Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN I

APUSAN DARAH PADA KODOK (Bufo melanotictus)


DAN
CICAK (Cosymbotus platyurus)

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengamati jenis-jenis sel darah dan fungsinya pada
katak (Bufo melanostictus) dan cicak (Cosymbotus platyurus).

B. Dasar Teori
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang menghantarkan O2 dan
berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan,
serta mengembalikan CO2ke paru dan hasil metabolisme lain menuju ke ginjal.
Sistem sirkulasi juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormonserta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel. Darah yang
merupakan pembawa berbagai zat tersebut, dipompakan oleh jantung melalui
sistem pembuluh darah yang tertutup. Pada mamalia, mekanisme pompa
tesebut sebenarnya terdiri atas 2 sistem pompa yang dirangkaikan secara seri
antara satudengan yang lainnya. Dari ventrikel kiri, darah dipompa melalui,
arteri dan arteriola menuju ke kapiler tempat terjadinya sumbangan dengan
cairan interstisiel. Dari kapiler, darah dikembalikan melalui venula dan vena ke
dalam atrium kanan. Sirkulasi darah yang demikian merupakan sirkulasi utama
(sistematik). Dari atrium kanan, darah mengalir ke ventrikel kanan,yang akan
memompa darah melalui pembuluh darah paru sirkulasi kecil (pulmonal)
kembali ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri. Di dalam kapiler
pulnomal,darah mendapat keseimbangan dengan O2 dan CO2 di dalam udara
alveoli. Sebagian cairan jaringan akan memasuki suatu sistem pembuluh
tertutup lain, sistem limfatik, yang akan mengirimkan cairan limfe melalui
2

duktus torasikus dan duktus limfatikus dekstra ke dalam sistem vena (sirkulasi
limfatik) (Ganong, 2003: hal. 495).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu
perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah
cairan, sedangkan 45 persennya sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini
dinyatakan dalam nilai hematocrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40 sampai 47. Diwaktu sehat volume darah adalah konstan dan
sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan
dalam jaringan (Pearce, 2006: 133).
Pada hewan tertentu yang memiliki sistem sirkulasi tertutup, darah dan
cairan jaringan merupakan dua macam cairan yang terpisah secara jelas. Darah
tersusun atas cairan plasma dan sel darah. Sementara, cairan jaringan, yang
disebut juga cainran interstitiel, dibentruk dengan menyaring plasma yang
menyaring plasma yang kemudian akan berdifusi melalui dinding kapiler
menuju ruang antarsel, menurut gradien tekanan hidrostatik. Filtrat tersebut
bukan koloid karena hanya mengandung 0,85% protein (sebagai pembanding,
darah manusia mengandung 7% protein). Filtrat/cairan yang keluar dari kapiler
tersebut akan dikembalikan lagi ke sistem sirkulassi melalui sistem pembuluh
khusus, yaitu pembuluh limfe (Isnaeni, 2006: hal.169 dan 170).
Plasma merupakan cairan kmponen penyusun darah yang memiliki
komposisi sangat berbeda dari cairanintrasel. Plasma mengandung sejumlah
protein yang berperan sangat penting untuk menghasilkan tekanan osmotik
plasma. Tekanan osmotik plasma yang ditimbulkan oleh protein disebut
tekanan osmotik koloid. Plasma darah mengandung protein dalam konsentrasi
relatif rendah, antara 1,0 mg/ml ( pada Echinodermata, beberapa Moluska, dan
Annelida) hingga 100-150 mg/ml ( pada cephalapoda besar yang memiliki
banyak hemosianin pada hemolimfenya). pada burung dan mamalia, kadar
protein plasma berkisar antara 30-75 mg/ml. Volume plasma pada hewan yang
memiliki sistem sirkulasi tertutup tergantung pada keseimbangan antara laju
3

filtrasi cairan/plasma dari kapilermenuju ruang jaringan dan laju reaborsin


filtrasi tersebut. Ada dua macam kekuatan yang bekerja dalam proses
pertukaran cairan tersebut yaitu tekanan darah (tekanan hidrostatik) dan
tekanan osmotik kloid. Tekanan hidrostatik yang ditimbulkan oleh arah
mengendalikan kekuatan untuk filtrasi, sedangkan tekanan osmotik plasma
bekerja untuk reabsorbsi ( yang arah nya berlawanan dengan arah filtrasi). jadi,
protein dalam plasma merupakan bahan yang penting untuk menentukan
besarnya tekanan osmotik dan plasma (Isnaeni, 2006: hal. 175-176).
Menurut Isnaeni (2006: hal 173 dan 174), darah tersusun atas plasma dan
sel darah. Plasma darah mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat
terlarut/tersuspensi didalamnya. Zat tersuspensi tersebut mencakup berbagai
jenis bahan berikut
1. Protein plasma, yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen
2. Sari makanan, yaitu glukosa, monosakarda, asam amino, dan lipid
3. Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lainurea dan senyawa nitrogen
4. Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, klor, fosfat, kalsium, sulfat dan
senyawa bikarbonat
5. Bahan lain yang biasanya terdapat dalam darah, misalnya hormon, gas
respiratori, vitamin, dan enzim.
Unsur-unsur dari sel darah putih, darah merah dan trombosit tersuspensi di
dalam plasma. Volume darah total yang beredar pada keadaan normal sekitar
8% dari berat badan 15600 ml, pada pria 70 kg sekitar 55% dari volume
tersebut adalah plasma. Pada orang dewasa, sel darah merah sebagian besar sel
darah putih serta trombosit di bentuk didalam sumsum tulang. Pada janin, sel
darah juga di bentuk di dalam hati dan limpa, sedangkan pada orang dewasa
hematopoiesis ekstrameduler yang demikian dapat terjadi pada penyakit yang
disertai kerusakan atau fibrosis sumsum tulang. Sumsum tulang seluler yang
aktif disebut sumsum merah; sumsum tulang inaktif yang diinfiltrasi dengan
lemak disebut sumsum kuning. Sumsum tulang mengandung sel induk
multipoten umum (sel induk pluripoten) yang akan berdiferensiasi menjadi
salah satu jenis sel induk khusus (sel progenitor) (Ganong, 2003: hal. 495).
4

Menurut, Pearce (2006: 133) dan Ganong (2003: 510-511), sel darah
terdiri atas tiga jenis :
1. Sel darah putih
Rupanya bening dan tidak berwarna, bentunya lebih besar dari sel
darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap millimeter kubik
darah terdapat 6.000 sampai 10.000 ( rata-rata 8.000 ) sel darah putih.
Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh
jumlah sel darah putuh. Mereka terbentuk dalam sumsum merah tulang
(Pearce, 2006: 135).
Sel ini berisi sebuah nukleus yang terbelah banyak dan protoplasmanya
berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan
granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit disebut
agranulositosis ,yang dapat timbul setalah makan obat tertentu, termasuk
juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu apabila makan obat obat tersebut ,
pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui keadaan
ini seawal mungkin. Pewarnaan. Bila setetes darah diletakkan diatas kaca
objek dan ditambahkan dua macam pewarna untuk menghitung jenis sel sel
darah,maka sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dalam pewarnaan .
Sel netrofil paling banyak dijumpai . sel golongan ini mewarnai dirinya
dengan pewarna netral, atau campuran warna asam dan basa, dan tampak
berwarna ungu(Pearce, 2006: 136).
2. Sel darah merah atau Eritrosit
Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisanya, sehingga
dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling
bertolak belakang. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000
sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi
dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah.
Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau storoma, berisi massa
hemoglobin (Pearce, 2006: 133-134).
5

Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya memerlukan


protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Mereka juga
memerlukan penggantinya diperlukan diit seimbang yang berisi zat besi.
Wanita memrlukan lebih banyak zat besi karena beberapa di antaranya di
buang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan
susu. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari
tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung
tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sterum.
Perkembangan sel darah merah dalam sumsum tulang melalui berbagai
tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin;
kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan
baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah (Pearce, 2006: 134).
3. Trombosit
Trombosit adalah jasad kecil bergranula dengan diameter 2-4m.
Jumlahnya sekitar 300.000/L darah dan pada keadaan normal mempunyai
waktu paruh sekitar 4 hari. Megakariosit yaitu sel raksasa didalam sumsum
tulang, membentuk trombosit dengan cara mengeluarkan sedikit sitoplasma
ke dalam sirkulasi. Sekitar 60-75% trombosit yang telah dilepas dari
sumsum tulang berada di dalam peredaran darah, sedangkan sisanya
sebagian besar terdapat di dalam limpah. Trombosit mempunyai cincin
mikrotubulus di sekeliling tepinya serta invaginasi (lekukan) membran
yang luas dilengkapi dengan sistem saluaran kompleks yang berhubungan
dengan cairan ekstraseluler. Apabila hitung trombosit rendah, pembentukan
bekuan tidak memadai dan konsentriksi pembuluh yang teluka tidak kuat.
Sindroma klinik yang ditimbulkannya (purpura tombositopeni) ditandai
engan mudahnya timbul memar dan pendarahan subkutaneus yang multiple
(Ganong, 2003: hal. 510-511).
6

Limfosit merupakan unsur kunci pada proses kekebalan. Pasca kelahiran,


beberapa limfosit dibentuk di sumsum tulang, tetapi bagian terbesar dibentuk di
dalam kelenjar limfe, timus, dan limpa dari sel prekursor yang berasal dari
sumsum tulang. Sitokin adalah molekul menyerupai hormon yang umumnya
bekerja secara parakrin dalam mengatur respon imun. Sitokin tidak saja
disekresikan oleh limfosit dan makrofag tetapi juga oleh sel endotel, nerort, sel
gilia, dan jenis sel lain (Ganong, 2003: hal. 500-501).
Sel darah merah atau eritrosit membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi.
Sel ini berbentuk lempengan bikonkafe dan dibentuk di sumsum tulang. Pada
mamalia, sel ini kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah. Pada
manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama lebih kurang 120 hari.
Hitungan rata-rata normal seldarah merah adalah 5,4 juta/L pada pria dan 4,8
juta/L pada wanita. Sitiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar
7,5 m dan tebal 2 m serta siap sel mengandung tepat 29 pg hemoglobin.
Dengan demikian didapatkan sekitar 3x1013 sel darah merah dan seitar 900 g
hemoglobin didalam peredaran darah seorang peria dewsa (Ganong, 2003: hal.
511).
Sel darah merah seperti sel-sel lain mengkerut di dalam larutan yang
memiliki tekanan osmotic lebih besar daripada tekanan osmotic plasma normal.
Dalam larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah, sel darah merah
membengkak, menjadi berbentuk bulat dan tidak berbentuk cakram lagi,
kemudian sel ini akan kehilangan hemoglobin (hemolisi). Hemoglobin dari sel
darah merah akang mengalami hemolisis larut didalam plasma, sehingga
membuatnya berwarna merah (Ganong, 2003: hal. 511).
Menurut, Pearce (2006: 133) Susunan darah Serum darah atau plasma
terdiri atas:

Air : 91.0 %
Protein : 8,0 % (Albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen)
Mineral : 0,9 % (Natrium khlorida, natrium bikarbonat, garam dari
kalsium, fosfat, magnesium dan besi dan seterusnya).
7

Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik, yaitu: glukose , lemak, urea,
asam urat, kreatinin, kholesterol dan asam amino.
Plasma juga berisi :
Ga oksigen dan karbon dioksida,
Hormon hormon,
Enzim, dan
Antigen.
Hemoglobin merupakan pikmen merah yang membawa oksigen dalam sel
darah merah hewan vertebrata adalah hemoglobin, suatu protein yang
mempunyai berat molekul 64.450. hemoglobin adalah suatu molekul yang
berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap supunit mngandung satu
bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu
derivate porfirim yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut
sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Hemoglobin mengikat O2
menempel pada Fe2+ dalam heme. Afinitas hemoglobin terhadap O2 di
pengaruhi oleh pH, suhu, dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam
sel darah merah.2,3-DPG dan H+ berkompetisi dengan O2 untuk berikatan
dengan hemoglobin tanpa oksigen (hemoglobin terdeoksi), sehinga
menurunkan afinitas hemoglobin terhadap O2 dengan menggeser posisi 4 rantai
peptide(struktur kuartener). Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam
darah adalah 16 g/dL pada pria dan 14 g/dL pada wanita, dan semuanya berada
dalam sel darah merah (William. 2002 Hal, 513).
Plasma adalah bagian cairan dari darah, merupakan suatu larutan yang luar
biasa, mengandung banyak sekali ion, molekuler anorganik, dan molekul
organic yang sedang diangkut ke berbagai bagian tubuh atau membantu
transport zat-zat lain. Protein plasma terdiri dari fraksi-fraksi albumin, globulin,
dan fibrinogen (Ganong, 2003: hal. 518).
Menurut Pearce (2006: hal 140) ringkasan fungsi dari darah:
1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, mengantarkan semua bahan
kimia, oksigen dan za makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi
8

normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil


buangan lain.
2. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan
sebagian dari karbon diksida.
3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena
pergerakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap
serangan bakteri.
4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan,
menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semuasel tubuh
meneriman makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut
bahan buangan ke berbagai organ ekskretorik untuk dibuang .
5. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.

Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna.


Kelompok hewan ini perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan
manusia. Mitologi, budaya, seni dan sastra memandang kelompok hewan
tersebut sebagai karakter menarik bahkan sering dijumpai dalam iklan
komersial. Amfibi dan reptil juga sering dimanfaatkan sebagai makanan dan
sumber senyawa obat. Selain itu, sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai
hewan coba dalam penelitian. Hal ini dikarenakan amfibi dan reptil merupakan
organisme model yang sangat berguna bagi banyak studi lapangan perilaku,
ekologi dan pengajaran. Amfibi dan reptil merupakan komponen utama dalam
ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status suatu kerusakan
lingkungan. Reptil memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan
lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam bidang
pengobatan dijadikan suplemen (yudha. 2015: 9).
Amfibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase kehidupan pada dua
lingkungan yang berbeda. Ketika menetas hidup di air dan bernafas dengan
insang, kemudian saat dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur
9

bercangkang, dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan
meminimalkan kehilangan cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di
lingkungan darat yang kering. Secara umum habibat amfibi dan reptil terbagi
menjadi 5 yakni terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. Reptil
dan amfibi menghuni hampir seluruh permukaan bumi, kecuali di antartika
(yudha. 2015: 9).
Kelenjar yang terdapat pada kulit amfibi menghasilkan senyawa peptida
dengan aktivitas biologis yang luas. Diperkirakan kurang lebih 100.000 peptida
yang berbeda dihasilkan dari kelenjar pada berbagai kulit katak. Senyawa
peptida yang dihasilkan dari sekresi kulit katak ini kemungkinan antara 10-20
peptida yang berbeda baik dalam ukuran, susunannya (sequences), muatan,
hidrofobisitas (hydrophobicity), struktur tridimensinya dan aktivitasnya
(Aditya Krishar Karim. 2012: 15).
10

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Dissecting set 1 set
b. Papan bedah 1 buah
c. Jarum pentul 6 buah
d. Kaca objek 2 buah
e. Botol flakon 1 buah
f. Pipet tetes 1 buah
g. Gelas beker 1 buah
h. Killing bottle 1 buah

2. Bahan
a. Kodok (Bufo melanotictus)
b. Cicak (Cosymbotus platyurus)
c. Etanol
d. Giemsa
e. Wright
f. Aquades
g. Kapas
11

D. Prosedur Kerja
1. Pembiusan bahan yakni kodok (Bufo melanotictus) dan cicak (Cosymbotus
platyurus).
2. Pembedahan bahan yakni kodok (Bufo melanotictus) dan cicak
(Cosymbotus platyurus).
3. Pengambilan darah dari bagian jantung kodok (Bufo melanotictus) dan
cicak (Cosymbotus platyurus), kemudian darah diteteskan pada kaca objek
pertama.
4. Kaca objek kedua diletakkan di muka darah dengan sudut kurang lebih 45.
5. Darah diapus secara cepat dan setipis mungkin.
6. Apusan darah ditetesi Wright selama 2 menit secara merata, kemudian
dialiri air yang mengalir lalu ditiriskan.
7. Apusan darah ditetesi Giemsa secara merata selama kurang lebih satu menit.
Lalu dialiri air yang mengalir lalu ditiriskan.
8. Setelah apusan darah kering, apusan diamati dengan menggunakan
mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai