Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Fitokimia I

SKRINING FITOKIMIA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm.


F.) ASAL DESA SIMBANG KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN
MAROS

Oleh:

NAMA : ST. FATIMAH


STAMBUK : 15020150238
KELOMPOK : III (TIGA)
KELAS : C11/C12
ASISTEN : NUR CHAERUN NISA

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Program Studi Ilmu Farmasi
Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2017
SKRINING FITOKIMIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang sangat


melimpah. Terdapat jutaan jenis flora dan fauna, baik yang hidup di darat
maupun di laut. Adapula tumbuhan yang belum diketahui jenisnya, dimana
tumbuhan ini masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam, baik dari
segi kegunaan, sifat-sifat yang dimiliki maupun kandungan kimia yang terdapat
di dalamnya.
Dalam dunia farmasi, berbagai macam bahan alam dapat dijadikan
sebagai obat tradisional, beberapa diantaranya masih dalam bentuk simplisia.
Simplisia merupakan bahan alam yang biasa digunakan sebagai obat dimana
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui golongan
senyawa suatu sampel yaitu dengan metode Skrining atau biasa disebut
pemisahan. Pemisahan merupakan metode yang penting dalam bidang kimia
sebab kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk
memperoleh materi murni dari suatu campuran maka harus melakukan
pemisahan.
Sebagai mahasiswa farmasi kita harus mengetahui mengenai asal,
habitat, spesies dan sifat spesifikasinya sebab merupakan hal yang sangat
penting. Pengetahuan yang cukup mengenai berbagai macam tumbuhan yang
berkhasiat obat, baik bentuk simplisia, morfologi secara umum, kegunaan, cara
ekstraksi, dan identifikasi komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia
merupakan hal yang perlu diketahui oleh seorang mahasiswa Farmasi.
B. Rumusan Masalah

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah :


1. Bagaimana cara melakukan skrining fitokimia ?
2. Apa saja kandungan kimia yang terdapat pada daun gandarusa (Justicia
gendarusa Burm. F.) ?
C. Maksud Praktikum
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa
yang terkandung pada sampel daun gandarusa (Justicia gendarusa Burm. F.)
dengan skrining fitokimia.
D. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Umum Praktikum
Adapun tujuan umum dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui
kandungan senyawa yang ada pada tanaman gandarusa (Justicia
gendarussa Burm. F.)
2. Tujuan khusus Praktikum
Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
golongan tanin (katekol), dioksiantrakinon, alkaloid, flavanoid dan saponin
pada sampel daun gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) dengan
menambahkan beberapa pereaksi spesifik tertentu.
E. Manfaat Praktikum
1. Manfaat teoritis
Hasil praktikum ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep terhadap uji
identifikasi pada sampel (Justicia gendarusa Burm. F.)
2. Manfaat Praktis
Hasil praktikum ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan uji
skrining pada sampel (Justicia gendarusa Burm. F.)

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

BAB II

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman
Tanaman gandarusa diklasifikasikan sebagai berikut (Integrated
Taxonomic Information System, 2017) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Acanthaceae
Genus : Justicia
Spesies : Justicia gendarusa Burm.F.
2. Morfologi Tanaman
Herba tegak, biasanya dengan rimpang berdaging, batang berdaun.
Daun tunggal dan berselang. Ujung daun runcing, panjang sekitar 20-50
cm dengan lebar 3-10 cm. Bunga majemuk berwarna hijau dan bebatang
ungu. Perbungaan tandan terletak di ujung. Daun penumpu lebar dan
tersusun seperti genting, rapat, jumlahnya 1-6 bunga per daun penumpu.
Bunga sangat harum, berwarna putih, kuning, atau merah. Kelopak bentuk
tabung. Mahkota bentuk tabung. Buah bundar hingga bulat telur. Biji
dilengkapi dengan selaput biji (Syamsul, 2015).
3. Nama Lain
Besi-besi (Aceh), gandarusa (Melayu), handarusa (sunda),
gandarusa, tetean, trus (Jawa), ghandharusa (Madura), gandarisa (Bima),
puli (ternate) (Dalimartha, 2005).

4. Kandungan Kimia

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

Gandarusa memiliki rasa pedas, sedikit asam,dan bersifat netral.


Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam gandarusa diantaranya
justicin, minyak atsiri, kalium, dan alkaloid yang sedikit beracun (Hariana,
2013).
5. Khasiat Tanaman
Daun (Justicia gendarusa Burm. F.) berkhasiat sebagai Antifertil
yaitu mencegah penetrasi spermatozoa dengan menurunkan aktivitas
enzim hialuronidase (Prajogo,2002).

B. Metode Ekstraksi Bahan Alam

1. Pengertian
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia
yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan
mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Dirjen POM, 1986).
3. Jenis-jenis ekstraksi
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi
secara panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi
secara dingin dengan cara maserasi, perkolasi dan alat soxhlet (Dirjen
POM, 1986).

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

4. Cara-cara ekstraksi
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka
larutan terpekat didesak keluar (Dirjen POM, 2000).
b. Perkolasi
=Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi karena Universitas Sumatera Utara, aliran
cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Ruangan diantara
butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Dirjen POM, 2000).

2. Cara Panas
a. Refluks

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik


didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Dirjen POM, 2000).
b. Soxhletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik (Dirjen POM, 2000).
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-500C (Dirjen POM, 2000).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan
nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 900 C selama 15 menit (Dirjen
POM, 2000).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur
sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C (Dirjen POM,
2000).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).Simplisia nabati adalah
simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat
tumbuhan (Syahid, 2004).
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar
(wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu konstan

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan
cara panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga
yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu
ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan
penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan
sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak
pada khasiat produksi.Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap
sebagai usaha untuk menjaga mutu (Steenis, 2006).
Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu membutuhkan alat-alat
khusus dalam mengolah tanaman Bandotan tersebut. Disamping itu bahan-
bahan tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam penentuan
determinasi ini yang meliputi beberapa eksemplar yang kalau dikumpulkan
memberi gambaran yang lebih lengkap (Steenis, 2006).
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk
morfologi tanaman melalui uraian tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara
lengkap serta tak lupa pula dari segi pengelompokan atau klasifikasi tanaman
yang mempermudah dalam menentukan kunci determinasi tanaman tersebut
(Steenis, 2006).
Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia
tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skrining dapat dilakukan dengan metode
KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan
dibanding kromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan pemisahan lebih
sempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya beberapa menit
saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob. Pada
penggunakan KLT menggunakan fase gerak dan fase diam dimana fase diam
menggunakan silika gel. Fase diam (lapisan penyerap) yang khusus
digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Silika gel ini
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung pada cara
pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut pengembang) ialah medium

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak ini
menggunakan eluena dan etil asetat karena bersifat kepolaran dari minyak
atsiri dengan perbandingan (93:7) juga menggunakan eluen IPA dan aquadest
(1/3:1/4) (Heyne, 1987).
Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat
berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan
serbuk simplisia (uji histokimia) dan ekstrak, meliputi uji lignin, seberin, kutin,
minyak lemak, minyak atsiri, getah dan resin, pati dan aleuron, lender dan
pectin, selulosa, zat zamak atau tanin dan katekol, dioksian, trakinon bebas,
fenol, saponin, flavanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida, antrakinon, dan
steroid contohnya: asam sinamat dipisahkan dalam bentuk kristal dari tolu
balsam setelah didihkan dengan air kapur + HCl + kalium permanganat
terbentuk benzaldehid Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat
warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid (Asni, 2009).

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu batang
pengaduk, blender, cawan porselin, penangas air, pipet tetes, sendok
tanduk, rak tabung dan tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Aquades,
metanol, FeCl3 1N, KOH 10%, FeCl3, HCl 2N, HCl pekat, HCl 0,5 N,
pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer dan tissue.

B. Prosedur Kerja (Anonim,2017)

1. Reaksi Identifikasi Golongan Tanin


a. Reaksi identifikasi terhadap katekol
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau.
b. Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
Sampel dibasahi dengan FeCl3 1 N, jika mengandung pirogalotanin
akan menghasilkan warna biru.
2. Reaksi Identifikasi Golongan Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi
dengan KOH 10% P b/v dalam etanol 95% p, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

3. Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid


Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
kemudian ditetesi :
a. HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid maka akan
menghasilkan endapan kuning.
b. HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan
menghasilkan endapan coklat.
c. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid akan
menghasilkan endapan jingga.
4. Reaksi Identifikasi Golongan Saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air
panas, didinginkan kemudiandi kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk
buih, lalu ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
5. Reaksi Identifikasi Golongan Flavonoid
Serbuk ditambahkan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah
menunjukkan adanya flavanoid.

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

Skrining adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia


yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui
golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji.
Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit, dan kelat, yang bereaksi dengan dan mengumpulkan protein,
atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan
alkaloid.senyawa-senyawa tannin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan
berbagai senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari
pemangsa oleh herbivore dan hama, serta dalam pengaturan tumbuhan.
Dioksiantrakinon bebas adalah senyawa-senyawa ini banyak terdapat dalam
bentuk bebas dan berbeda-beda,serta derajat oksidasi yang berbeda pula,
seperti antron,oksantron, dan autranon.
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptide,
protein, nukleotid, asam nukleat, gula amino dan antibiotik biasanya tidak
digolongkan sebagai alkaloid dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral
yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.
Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang terbesar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan
penambahan asam.
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar didunia tumbuhan. Lebih dari 2000 flavanoid yang berasal

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

dari tumbuhan telah didefinisikan, namun ada tiga kelompok yang umum
dipelajari yaitu antosianin, flavonol dan flavon.
Cara kerja yaitu yang pertama identifikasi golongan dimana reaksi
identifikasi terhadap katekol yaitu sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
ditambahkan FeCl3 1N, Penambahan FeCl3 berfungsi untuk menentukan
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas. Jika mengandung katekol akan
menghasilkan warna hijau.
Identifikasi golongan dioksiantrakinon yaitu sampel dimasukkan
didalam tabung reaksi kemudian ditambahkan metanol secukupnya,
penggunaan metanol bertujuan agar senyawa-senyawa yang terkandung
didalam sampel dapat tertarik keluar sehingga digunakan dalam identifikasi
golongan. Setelah itu dikocok dan disaring sehingga didapatkan ekstrak
metanol dari sampel kemudian ditambahkan KOH 10% yang bertujuan sebagai
pelarut spesifik dalam menentukan identifikasi dari suatu golongan
dioksiantrakinon, jika mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna
merah.
Identifikasi golongan Alkaloid yaitu serbuk sampel dimasukkan dalam
tabung reaksi kemudian ditambahkan methanol secukupnya kemudian dikocok
dan disaring sehingga didapatkan ekstrak metanol dari sampel, kemudian
ekstrak dibagi pada 3 tabung reaksi setelah itu masing-masing tabung
ditambahkan HCl 0,5 N, adapun tujuan penambahan HCl adalah karena
alkaloid bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan pelarut yang
mengandung asam. Adapun endapan terbentuk, terjadi karena alkaloid
merupakan senyawa dari golongan basa nitrogen, dimana jika basa nitrogen
direaksikan dengan asam, dalam hal ini adalah HCl maka akan membentuk
garam yang tidak larut, sehingga garam inilah yang akan membentuk endapan.
pada tabung ke satu ditambahkan lagi pereaksi Mayer jika mengandung
alkaloid maka akan menghasilkan endapan kuning, dengan pereaksi mayer
diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K + dari

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

kalium tetra iodo merkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang


mengendap, tabung ke dua ditambahkan pereaksi Bauchardat jika
mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan coklat, unsure nitrogen
dapat bereaksi dengan Bauchardat membentuk endapan berwarna coklat
kehitaman dan tabung ke tiga ditambahkan pereaksi Dragendroff jika
mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan warna jingga.
Identifikasi golongan flavonoid yaitu serbuk sampel di tambahkan FeCl3
dan HCl pekat, FeCl3 dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti
benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid, jika terjadi warna merah
menunjukkan adanya flavonoid dan yang ke lima yaitu
Identifikasi golongan saponin yaitu serbuk sampel ditambahkan 10 mL
air panas dan dikocok selama 10 detik terbentuk buih lalu kemudian
ditambahkan I tetes HCl 2 N buih tidak hilang, alasan menggunakan air panas
yaitu untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air.
Hasil yang didapatkan dari percobaan ini yaitu dapat dilihat pada tabel
di bawah yaitu :

No. Golongan Pereaksi/perlakuan Pengamatan


komponen kimia sampel
1. Tanin (Katekol) Sampel serbuk + FeCl3 1 N (+) warna hijau
2. Dioksiantrakinon Serbuk + KOH 10% (-) warna merah
3. Alkaloid a. HCl 0,5 N + pereaksi (-) endapan
Mayer kuning
b. HCl 0,5 N +pereaksi (-) endapan
Bauchardat coklat
c. HCl 0,5 N + pereaksi (-) endapan
Dragendroff jingga
4. Flavonoid Serbuk + FeCl3 + HCl P (+) warna
merah
5. Saponin Serbuk + 10 mL air panas + (+) buih tidak
dikocok 10 detik + 1 tetes hilang (buih
HCl 2 N tidak hilang)
Keterangan : (+) : mengandung senyawa kimia
(-) : tidak mengandung senyawa kimia

