Pemahaman prinsip dasar sterilisasi dan disinfeksi merupakan
dasar dalam pekerjaan di laboratorium mikrobiologi. Teknik baru mengenai sterilisasi dan disinfeksi secara terus-menerus dikembangkan. Meskipun sejumlah bahan kimia sederhana yang digunakan dalam terapi sudah diganti oleh bahan kemoterapeutik yang lebih spesifik, tetapi beberapa dari kelompok bahan tersebut tetap memiliki kepentingan sebagai antiseptik atau disinfektan yang efektif untuk menghancurkan mikroorganisme pada lingkungan yang tak-hidup Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup (Brooks et al., 2007). Beberapa disinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih lantai adalah Lysol (klorofenol dan kresol), karbol (fenol) dan kreolin (Rasmika Dewi Dap dkk.,2008). Antiseptik dan desinfektan pada dasarnya ada persamaan bahan kimia yang digunakan, tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi (Jawetz, 2005). Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektifitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi yang sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya bahan kimia yang biasa digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan kedalam suatu golongan aldehid atau golongan peredduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus COH (Pratiwi, 2008). Disinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : mempunyai efektifitas yang tinggi terhadap sejumlah besar jenis mikroorganisme dalam kosentrasi sedemikian rendah sehingga ekonomis dalam pemakainya dan toksis untuk hewan atau untuk tumbuhan. Tidak merusak dan untuk mewarnai bahan- bahan seperti pakaian, alat rumah tangga atau bahan-bahan yang terbuuat dari logam, bau dan rasa tidak menyengat. Tidak hilang kereaktifan oleh bahan-bahan dari luar (Irianto, 2006). Suatu desinfektan dalam aplikasinya sering dinyatakan bernilai kuat, lemah, atau sedang. Penilaian ini sering diinyatakan sebagai atas dasar pengertian yang berbeda diantara para pemakai, ada yang menilai suatu desinfektan kuat karena baunya, ada pula yang mendasarkan karena nyeri jika diletakkan diatas luka, atau kerjanya korosif attau sebagainya. Jarang sekali orang awam menghubungkannya dengan sifat mikrobiosida atau toksisitas bagi menusia atau hewan. Sebenarnya nilai suatu zat yang digunakan sebagai desinfektan trrgantung pada sejumlah faktor yang boleh dikatakan tidak ada satu pun desinfektan dapat memenuh seluruhnya (Suriawiria, 1986). Zat disinfektan dalam cairan pembersih lantai akan membunuh mikroorganisme yang terdapat di lantai. Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Beberapa penelitian membuktikan bahwa Escherichia coli (E. coli) termasuk salah satu bakteri yang paling sering ditemukan di lantai (Nurina Susanti Listyawati, 2007; Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Selain itu, Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan di berbagai tempat, antara lain: permukaan benda, baju, lantai, tanah, rumah sakit, bahkan pada kulit manusia dan bersifat patogen bagi manusia (Brooks et al., 2007). Proses disinfeksi terdiri dari dua cara yang kita kenal, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam beberapa golongan. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat (Anonim, 2014). Disinfektan sering kita temui dalam bentuk-bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif walaupun kurang efektif bagi kain atau bahan plastic. Derivate fenol dilarutkan dengan perbandingan satu berbanding tiga puluh dua dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu enam puluh hari, keuntungannya adalah efek tinggal dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrument atau permukaan keras, sodium hipoklorit yang merupakan bahan pemutih pakaian, ia memiliki harganya murah dan sangat efektif dalam membasmi bakteri (Irianto, 2006). Desinfektan umumnya membunuh seluruh mikroorganisme dan utamanya dapat membunuh mikroorganisme pathogen pada benda mati maupun benda hidup. Desinfektan menurut kemampuannya dalam membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, dibedakan menjadi desinfektan tingkat tinggi yang dapat membunuh jenis-jenis virus tertentu untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit (Fardiaz, 1992). Suatu desinfektan idealnya seharusnya memiliki sifat-sifat berikut, antara lain memiliki efektivitas tinggi terhadap tiap jenis mikroorganisme dalam konsentrasi demikian rendah sehingga lebih ekonomis dan toksis untuk pakaian atau alat terbuat dari logam. Selain itu desinfektan tersebut haruslah tidak memiliki bau yang menyengat serta hilang kereaktifan jika terpapar bahan dari luar. Selain itu desinfektan berbentuk cair yang apabila disemprotkan akan menguap diharapkan memiliki daya mematikan bagi yang dituju dan tidak merugikan kesehatan pengguna (Irianto, 2006). BAB II
METODE
2.1 Alat yang digunakan
1. Lampu spiritus 2. Cawan petri 3. Ose 4. Cotton bud steril 5. Inkubator
2.2 Bahan yang digunakan :
1. Formalin 4% 2. Betadine 3. Dettol hand sanitizer 4. Alcohol 70% 5. Lisol 6. Koin logam, alumunium dan tembaga 7. Aquadest 8. Media TSA (agar miring) 9. Media TSA (cawan petri)
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pemanasan 1. Diambil biakan bakteri dengan menggunakan ose, lalu masukan dalam suspensi TSB 2. Lalu oleskan merata pada daerah I pada media agar tanpa pemanasan dengan menggunakan cotton bud steril 3. Lalu olehkan merata pada daerah II pada media agar TSB dengan dilakukan pemanasan terlebih dahulu dengan cotton bud steril 4. Masukan pada incubator
2.3.2 Penamabahan zat kimia (formalin 4%)
1. Diambil biakan bakteri dengan menggunakan ose, lalu masukan dalam suspensi TSB 2. Masukan suspensi bakteri pada 2 tabung reaksi masing- masing 1ml 3. Pada tabung I ditambahkan formalin 4% 4. Pada tabung II ditambahkan aquadest 5. Lalu tiap-tiap larutan pada tabung I dan II dimasukan pada masing-masing media TSB, lalu masukan juga pada media TSA agar miring 6. Masukan pada incubator 2.3.3 Oligodinamik 1. Diambil biakan bakteri dengan menggunakan ose, lalu masukan dalam suspensi TSB 2. Lalu di swab secara merata pada daerah I dan II 3. Pada cawan pertama, daerah I diberikan koin tembaga dan pada bagian II diberikan koin alumunium 4. Pada cawan kedua, daerah I diberikan koin tembaga dan pada bagian II diberikan koin perak 5. Masukan pada incubator 2.3.4 Disinfektan kualitatif 1. Diambil biakan bakteri dengan menggunakan ose, lalu masukan dalam suspensi TSB 2. Swab merata pada media di cawan petri 3. Siapkan beberapa disinfektan : alkohol 70%, Betadine, Dettol dan lisol 4. Oleskan semua disinfektan pada cawan petri dengan menggunakan jari-jari tangan 5. Masukan pada inkubator