Anda di halaman 1dari 43

Makalah Patologi Indera Pendengaran

MAKALAH PATOLOGI
INDERA PENDENGARAN

DISUSUN OLEH

RIRIN JULIANI PE

PROGRAM STUDI D III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLTEKKES PERMATA INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas pertolongan Nya,
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
Tak lupa salam Penulis haturkan kepada keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun
Penulis pada ruang dan waktu yang lain.

Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas Patologi dan Terminologi Medis III
dengan judul :

INDERA PENDENGARAN

Untuk menyelesaikan Makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun materil,
dan sebagai semangat untuk membuka semangat baru.
2. Bapak Choirul Anwar selaku dosen Patologi dan Terminologi Medis III Poltekes Permata
Indonesia Yogyakarta.
3. Rekan-rekan Poltekes Permata Indonesia Yogyakarta.

Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena penulis menyadari
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

Yogyakarta, 21 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
B. TUJUAN..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. ANATOMI PENDENGARAN.........................................................................
B. FISIOLOGI PENDENGARAN.......................................................................
C. UKURAN BUNYI...........................................................................................
D. GANGGUAN PENDENGARAN....................................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................................
B. SARAN............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangn). Indera pedengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar,
indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energy suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai
jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan
menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membrane basilaris terhadap membrane
tektorium. Sewaktu menggesek membrane tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini
menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-
saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi
alaksi dan sinyal disalurkan keotak. (Corwin, 2001)
Pada makalah ini saya akan menjelaskan tentang bagian-bagian telinga, fisiologi
pendengaran, ukuran bunyi dan gangguan pendengaran. Mengingat indera pendengaran sangat
penting bagi manusia, maka saya berharap dengan makalah ini mampu menambah pengetahuan
mengenai indera pendengaran.

B. Tujuan Makalah
1. Memenuhi tugas Patologi dan Terminologi Medis
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai indera pendengaran
3. Mengetahui anatomi dari telinga
4. Mengetahui fisiologi telinga
5. Mengetahui tentang ukuran bunyi
6. Mengetahui tentang gangguan-gangguan yang teradi pada telinga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Pendengaran
Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8
atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan
Telinga Dalam.
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, yang pada binatang rendahan berukuran besar serta
dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara, dan meatus auditorius externa
yang menjorok kedalam menjauhi pinna, serta menghantarkan getaran suara menuju membrane
timpani. Liang ini berukuran panjang sekitar 2.5 cm sepertiganya adalah tulang rawan sementara
2/3 dalamnya berupa tulang. Bagian tulang rawan tidak harus serta bergerak kearah atas dan
belakang. Hal ini biasanya dilakukan bila kita hendak menyemprot telinga. Cairan semprotan itu
harus diarahkan kedinding posterior dan dinding atas dari liang telinga. Aurikel berbentuk tidak
teratur serta terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu
cuping telinga, yang terutama terdiri dari lemak. Ada 3 kelompok otot yang terletak pada bagian
depan atas dan belakang telinga, kendati demikian manusia hanya dapat menggerakkan telinga
sedikit sekali, sehingga hampir tidak kelihatan.

2. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu
terletak sebelah dalam membrane timpani atau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu
dengan meatus auditorius externa. Rongga ini sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding
membranosa. Sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam
prosesus mastoideus pada tulang temporalis melalui sebuah celah yang disebut aditus. Tuba
eustakhius bergerak kedepan dan rongga telinga tengah menuju naso-farinx, lantas terbuka.
Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui
meatus auditorius externa, serta melalui tuba eustakhius (faring timpanik). Celah tuba eustakhius
akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan
demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan
udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara,
dapat dihindarkan.
Adanya hubungan dengan naso-farinx ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan
dapat menjalar masuk kedalam rongga telinga tengah. Tulang-tulang pendengaran adalah tiga
tulang keci. Yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari
membrane timpani menuju rongga telinga dalam. Tulang sebelah luar adalah melleus, berbentuk
seperti martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani, sementara kepalanya
menjulur kedalam ruang timpani. Tulang yang berada ditengah adalah inkus atau landasan, sisi
luarnya bersendi dengan melleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah
tulang kecil, yaitu stapes. Stapes atau tulang sangkurdi, yang dikaitkan pada inkus dengan
ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membrane yang
menutup fenestra festibula, atau tingkap jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga.

3. Telinga Dalam
Rongga telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis. Rongga telinga dalam
ini terdiri dari berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis.
Rongga-rongga itu disebut labirin tulang, dan dilapisi membrane sehingga membentuk labirin
branosa. Saluran-saluran membrane ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf
pendengaran dan keseimbangan. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian Vestibula yang merupakan
bagian tengah dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang
menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah. Saluran setengan lingkaran bersambung
dengan vestibula. Ada tiga jenis saluran-saluran itu, yaitu superior, posterior dan lateral. Saluran
lateral letaknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling membuat sudut tegak lurus satu sama
lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat peebalan yang disebut ampula. (Gerakan
cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus dalam ampula inilah yang menyebabkan
kita sadar akan kedudukan kita. Bagian telinga dalam ini berfungsi untuk membantu serebelum
dalam mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran kedudukan kita). Korlea adalah sebuah
tabung berbentuk sepiral yang membelit dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu
melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan
disebut modiulus. Dalam setiap belitan ini terdapat slura membranosa yang mengandung ujung-
ujung saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut eindolimfe, sementara cairan
labirin membranosa dan dalam labirin tulang disebut perilimfe. Ada dua tingkap dalam ruang
melingkar ini :
a) Fenestra vestibule (yang juga disenut fenestra ovalis, lantaran bentuknya yang bulat dan
panjang) ditutup oleh tulang stapes.
b) Fenestra koklea (yang juga disebut fenestra rotunda, lantaran bentuknya bundar) ditutup oleh
sebuah membrane.

Kedua-duanya menghadap ketelinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini tulang bertujuan agar
getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe
(perilimfe adalah cairan yang praktis tidak dapat dipadatkan). Getaran dalam perilimfe dialihkan
kedalam endolimfe, dan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Nervus
auditorius (saraf pendengaran) terdiri dari dua bagian. Salah satu dari padanya pengumpulan
sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam, yang mempunyai hubungan dengan
keseimbangan. Serabut-serabut saraf bergerak menuju neklus vestibularis yang berbeda pada titik
pertemuan pons dan medulla oblongata, lanytas kemudian bergerak terus menuju serebelum.
Bagian kokhlearis pada nervus auditorius serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan
kepada sebuah nucleus khusus yang berada tepat dibelakang thalamus, lantas dari sana
dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam kortex otak yang terletak pada bagian
bawah lobus.
B. Fisiologi Pendengaran
Ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana
kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar
(auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju
iknus dan stapes meleus yang terkait pada membrane itu. Karena getaran yang timbul pada setiap
tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra
vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe
dalam saluran kokhlea dan rangsangan menuju akhir-akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya
dihantarkan menuju otak.
Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak.
Gelombang suara menimbulkan bunyi.
1. Tingkatan suara biasa 80-90 desibel
2. Tingkat maksimum kegaduhan 130 desibel.

Nesus yang terbesar dalam kanalis semi sirkularis menghantarkan implus-implus menuju otak.
Implus-implus ini dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi karena adanya perubahan kedudukan
cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran
kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong kesalah satu sisi maka kepalanya
cenderung miring kearah lain (berlawan dengan arah badan yang didorong) guna
mempertahankan keseimbangan, berat badab diatur, posisi badan dipertahankan sehingga
jatuhnya badan dapat dipertahankan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semi sirkuler
inilah yang merangsang implus respon badan berupa gerak reflek, guna memindahkan berat
badan serta mempertahankan keseimbangan. Nervus auditorius mengumpulkan sensibilitas dan
bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan.
Serabut sserat ini bergerak menuju neklus vestibularis yang berada pada titik pertemuan pons dan
medulla oblongata terus bergerak menuju serebelum. Bagian kokhlearis pada nervus auditori
saraf pendengaran yang sebenarnya serabut saraf dipancarkan kesebuah nucleus khusus yang
berada dibelakang thalamus, dipancarkan menuju kortekx otak yang terletak pada bagian
temporalis

1. Pendengran
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu dan
mengintrepetasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energy gelombang tekanan menjadi
implus syaraf, dan serebri mengkonversi implus ini menjadi bunyi. Bunyi memiliki frekuensi,
amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi
gelombang udara per unit waktu. Telinga manusia dapat menangkap frekuensi yang bervariasi
dari sekitar 20 sampai 16.000 Hertz (Hz). Satu hertz yaitu satu siklus perdetik. Bunyi
berfrekuensi rendah mempunyai nada rendah, bunyi berfrekuensi tinggi mempunyai nada tinggi.
Suara manusia berkisar dari sekitar 65 Hz sampai sedikit diatas 1000 Hz. Mekanisme frekuensi
manusia paling sensitive terhadap suara dengan frekuensi sekitar 1000 Hz. Amplitude adalah
ukuran energy atau intensitas fluktuasi tekanan. Gelombang bunyi dengan amplitude yang
berbeda diinterpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan ukuran bunyi dalam ukuran
decibel (dB). Bunyi bisikan sekitar 20 dB, percakapan tenang sekitar 50 dB, pabrik yang bising
sekitar 100 dB, bunyi diatas 120 dB menyebabkan nyeri dan pemaparan dalam jangka panjang
dapat merusak telinga dan menyebabkan ketulian.
2. Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara
dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga
telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut
diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran
yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang
kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan
melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-
ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak. Perasaan
pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan
bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB.
3. Saraf pendengaran nervus auditorius mengumpulkan sensibilitas dan vestibuler rongga telinga
dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan. Serabut serat ini bergerak menuju
neklus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata terus
bergerak menuju sebelumnya. Bagian kokhlearis pada nervus auditori saraf pendengaran yang
sebenarnya. Serabut saraf dipancarkan ke sebuah nucleus khusus yang berada dibelakang
thalamus, dipancarkan menuju kortex otak yang terletak pada bagian temporalis.

C. Ukuran bunyi
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika
lebih dari 85 dB dan pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan
frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
1. Infrasound : 0Hz 20Hz
2. Pendengaran manusia : 20Hz 20KHz
3. Ultrasound : 20KHz 1GHz
4. Hypersound : 1GHz 10THz

Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas
suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya
dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energy suara dinamakan
1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan
intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali. Alasan lain menggunakan system decibel dalam
menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa
untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel.
Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses
penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan
tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas
suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel,
batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50
sampai 8000 siklus persetik atau kurang.

D. Gangguan Pendengaran
Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian total. Bahkan
lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis
khusus yang disebut otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan
yang terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik.
Kelainan pada telinga, diantaranya :
1. Radang telinga (otitas media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga, demam, dan
pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah, vertigo,
dan berkurang pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan gangguan pada
fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau
getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai
dengan muka pucat, berkeringat dingin dan pusing.
4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh
menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke
koklea. Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea
khususnya pada organ korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau
popular dengan sebutan telinga bunga kol, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang
rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga
yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan
oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara menyemburnya
secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah,
terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut
serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa
terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan
terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang
nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada
kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak
dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago.
Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang lebih
berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi dan
bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat
pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke
telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui
nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon
terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di udara. Factor utama yang menyokong
kepekaan telinga adalah sistem mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu
mengumpulkan suara dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam.
Telinga dapat mengalami penurunan fungsi pendengaran jika pada salah satu fisiologinya
mengalami kerusakan. Salah satunya adalah ketulian yang diakibatkan pecahnya gendang
telinga. Oleh karena itu diharapkan dapat menjaga dan selalu merawat indera pendengaran
supaya tetap dalam kondisi normal.

B. Saran
1. Bersihkanlah telinga setiap hari agar tidak terjadi kerusakan atau gangguan pada telinga
DAFTAR PUSTAKA

Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC


Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji
Dharma.1982. Jakarta: EGC
Ganong, W.F, 1983, Fisiologi Kedokteran, Jakarta : CV. EGC.
Guyton, A. C., 1983, Fisiologi Kedokteran 2, Jakarta : CV. EGC.
Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM.
http://sditphbatang.blogspot.com/2011/09/alat-indra-manusia.html
http://crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1
sistim pendengaran

MAKALAH FISIOLOGI

Tentang
SISTEM PENDENGARAN

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT.Karena atas Rahmat, Nikmat, dan Hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Sistem Pendengaran ini dengan lancar dan
tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
kerja samanya dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sebagai mahasiswa tentunya masih banyak kekurangan dari diri kami,
oleh karena itu jika nantinya ada kekurangan ataupun kesalahan dari hasil makalah kelompok
kami tolong berikan kritik sekaligus saran untuk membangun dan menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin!.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Padang , Desember 2012

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan luar sekitar untuk dapat
menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap
dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata,
hidung, telinga / kuping, kulit dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima / panca indera
yang berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon
sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat indra masih bisa
hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya manusia normal. Indera Manusia ada
lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi / pengertian, yaitu :

1. Indera Penglihatan
Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar
sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya dengan cepat. Jumlah
mata manusia ada dua buah yang bekerja saling menunjang satu sama lain. Orang yang tidak
memiliki mata disebut buta sehingga butuh bantuan tongkat, anjing pemandu, dll untuk
kemudahan dalam mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk bergerak.

2. Indra Penciuman
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari
aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk
dengan yang masih segar dengan mudah hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di
dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.
3. Indera Pengecap
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang
masuk ke dalam mulut kita. Lidah dapat merespon berbagai jenis dan macam rasa seperti rasa
manis, rasa pahit, rasa asam dan rasa asin. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena
adanya indra pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian
yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk merasakan rasa manis
dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.

4. Indera Pendengaran
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita
sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus
melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli.
Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.

5. Indera Peraba.
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa
sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan
percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah,
dahi, dll.

Apabila dibagi ke dalam kelompok alat indera, maka dapat kita bagi ke dalam tiga grup
kelompok, yakni :
Kemoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indra
pembau (idung) dan indra pengecap (lidah).
Mekanoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan
suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra pendengaran (kuping).
Photoreseptor adalah alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti indra
penglihatan atau mata.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami akan membahas salah satu dari alat indera tersebut, yaitu
anatomi dan fisiologi pada indera pendengaran.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA


Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan.
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari
telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk keseimbangan.
Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.
Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari
telinga luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.

a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus
eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk
menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan
bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai
membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit
dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan
sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah
rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi
menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen
(minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh
lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis
kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-
serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani
tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.

b. Telinga tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang
berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan),
dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai
maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya
berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan
dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis
(tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau
fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis
yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil
yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus,
dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba auditiva),
yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba
auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi
suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya
membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk
melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara
permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.
c. Telinga dalam (labirin)
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang
dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk labirin
membranosa dan berisi cairan endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya
berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan
perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid selaput
otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal. Labirin membranosa
dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang mengandung
pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng
dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat. Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu
vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).
Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis
semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra
vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus.
Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai
indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam
organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel
tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3)
yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan
akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat
pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat
keseimbangan di otak.
Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula.
Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-
masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga
organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan
respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga
berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat otolit.
Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakanendolimfe. Ketika kepala bergerak akibat
terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut
menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-
otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti rumah
siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 lilitan, mengelilingi bentukan kerucut
yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari
tiga saluran yang berisi cairan.
Tiga saluran tersebut adalah:
Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada
tingkap jorong.
Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir pada
tingkap bulat.
Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani,
mengandung endolimfe.
Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner),
dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.
Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor bunyi
pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari sel-sel
rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke
VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara
memasuki liang telinga menekan membran tympani melintas melalui tulang-tulang pendengaran
menekan tingkap jorong Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe menekan membran
vestibularis dan skala basilaris merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai
terjadi pembentukan impuls saraf

II.2. MEKANISME PENDENGARAN PADA TELINGA

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini
akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela
oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah.
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang
dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini
menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu
akan menggetarkan selaput-selaput
Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel
menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan
membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls
yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan
Bagian dari alat vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran yang
dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang ada di dalam utrikulus
clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan disebutampula yang berisi reseptor,
sedangkan pangkalnya berhubungan dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus
maupun sakulus berisi reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula
terdiri dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung gelatin yang
berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular (saluran setengah lingkaran) peka
terhadap gerakan kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel saraf yang
ujungnya berupa rambut bebas yang melekat padaotolith, yaitu butiran natrium karbonat. Posisi
kepala mengakibatkan desakan otolith pada rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim
ke otak

II.3. KELAINAN-KELAINAN PADA TELINGA

Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian total. Bahkan
lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis
khusus yang disebut otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan
yang terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik.
Kelainan pada telinga, diantaranya :
1. Radang telinga (otitas media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga, demam, dan
pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah, vertigo,
dan berkurang pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan gangguan pada
fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau
getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai
dengan muka pucat, berkeringat dingin dan pusing.
4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh
menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke
koklea. Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea
khususnya pada organ korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau
popular dengan sebutan telinga bunga kol, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang
rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga
yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan
oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara menyemburnya
secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah,
terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut
serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa
terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan
terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang
nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada
kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak
dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago.
Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang lebih
berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi dan
bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat
pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga
bagian, yaitu

Telinga luar, yang menerima gelombang suara.


Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke
telinga dalam.
Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui
nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.

Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon terhadap


getaran gelombang suara yang terdapat di udara. Factor utama yang menyokong kepekaan
telinga adalah sistem mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu mengumpulkan
suara dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam.

Telinga dapat mengalami penurunan fungsi pendengaran jika pada salah satu fisiologinya
mengalami kerusakan. Salah satunya adalah ketulian yang diakibatkan pecahnya gendang
telinga. Oleh karena itu diharapkan dapat menjaga dan selalu merawat indera pendengaran
supaya tetap dalam kondisi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC Junquiera, L.C. dan
Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji Dharma.1982. Jakarta:
EGC. Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. Malang: JICA. Tenzer, A. 1998. Struktur Hewan
Bagian II. Malang: IKIP Malang
MAKALAH BIOLOGI
INDERA PENDENGARAN

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia menangkap informasi dari lingkungan sekitar yang berupa
rangsangan untuk dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Rangsangan
tersebut nantinya akan ditangkap oleh alat-alat tubuh yang memiliki fungsi khusus
tertentu bernama indera. Alat indera pada pada manusia terdiri dari 5 alat indera,
yaitu mata,hidung, telinga, kulit, dan lidah. . Dengan adanya alat indera ini,
manusia dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu alat-
alat indera sangat dibutuhkan oleh kita. Tanpa alat indera sebagai reseptor dalam
tubuh, kita tidak mungkin menyadari perubahan suhu, kita juga tidak mungkin
mendengar atau melihat sesuatu.

Rangsangan dari lingkungan luar dapat berupa gelombang suara. Alat indera
yang berperan dalam hal ini adalah telinga. Telinga merupakan salah satu organ
yang dapat mendeteksi suara dari luar. Selain sebagai alat indera pendengaran,
telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan. Dengan tugas dan fungsi yang
sangat penting dari telinga ini, maka kami akan mencoba membahas lebih detail
mengenai alat indera pada manusia yaitu telinga.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?
2. Bagaimana mekanisme kerja telinga sebagai alat indera pendengaran dan alat
keseimbangan?
3. Bagaimanakah kelainan-kelainan yang terjadi pada telinga?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada telinga
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja telinga sebagai alat indera pendengaran dan
alat keseimbangan
3. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada telinga

1.4 MANFAAT
1. Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi pembaca
2. Dapat menambah pengetahuan mengenai alat indera manusia, khususnya telinga
3. Dapat dijadika sumber referensi dalam membuat karya makalah selanjutnya

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 ANALOGI FISIOLOGI TELINGA
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit.Indera
pendengaran Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan
bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
2.1.1 Analogi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Aurikulus melekat ke sisi kepala
oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan
perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus
auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kanalis auditorius
eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.
Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke
bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
2.1.2 Analogi Telinga Dalam
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara
kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan
rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa
sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung
tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada
tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila
ini terjadi, cadari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.

2.1.3 Analogi Telinga Luar

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis). Koklea dan
kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain
dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti.Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan
kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa
memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat
tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga.banyak kelainan telinga dalam
terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan
dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan
linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas
elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis
auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea,
bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,
utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang
bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak.

2.2 MEKANISME ALAT PENDENGARAN


Mekanisme pendengaran dimulai dengan adanya gelombang bunyi masuk ke
dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh
ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan
tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan
cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran
pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan
selaput-selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke
bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan
menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang
akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

2.3 MEKANISME ALAT KESEIMBANGAN


Proses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran. Saluran ini
mampu mendeteksi gerakan memutar kepala atau disebut keseimbangan rotasi.
Selain itu, saluran setengah lingkaran juga mampu mendeteksi gerakan kepala
tegak atau datar sehingga disebut keseimbangan gravitasi.
Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran yang saling
membentuk sudut satu sama lainnya. Setiap bagian dasar dari ketiga saluran ini
memiliki saluran agak membesar yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat
sel-sel rambut yang tertanam di dalam gelatin yang disebut kupula. Setiap ampula
mampu mendeteksi gerak rotasi kepala. Pada saat cairan di dalam tubuh di dalam
saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah aliran
cairan sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya, impuls-impuls
saraf mengalir melalui saraf vestibular menuju ke otak. Gerakan cairan di dalam
saluran setengah lingkaran secara terus menerus dapat menimbulkan rasa sakit.
Keseimbangan gravitasi tergantung utrikulus dan sakulus, dan dua selaput
kantong pada vestibulum. Kedua selaput kantong tersebut mengandung sel-sel
rambut yang tertanam pada suatu gelatin yang disebut membran otolitik. Pada
membran ini terdapat butiran-butiran kalsium karbonat (CaCO 3) yang disebut otolit.
Utrikulus sangat sensitif terhadap gerakan naik turun.
Pada saat tubuh diam, otolit di dalam utrikulus dan sakulus berada di atas sel-sel
rambut. Namun, pada saat kepala menunduk atau tubuh bergerak tegak dan datar,
posisi otolit berubah dan membran otolit membengkok. Akibatnya sel-sel rambut
ikut membengkok sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf yang dikirim ke otak
melalui saraf vestibular. Selanjutnya, otak menginterpretasikan impuls-impuls saraf
tersebut untuk menentukan posisi kepala.

2.4 GANGGUAN PADA TELINGA


Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan
ketulian total. Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat
mengakibatkan gangguan pada keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada
telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis khusus yang disebut
otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan yang
terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan
fisik. Kelainan-kelaina yang biasa ditemui pada telinga, diantaranya yaitu :

1.Radang telinga (otitasmedia)


Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga,
demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.

2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga
berdengung, mual, muntah, vertigo, dan berkurang pendengaran.

3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini
merupakan gangguan pada fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan
yang terus menerus oleh gerakan atau getaran-getaran yang terjadi selama
perjalanan, baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai dengan muka pucat,
keluarnya keringat dingin serta merasa pusing di kepala.

4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli
konduktif terjadi disebabkan oleh menumpuknya kotoran telinga di saluran
pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi
bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea
khususnya pada organ korti.

5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut
othematoma atau popular dengan sebutan telinga bunga kol, suatu kondisi dimana
terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan
internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga
tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya
aurikel dan kanal auditori sejak lahir.

6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan
gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang
serumen dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air
hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang
telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak dilakukan irigasi.
Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang
dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak
digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada
kulit saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.

7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar.
Perikondritis bisa terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul
dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat
di sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran
darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya
menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun,
tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir
ke kartilago. Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral,
sedangkan untuk infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan.
Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya.
(medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat pendengaran kita
ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain

MAKALAH INDERA PENDENGARAN (TELINGA)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia menangkap informasi dari lingkungan sekitar yang berupa
rangsangan untuk dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Rangsangan tersebut nantinya akan
ditangkap oleh alat-alat tubuh yang memiliki fungsi khusus tertentu bernama indera. Alat indera pada
pada manusia terdiri dari 5 alat indera, yaitu mata,hidung, telinga, kulit, dan lidah. . Dengan adanya alat
indera ini, manusia dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu alat-alat indera
sangat dibutuhkan oleh kita. Tanpa alat indera sebagai reseptor dalam tubuh, kita tidak mungkin
menyadari perubahan suhu, kita juga tidak mungkin mendengar atau melihat sesuatu.
Rangsangan dari lingkungan luar dapat berupa gelombang suara. Alat indera yang berperan dalam hal ini
adalah telinga. Telinga merupakan salah satu organ yang dapat mendeteksi suara dari luar. Selain sebagai
alat indera pendengaran, telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan. Dengan tugas dan fungsi
yang sangat penting dari telinga ini, maka kami akan mencoba membahas lebih detail mengenai alat
indera pada manusia yaitu telinga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?
2. Bagaimana mekanisme kerja telinga sebagai alat indera pendengaran dan alat keseimbangan?
3. Bagaimanakah kelainan-kelainan yang terjadi pada telinga?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada telinga
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja telinga sebagai alat indera pendengaran dan alat keseimbangan
3. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada telinga

Bab II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendengaran

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas tiga
bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam .Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah
menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang
padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam
merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea
(cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular
yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
Secara umum telingan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan
telinga bagian dalam.
1. Telinga Bagian Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus- ticus externus) dan
gendang telinga (membran timpani).
a. Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat
erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia
rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang mampu
menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.
b. Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang
timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan
elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar
keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar
serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti
lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.

2. Telinga Bagian Tengah


Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya ditutupi oleh
lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat
kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat
udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang
suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga
tengah.
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum
tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan
disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng
atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya
selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes.
Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada
membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani.
Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua
otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam
saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait
sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk
berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk
piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot
ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari
perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh
rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan
di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga
timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai
tingkap bulat (fenestra rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng,
dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen.
Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings.
Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga
telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.

3. Telinga Bagian Dalam


Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga
tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya terdapat labirin membranasea.
Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.
a. Labirin Tulang
Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan koklea tulang.
Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di bagian dalam dipisahkan
dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan
endolimf.

Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui
suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke dalam vestibulum bermuara 3
buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, posterior dan lateral yang masing-masing
saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3
saluran tetapi muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang
tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke
dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan
dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua
tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari
modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina
spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus
akustikus.
b. Labirin Membranasea.
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran yang saling
berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh
ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran-lembaran jaringan
ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin
membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
1. Kanalis semisirkularis membranasea
2. Ultrikulus
3. Sakulus
4. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus sakularis.
5. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus.
6. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis.
7. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.

Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis (krista ampularis) dan
dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik.
a. Sakulus dan Ultrikulus
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang mengandung pembuluh
darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada
sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan makula ultrikuli.
Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan
vertikal lurus sementara makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk
mendeteksi percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II serta sel penyokong
yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII)
akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan leher yang
pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen,
mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk silindris dengan badan akhir
saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia
pada apikal, sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular)
merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada
permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal
sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal yang kecil yang disebut
otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong
dan stereosilia serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala
mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi
rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-
sel rambut.

b. Kanalis Semilunaris
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan luarnya
terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula. Pada setiap kanalis semisirkularis
ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf sensorik yang terdapat di dalam ampula
(bagian yang melebar) kanalis. Tiap krista ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel
rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam
dalam suatu massa gelatinosa yang disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa
otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat percepatan sudut
kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula sel-sel
rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan
atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran otolitik.
c. Koklea (Rumah Siput)
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan tempat
keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea suatu membran basilaris.
Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar koklea terdapat penebalan periosteum yang
dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang
membentang sepanjang koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi
saluran koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu :
1. Ruangan atas (skala vestibuli)
2. Ruangan tengah (duktus koklearis)
3. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis (Reissner). Antara
duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris. Skala vesibularis dan skala
timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel
gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis
berhubungan dengan ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis.
Skala timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada
apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut
helikotrema. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi berakhir
buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis yang sebagian
diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang menembus tulang lamina spiralis
untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus
koklearis sebagai limbus spiralis. Pada bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat kolagen. Permukaan
bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat fibrosa yang mengandung pembuluh
darah dan sel mesotel. Membran vestibularis merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi
oleh epitel selapis gepeng pada bagian yang menghadap skala vestibuli
d. Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas membran
vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus epitelnya lebih tinggi
dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di bawahnya mengandung jaringan
ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi
endolimf.
e. Organ Corti
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ Corti adalah :
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang lebar
mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan agak melebar di
bagian apeks.
2. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang. Di
antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris. Bagian
puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang mengandung serat-
serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk
menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
4. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel ini juga
menyanggah sel rambut dalam.
5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti.
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel falangs
luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas sel-sel Boettcher
yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang merupakan suatu
lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini menyandar di atas stereosilia sel-
sel rambut.
f. Ganglion Spiralis
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan bersama
membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluran-saluran dalam tulang yang
mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya
berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya
terletak dalam meatus akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson
dari yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus semisirkularis
dan ke makula sakuli dan ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran oleh membran
timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang tulang pendengaran dalam
telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan gelombang tekanan dalam perilimf dengan
pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar
(fenestra rotundum) bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga
agak menggerakan duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian
menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria,
sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka terhadap
bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus
koklearis.

2.2 Fisiologi Sistem Pendengaran


Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran
timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan
perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak
sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya membran basal, ujung
sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya
perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis

2.3 Gangguan pada telinga


Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian total. Bahkan lagi,
kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan gangguan pada keseimbangan.
permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis khusus yang disebut
otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan yang terjadi pada gendang
telinga sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik. Kelainan-kelaina yang biasa ditemui
pada telinga, diantaranya yaitu :
1. Radang telinga (otitasmedia)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga, demam, dan
pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi, gegar
otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah, vertigo, dan berkurang
pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan gangguan pada fungsi
keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau getaran-getaran
yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai dengan muka pucat,
keluarnya keringat dingin serta merasa pusing di kepala.
4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh menumpuknya
kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf
terjadi bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya pada organ
korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau popular
dengan sebutan telinga bunga kol, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang rawan telinga
yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan
(sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya aurikel
dan kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli
yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara menyemburnya secara perlahan
dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang
telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi
gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada
keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap.
Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit
saluran telinga, dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa terjadi
akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara
kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan
kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya
menyebabkan gejala-gejala yang ringan. Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa
kembali mengalir ke kartilago. Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan
untuk infeksi yang lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada
alat pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa telinga adalah suatu alat pendengar dan
alat keseimbangan. Telinga juga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga dalam, dan
telinga bagian dalam dan tersusun dari berbagai saraf yang ada pada telinga.

3.2 Saran
Dari pembahasan diatas mungkin saja masih banyak kekurangan dalam penyampaian materi maupun
cara penyusunannya maka saya mengharapkan saran dari para pembaca makalah ini dan semoga
bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar Histologi
Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, Indonesia Hal.574-583.
Fawcett, D.W (1994), The Ear in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th edition, Chapman
and Hall, New York, USA, pp. 919-941diFiore,
MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of Human Histology, 5th
edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.256-257.
Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheaters Functional Histology, 4th edition,
Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology, W.B. Saunder Company,
USA, pp. 422-442

Anda mungkin juga menyukai