Oleh:
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi Ilmu Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2017
SKRINING FITOKIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Tanaman
Tanaman gandarusa diklasifikasikan sebagai berikut (Integrated
Taxonomic Information System, 2017) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Acanthaceae
Genus : Justicia
Spesies : Justicia gendarusa Burm.F.
2. Morfologi Tanaman
Herba tegak, biasanya dengan rimpang berdaging, batang berdaun.
Daun tunggal dan berselang. Ujung daun runcing, panjang sekitar 20-50
cm dengan lebar 3-10 cm. Bunga majemuk berwarna hijau dan bebatang
ungu. Perbungaan tandan terletak di ujung. Daun penumpu lebar dan
tersusun seperti genting, rapat, jumlahnya 1-6 bunga per daun penumpu.
Bunga sangat harum, berwarna putih, kuning, atau merah. Kelopak bentuk
tabung. Mahkota bentuk tabung. Buah bundar hingga bulat telur. Biji
dilengkapi dengan selaput biji (Syamsul, 2015).
3. Nama Lain
Besi-besi (Aceh), gandarusa (Melayu), handarusa (sunda),
gandarusa, tetean, trus (Jawa), ghandharusa (Madura), gandarisa (Bima),
puli (ternate) (Dalimartha, 2005).
4. Kandungan Kimia
1. Pengertian
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia
yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Dirjen POM, 1986).
3. Jenis-jenis ekstraksi
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi
secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi
secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat soxhlet (Dirjen
POM, 1986).
4. Cara-cara ekstraksi
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka
larutan terpekat didesak keluar (Dirjen POM, 2000).
b. Perkolasi
=Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena Universitas Sumatera Utara, aliran
cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Ruangan diantara
butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Dirjen POM, 2000).
2. Cara Panas
a. Refluks
karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan
cara panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga
yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu
ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan
penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan
sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak
pada khasiat produksi.Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap
sebagai usaha untuk menjaga mutu (Steenis, 2006).
Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu membutuhkan alat-alat
khusus dalam mengolah tanaman Bandotan tersebut. Disamping itu bahan-
bahan tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam penentuan
determinasi ini yang meliputi beberapa eksemplar yang kalau dikumpulkan
memberi gambaran yang lebih lengkap (Steenis, 2006).
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk
morfologi tanaman melalui uraian tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara
lengkap serta tak lupa pula dari segi pengelompokan atau klasifikasi tanaman
yang mempermudah dalam menentukan kunci determinasi tanaman tersebut
(Steenis, 2006).
Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia
tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skrining dapat dilakukan dengan metode
KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan
dibanding kromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan pemisahan lebih
sempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya beberapa menit
saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob. Pada
penggunakan KLT menggunakan fase gerak dan fase diam dimana fase diam
menggunakan silika gel. Fase diam (lapisan penyerap) yang khusus
digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Silika gel ini
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung pada cara
pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut pengembang) ialah medium
angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini
menggunakan eluena dan etil asetat karena bersifat kepolaran dari minyak
atsiri dengan perbandingan (93:7) juga menggunakan eluen IPA dan aquadest
(1/3:1/4) (Heyne, 1987).
Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat
berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan
serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji lignin, seberin, kutin,
minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan
pectin, selulosa, zat zamak atau tanin dan katekol, dioksian, trakinon bebas,
fenol, saponin, flavanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida, antrakinon, dan
steroid contohnya: asam sinamat dipisahkan dalam bentuk kristal dari tolu
balsam setelah didihkan dengan air kapur + HCl + kalium permanganat
terbentuk benzaldehid Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat
warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid (Asni, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu batang
pengaduk, blender, cawan porselin, penangas air, pipet tetes, sendok
tanduk, rak tabung dan tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Aquades,
metanol, FeCl3 1N, KOH 10%, FeCl3, HCl 2N, HCl pekat, HCl 0,5 N,
pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer dan tissue.
BAB IV
dari tumbuhan telah didefinisikan, namun ada tiga kelompok yang umum
dipelajari yaitu antosianin, flavonol dan flavon.
Cara kerja yaitu yang pertama identifikasi golongan dimana reaksi
identifikasi terhadap katekol yaitu sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
ditambahkan FeCl3 1N, Penambahan FeCl3 berfungsi untuk menentukan
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas. Jika mengandung katekol akan
menghasilkan warna hijau.
Identifikasi golongan dioksiantrakinon yaitu sampel dimasukkan
didalam tabung reaksi kemudian ditambahkan metanol secukupnya,
penggunaan metanol bertujuan agar senyawa-senyawa yang terkandung
didalam sampel dapat tertarik keluar sehingga digunakan dalam identifikasi
golongan. Setelah itu dikocok dan disaring sehingga didapatkan ekstrak
metanol dari sampel kemudian ditambahkan KOH 10% yang bertujuan sebagai
pelarut spesifik dalam menentukan identifikasi dari suatu golongan
dioksiantrakinon, jika mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna
merah.
Identifikasi golongan Alkaloid yaitu serbuk sampel dimasukkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan methanol secukupnya kemudian dikocok
dan disaring sehingga didapatkan ekstrak metanol dari sampel, kemudian
ekstrak dibagi pada 3 tabung reaksi setelah itu masing-masing tabung
ditambahkan HCl 0,5 N, adapun tujuan penambahan HCl adalah karena
alkaloid bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang
mengandung asam. Adapun endapan terbentuk, terjadi karena alkaloid
merupakan senyawa dari golongan basa nitrogen, dimana jika basa nitrogen
direaksikan dengan asam, dalam hal ini adalah HCl maka akan membentuk
garam yang tidak larut, sehingga garam inilah yang akan membentuk endapan.
pada tabung ke satu ditambahkan lagi pereaksi Mayer jika mengandung
alkaloid maka akan menghasilkan endapan kuning, dengan pereaksi mayer
diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K + dari
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya kelengkapan bahan pada laboratorium ditingkatkan lagi agar
kita dapat melakukan semua praktikum yang ada .
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema kerja
1. Reaksi identifikasi golongan tanin katekol
Sampel
Dibasahi
FeCL3 1 N
Mengandung
katekol
Warna hijau
Ekstrak sampel
metanol
Warna merah
Ekstrak metanol
Ditambahkan
HCL 0,5 N
Endapan Endapan
Kuning Ditambahkan jingga
Pereaksi
bauchardat
Endapan
Coklat
Sampel
FeCL3
+
HCL PEKAT
WARNA MERAH
Sampel
di + 10 mL air
dikocok 10 detik
di + 1 tetes HCL 2N
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta