Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA


FEBRUARI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


NOVEMBER 2013
GANGGUAN SOMATOFORM

OLEH :
PUSRIATI RUSTAN,S.Ked
10542 0143 09

PEMBIMBING

dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : PUSRIATI RUSTAN,S.Ked

Stambuk : 10542 0143 09

Judul Referat : GANGGUAN SOMATOFORM

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Penyakit Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Februari 2014

PEMBIMBING

dr. Theodorus Singara, Sp.KJ(K)

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya serta petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul Gangguan Somatoform. Referat ini diajukan sebagai salah satu syarat/
kewajiban bagi setiap ko-as untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian
Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar -

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya atas segala bantuan, bimbingan dan motivasi kepada yang terhormat :

1. dr. Theodorus Singara,Sp.KJ(K) atas waktunya untuk membimbing Penulis


selama ko-as di RS. Khusus Daerah Makassar.
2. dr. Mahmud Ghaznawie, Sp.PA(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bakordik Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan referat ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga referat
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Makassar, Februari 2014

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan .............................................................................................. 1
BAB II. Tinjauan Pustaka ............................................................................3
A. Defenisi .................................................................................................. 3
B. Epidemiologi ........................................................................................... 3
C. Etiologi ..................................................................................................... 4
D. Patofisiologi ............................................................................................. 5
E. Manifestasi Klinik .................................................................................... 6
F. Klasifikasi dan Diagnosis ......................................................................... 7
G. Penatalaksanaan ..................................................................................... 12
BAB III. Kesimpulan .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

4
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah

cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada

pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan

sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan

penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk

onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan

oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan1.

Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala

fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal

tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait

dengan adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari

beberapa sistem organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita

somatoform disorder, diagnosis anxietas sering disalahdiagnosiskan menjadi

somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak

menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada DSM-IV ada 4 kategori

penting dari somatoform disorder, yaitu hipokhondriasis, gangguan somatisasi,

gangguan konversi dan gangguan nyeri somatoform.2,3,4

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

5
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut2.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-

IV) mempertahankan sebagian besar diagnosis yang dituliskan di dalam edisi ketiga

yang direvisi (DSM-III-R) . Lima gangguan somatoform spesifik adalah dikenali.

(1) Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak

sistem organ. (2) Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan

neurologis. (3) hipokondriasis ditandai oleh focus gejala yang lebih ringan dari

kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu. (4) Gangguan dismorfik

tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa

suatu bagian tubuh mengalami cacat. (5) Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri

yang semata-mata berhubungan dengan factor psikologis atau secara bermakna

dieksaserbasi oleh factor psikologis. DSM-IV juga memiliki dua kategori

diagnostik residual untuk gangguan somatoform. (1) Gangguan somatoform yang

tidak dibedakan (undifferentiated) termasuk gangguan somatoform, yang tidak

dijelaskan lain, yang ada selama enam bulan atau lebih. (2) Gangguan somatoform

yang tidak ditentukan (NOS ; not otherwise specified) adalah kategori untuk gejala

somatoform yang tidak memenuhi diagnosis gangguan somatoform yang

sebelumnya ditentukan.2,3,4,5,6,7,8

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti

tubuh. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang

mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang

dapat ditemukan penyebabnya. Ciri utama gangguan ini adalah keluhan-keluhan

gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik,

meskipun berkali-kali hasilnya negatif dan sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa

tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.1

B. Epidemiologi

Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk.

Lebih banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik

yang banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah

banyak mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alergi. Pasien

ini terus mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia untuk

melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun dia tahu hal tersebut

jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada gangguan

kecil 4.

Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat

gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup

dengan didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami

7
gangguan hubungan interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang

sama terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada pria4

C. Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam

transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan

metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer

non dominan 3,4.

Secara garis besar, faktor penyebab yaitu faktor-faktor biologis dimana

faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetik (biasanya pada

gangguan somatisasi), antara lain :3

a. Faktor Lingkungan Sosial

b. Faktor Perilaku

- Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar

dari situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan

(keuntungan sekunder).

- Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit

- Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau

gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan

kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada

kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang

dipersepsikan.

c. Faktor Emosi dan Kognitif

8
- Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simptom fisik

sebagai tanda dari adanya penyakit serius (hipokondriasis).

- Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong

dari impuls-impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke

dalam simptom fisik (gangguan konversi).

- Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun

mungkin merupakan suatu strategi self-handicaping

(hipokondriasis).

- Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis

atau gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian

membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan

keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan

fisik yang dipersepsikan.

