PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini, adalah :
1. Bagaimanakah konsep kebutuhan oksigen?
2. Bagaimanakah gangguan pernpasan?
3. Bagaimanakah menghitung pernapasan?
4. Bagaimanakah memposisikan pasien fowler dan semifowler?
5. Bagaimanakah mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan?
6. Bagaimanakah memeberikan oksigen nasal kanul?
7. Bagaimanakah melatih napas dalam?
8. Bagaimanakah melatih batuk efektif?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
1. Trakea, Bentuknya seperti pipa, terletak dari faring hingga
sebatas vertebralis thorakalis ke 5. Tersusun dari 16 hingga
20 buah cincin tulang rawan yang bagian belakangnya
diikat oleh jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya
dilapisi oleh selaput lendir, yang berguna untuk
menyesuaikan udara yang masuk. Pada trachea terdapat sel-
sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda
asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
2. Bronkus, Ada 2 buah bronkus yaitu bagian kiri dan kanan.
Bronkhus kanan lebih pendek dari bronchus kiri. Bronkhus
bercabang lagi menjadi bronchus paru-paru yaitu bronchus
paru atas, bronchus paru tengah dan bronchus paru bawah.
3. Bronkiolus, Bronkiolus merupakan saluran percabangan
setelah bronkus
4. Paru, Paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan. Bentuknya seperti kerucut, berada didalam
rongga thorak yang diselaputi oleh pleural.
Diantara paru kanan dan kiri terdapat jantung. Paru-paru
terdapat atas bagian-bagian oleh celah-celah yang disebut
lobus.
2.2.2 Proses oksigenasi
Dalam proses pemenuhan organ-organ diatas memiliki
peranan dalam proses oksigenasi (pemenuhan kebutuhan oksigen).
3 tahapan dalam proses oksigenasi diantaranya yaitu :
1. Ventilasi, Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya
oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau dari alveolike
atmosfer.proses dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru,semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
4
tekanan udara semakin tinggi adanya kemampuan torak dan
paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis,adanya jalan nafas yang dimulai dari
hidung hingga alveoli yang terdiri dari berbagai otot polos
yang kerjanya sangatr dipengaruhi oleh system saraf
otonom.
2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen
dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan
alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses
difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan
dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
3. Transformasi Gas, Transfortasi gas merupakan proses
pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung
(kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
5
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan
agar berfungsi secara normal.
6
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan
2.3.2 Rentang usia pernapasan normal
1. Bayi baru lahir: Rata-rata 44 napas per menit, dapat bervariasi
di mana saja antara 30 sampai 60 napas per menit
2. Bayi (sampai 6 bulan): 20-40 napas per menit
3. Anak prasekolah: 20-30 napas per menit
4. Anak-anak: 16-25 napas per menit
5. Dewasa: 12-20 napas per menit
2.3.3 Tingkat pernapasan
1. Normal, kondisi pernapasannya di angka rentan yang normal
dan tidak merasakan gangguan dengan pernapasannya.
2. Tachypnea, merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi
lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru
dalam keadaan atelektaksi atau terjadinya emboli.
3. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang
dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan
peningkatan tekanan intracranial yang disertai narkotik atau
sedative.
7
pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan,
membaca, menonton televisi)
Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan
bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum
kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah
pada saat kepala dianaikkan
3. Naikkan kepala bed 45, sampai 60 sesuai
kebutuhan.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada
kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan
mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya
fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal
akan menyangga kurva cervikal dari columna
vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat
diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak
bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi
kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit. Memberikan landasan yang, lembut
dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat
8
dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien
supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut
dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya
kerusakan pada persyarafan dan dinding vena.
Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot
kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah
paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien
mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol
ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter
selain tambahan bantal dibawah panggulnya.
Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri
popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat
badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal
rotasi dari pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan
footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan
tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua
lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah
karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak
disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah
pengumpulan darah dalam vena, menurunkan
edema pada lengan dan tangan, mencegah
kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
9
25 30 derajat, bagian ujung dan tungkai kaki sedikit dianggkat, lutut
diangkat dan ditopang, dengan demikian membuat cairan dalam rongga
abdomen berkumpul di area pelvis. Posisi Semi-Fowler adalah posisi
pilihan untuk mengurangi tegangan intra abdomen dan otot abdomen,
Tujuan
Tujuan pemberian posisi semi fowler adalah sebagai
berikut; mengurangi tegangan intra abdomen dan otot
abdomen, memperlancar gerakan pernafasan pada
pasien yang bedrest total, memberikan rasa nyaman kepada
pasien.
Langkah kerja
Pasien ditumpukkan pada bagian punggung.
1. Bagian kepala tempat tidur dinaikkan 30 derajat
2. Digunakan satu, dua atau tiga bantal untuk
menopang kepala dan bahu.
3. Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan
bantal.
4. Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing
lengan sebagai penopang.
5. Bantalan kaki mempertahankan kaki pada
posisinya.
6. Dokumentasikan
10
sandjaja, 1992).
2.5.1 Prosedur kerja
Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan.
Peralatan
1. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak
6. Pengalas
7. Bengkok
8. Tissue
A. Cara pengambilan sputum secara umum:
1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi
hari,dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian
dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukansebelum pasien
menyikat gigi.
2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien
mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum.
3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum
agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum,
bukan air liur/saliva ataupuncampuran antara sputum dan
saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkansputum.
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi
11
palsu(bila ada)
5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough)
12
2.6.1 Prosedur Kerja
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah hipoksia
3. Diberikan kepada pasien yang menderita PPOK
Peralatan
1. Kanula nasal
2. Selang oksigen
3. Humidiffer
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Plaster
Langkah memasang Nasal Kanul
1. Inspeksi tanda dan gejala pada klien yang berhubungan
dengan hipoksia dan adanya sekresi pada jalan napas.
2. Jelaskan kepada klien dan keluarga hal hal yang
diperlukan dalam posedur dan tujuan terapi oksigen
3. Kumpulkan suplai dan peralatan yang dibutuhkan, seperti :
nasal kanul, selang oksigen, alat pelembab, air steril hasil
penyaringan
4. Cuci tangan
5. Pasang nasal kanul ke selang oksigen dan hubungkan ke
sumber oksigen yang dilembabkan dandiatur sesuai dengan
kecepatan aliran yang diprogram
6. Letakkan ujung kanula ke dalam hidung dan atur lubang
kanula yang elastis sampai kanula benar- benar pas
menempati lubang hidung dan nyaman bagi klien
7. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan
ke pakaian klien.
8. Periksa kanula setiap setiap 8 jam dan pertahankan tabung
pelembab terisi setiap waktu
13
9. Observasi hidung dan permukaan superior kedua telinga
klien untuk melihat adanya kerusakan kulit
10. Periksa kecepatan aliran oksigen dan program dokter setiap
8 jam
11. Cuci tangan
12. Mencatat metode pemberian oksigen, kecepatan aliran,
kepatenan nasal kanul, respon klien, dan pengkajian
pernapasan dicatat perawat.
14
bentuk mulut seperti meniup lilin
6. Catat respon yang terjadi.
7. Cuci tangan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel metabolisme sel tubuh. Fungsi
sistem pernapasan adalah pertukaran gas. Sistem pernapasan secara structural
dibagi menjadi sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan bawah. Proses
oksigenasi terdiri dari tiga proses, yaitu : vertilisasi, difusi, dan transformasi.
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi
dari organ-organ respirasi. Menghitung pernapasan adalah menghitung jumlah
pernapasan selama satu menit. Posisi fowler, yaitu Bagian kepala tempat tidur
ditinggikan 450 sampai 600. Sedangkan posisi semi-fowler, yaitu suatu posisi
dimana bagian kepala tempat tidur dinaikkan 25 30 derajat. Sputum adalah
cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli, sputum diambil untuk
pemeriksaan. Nasal kanul merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman.
Kedua kanula, dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang
sekali pakai dan diinersiakan ke dalam hidung. Latihan napas dalam adalah
bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan batuk efektif
merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif.
3.2 Saran
Sebagai perawat yang professional, kita harus bisa memberikan pelayanan
yang maksimal kepada klien sesuai dengan standar oprasional prosedur, agar tidak
terjadi kekeliruan saat memberikan tindakan kepada klien. Selain itu kita sebagai
perawat professional harus tetap teliti dalam memberikan tindakan keperawatan,
agar bisa membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : aplikasi konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul dan M. Uliyah. 2014. Buku saku praktikum Kebutuhan
Dasar manusia. Jakarta : EGC
Korzier, B, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik (ed.7) . Jakarta: EGC
Potter, P.A dan A.G Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik (ed.4) . Jakarta : EGC
17
18