ABSTRAK
Kata kunci : Protein, putih telur ayam, kasein, metode biuret, spektrofotometri
UV-vis.
B. PENDAHULUAN
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber
protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung,
dan buah-buahan( Poedijadi, dkk., 2015). Protein sangat penting bagi tubuh dan
merupakan zat makanan yang mengandung nitrogen. Protein merupakan
komponen terbesar setelah air dan terdapat di dalam sebagia besar dalam
jaringan tubuh. Fungsi utama mengkonsumsi protein adalah untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen dan asam amino serta untuk sintesis protein tubuh dan
substansi lain yang mengandung nitrogen (Muchtadi, dkk., 1993). Protein
memiliki sifat yang berbeda-beda karena protein merupakan suatu polipeptida
yang mempunyai bobot molekuk yang sangat bervariasi. Ada protein yang
mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air (Poedjiadi,
dkk., 2015).
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh ada di dalam
ada pada telur. Dimana salah satunya yaitu telur yang mengandung asam amino
esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memenuhi gizi pada tubuh. Disinilah
peran protein sebagai zat pembangun tubuh baik pembentuk sel-sel yang baru
maupun mengganti sel-sel yang rusak (Hidayati dan Mardono, 2009). Telur
mempunyai cangkang dan putih telur terpisah oleh selaput membrane, kuning
telur, dan albumen terpisah oleh membrane kuning telur. Telur mempunyai rasa
yang lezat, mudah dicerna dan kandungan gizi tinggi yang banyak
mengandung vitamin A, vitamin B yaitu vitamin B2, niasin, tiamin, riboflavin,
vitamin E dan vitamin D (Jaqualine and Ben, 2000). Telur terdiri dari tiga
bagian utama yaitu kulit telur (8-11%), putih telur atau albumen (56-61%) dan
kuning telur atau yolk (27-32%). Kandungan gizi dalam telur terdiri dari
protein (12,8-13,4%), karbohidrat (0,3-1,0%), lemak (10,5-11,8%), vitamin dan
mineral. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan.
Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah
dan mudah ditemukan. Kualitas telur dapat dilihat dari karakteristik telur seperti
kebersihan, kesegaran, berat telur, kualitas cangkang telur, indeks kuning telur,
indeks albumin, dan komposisi kimia telur (Dudusola, 2010).
Persentase putih telur (albumen) sekitar 58%-60% dari berat telur itu.
Putih telur terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer.
Lapisan kental terdiri atas lapisan kental dalam dan lapisan kental luar. Lapisan
kental dalam hanya 3% dari volume total putih telur. Lapisan kental dalam ini
membentuk kalaza yang terpelintir dari membran kuning telur ke arah kerabang
telur. Kalaza ini berfungsi sebagai tali untuk menahan kuning tetap berada di
tengah telur. Lapisan kental luar 57% dari total putih telur. Lapisan kental ini
mengandung protein dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah
ovomucin protein. Lapisan encer terdiri dari lapisan encer dalam dan lapisan
encer luar yang masing-masing mewakili 17% dan 23% dari jumlah total
volume putih telur (Bell dan Weaver, 2002).
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kandungan protein
dalam suatu bahan makanan dengan analisa kuantitatif protein. Bahan makanan
yang diuji yaitu putih telur ayam dengan menggunakan metode biuret dengan
standar sampel yang digunakan yaitu kasein. Analisa kuantitatif protein ini
menggunakan spektrofotometer untuk mengetahui kadar protein dalam putih
telur ayam.
Kadar protein dapat diketahui dengan metode spektrofotometri UV-Vis
menggunakan suatu pereaksi atau reagen berwarna dengan intensitas warna
yang dibentuknya sebanding dengan konsentrasi protein sampel. Metoe analisis
kadar protein dengan teknik spektofotometri yang umum digunakan adalah
metode biuret, Lowry, dan Bradford. Metode biuret merupakan metode yang
cukup efisien, murah dan lebih sederhana dibandingkan Lowry dan Bradford
(Praira, 2008). Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan
metode biuret. Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptide dapat membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam
suasana basa. Pereaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium
hidroksida (erupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari
reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptide. Spektrum
absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai
dengan susunan residu asam amino (Purwanto, 2014).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu spektrofotometer,
neraca analitik, gelas kimia, tabung reaksi, pipet tetes, labu ukur dan
pengaduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kasein 3 mg/ml,
putih telur ayam, aquades, serbuk Kalium Natrium Tartrat (KNaC4),
serbuk CuSO4.5H2O , serbuk KI, dan serbuk NaOH.
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Reagen Biuret
Menurut Purwanto (2014), reagen biuret dibuat dengan cara
dilarutkan 0,45 gram Kalium Natrium Tartrat, 0,15 gram CuSO4.5H2O,
0,25 gram KI dan 0,4 gram NaOH dalam aquadest lalu digenapkan
sampai 50 ml.
2. Penetapan Absorbansi Larutan Sampel
Pembuatan sampel untuk penetapan absorbansi sampel dilakukan
dengan cara yaitu ditimbang 1 gram putih telur menggunakan neraca
analitik kemudian dilarutkan ke dalam 100 ml aquades. Selanjutnya,
diambil 1 ml sampel yang telah dilarutkan dan dimasukkan kedalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan reagen biuret. Setelah itu,
diukur absorban sampel menggunakan spektrofotometer UV-vis.
0.2
absorban
0.15
0.1 Linear (absorban)
0.05
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi