Anda di halaman 1dari 15

Klasifikasi paduan Aluminium

Klasifikasi paduan aluminium di susun oleh the International Alloy Designation


System (IADS) , klasifikasi tersebut didasarkan dari penamaan asosiasi aluminium
di Amerika Serikat.

Klasifikasi yang diterima oleh banyak Negara adalah :


1. Klasifikasi paduan aluminium tempa
2. Klasifikasi paduan aluminum coran

Klasifikasi paduan Aluminium Tempa

Setiap paduan aluminium tempa disusun menggunakan empat digit nomor.

1. Nomor Pertama ; mengindikasikan kelompok paduan berdasarkan


pada unsure paduan utamanya.

1xxx Aluminium murni dengan persentase hampir 99,0%


2xxx Paduan aluminium dengan unsure paduan utamanya
(HT) adalah tembaga sebesar 1,9 6,8%
3xxx Paduan Aluminium dengan padauan unsure utamanya
Manganese sebesar 0,3 1,5 %
4xxx Paduan Aluminum dengan paduan unsure utamanya
silicon sebesar 3,6 13,5 %
5xxx Paduan Aluminium dengan paduan unsure utamanya
magnesium sebesar 0,5 5,5 %
6xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
(HT) Magnesium 0,4% - 1,5% dan Silikon 0,2-1,7%
7xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya Zinc
(HT) sebesar 1 8,2% dan magnesium
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
lithium
2. Nomor Kedua : Mengindikasikan modifikasi paduan dan batasan
persentase impuritiesnya.

Paduan Original (basic) di lambangkan dengan 0 pada nomor keduanya.


Penomoran 19 mengindikasikan modifikasi berbagai jenis paduan
aluminiumnya dengan besaran komposisi yang tidak terlalu jauh.

Pada paduan series 1xxx penomoran keduan mengindikasikan besaran


ketidakmurniannya (impuritiesnya), 1..9 mengindikasinya besaran
ketidakmurniannya

3. Dua Nomor terakhir ; Mengindikasikan persentase kemurnian paduan


aluminiumnya.

Contoh untuk grup 1 :

1070 atau 1170 : Persentase aluminum sebesar 99,70%

1050 atau 1250 : Persentase aluminium sebesar 99,50 %

1100 atau 1200 : persentase aluminium sebesar 99,00 %

Untuk jenis grup paduan aluminium lainnya series 2xxx hingga 8xxx : dua
nomor terakhir menunjukan signifikasi perbedaan paduan dalam kelompok
paduannya.

Klasifikasi paduan aluminium cor.

Setiap paduan aluminium cor di designasi dengan empat digit dengan


titik desimal memisahkan angka ketiga dan ke empatnya.

Angka pertama menunjukkan kelompok paduan sesuai dengan elemen


paduan utama:
1xx.x Aluminium 99,0% minimum
2xx.x Tembaga (4% ... 4,6%);
3xx.x Silicon (5% ... 17%) dengan tembaga dan / atau
magnesium ditambahkan;
4xx.x Silicon (5% ... 12%);
5xxx Magnesium (4% ... 10%);
7xxx Zinc (6,2% ... 7,5%);
8xxx Paduan aluminium dengan paduan unsure utamanya
Tin;
9xx.x Lainnya

Dua digit kedua ; mengidentifikasi paduan aluminium atau


menunjukkan kemurnian paduan.
Dalam paduan dari seri 1xx.x kedua dua digit menunjukkan tingkat
kemurnian paduan - sama dengan dua digit ke kanan titik desimal dalam
konsentrasi minimum aluminium (dalam persen): 150.0 berarti minimum
99.50% aluminium dalam paduan, 120,1 berarti minimal 99,20%
aluminium dalam paduan.
Dalam semua kelompok lain dari paduan aluminium (2xx.x melalui
9xx.x) kedua dua digit menandakan paduan yang berbeda dalam
kelompok.

Digit terakhir : menunjukkan bentuk produk: pengecoran (ditunjuk


oleh "0") atau ingot (ditunjuk oleh "1" atau "2" tergantung pada batas
komposisi kimia.)
Sebuah modifikasi dari paduan atau pengotor batas asli ditunjukkan
dengan surat berantai sebelum penunjukan numerik.
DESIGNASI TEMPER
1. Series F : As Fabricated

Paduan aluminium tidak ada perlakuan apapun saat di fabrikasi,


hasil coran dibiarkan dingin perlahan hingga temperatur kamar.

Terdapat dua phase pada kondisi dingin. Contoh kelas 5xxx,


terdapat dua padauan Al2Mg3 + Al pada suhu kamar.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Diagram fasa biner Al-Mg; (b) TTT diagram

Untuk proses anneling as fabricated


2. Series O : Anneled Wrought Product Only

Untuk mendapatkan keseragaman penyebaran butir dan kemerataan


properties material paduan, maka paduan dipanaskan hingga
tempertur melewati garis kesetimbangan sehingga paduan totally
pada phase lalu didinginkan perlahan hingga temperatur kamar.

Heating until over equilibrium line then Annealing (without any


heating process)

3. Series H : Cold working (strain hardening)

Deformasi plastis membentuk dislokasi, proses terus berlanjut


sehingga luas material yang terdeformasi meningkat , dislokasi
semakin besar dan saling berhimpit menyebabkan penurunan
mobilitas dari dislokasi sendiri. Hal ini menyebabkan terjadinya
peningkatan ultimate tensile strength.

Series H dibagi lagi dalam beberapa sub-series :

3.1. Subseries Pertama : melambangkan secondary treatment


untuk menentukan tingkatan propertinya. Sub series pertama
terdiri dari :

3.1.1. Subseries 1 : Cold Working Only

Material yang dihasilkan hanya melalui proses cold working,


Ultimate strength dan tensile strength tinggi namun
material sangat getas dan keras karena besarnya tegangan
permukaan dan bentuk atom yang pipih hasil rollan
(pekerjaan dingin)

3.1.2. Subseries 2 : cold working and partially annealing

Material mengalami cold working kemudian dipanasi


hingga melewati garis kesetimbangan (hingga mencapai
kekerasan yang diinginkan) di dinginkan perlahan hingga
mencapai suhu kamar

Cold working recovery until control recristalization

3.1.3. Subseries 3 : cold working and stabilized temper

Material mengalami cold working kemudian dipanasi pada


low temperatur tapi tidak sampai melewati garis
kesetimbangan- ditahan hingga mencapai kekerasan yang
diinginkan di dinginkan perlahan hingga mencapai suhu
kamar

3.2. Subseries kedua : Untuk class H hanya melambangkan


tingkatan residual hardening

Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)

2 Hard 23.0

4 Hard 26.0

6 Hard 29.0

8 Hard 32.0

9 Extra Hard >32.0

4. Series T : Heat Treated


Paduan Aluminium yang bisa dilakukan treatment untuk
mendapatkan property yang diinginkan.

Bisa melalui solid solution kemudian dilakukan aging, bisa


juga dianneal kemudian di aging, atau bisa juga hanya di
lakukan aging tanpa menjadikannya solid solution.

4.1. Dapat dibagi menjadi 9 subseries :

4.1.1. Subseries T1 : Partial solution plus natural


aging.

Paduan dipanasi hingga melewati garis equilibrium dan


ditahan dengan waktu tidak terlalu lama (tidak sepenuhnya
phase larut seluruhnya di phase )

Kemudian di quench untuk mendapatkan kondisi solid


superhated solid solution

Kemudian di diamkan pada suhu kamar hingga mengalami


penguatan precipitate secara alami.

Contoh : Paduan Al -Mg


4.1.2. Subseries 2 : Annealed Cast product only

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan perlahan hingga mencapai temperatur


ruang

4.1.3. Subseries 3 : Sollution plus cold work

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang


untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution

Setelah itu dilakukan pengerolan dingin untuk meningkatkan


besaran tensile dan ultimate strengthnya.

4.1.4. Subseries 4 : Sollution plus natural ageing

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase
Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang
untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid sollution

Setelah itu dibiarkan hingga munculnya precipitate secara alami


untuk proses penguatan propertinya.

4.1.5. Subseries 5 : Artificial ageing only

Setelah produk paduan di cor, paduan dipanasi pada low


temperatur dan tidak melewati garis kesetimbangan

Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat


terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.

kemudian di dinginkan perlahan

4.1.6. Subseries 6 : Sollution plus artificial ageing

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang


untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution

paduan dipanasi pada low temperatur dan tidak melewati garis


kesetimbangan
Di holding hingga waktu tertentu untuk mempercepat
terbentuknya precipitate hardening dalam penguatan paduan.

kemudian di dinginkan perlahan

1. Heating at below equibrilium line


2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Holding time
2 5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down

6
3

7
5
1
4

time

4.1.7. Subseries 7 : Sollution plus stabilizing

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang


untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution

paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama dengan


T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan

Di holding hingga waktu tertentu hingga over aging atau


ditingkatkan temperatur tempernya dengan waktu yang sama
sehingga penguatan precipitate tidak lagi maksimum hal ini
dimaksudkan untuk :

1. Peningkatan stablitas dimensional

2. Untuk meningkatkan ketahana penggunaan pada temperratur


rendah dan tinggi

3. Peningkatan ketahanan terhadap exfloation corrosion/ korosi


pengelupasan (; bentuk korosi intergranular korosi yang
melibatkan serangan korosi selektif pada lokasi yang
berdekatan dengan batas butir, hal ini membuat logam paduan
aluminium seperti mengelupas kelihatan seperti berlapis)

kemudian di dinginkan perlahan.

4.1.8. Subseries 8 : Sollution plus cold work plus artificial aging

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang


untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution

Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)

Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama


dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan

Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property


tensile dan ultimate yang di inginkan.

kemudian di dinginkan perlahan.


1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. Cold Working (rolling, forging, extrusion)
2 5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
7. cooling down

6
3

5
1 7
4

time

4.1.9. Subseries 9 : Sollution plus artificial aging plus cold work

Produk hasil coran dipanasi hingga melewati garis kesetimbangan


hingga seluruh phase larut di phase

Kemudian di dinginkan cepat hingga mencapai temperatur ruang


untuk membuat kondisi menjadi supersaturated solid solution

Kemudian paduan dipanasi pada low temperatur (temperatur sama


dengan T6) dan tidak melewati garis kesetimbangan

Di holding hingga waktu tertentu untuk mendapatkan property


tensile dan ultimate yang di inginkan.

kemudian di dinginkan perlahan.

Paduan di roll pada kondisi dingin (cold working)


1. Heating at below equibrilium line
2. Holding untill prevalent
3. Quenching untill room temperatur
4. holding until room temperatur
5. Temper at temp below equlibrium line
6. holding time
2 7. cooling down
8. Cold working (rolling, forging, extrusion)

6
3

1 5
4 7 8

time

4.2. Subseries kedua : Untuk class T

Designation Hardening level Yield Strength (Ksi)

2 Hard 23.0

4 Hard 26.0

6 Hard 29.0

8 Hard 32.0

9 Extra Hard >32.0

Anda mungkin juga menyukai