D. Patofisiologi

Patofisiologi dari gangguan somatoform masih belum diketahui. Primer

gangguan somatoform dapat dikaitkan dengan kesadaran dari sensasi tubuh yang

normal. Kesadaran ini dapat dihubungkan dengan bias kognitif untuk menafsirkan

setiap gejala fisik sebagai indikasi penyakit medis. peningkatan fungsi otonom

mungkin tinggi pada beberapa pasien dengan somatisasi. peningkatan otonom

mungkin berhubungan dengan efek fisiologis dari senyawa noradrenergik endogen

seperti takikardi atau hipermotilitas lambung. Semakin tingginya peningkatan

tersebut juga dapat menyebabkan ketegangan otot dan rasa sakit yang terkait

9
dengan hiperaktivitas otot, seperti yang terlihat dengan sakit kepala dan ketegangan

otot. 3,4

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik

yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada

kelainan yang mendasari keluhannya6,8

Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau

menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti

ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf

otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah

simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada

tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus

lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan

bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas

fisik yang dapat ditemukan3,4.

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa

perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut . Dalam kasus-kasus lain, orang

berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak

ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.3,4

10
F. Klasifikasi dan Diagnosis

Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

- Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai

banyak sistem organ.

- Gangguan konversi ditandai oleh pseudo neurological sign sebagai contoh

paralisis, kebutaan, dan parastesia yang tidak dapat dijelaskan oleh

gangguan neurologis atau medis yang diketahui.

- Hipokondriasis ditandai oleh interpretasi pasien yang tidak realistik dan

tidak akurat terhadap gejala dan sensasi fisik, yang menyebabkan

preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang serius,

kendatipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketahui..

- Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh suatu preokupasi dengan suatu

cacat tubuh yang dikhayalkan (sebagai contoh, tidak memiliki hidung) atau

suatu penonjolan distorsi dari cacat yang minimal atau kecil.

- Gangguan nyeri (pain disorder) ditandai oleh adanya nyeri pada satu atau

lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau

neurologis nonpsikiatrik.

- Gangguan somatoform yang tidak didiferensiasi, termasuk gangguan

somatoform, yang tidak digolongkan salah satu diatas, yang ada selama

enam bulan atau lebih.

11
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi 1,2,3,4,5,6,7,8,9:

F.45.0 Gangguan Somatisasi

Ciri utama adalah adanya gejala fisik yang bermacam-macam (multiple),

berulang dan sering berubah-ubah. Biasanya sudah berlangsung bertahun-tahun

(sekurang-kurangnya 2 tahun), disertai riwayat pengobatan yang panjang dan

sangat kompleks baik ke pelayanan kesehatan dasar maupun spesialistik, dengan

hasil pemeriksaan atau bahkan operasi yang negatif hasilnya (doctor shopping ).

Keluhannya dapat mengenai setiap sistem atau bagian tubuh manapun, tetapi yang

paling lazim adalah keluhan gangguan gastrointestinal (perasaan sakit perut,

kembung, berdahak, mual, muntah dan sebagainnya), keluhan perasaan abnormal

pada kulit (perasaan gatal, rasa terbakar, kesemutan, baal, pedih dan sebagainnya)

serta bercak-bercak pada kulit, keluhan menganai seksualdan haid sering muncul.

Sering terjadi anxietas dan depresi yang nyata sehinnga memerlukan terapi khusus

fungsi dalam keluarga dan masyarakat terganng, berkaitan dengan sifat dan dampak

pada perilakunya. Ledih terjadi sering pada wanita dan biasannya muncul pada usia

remaja akhir/dewasa muda., dapat pula ditemukan pada pra-

pubertas.ketergantungan atau penyalagunakan obat-obatan (biasanya sedativa dan

analgetika) terjadi akibat seringnya menjalani rangkaian pengobatan.termasuk

gangguan psikosomatik multipel.

F.45.1 Gangguan Somatoform tak Terperinci

Keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi

gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.

12
Kemungkinan ada ataupun tidak faktor penyebab psikologis belum jelas, akan

tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.

F.45.2 Gangguan Hipokondriasis

Ciri utama adalah preokupasi yang menetap akan kemungkinan menderita

satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif. Pasien menunjukkan

keluhan somatik yang menetap atau preokupasi terhadap adanya deformitas atau

perubahan betuk / atau penampilan, perhatian biasannya hanya berfokus pada satu

atau dua 1organ/sistem tubuh. Tidak mau menerima nasihat atau penjelasan dari

beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang

melandasi keluhannya. Sering disertai dangan depresi dan axietas yang berat

gangguan Hipokondrik ditemukan pada laki-laki maupun wanita sama banyaknya.

F.45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform

Keluhan fisik yang ditampilkan pasien seakan akan merupakan gejala dari

sistem saraf otonom, misalnya sistem kardiovaskuler ( cardiac neurosis),

gastrointestinal (gastric neurosis dan nervous diarrhoea), atau pernafasan

(hiperventilasi psikogenik dan cegukan). Gejala yang nampak dapat berupa tanda

objektif rangsangan otonom, seperti palpitasi berkeringat, muka panas / merah

(flushing), dan tumor. Selain itu dapat pula berupa tanda subjektif dan tidak khas,

seperti perasaan sakit, nyeri, rasa terbakar, rasa berat, rasa kencang, atau perasaan

badan seperti mengembang. Juga ditemukan adanya adanya bukti tes psikologis

atau yang nampaknya berkaitan dengan gangguan ini. Tidak terbukti adanya

gangguan yang bermakna pada struktur atau fungsi dari sistem atau organ yang

dimaksud.

13
F.45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

Keluhan yang menonjol adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologis maupun gangguan

fisik, nyeri timbul berkaitan dengan adanya konflik yang berdampak emosional atau

problem psikososial yang cukup jelas, yang berdampak meningkatnya perhatian

dan dukungan, baik personal maupun medis untuk bersangkutan.

F.45.5 Gangguan Somatoform Lainnya

Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,

dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Tidak ada

kaitannya dengan adanya kerusakan jaringan.

Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini :

- Globus hystericus (persaan ada benjolan di kerongkongan yang

menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.

- Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali

sindrom tourette)

- Pruritus psikogenik

- Dismenore psikogenik

- Teeth grinding

F.45.6 Gangguan Somatoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari

PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.1,2,3,4,7

Gangguan Konversi

14
Kriteria diagnostik untuk gangguan konversi :

- Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter

atau sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis

lain. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau

defisit karena awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh

konflik atau stresor lain.

- Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat

(seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

- Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan,

dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung

suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara

kultural.

- Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau

memerlukan pemeriksaan medis.

- Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak

terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat

diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.

Sebutkan tipe gejala atau defisit:

- Dengan gejata atau defisit motorik

- Dengan gejala atau defisit sensorik

- Dengan kejang atau konvulsi

- Dengan gambaran campuran

15
Gangguan Dismorfik Tubuh

Kriteria diagnostik untuk gangguan dismorfik tubuh :

- Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan

sedikit anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan

dengan nyata.

- Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

- Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain

(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia

nervosa).

G. Penatalaksanaan9

- Terapi farmakologi : terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan

somatoform bersifat simtomatik sesuai dengan keluhan somatik pasien dan

dapat berupa : analgetik, relaksan otot, antasida. Bila ditemukan gejal

depresi: tambahkan anti depresan, bila ditemukan gejala anxietas berikan

anxietas.

- Psikoterapi suportif

- Terapi remedial/edukatif

- Terapi keluarga

BAB III

16
KESIMPULAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari gangguan

somatoform adalah adanya gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau

mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan

yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor psikologis atau

konflik.

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik

yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali

terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada

kelainan yang mendasari keluhannya.

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi: gangguan

somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis,

disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, gangguan

somatoform lainnya, dan gangguan somayoform YTT. Sedangkan pada DSM-IV,

ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah

dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

17
1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinik jilid 2. P:84-106.
2. Simon G. Somatoform Disorders and Other Causes of Medically
Unexplained Symptoms in New Oxford Texbook of Psychiatry. 2003. UK.
Oxford University Press. P : 141.
3. Mayau R, et al. Somatoform Disorders : Time for a New Appoarch in DSM-
V.2005. Am J Psychiatry. Vol 161:5. P : 847-55.
4. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry
Vol.2 7th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore. P:120.
5. Anonyme. IGD-10-AM Mental Health Manual, ed.4, 2004 available from :
http/www.google.com/search/IGD-10.
6. Rusdi Maslin, Dr. Gangguan Somatoform, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III. PT. Nuh Jaya. Jakarta. P : 85.
7. Wolfgang Hiller, Ph.D., Original Research Reports, Searching for
Gastrointestinal Group Within the Somatoform Disorders. Psychosomatics.
P:16. Avalable from : http/www.google.com/search/somatoform.disorders.
8. Anonyme. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Panduan Bagi Dokter
Puskesmas. Avalable from : http/www.google.co.id/search/disfungsi.
otonomik.somatoform.
9. Ben Green, MD. Pain and Somatitation, Lecture Given at the Royal Collage
of Physicians. 2007. Avalable from : http/www.google.co.id/search/Pain and
Somatitation.

18

Anda mungkin juga menyukai