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

Setelah melakukan identifikasi golongan senyawa pada sampel daun


gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) dengan berbagai pereaksi, hasil
yang diperoleh yaitu sampel positif mengandung tanin (katekol), flavonoid dan
saponin. Menurut Prajogo, 2002 hal ini sesuai dengan literatur dimana daun
gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) mengandung tanin dan flavonoid.
Dari percobaan identifikasi dari berbagai golongan yang dilakukan yaitu
tanin (katekol), dioksiantrakinon, alkaloid, flavonoid dan saponin maka dapat
disimpukan bahwa positif mengandung tanin ditandai dengan perubahan
warna menjadi hijau, pada identifikasi dioksiantrakinon didapatkan hasil
negative ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna menjadi merah,
pada identifikasi golongan alkaloid dimana hasil ketiga pereaksi yang
digunakan yaitu Mayer, Bauchardat dan Dragendroff negatif dengan di
tandainya tidak ada endapan kuning, coklat dan jingga, pada identifikasi
flavonoid didapatkan hasil positif karena terjadi perubahan warna menjadi
merah dan pada identifikasi saponin didapatkan hasil positif ditandai dengan
terbentuknya buih dan buihnya tidak hilang.
Adapun faktor kesalahan yang dapat timbul pada saat praktikum yaitu
Ketidaktelitian praktikan pada saat meneteskan pereaksi pada sampel/serbuk
tersebut atau sampel/serbuk yang digunakan terlalu sedikit atau terlalu banyak.

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Reaksi identifikasi golongan tanin katekol didapatkan hasil positif ditandai
dengan perubahn warna menjadi merah
2. Rekasi identifikasi golongan flavonoid didapatkan hasil positif karena
adanya perubahan warna menjadi merah
3. Reaksi identifikasi golongan saponin didapatkan hasil positif larena
terbentuk buih dan buihnya tidak hilang.

B. Saran
Sebaiknya kelengkapan bahan pada laboratorium ditingkatkan lagi agar
kita dapat melakukan semua praktikum yang ada .

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

LAMPIRAN 2. Gambar Hasil Praktikum

Tanaman Gandarusa Gambar 1 Gambar 2


(Justicia gendarussa Identifikasi tanin Identifikasi
Burm.f) katekol dioksiantrakuinon
(+) warna hijau (-) warna merah

Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5


Identifikasi golongan Identifikasi golongan
alkaloid Identifikasi golongan saponin
(-) endapan kuning flavanoid (+) buih tidak hilang
(-) endapan coklat
(+) warna merah (terbentuk buih
(-) endapan jingga

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema kerja
1. Reaksi identifikasi golongan tanin katekol

Sampel

Dibasahi
FeCL3 1 N
Mengandung
katekol

Warna hijau

2. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon

Ekstrak sampel
metanol

Diteteskan KOH 10%


Sebanyak 3 tetes

Warna merah

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

3. Reaksi identifikasi golongan Alkaloid

Ekstrak metanol

Ditambahkan
HCL 0,5 N

Ditambahkan pereaksi ditambahkan peraksi


mayer dragendrof

Endapan Endapan
Kuning Ditambahkan jingga
Pereaksi
bauchardat

Endapan
Coklat

4. Reaksi identifikasi golongan Flavonoid

Sampel

FeCL3
+
HCL PEKAT

WARNA MERAH

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

5. Reaksi identifikasi golongan Saponin

Sampel
di + 10 mL air
dikocok 10 detik
di + 1 tetes HCL 2N

Buih tidak hilang (terbentuk buih)

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222
SKRINING FITOKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1, Makassar,


Fakultas Farmasi Universitas muslim Indonesia.

Asni, Amin dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi I, Universitas


Muslim Indonesia, Makassar.

Dalimartha, 2005, Tanaman Obat di lingkungan Sekitar, Jakarta, Puspa Swara.

Ditjen POM, 1986, Sediaan Galenik, Jilid II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Ditjen POM, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat


Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Hariana, 2013, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jakarta, Swadaya.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Departemen Kehutanan,
Jakarta

Integrated Taxonomic Information System, 2017, Justicia gendarusa, Diakses


tanggal 17 oktober 2017.

Syamsul, 2015, KitabTumbuhan Obat, Jakarta, Niaga Swadaya.


Ginting, 2012, Indigofera sebagai Pakan Ternak, Jakarta, IAAD Press.
Praptiwi, Puspa Dewi dan Mindarti Harapini, 2006, Nilai Peroksida Dan
Aktivitas Anti Radikal Bebas Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (Dpph)
Ekstrak Metanol Knema laurina, Majalah farmasi indonesia, 17(1), 32
36.
Prajogo, B.E.W, 2002, Aktifitas Antifertil Flavonoid Daun Justicia gendarusa
Burm.F, Penelitian Eksperimental Pencegahan Penetrasi
Spermatozoa Mencit Dalam Proses Fertilisasi`In Vitro, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
Steenis, Van dkk, 2006, Flora . Pradya Paramita, Jakarta.

Syahid,S.F., 2004, Monografi Jahe Balai Penelitian Tanaman Rempah dan


Obat

ADELIA FITRAH S NUR CHAERUN NISA


15020150222

Anda mungkin juga menyukai