Anda di halaman 1dari 9

SKRINING FITOKIMIA

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional dikalangan masyarakat semakin
meningkat, seiring dengan berkembangnya bahan-bahan alam yang
berkhasiat sebagai obat. Tercatat dengan data yang dikemukakan oleh
WHO, sekitar 80 % penduduk yang ada didunia menggunakan obat
tradisional yang berasal dari bahan alam atau tanaman sebagai bahan
pengobatan.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti.
Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai
struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebarannya secara alamiah serta fungsi biologinya. Tumbuhan
menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia ini
bisa berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan
tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder, metabolit sekunder juga
dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder
lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer. Berdasarkan asal
biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin)

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini yaitu :
Bagaimana cara melakukan skrining fitokimia.
Apa zat zat yang terkandung pada coklat ( Theobroma Cacao L ).
C. Maksud Praktikum
Mengetahui zat zat yang terkandung dalam suatu sampel
coklat ( Theobroma Cacao L ).
D. Tujuan PraktikumL ).
1. Tujuan Umum Praktikum
Untuk mengetahui golongan senyawa kimia pada coklat (
Theobroma Cacao L ).
2. Tujuan Khusus Praktikum
Untuk mendapatkan golongan senyawa kimia pada coklat (
Theobroma Cacao L ) dengan menggunakan beberapa pereaksi
tertentu.
D. Tujuan PraktikumL ).
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah untuk praktikan
selanjutnya mengenai golongan senyawa kimia pada coklat (
Theobroma Cacao L ) dengan skrining fitokimia.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai golongan senyawa kimia pada coklat ( Theobroma Cacao L )
dan pada anak anak.

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk
kristal kecil yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan
titik leleh sebesar 156C. Mudah larut dalam keadaan dingin tetapi dapat
melarutkan dalam keadaan panas. Asam salisilat dapat menyublim tetapi
dapat terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan fenol
bila dipanaskan pada suhu 200C. Asam salisilat kebanyakan digunakan

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

sebagai bahan obat-obatan dan intermediet pada pabrik obat dan pabrik
farmasi seperti aspirin dan beberapa turunannya (Kristian, 2007).
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan partikel-partikel zat
padat dalam dalam suatu fase homogen. Kristalisasi dari larutan dapat
terjadi jika padatan terlarut dalam keadaan berlebih(di luar kesetimbangan,
maka sistem akan mencapai kesetimbangan dengan cara mengkristalkan
padatan terlarut. Penggunaan proses kristalisasi diaplikasikan dalam
berbagai jenis reaktor, tetapi reaktor dengan mediaterfluidisasi menjadi
prioritas pilihan (Dewi, 2003).
Keunggulan kristalisasi pelarut adalah penggunaan suhu rendah
dan mudah diaplikasikan dengan peralatan sederhana.Pelarut digunakan
pada tahap kristalisasi. Pada tahap ini, terjadi proses kristalisasi
komponen-komponen yang tidak larut dalam pelarut dan mempunyai titik
beku yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan akan membeku dan
membentuk kristal ( Ahmadi, 2010).
Metanol (CH3OH) mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi atau
lebih stabil dibandingkan dengan etanol (C2H5OH) karena metanol memiliki satu
ikatan karbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon, sehingga lebih mudah
memperoleh pemisahan gliserol dibanding dengan etanol. Metanol memiliki
massa jenis 0,7915 g/m3 dan titik didih 65 oC, sedangkan etanol memiliki massa
jenis 0,79 g/m3 dan titik didih 79 oC. Metanol mulia mendidih pada suhu 64,7C,
namun mulai menguap sebelum mencapai titik didihnya. Metanol lebih mudah
diperoleh kembali dan didaur ulang karena tidak membentuk azeotrop dengan air
dan relatif menghasilkan metanol murni yang dapat digunakan kembali. Metanol
dapat diperoleh kembali diakhir proses atau hanya dari fasa gliserol, karena
sekurang-kurangya 70% dari jumlah kelebihan metanol berada didalam fasa
gliserol (Mahlinda, 2011).

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Yang digunakan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu batang
pengaduk, botol semprot, erlenmeyer 100 ml, gelas ukur 25 ml, kertas
saring, dan penangas air,

4.2 Bahan yang Digunakan

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum yaitu air


suling, aluminium foil, asam asetat anhidrat 2,5 ml, aspirin 1,0 gram, asam
sulfat pekat 2,5 tetes.
3.3 Metode Kerja
1. Disipkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang sebanyak 1 gram
3. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
4. Ditambahkan 2,5 ml anhidrat asetat (terbentuk gumpalan putih)
5. Ditambahkan 2,5 tetes asam sulfat (kembali jernih)
6. Dipanaskan selama 5 menit (terjadi perubahan warna kuning
kecoklatan)
7. Didinginkan pada suhu kamar
8. Ditambahkan aquades sedikit demi sedikit sampai 25 ml kemudian
goreskan di dinding erlenmeyer (terbentuk endapan putih).
9. Disaring residunya menggunakan kertas saring
10. Dihitung % rendamennya.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO Penambahan Zat Perubahan

1 Aspirin + Asam asetat anhidrat Larutan Keruh

2 Penambahan asam sulfat pekat Larutan Bening

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

3 Dipanaskan dengan penangas air Warna kuning

kecoklatan

4 Didinginkan Terbentuk endapan

putih

Berat aspirin hasil praktikum


Berat aspirin = (aspirin + berat kertas saring) berat kertas saring
= 0.94160 g - 0,7210 g
= 0,2206 g
Berat aspirin secara teoritis

Mol asam salisilat =

2
= = 0,0144
138,12
Berat aspirin secara teoritis = mol aspirin x BM aspirin
= 0,0144 mol x 180,16 g/mol
= 2,59 gram

% rendamen = 100%

0,2206
100% = 8,517 %
2,59

4.2 Pembahasan
Aspirin adalah asam organic lemah yang unik dinatara obat obat
AINS dalam asetilasi ( dan juga inaktiviasi ) siklo-oksigenase irreversible.
Aspirin cepat dideastilasi oleh esterase dalam tubuh, menghasilkan
salisilat yang mempunyai efek antiinflamasi, antipiretik dan atau analgesik.
Efek antipiretik dan antiinflamasi salisilat terjadi karena penghambatan

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

sintesis prostaglandin di pusat pengaturan panas dalam hipotalamus dan


perifer di daerah target.

Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah sejenis obat


turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik
(penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan
anti-inflamasi (peradangan). Aspirin sebagai pertolongan pertama untuk
mengatasi rasa sakit atau nyeri dan demam tetapi menjadi pengobat dan
pencegah penyakit kardovaskular (jantung dan stroke).

Keunggulan kristalisasi pelarut adalah penggunaan suhu rendah dan


mudah diaplikasikan dengan peralatan sederhana.Pelarut digunakan pada
tahap kristalisasi. Pada tahap ini, terjadi proses kristalisasi komponen-
komponen yang tidak larut dalam pelarut dan mempunyai titik beku yang
lebih tinggi dari suhu yang digunakan akan membeku dan membentuk
Kristal.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka praktikan


dapat menyimpulkan bahwa dari 2 gram asam salisilat didapat rendamen
aspirin sebesar 2,59 gram atau 8,517%. Sedangkan titik leleh dari asam
aspirin tidak diperoleh hasil yang bagus karena adanya factor kesalahan
pada saat melakukan pengujian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka praktikan
dapat menyimpulkan bahwa dari 2 gram asam salisilat didapat rendamen
aspirin sebesar 2,59 gram atau 8,517%. Sedangkan titik leleh dari asam

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235
SKRINING FITOKIMIA

aspirin tidak diperoleh hasil yang bagus karena adanya factor kesalahan
pada saat melakukan pengujian.
5.2 Saran
Diharapkan agar praktikan dapat menjaga ketertiban dalam
melaksanakan praktikum.

ADRAIWAN MANSUR ZAINAL ABIDIN S.Farm., M.Farm., Apt


15020150235

Anda mungkin juga menyukai