Anda di halaman 1dari 6

1. A.

Anemia defisiensi Besi


Anemia defisiensi besi adalah anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anamnesis didapatkan pucat yang berlangsung lama,
mudah lelah, lemas, tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh menurun, gangguan perilaku dan
prestasi belajar, gemar memakan makanan yang tidak biasa (pica), makanan yang kurang
mengandung zat besi, serta infestasi malaria dan parasit seperti ankilostoma dan schistosoma.
Pemeriksaan fisik didapatkan pucat, tanpa organomegali, dapat ditemukan koilonikia, glositis,
stomatitis angularis, takikardia, gagal jantung, dan protein losing enteropathy.

Kriteria diagnosis ADB pada anak menurut WHO:


a. Kadar Hb kurang dari normal menurut usia
b. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata 31%
c. Kadar Fe serum kurang dari 50 ug/dL (N: 80-180 ug/dL)
d. Saturasi transferin kuang dari 15% (N: 20-50%)

Kriteria ini harus dipenuhi minimal no. 1,3, dan 4. Bila sarana terbatas, diagnosis dapat
ditegakan berdasarkan: anemia tanpa perdarahan, tanpa organomegali, gambaran darah tepi:
mikrositik, hipokromik, anisositosis, sel target,respon terhadap pemberian preparat besi.

2. A. Talasemia
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang disebabkan oleh defek
genetik pada pembentukan rantai globin. Diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
penunjang. Anamnesis didapatkan gejala pucat yang lama (kronis), terlihat kuning, mudah
infeksi, perut membesar akibat hepatosplenomegali, pertumbuhan terhambat/pubertas
terhambat, riwayat transfuse berulang (jika sudah pernah transfusi sebelumnya), riwayat
keluarga yang menderita talasemia. Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemia/pucat, ikterus,
facies cooley, hepatosplenomegali, gizi kurang/buruk, perawakan pendek, hiperpigmentasi kulit.
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan elektroforesis Hb.
Pemeriksaan darah tepi meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap yang terdiri dari pemeriksaan
Hb, hapusan darah tepi (mikrositer, hipokrom, anisositosis, poikilositosis, sel eritrosit mudah,
normoblas, fragmentosis dan sel target). Elektroforesis hemoglobin menunjukan tidak
ditemukannya HbA dan meningkatkan HbA2 dan HbF.

3. B. Defisiensi B12 + asam folat


Jika MCV naik maka disebut dengan makrositik. Sedangkan ADB dan talasemia termasuk
dalam anemia mikrositik hipokromik. Sickle cell tidak termasuk dalam penggolongan morfologi
karena bentuknya sudah khas yaitu berbentuk seperti sabit. Anemia aplastik berkaitan dengan
pansitopenia. Jika dua dari 3 (neutrofil, retikulosit, trombosit) komponen darah sudah
mengalami penurunan, maka sudah termasuk dalam anemia aplastik.

4. C. Transferin
Hemosiderin dan Feritin berguna sebagai penyimpan besi sedangkan Hemoglobin
berguna untuk transport oksigen.
5. A. leukemia
Leukimia adalah keganasan hematologic akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk, hemopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sum sum tulang,kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik
Klinis
Gambaran leukemia akut sangat bervariasi, tetapi umumnya timbul cepat dalam beberapa
hari sampai minggu. Gejala leukemia digolongkan menjadi 3 golongan besar :
1. Gejala kegagalan sumsum tulang, yaitu :
a. Anemia ( pucat,lemah)
b. Neutropenia (infeksi yang ditandai demam, infeksi rongga mulut, tenggorok,kulit,
saluran napas, sepsis, hingga syok septic)
c. Trombositopenia (perdarahan kulit, mukosa)
2. Keadaan hiperkatabolik yang ditandai oleh kaheksia, keringat malam, hiperurikemia
3. Infiltrasi kedalam organ yang menimbulkan gejala nyeri tulang, limfadenopati, spleeno/
hepatomegali, hipertrofi gusi, infiltrasi kulit, sindrom meningeal (sakit kepala, mual
muntah, mata kabur, kaku kuduk)
4. Gejala lain yang dapat dijumpai berupa leukostasis> 50.000/ uL, koagulapati,
hjiperurikemia, serta sindrom lisis tumor.

Kelainan Laboratorium
1. Darah tepi
Anemia normokromik normositer, trombositopenia, leukosit meningkat tetapi juga dapat
normal atau menurun, hapusan darah tepi, khas menunjukkan adanya sel muda (blast) yang
melebihi 5% dari sel berinti pada darah tepi
2. Sumsum tulang
Hiperseluler, hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast). Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang

6. D. Anemia hemolitik
Definisi
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah
pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya ( sebelum masa hidup rata-rata
eritrosit yaitu 120 hari )
Klinis
Gejala klinis anemua hemolitik dibagi 3 yaitu:
1. Gejala umum anemia
Hemoglobin turun <7-8 gr/dL
2. Gejala hemolitik
Pada anemia hemolitik kronik famelier /herediter gejala klinik yang dapat timbul berupa
ikterus, spleenomegali/hepatomegali kolelitiasis, kelainan tulang, ulkus pada kaki.
Kelainan laboratorium

A. Adanya anemia( penurunan Hb, Hematokrit, atau hitung eritrosit). Penurunan Hb


>1gr/dL dalam waktu 1 minggu khas pada hemolitik akut didapat
B. Tanda-tanda hemolisis
1. Penurunan masa hidup eritrosit
2. Peningkatan katabolisme heme (peningkatan produksi CO endogen,
urobilinogen urin, dan sterkobilinogen feses)
3. Peningkatan aktivitas dehidrogenase laktat serum
4. Penurunan haptoglobin serum
5. Penurunan hemoglobin terglikolisasi
6. Tanda-tanda hemolisis intravaskuler( hemoglobinemia, hemoglobulinuria,
hemosiderinuria, methemalbuminemia, penuruna kadar hemosiderin serum)
C. Kompensasi sumsum tulang (retikulositosis, polikromasia pada daerah tepi,
hyperplasia normoblastik pada sumsum tulang)
D. Kelainan laboratorium akibat penyakit dasar ( test comb positif, tes fragilitas
osmotic, kelainan morfoligi eritrosit)

7. B leukemia mieloied akut

Leukimia adalah keganasan hematologic akibat proses neoplastik yang disertai


gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.

