Anda di halaman 1dari 2

SURVAILENS EPIDEMIOLOGI SOSIAL

Munculnya penyakit yang meresahkan masyarakat sangat erat kaitannya


dengan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam tulisan ini,
mungkin sangatbisa membedakan dengan analisis yang dilakukan oleh para ahli
kesehatan yang basically menggeluti ilmu alam. Titik tekan yang membedakannya
adalah bentuk penelusuran muncul dan pendistribusian penyakit tersebut. Mungkin
ada beberapa kesamaan, antara lain melihat pola makan yang dikonsumsi. Namun,
bila dalam ilmu sosial, dalam hal ini adalah para ahli epidemiologi sosial,
penelusuran jejak wabah penyakit hingga proses pendistribusiannya lebih melihat
dari aktivitas yang dilakukan dalam kelompok social tertentu di dalam satu
populasi. Sehingga, faktor-faktor sosial sangat membantu para ahli epidemiologi
social dalam melacak jaringan pendistribusian penyakit yang mewabah dan
membuat masyarakat resah. Faktor-faktor sosial tersebut antara lain: okupasi, pola
makan, aktivitas atau kebiasaan (misalnya: merokok, konsumsi alkohol, drugs ).
Selain itu, dalam ilmu epidemiologi sosial, terdapat variable-variabel yang
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan dan tingkat kematian masyarakat,
yaitu: usia, jenis kelamin, ras/ etnis, dan status social ekonomi.

Epidemologi sosial merupakanstudi yang menjelaskan tentang distribusi


penyakit, kerusakan, dan status kesehatan yang dapat dilihat di dalam kelompok
sosial yang terdapat di dalam populasi yang sama. Dalam periode awal,
epidemiologi sosial berkebang sebagai epidemik, yaitu ilmu yang mejelaskan asal
muasal penyakit dan bagaimana penyakit tersebut berkembang dan menyebar dari
satu area ke area yang lain. Saat ini, ahli epidemologi sosial tidak hanya perhatian
pada epidemik saja, melainka n lebih memperluas cakupan ke nonepidemik
seperti kanker, jantung koroner, ketergantungan obat, dan bunuh diri. Sehingga,
dapat dipahami bahwa satu hal yang penting dalam hal ini adalah bahwa
epidemiologi social mengfokuskan perhatiannya kepada penjelasan bagaimana
suatu penyakit itu timbul, dan bagaimana penyakit berkembang, dan dapat
dimatikan.

Sejarah Epidemiologi Sosial berakar dari sejarah di masa lampau,


sebagaimana telah sedikit diuraikan pada bagian sebelumnya. Seorang ahli medis
ternama, Henry Sigerist mengungkapkan bahwa di dalam naskah Yunani Kuno dan
Mesir dituliskan bahwa ada keterkaitan antara penyakit dengan okupasi masyarakat
setempat. Berikut adalah beberapa contoh kasus terkait dengan keterkaitan antara
factor social dengan penyakit.
Sir Percival Pott. Pada tahun 1775, Inggris muncul epidemik yang
menyerang komunitas tertentu, yaitu kanker pada alat vital lelaki (scrotal cancer).
Dalam tulisannya, Pott menjelaskan bagaimana penyakit tersebut muncul dan
mengidap pada komunitas tertentu. Penemuannya menyebutkan bahwa penyakit
yang mewabah pada komunitas tertentu tersebut menyerang urban kulit putih kelas
bawah yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap (London Fog Chimney
Sweeps). Mereka adalah para pekerja laki-laki. Pekerjaan membersihkan
cerobong asap ini sangat tidak menyenangkan dan sebenarnya sangat
diasingkan. Mereka yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap(chimney
sweeper ) selalu kontak langsung dengan materi-materi atau mungkin dapat
dibayangkan seperti
Sir Percival Pott. Pada tahun 1775, Inggris muncul epidemik yang
menyerang komunitas tertentu, yaitu kanker pada alat vital lelaki (scrotal cancer).
Dalam tulisannya, Pott menjelaskan bagaimana penyakit tersebut muncul dan mengidap
pada komunitas tertentu. Penemuannya menyebutkan bahwa penyakit yang mewabah
pada komunitas tertentu tersebut menyerang urban kulit putih kelas bawah yang bekerja
sebagai pembersih cerobong asap (London Fog Chimney Sweeps). Mereka adalah para
pekerja laki-laki.
Pekerjaan membersihkan cerobong asap ini sangat tidak menyenangkan dan
sebenarnya sangat diasingkan. Mereka yang bekerja sebagai pembersih cerobong asap
(chimney sweeper ) selalu kontak langsung dengan materi-materi atau mungkin dapat
dibayangkan seperti kerak-kerak bekas pembakaran yang menempel di lapisan dalam
cerobong asap yang sangat tebal. Padahal di dalamnya terdapat organism-organisme jahat
penyebab kanket alat vital (schrotal cancer). Sehingga, insiden meningkatnya wabah
penyakit kanker skrotum tersebut diidap oleh golongan kelas bawah urban kulit putih
yang bekerja di cerobong asap.
Dalam penemuannya, Pott membuat kontribusi dalam dunia epidemiologi sosial.
Pertama, kontribusi tentang penjelasan bagaimana proses awal penyakit itu muncul dan
berkembang yang digunakan untuk menginvestigasi perbedaan distribusi penyakit yang
berkembang di dalam masyarakat. Secara tidak langsung pun kita dapat mengetahui
bagaimana peran epidemiologi sosial dalam hubungannya dengan penyakit, yaitu sebagai
detektif yang seolah-olah mencari benang merah antara pelaku kejahatan hingga
kejadian dari kejahatan itu berlangsung.
Masih terkait dengan penyakit kanker skrotum yang dikemukakan oleh Pott,
perkembangan penyakit tersebut yang mengidap pada kelas bawah kaum urban kulit
putih tentu tidak sesederhana itu. Perkembangan rantai penyakit tersebut berawal dari
satu komunitas kaum urban kulit putih yang bekerja sebagai Chimney Sweeper. Hal ini
berkaitan dengan kontribusi Pott yang kedua, bahwa penyakit yang mereka idap tidak
semata-mata karena kontak langsung dengan organisme yang berada

Anda mungkin juga menyukai