TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PERSALINAN
1. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (asuhan persalinan
normal, 2007:37).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban dari tubuh ibu (bagian obstetric dan ginokelogi fakultas kedokteran
universitas padjadjaran Bandung:221).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir (mochtar, 1998:91).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (sarwono, 2006:180).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm, 40 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala
yang di susul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan
dan tanpa komplikasi (sumapraja, 2005:47).
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang di
tandai oleh perubahan progresif pada serviks dan di akhiri dengan kelahiran
plasenta (varney, 2007:672).
2. BENTUK PERSALINAN
a. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsunng dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.
1
b. Persalinan buatan adalah persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forcep atau di lakukan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan anjuran adalah pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang- kadang persalinan tidak
mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
2
IV FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBUKAAN SERVIKS
Inpartu dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis). Faktor-faktor yang berperan antara lain:
1. Kekuatan yang berperan mendorong janin keluar(power)
His(kontraksi uterus)
Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma
Ligamentum action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin (passangers)
3. Faktor jalan lahir (passage)
4. Psikis wanita
5. Penolong
3
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
4
pada primi 1-2 jam, pada multi -1 jam. Ketentuan waktu kala II harus dihilangkan bila
tidak ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus terjadi. Menghentikan kala II yang
lama dengan persalinan instrumental akan meningkatkan morbiditas maternal dan janin serta
tidak akan memperbaiki hasil.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah lahirnya bayi, miometrium kontraksi mengikuti penyusupan volume rongga
uterus. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan plasenta semakin kecil plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Kemudian plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau kedalam vagina. Seluruh proses itu biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta biasanya di seertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Ada 2 cara pelepasan plasenta
a. Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah plasenta dan disini terjadi hematoma retro
plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya, cara ini paling sering kita
jumpai.
b. Ducan
Pelepasan mulai pada pinggir plasenta. Cara pelepasan ducan terutama terjadi pada
plasenta letak rendah.
4. Kala IV
Adalah kala pengawasan 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Pengaawasan perdarahan post partum yang harus di awasi adalah:
Plasenta diperiksa dengan teliti apakah lengkap atau tidak.
Darah yang keluar dari jalan lahir.
Fundus uteri.
Kontraksi rahim.
Keadaan umum ibu (nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan).
Pengobatan perdarahan post partum adalah dengan massage rahim, suntikan pitocin dan
methergin, pemberian infus.
Setelah kondisi ibu dipastikan dalam keadaan baik, ibu di pindahkan keruangan
bersama bayinya (rooming in).
6
IX PIMPINAN PERSALINAN
Perlu didasari persalinan adalah suatu tugas dari seorang ibu yang harus di hadapi
dengan tabah walaupun tidak jarang mereka cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh
karena itu mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya dan selalu siap didepan
dalam mengatasi kesukaran.
1. Pimpinan persalinan kala I
Pekerjaan penolong adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat
apakah semua persiapan untuk persalinan sudah dilakukan. Pemberian obat atau tindakan
hanya dilakukan bila ada indikasi untuk ibu maupun janin. Apabila kepala janin telah masuk
ke dalam PAP dan ketuban belum pecah, ibu bisa duduk atau berjalan-jalan di sekitar kamar
bersalin. Apabila kepala janin belum masuk sebaiknya berbaring terlentang karena bila
ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasi-komplikasi seperti prolaps tali pusat, prrolaps
tangan. Jika ketuban sudah pecah dilarang jalan, harus berbaring. Pemeriksaan vagina
dilarang kecuali ada indikasi karena mempertinnggi resiko infeksi. Pada kala I dilarang
mengejan karena belum waktunya dan menghabiskan tenaga ibu. Kala I berakhir apabila
pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
2. Pimpinan persalinan kala II
Kepala janin telah masuk ruang panggul dan umumnya ketuban sudah pecah. Bila
masih utuh harus dipecahkan. Jika wanita hamil merasa adanya dorongan mengeran maka
penolong harus memimpin mengejan.
Cara memimpin mengejan:
a. Mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan sendirinya, tetapi ada beberapa yang perlu
bimbingan karena pengejanan tidak efektif. Mengejan hanya diperbolehkan pembukaan
sudah lengkap dan adanya his.
b. Letak terlentang, kedua kaki di fleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat
tidur sebelah atas. Bila keadaan janin kurang baik mengejan dalam posisi miring.
c. Pada permulaan his dianjurkan menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat tenaga
dan selama mungkin. Bila his tidak ada dianjurkan istirahat sampai adanya his lagi.
d. DJJ diperiksa setiap 10-15 menit diantara dua his. Selain itu nadi perlu diawasi karena nadi
cepat antara lain menunjukkan kelelahan dan perlu dipikirkan apakah pengejanan masih
dapat dilanjutkan.
7
Bila kepala janin sampai diluar panggul, vulva mulai terbuka, rambut kepala
kelihatan, tiap his kepala lebih maju, anus terbuka, perinium menegang. Penolong harus
menahan perinium dengan kanan beralaskan kain kasa supaya tidak terjadi robekan.
Bila perinium menegang dan menipis, maka tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus. Tangan kanan diperinium dengan ujung-ujung jari tangan
kanan yang melalui kulit perinium di coba mengait dagu janin dan di tekan kearah sympisis
pelan-pelan. Dengan pimpinan yang baik maka lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(subocciput) di bawah sympisis sebagai hipomoclion secara berturut-turut kelihatan:
Bregma(UUB), dahi, muka, dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada
bebaskan. Kepala akan mengadakan putaran restitusi kearah dimana punggung janin berada.
Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah) lalu bahu belakang dengan
menarik pelan kearah sympisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah yaitu
dengan mengait kedua ketiak janin.
3. Pimpinan persalinan kala III
Setelah bayi lahir harus tentukan tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus. Jika
kontraksi uterus keras dan tak ada perdarahan, penolong hanya menunggu sampai plasenta
lepas. Tangan penolong diletakkan diatas fundus untuk menjaga supaya tidak naik dan tidak
menggelebung karena terisi darah.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
Fundus uteri naik
Tali pusat terlihat lebih panjang
Uterus bulat dan keras
Pengeluaran darah dengan tiba-tiba
Dengan prasat-prasat antara lain:
Prasat kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas symphisis
bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti plasenta telah lepas.
Prasat strasman
Tangan kanan mengkat tali pusat, tangan kiri mengetok fundus uteri. Bila terasa
getaran pada tangan kanan berarti plasenta belum lepas.
Prasat klien
Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun bila berhenti mengejan tali plasenta
masuk lagi berarti plasenta belum lepas.
8
Tanda perlepasan plasenta terlihat 5-10 menit setah bayi lahir
Tekanan pada fundus uteri hanya boleh dilakukan setelah kontraksi uterus baik untuk
mencegah inversio uteri
4. Kala IV atau kala pengawasan
Adalah masa kritis yang dihadapi ibu karena bisa terjadi perdarahan. Penyebab utama
dari perdarahan adalah kontraksi uterus yang kurang baik.
Penting untuk di ingatkan jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan uri lahir. Sebelum meninggalkan ibu, periksa ulang dan perhatikanlah 7 pokok penting
berikut ini:
a. Kontraksi rahim, dapat diketahui dengan palpasi, bila perlu lakukan massage dan
uterotonika.
b. Perdarahan, ada atau tidak, banyak atau sedikit.
c. Kandung kemih, harus ada dalam keadaan kosong, kalau perlu anjurkan ibu BAK bila tidak
bisa lakukan katerisasi.
d. Luka-luka, jahitnya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, rasa sakit).
g. Bayi dalam keadaan baik.
B. KONSEP IUFD
I . PENGERTIAN
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum
terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari
1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan.KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20
minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)
IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih /
janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.
(dr. Nasdaldy, Sp.OG)
9
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu
kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001)
II. ETIOLOGI
Ada berbagai penyaebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dikandungan,
diantaranya :
1. Ketidak cocokan rhesus darah ibu dengan janin.
2. Gerakan sangat liar.
3. Perdarahan, plasenta previa dan solusio plasenta.
4. Kelainan kromosom.
5. Trauma saat lahir.
6. Penyakit saluran kencing.
7. Kelainan bawaan janin.
8. Penyakit endokrin.
9. Preeklamsi dan eklamsi.
10. Penyakit infeksi dan menular.
11. Malnutrisi, dsb.
III DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan jading dalam beberapa hari / gerakan janin berkurang.
2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin
3. Palpasi
TFU lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan.
4. Auskultasi
Tidak terdengar DJJ.
10
5. Roentgen foto abdomen
6. USG
Tidak terlihat DJJ dan gerakan janin.
IV PENANGANAN
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak,
sebaiknya di observasi dulu dalam-dalam, 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnostik.
2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan.
3. Bila setelah 3 minggu KJDK / 1 minggu setelah diagnosis, partus belum mulai, maka wanita
tersebut harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek
progesterone atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi.
1. Pengertian
2. Proses Manajemen
11
Pada Langkah ini di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
- Identitas
- Riwayat Kesehatan
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Penunjang
Pada Langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnose dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
atau diagnose.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain,
segera
lain sesuai dengan kondisi klien. Bidan mengevaluasi situasi setiap klien untuk
12
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
terhadap diagnose atau masalah yang telah identifikasi atau antipasti, pada
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini asuhan menyeluruh, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifitas ssdari asuhan yang sudah di
Menurut Thomas ( 1994 cit. Muffdilla. Dkk, 2001 ), dokumentasi adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga dan tim kesehatan tentang
hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan
respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Menurut Muslihatun ( 2009.
analisis/ assesment dan P adalah planning merupakan catatan yang bersifat sederhana,
manajemen kebidanan. Data subyectif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang di catat
13
pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objectif ini sebagai data
penunjang. Data ini dapat memberikan bukti gejala klinis pasien daan fakta yang
hasil analisi dan interpretasi ( kesimpulan ) dari data subyectif dan obyectif.
adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang. Rencana asuhan ini
dalam metode SOAP ini, adalah pelaksanaan sesuai rencana yang telah disusun sesuai
dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam planning ini juga
harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil
Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan
nilai tindakan/ asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi ini dapat
yang diharapkan.
14