Leukemia myeloid akut merupakan leukemia dengan perjalanan klinis yang cepat dan
sel leukemia berasal berasal dari transformasi sel induk myeloid. Sedangkan leukemia myeloid
kronik dengan gejala yang timbul perlahan lahan dan sel leukemia berasal dari sel transformasi
sel induk myeloid
Kelainan laboratorium

Leukimia myeloid akut Leukemia myeloid kronis


Darah tepi -anemia normokromik normositer Leukositosis berat 20.000-50.000
-trombositopenia pada permulaan kemudian
-leukosit meningkat, tetapi juga biasanya > 100.000
dapat normal atau menurun Anemia mula-mula ringan menjadi
(aleukemik leukemia) progresif pada fase lanjut bersifat
-Apusan darah tepi : sel muda normokromik normositer
>50% Trombosit bisa meningkat, normal
atau menurun

Hiperseluler, hampir semua sel Hiperseluler dengan system


Sumsum tulang sumsum tulang diganti sel leukemia granuloasit dominan. Sel blast <
(blast). Jumlah blast minimal 30 % 30%
dari sel berinti dalam sumsum
tulang

8. D : Anemia akibbat kekurabngan Vit B12

Oleh karena pada pemeriksaan laboratorium didapatkan MCV dan MCH meningkat, maka
anemia pada pasien termasuk anemia megaloblastik. Anemia megaloblastik adalah anemia yang
khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Anemia megaloblastik
disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast, terutama akibat defisiensi
vitamin B12 dan asam folat.

Penyebab :

Defisiensi vitamin b12 : anemia pernisiosa, vegetarian, tropical sprue, gastrektomi. Defisiensi
folat : gizi (nutritional), penyakit Coelliac, tropical sprue, kehamilan. Klinis: Gambaran umum
anemia megaloblastik adalah : anemia timbul perlahan dan progresif, kadang disertai ikterus
ringan, glositis dengan lidah berwarna merah, seperti daging (buffy tongue). Pada defisiensi
vitamin B12 disertai kelainan neurologik berupa gejala neuropati (pada defisiensi folat tidak).

Laboratorium : Hb menurun, oval macrocyte dengan poikilositosis berat. MCCV meningkat 110
125 fL, sedangkan retikulosit normal, biasanya dijumpai leukopenia ringan dengan
hipersegmentasi netrofil, kadang kadang dijumpai trombositopenia ringan, pemeriksaan
sumsum tulang dapat dijumpai : hiperplasia eritroid dengan sel megaloblast, giant metamielosit,
sel megakariosit yang besar, cadangan besi sumsum tulang meningkat meningkat, kadar
bilirubin indirek serum dan LDH meningkat.
9. Jawaban : Hindari pemberian Aspirin / NSAID

Penatalaksanaan hemophilia harus bersifat komprehensif dan multidisiplin, sehingga


menurunkan mortalitas dan morbiditas

Penatalaksanaan Umum
- Cegah perdarahan
- Hindari Aspirin/NSAID
- Terapi perdarahan akut sedini mungkin <2 jam
- Terapi perdarahan berat di RS dengan pelayanan hemofilia
- Berikan faktor VIII atau IX sebelum prosedur invasive
- Minimalisir suntikan IM atau ambil darah vena atau arteri

10. D : Penyakit Hodgkin

Limfoma maligna ialah penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat
(solid) meskipun kadang kadang dapat menyebar secara sistemmik. Secara klinik dan patologik,
limfomamaligna dibagi menjadi 2 golongan besar yaiutu penyakit Hodgkin (limfoma Hodgkin) dan
limfoma non-Hodgkin. Penyebab pasti belum diketahui, namun salah satu yang paling dicurigai adalah
virus Epstein-Barr.

Perbedaan limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin

Limfoma Hodgkin Limfoma non-Hodgkin


Klinis - Gejala utama : pembesaran kelenjar, yang paling - Sebagian besar
sering di daerah leher. bersifat
- Gejala selanjutnya tergantung lokasi penyakit asimptomatik
dan organ yang diserang - Sebanyak 20%
- Pada jenis ganas dan telah stadium lanjut, sering pasien dapat
disertai gejala sistemik yaitu : demam, mengalami demam,
berkeringat malam, penurunan berat badan dan keringat malam,
sebesar 10% selama 6 bulan dan penurunan
- Hampir semua sistem organ dapat diserang berat badan
penyakit ini
Gambaran Adanya gambaran sel Reed-Sternberg Kumpulan sel abnormal,
patologi - kadang kadang histiosit
anatomi yang bersifat nodular atau
difus

11. E. AT>20.000 /Ul

Indikasi rawat inap pada pasien Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) adalah:

- AT<20.000 /uL
- Perdarahan berat
- Suspek atau pasti perdarahan intracranial
- Usia <3 tahun

Anda mungkin juga menyukai