Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PERSALINAN
1. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (asuhan persalinan
normal, 2007:37).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban dari tubuh ibu (bagian obstetric dan ginokelogi fakultas kedokteran
universitas padjadjaran Bandung:221).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir (mochtar, 1998:91).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (sarwono, 2006:180).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm, 40 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala
yang di susul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan
dan tanpa komplikasi (sumapraja, 2005:47).
Persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang di
tandai oleh perubahan progresif pada serviks dan di akhiri dengan kelahiran
plasenta (varney, 2007:672).

2. BENTUK PERSALINAN
a. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsunng dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir.

1
b. Persalinan buatan adalah persalinan yang di bantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi dengan forcep atau di lakukan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan anjuran adalah pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang- kadang persalinan tidak
mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.

3. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERSALINAN


Sebab-sebabnya belum di ketahui dengan jelas. Agaknya banyak faktor yang
memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan, yang ada hanya
beberapa teori yang kompleks.
a. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot-otot rahim. Pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah sehingga timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin terenggang otot-otot sehingga timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
d. Pengaruh janin
Hifofise dan kelenjar suprarenal janin memegang peranan oleh karena
pada ancephalus persalinan lebih lama dari biasanya.
e. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang di hasilkan desidua di sangka menjadi salah satu
permulaan persalinan.
f. Teori plasenta menual
Karena plasenta menjadi tua yang menimbulkan kontraksi rahim.
g. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus franken hauser) bila
ganglion ini di geser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi
uterus.

2
IV FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PEMBUKAAN SERVIKS
Inpartu dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis). Faktor-faktor yang berperan antara lain:
1. Kekuatan yang berperan mendorong janin keluar(power)
His(kontraksi uterus)
Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma
Ligamentum action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin (passangers)
3. Faktor jalan lahir (passage)
4. Psikis wanita
5. Penolong

V TANDA-TANDA PERMULAAN PERSALINAN


Burvill (2002) menerangkan sebelum mengalami persalinan akan mengalami
pergeseran prioritas mereka ketika kelahiran semakin mendekat, di tandai dengan adanya
dorongan energi dan aktivitas nesting (persiapan melahirkan).
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan yang di
tandai:
1. Lightening atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida sedangkan pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar fundus uteri menurun.
3. Perasaan susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus,kadang-kadang disebut fase labor pains.
5. Serviks menjadi mendatar dan sekresinya bertambah, bisa bercampur darah.
VI TANDA-TANDA INPARTU
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karene robekan-robekan kecil pada
serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

3
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

VII PROSES PERSALINAN


Di bagi menjadi 4 kala
1. Kala 1 (kala pembukakan serviks)
Di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Terdiri 2 fase yaitu fase laten dan
aktif.
Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm
berlangsung 7-8 jam.
Fase aktif, pembukaan serviks lebih cepat dan pembukaan 4 sampai lengkap berlangsung 6
jam, terdiri dari:
Fase accelerasi, fase percepatan dari pembukaan 3-4 yang di capai dalam 2 jam.
Fase dilatasi maksimal, fase kemajuan maksimal dari pembukaan 4cm sampai 9cm dalam 2
jam.
Fase deselerasi, berlangsung lambat dari pembukaan 9cm sampai 10cm selama 2 jam.
Saat memberikan asuhan pada kala 1 beberapa informasi datar mengenai kesehatan
fisik dan emosi ibu harus di kumpulkan secara lengkap dan di dokumentasikan dengan baik
Partograf adalah representasi grafis elemen fisik persalinan ibu dan meliputi
pendokumentasian kontraksi, pemeriksaan vagina, observasi ibu (temperatur, nadi, tekanan
darah, urinalisis) setiap obat yang diberikan dan sebagainya. Pendokumentasian pada
patograf di mulai saat ibu dalam fase aktif. Studi observasi (buchman,2000) dan percobaan
besar di Asia tenggara yang di pimpin WHO tahun 1994 menemukan bahwa partograf
memberikan banyak manfaat dalam hal pengenalan persalinan lama dan mendorong rujukan
serta tindakan yang di perlukan. Hal ini terbukti dapat menghasilkan mortalitas perinatal,
bedah sesar darurat (buchmann:2000).
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Pada pengeluaran janin his terkoordinir, kuat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rektum, ibu merasa seperti mau membuang air besar, dan tanda anus membuka. Pada waktu
his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perinium menegang. Dengan his
mengejan yang terpimpin akan lahirlah kepala janin diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II

4
pada primi 1-2 jam, pada multi -1 jam. Ketentuan waktu kala II harus dihilangkan bila
tidak ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus terjadi. Menghentikan kala II yang
lama dengan persalinan instrumental akan meningkatkan morbiditas maternal dan janin serta
tidak akan memperbaiki hasil.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah lahirnya bayi, miometrium kontraksi mengikuti penyusupan volume rongga
uterus. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan plasenta semakin kecil plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Kemudian plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau kedalam vagina. Seluruh proses itu biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta biasanya di seertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Ada 2 cara pelepasan plasenta
a. Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah plasenta dan disini terjadi hematoma retro
plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya, cara ini paling sering kita
jumpai.
b. Ducan
Pelepasan mulai pada pinggir plasenta. Cara pelepasan ducan terutama terjadi pada
plasenta letak rendah.
4. Kala IV
Adalah kala pengawasan 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Pengaawasan perdarahan post partum yang harus di awasi adalah:
Plasenta diperiksa dengan teliti apakah lengkap atau tidak.
Darah yang keluar dari jalan lahir.
Fundus uteri.
Kontraksi rahim.
Keadaan umum ibu (nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan).
Pengobatan perdarahan post partum adalah dengan massage rahim, suntikan pitocin dan
methergin, pemberian infus.
Setelah kondisi ibu dipastikan dalam keadaan baik, ibu di pindahkan keruangan
bersama bayinya (rooming in).

VIII MEKANISME PERSALINAN


5
Pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk menerima
kepala janin, terutama pada primi dan juga pada multi pada saat-saat partus mulai. Hampir
96% janin adalah letak kepala pada letak belakang kepala di jumpai pada:
Ubun-ubun kecil kiri depan 58%.
Ubun-ubun kecil kanan depan 23%.
Ubun-ubun kecil kanan belakang 11%.
Ubun-ubun kiri belakang 8%

Kenapa lebih banyak letak kepala, di kemukakan 2 teori:


1. Teori akomodasi
Bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang volume besar berada di
atas dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi
Kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah. Karena his yang kuat dan
teratur maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul. Karena menyesuaikan diri
dengan jalan lahir kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala
yang memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil yaitu diameter suboccipito-bregmatika
9.5cm dan cirkumferensia suboccipito bregmatika 32cm.
Gerakan utama kepala dalam persalinan
a. Turunnya kepala
Masuknya kepala dalam pintu atas panggul, pada primi terjadi pada bulan terakhir
kehamilan dan multi pada permulaan persalinan.
b. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi bertambah sehingga SOF 11cm menjadi SOB 9.5
cm.
c. Putar paksi dalam
Menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang panggul
tidak terjadi sebelum hodge III.
d. Ekstensi
Disebabkan sumbu jalan lahir mengarah ke depan dan ke atas.
e. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung.
f. Expulsi
Setelah melahirkan bahu depan dan belakang selanjutnya seluruh tubuh.

6
IX PIMPINAN PERSALINAN
Perlu didasari persalinan adalah suatu tugas dari seorang ibu yang harus di hadapi
dengan tabah walaupun tidak jarang mereka cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Oleh
karena itu mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya dan selalu siap didepan
dalam mengatasi kesukaran.
1. Pimpinan persalinan kala I
Pekerjaan penolong adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat
apakah semua persiapan untuk persalinan sudah dilakukan. Pemberian obat atau tindakan
hanya dilakukan bila ada indikasi untuk ibu maupun janin. Apabila kepala janin telah masuk
ke dalam PAP dan ketuban belum pecah, ibu bisa duduk atau berjalan-jalan di sekitar kamar
bersalin. Apabila kepala janin belum masuk sebaiknya berbaring terlentang karena bila
ketuban pecah, mungkin terjadi komplikasi-komplikasi seperti prolaps tali pusat, prrolaps
tangan. Jika ketuban sudah pecah dilarang jalan, harus berbaring. Pemeriksaan vagina
dilarang kecuali ada indikasi karena mempertinnggi resiko infeksi. Pada kala I dilarang
mengejan karena belum waktunya dan menghabiskan tenaga ibu. Kala I berakhir apabila
pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
2. Pimpinan persalinan kala II
Kepala janin telah masuk ruang panggul dan umumnya ketuban sudah pecah. Bila
masih utuh harus dipecahkan. Jika wanita hamil merasa adanya dorongan mengeran maka
penolong harus memimpin mengejan.
Cara memimpin mengejan:
a. Mengejan bersifat refleks dan akan terjadi dengan sendirinya, tetapi ada beberapa yang perlu
bimbingan karena pengejanan tidak efektif. Mengejan hanya diperbolehkan pembukaan
sudah lengkap dan adanya his.
b. Letak terlentang, kedua kaki di fleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi tempat
tidur sebelah atas. Bila keadaan janin kurang baik mengejan dalam posisi miring.
c. Pada permulaan his dianjurkan menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat tenaga
dan selama mungkin. Bila his tidak ada dianjurkan istirahat sampai adanya his lagi.
d. DJJ diperiksa setiap 10-15 menit diantara dua his. Selain itu nadi perlu diawasi karena nadi
cepat antara lain menunjukkan kelelahan dan perlu dipikirkan apakah pengejanan masih
dapat dilanjutkan.

7
Bila kepala janin sampai diluar panggul, vulva mulai terbuka, rambut kepala
kelihatan, tiap his kepala lebih maju, anus terbuka, perinium menegang. Penolong harus
menahan perinium dengan kanan beralaskan kain kasa supaya tidak terjadi robekan.
Bila perinium menegang dan menipis, maka tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus. Tangan kanan diperinium dengan ujung-ujung jari tangan
kanan yang melalui kulit perinium di coba mengait dagu janin dan di tekan kearah sympisis
pelan-pelan. Dengan pimpinan yang baik maka lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(subocciput) di bawah sympisis sebagai hipomoclion secara berturut-turut kelihatan:
Bregma(UUB), dahi, muka, dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada
bebaskan. Kepala akan mengadakan putaran restitusi kearah dimana punggung janin berada.
Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah) lalu bahu belakang dengan
menarik pelan kearah sympisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah yaitu
dengan mengait kedua ketiak janin.
3. Pimpinan persalinan kala III
Setelah bayi lahir harus tentukan tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus. Jika
kontraksi uterus keras dan tak ada perdarahan, penolong hanya menunggu sampai plasenta
lepas. Tangan penolong diletakkan diatas fundus untuk menjaga supaya tidak naik dan tidak
menggelebung karena terisi darah.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
Fundus uteri naik
Tali pusat terlihat lebih panjang
Uterus bulat dan keras
Pengeluaran darah dengan tiba-tiba
Dengan prasat-prasat antara lain:
Prasat kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas symphisis
bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti plasenta telah lepas.
Prasat strasman
Tangan kanan mengkat tali pusat, tangan kiri mengetok fundus uteri. Bila terasa
getaran pada tangan kanan berarti plasenta belum lepas.
Prasat klien
Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun bila berhenti mengejan tali plasenta
masuk lagi berarti plasenta belum lepas.

8
Tanda perlepasan plasenta terlihat 5-10 menit setah bayi lahir
Tekanan pada fundus uteri hanya boleh dilakukan setelah kontraksi uterus baik untuk
mencegah inversio uteri
4. Kala IV atau kala pengawasan
Adalah masa kritis yang dihadapi ibu karena bisa terjadi perdarahan. Penyebab utama
dari perdarahan adalah kontraksi uterus yang kurang baik.
Penting untuk di ingatkan jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan uri lahir. Sebelum meninggalkan ibu, periksa ulang dan perhatikanlah 7 pokok penting
berikut ini:
a. Kontraksi rahim, dapat diketahui dengan palpasi, bila perlu lakukan massage dan
uterotonika.
b. Perdarahan, ada atau tidak, banyak atau sedikit.
c. Kandung kemih, harus ada dalam keadaan kosong, kalau perlu anjurkan ibu BAK bila tidak
bisa lakukan katerisasi.
d. Luka-luka, jahitnya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, rasa sakit).
g. Bayi dalam keadaan baik.

B. KONSEP IUFD
I . PENGERTIAN
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum
terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari
1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan.KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20
minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)
IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih /
janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy, 1994)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.
(dr. Nasdaldy, Sp.OG)

9
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu
kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001)

II. ETIOLOGI
Ada berbagai penyaebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dikandungan,
diantaranya :
1. Ketidak cocokan rhesus darah ibu dengan janin.
2. Gerakan sangat liar.
3. Perdarahan, plasenta previa dan solusio plasenta.
4. Kelainan kromosom.
5. Trauma saat lahir.
6. Penyakit saluran kencing.
7. Kelainan bawaan janin.
8. Penyakit endokrin.
9. Preeklamsi dan eklamsi.
10. Penyakit infeksi dan menular.
11. Malnutrisi, dsb.

III DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan jading dalam beberapa hari / gerakan janin berkurang.

Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar.

Ibu merasakan perutnya sering menjadi keras.

Ibu merasakan sakit seperti mau melahirkan.

2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin
3. Palpasi
TFU lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan.

Tidak teraba gerakan janin.

4. Auskultasi
Tidak terdengar DJJ.

10
5. Roentgen foto abdomen
6. USG
Tidak terlihat DJJ dan gerakan janin.

IV PENANGANAN
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru bertindak,
sebaiknya di observasi dulu dalam-dalam, 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnostik.
2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan.
3. Bila setelah 3 minggu KJDK / 1 minggu setelah diagnosis, partus belum mulai, maka wanita
tersebut harus dirawat agar dapat dilakukan induksi partus.
4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek
progesterone atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi.

V PENGARUH TERHADAP IBU


Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanta tidak membahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia)
akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu
setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post
partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.

C. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam

menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian

analisis data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2. Proses Manajemen

a. Langkah I : pengumpulan Data Dasar

11
Pada Langkah ini di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

- Identitas

- Riwayat Kesehatan

- Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan Penunjang

b. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada Langkah ini di lakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau

diagnose dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah di kumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnose.

c. Langkah III : Identifikasi Diagnose dan masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain,

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah di identifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan

pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnose/ masalah potensial ini benar-benar terjadi.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera

Perlunya mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau dokter

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai dengan kondisi klien. Bidan mengevaluasi situasi setiap klien untuk

menentukan asuhan pasien yang paling tepat.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan Menyeluruh

12
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnose atau masalah yang telah identifikasi atau antipasti, pada

langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap di lengkapi.

f. Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ini asuhan menyeluruh, dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini biasanya dilakukan seluruhnya dilakukan oleh bidan dan

sebagian oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifitas ssdari asuhan yang sudah di

berikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi di dalam

masalah dan diagnose.

3. Manajemen Kebidanan dengan metode SOAP

Menurut Thomas ( 1994 cit. Muffdilla. Dkk, 2001 ), dokumentasi adalah catatan

tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga dan tim kesehatan tentang

hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien dan

respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Menurut Muslihatun ( 2009.

Fitramaya ) dalam metode SOAP, S adalah Subyectif, O adalah Obyectif, A adalah

analisis/ assesment dan P adalah planning merupakan catatan yang bersifat sederhana,

logis dan singkat.

Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan

manajemen kebidanan. Data subyectif ini berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang di catat

sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data objectif merupakan

13
pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi

dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objectif ini sebagai data

penunjang. Data ini dapat memberikan bukti gejala klinis pasien daan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. Analisis/ assesment, merupakan pendokumentasian

hasil analisi dan interpretasi ( kesimpulan ) dari data subyectif dan obyectif.

Analisis data adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan

mencakup diagnosis/ masalah potensial dan tindakan segera. Planning / perencanaan

adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang. Rencana asuhan ini

bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. P adalah planning/ perencanaan saja, namun P

dalam metode SOAP ini, adalah pelaksanaan sesuai rencana yang telah disusun sesuai

dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Dalam planning ini juga

harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil

untuk menilai efektifitas asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan.

Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan

nilai tindakan/ asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi ini dapat

menjadi dasar untuk mengembangakan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan

yang diharapkan.

14

Anda mungkin juga menyukai