakan keperawatan pembatasan klien dalam
selama . Pasien toleran melakukan aktivitas
terhadap akitivitas dengan 2. Kaji adanya faktor yang
kriteria hasil: menyebabkan kelelahan
1. Berpartisipasi dalam 3. Monitor nutrisi dan
aktivitas fisik tanpa sumber energi yang
disertai peningkatan adekuat
tekanan darah, nadi 4. Monitor pasien akan
dan RR adanya kelelahan fisik
2. Mampu melakukan dan emosi secara
aktivitas sehari hari berlebihan
(ADLs) secara mandiri 5. Monitor respon
3. Keseimbangan kardivaskuler terhadap
aktivitas dan istirahat aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Bali Homepetshop. 2013. LP Kanker Ovarium. Dalam


(https://www.scribd.com/doc/137496612/Lp-Kanker-Ovarium). Diakses
tanggal 1 November 2014.

Karunianingrum. 2013. LP CA Ovarium. Dalam (https://www.scribd.com/doc /


188788522/LP-CA-OVARIUM). Diakses tanggal 1 November 2014.

Nanda International. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1. Jakarata: EGC.

Prisma, Etika. 2010. LP CA Ovarium. Dalam (http://scribd. Com/doc/188788522).


Diakses tanggal 31 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai