membatasi generalisasi temuan. Dengan demikian, tidak selalu mungkin untuk memenuhi
semua ciri sains sepenuhnya. Sifat bisa diperbandingkan, konsistensi, dan generalisasi yang
luas sering sulit dicapai dalam penelitian. Tetap saja, dalam rangka mendesain penelitian
untuk memastikan kejelasan tujuan, ketepatan, dan sifat dapat diuji, dapat ditiru, dapat
digeneralisasi, objektivitas, hemat, dan ketelitian serta keyakinan yang semaksimal
mungkin, kita harus berusaha keras untuk menggunakan investigasi ilmiah. Beberapa
keterbatasan lain yang mungkin dalam studi penelitian dibahas dalam bab-bab berikut.
Deduksi dan Induksi
Jawaban atas persoalan dapat ditemukan entah dengan proses deduksi atau proses induksi,
atau dengan kombinasi keduanya. Deduksi adalah proses di mana kita tiba pada suatu
kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Misalnya,
kita mengetahui bahwa semua orang yang berkinerja tinggi adalah sangat menguasai
pekerjaan mereka. Bila John berkinerja tinggi, kita kemudian menyimpulkan bahwa ia
sangat mengnasai pekerjaannya. lnduksi, di sisi lain, merupakan proses di mana kita
mengamati fenomena tertentu dan berdasarkan hal tersebut tiba pada kesimpulan. Dengan
kata lain, dalam induksi, kita secara logis membuat sebuah proposisi umum berdasarkan
fakta yang diamati. Misalnya, kita melihat bahwa proses produksi merupakan ciri utama
dari pabrik manufaktur. Karena itu, kita menyimpulkan bahwa pabrik eksis untuk tujuan
produksi. Baik proses deduktif maupun induktif digunakan dalam investigasi ilmiah.
Teori yang berdasarkan deduksi dan induksi membantu kita untuk memahami, menjelaskan,
dan/atau memprediksi fenomena bisnis. Bila penelitian direncanakan untuk menguji
beberapa hasil spesifik yang dihipotesiskan, sebagai contoh, untuk melihat apakah
mengendalikan kegaduhan yang mengganggu dalam lingkungan akan meningkatkan kinerja
orang dalam memecahkan teka-teki mental, langkah-langkah berikut dilakukan.
Investigator memulai dengan teori bahwa kegaduhan secara merugikan memengaruhi
mental untuk pemecahan masalah. Hipotesis kemudian dihasilkan bahwa jika kegaduhan
dikendalikan, teka-teki mental dapat dipecahkan dengan lebih cepat dan tepat. Berdasarkan
hal ini, sebuah
Gabungan informasi yang diperoleh melalui proses wawancara informal dan formal
membantu manajer untuk menentukan bahwa sebuah masalah eksis. Hal tersebut juga
membantu manajer untuk merumuskan sebuah model konseptual atau kerangka teoretis
(theoretical framework) dari semua faktor yang menimbulkan masalah. Dalam kasus ini,
terdapat jaringan koneksi antara faktor-faktor berikut: keterlambatan pihak pabrik mengirim
barang, pemberitahuan tanggal pengiriman selanjutnya yang tidak ditepati, janji
pramuniaga kepada konsumen (dengan harapan mempertahankan mereka) yang tidak dapat
dipenuhi, kesemua itu berkontribusi pada ketidakpuasan konsumen. Dari kerangka teoretis,
yang merupakan gabungan berarti dari semua informasi yang diperoleh; beberapa hipotesis
(hypotheses) dapat dibuat dan diuji untuk menemukan apakah data membuktikannya.
Konsep-konsep kemudian didefinisikan secara operasional (operationally defiraded)
sehingga dapat diukur. Desain penelitian (research design) disusun untuk menentukan, di
antara hal lainnya, cara mengumpulkan (collect) data lebih lanjut, menganalisis (analyze)
dan menginterpretasikannya (interpret), dan akhirnya, memberikan jawaban atas oasalah.
Proses menarik kesimpulan dari analisis logis yang meyakinl<an disebut deduksi
(deduction). Dengan demikian, rintangan sains menyediakan pcrmulaan bagi metode
penelitian ilrniah hipotetis-deduktif, yang akan dibahas berikut ini.
Perumusan Teori
Langkah berikutnya adalah perumusan teori, yaitu usaha untuk menggabungkan semua
informasi dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah
dapat dikonseptualisasi dan diuji. Kerangka teoretis yang dirumuskan sering dituntun oleh
pengalaman dan intuisi. Pada langkah ini, variabel kritis diuji kontribusi dan pengaruhnya
dalam menjelaskan mengapa masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan.
Jaringan asosiasi yang diidentifikasi di antara variabel kemudian akan dijalin bersama
secara teoretis dengan justifikasi alasan mengapa hal tersebut berpengaruh terhadap
masalah. Proses perumusan teori ini dibahas lebih jauh dalam Bab 5.
Saat ini, seseorang mungkin mernpertanyakan mengapa sebuah teori harus dirumuskan
setiap kali sebuah masalah diteliti, dan mengapa seseorang tidak dapat bertindak
berdasarkan informasi yang terkandung dalam temuan penelitian yang dipublikasikan
sebelumnya, saat sedang menyelidiki literatur. Ada beberapa alasan untuk hal ini, salah
satunya adalah bahwa studi yang berbeda mungkin mengidentifikasi variabel yang berbeda,
yang sebagian di antaranya mungkin tidak relevan untuk situasi yang sedang dihadapi.
,Juga, dalam studi sebelurnnya, sejumlah hipotesis mungkin terbukti dan lainnya tidak,
sehingga menimbulkan situasi yang membingungkan. Karena itu, solusi dalam setiap situasi
masalah yang kompleks dipermudah dengan merumuskan dan menguji teori-teori yang
relevan dengan situasi tersebut.
Penyusunan Hipotesis
Penyusunan hipotesis adalah langkah logis selanjutnya setelah perumusan teori. Dari
jaringan asosiasi teori di antara variabel, hipotesis atau perkiraan tertentu yang dapat diuji
pun bisa dihasilkan. Misalnya, pada poin ini, seseorang mungkin menyusun hipotesis
bahwa jika sejumlah itern ditaruh di rak-rak, ketidakpuasan konsumen akan sangat
berkurang. Hal tersebut merupakan sebuah hipotesis yang dapat diuji untuk menentukan
apakah pernyataan tersebut akan terbukti.
Pengujian hipotesis disebut penelitian deduktif (deductive). Terkadang, hipotesis yang
tidak dirumuskan secara orisinil dihasilkan melalui proses induksi (induction). Yaitu,
setelah data diperoleh, beberapa gagasan kreatif muncul, dan berdasarkan hal tersebut,
hipotesis baru pun bisa dihasilkan untuk diuji kemudian. Biasanya, dalam penelitian,
pengujian hipotesis melalui penelitian deduktif dan hipotesis yang dihasilkan dengan
induksi keduanya adalah lazim. Eksperimen Hawthorne merupakan contoh yang bagus
terkait dengan hal ini. Dari garis perakitan yang bersambung, banyak eksperimen diadakan
sehingga meningkatkan pemakaian listrik dan semacamnya, berdasarkan hipotesis semula
bahwa hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan produktivitas. Tetapi kemudian,
ketika hipotesis tersebut tidak terbukti, sebuah hipotesis baru pun disusun berdasarkan data
pengamatan. Fakta bahwa orang-orang yang dipilih untuk studi tersebut memberi mereka
perasaan tentang pentingnya meningkatkan produktivitas: entah penerangan, kehangatan,
atau pengaruh lain ditingkatkan atau tidak, kemudian menciptakan istilah Hawthorne
effect (Pengaruh Hawthorne)!
Analisis Data
Dalam langkah analisis data, data yang dikumpulkan dianalisis secara statistik untuk
melihat apakah hipotesis terbukti. Misalnya, untuk melihat jika level persediaan
memengaruhi kepuasan konsumen, seseorang dapat menggunakan analisis korelasi dan
menentukan hubungan antara dua faktor. Hampir serupa, hipotesis lain dapat diuji
dengan analisis statistik yang tepat. Analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap data
dapat dilakukan jika sejumlah perkiraan terbukti. Data kualitatif mengacu pada
informasi yang diperoleh dalam bentuk naratif melalui wawancara dan pengamatan.
Misalnya, untuk menguji teori bahwa keterbatasan anggaran secara berlawanan
berpengaruh pada respons manajer terhadap pekerjaan mereka, beberapa wawancara
dapat dilakukan dcngan para manajer setclah pcmbatasan anggaran ditetapkan. Respons
dari para manajer yang mengungkapkan reaksi mereka dalam cara yang berbeda
kemudian dapat dikelola untuk melihat kategori masing-masing dan tingkat di mana
jenis respons serupa disampaikan oleh manajer.
Deduksi
Deduksi adalah proses tiba pada kesimpulan dengan menginterpretasikan arti dari hasil
analisis data. Misalnya, jika ditemukan dari analisis data bahwa meningkatkan
persediaan berkorelasi positif dengan (peningkatan) kepuasan konsumen (misalnya 0,5),
maka oraug dapat menarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kepuasan konsumen,
rak-rak harus menampilkan persediaan yang lebih baik. Kesimpulan lain dari analisis
data tersebut adalah bahwa persediaan di rak berkontribusi pada (atau menjelaskan)
varians sebesar 25% dalam kepuasan konsumen (0,5 2).
Penulisan Laporan
Adalah penting untuk diingat bahwa informasi dari data sekunder dapat diambil dari
beragam sumber, termasuk buku dan majalah, puhlilcasi dan sumber informasi
pemerintah, media, sensus, laporan pasar saham, dan semua jenis informasi mekanis,
seperti elektronik seperti bar code, data scarmzer, dan lnternet. Data sekunder dapat
diambil dari dokumen sejarah organisasi itu scndiri, ciari informasi yang telah tersedia
di intranet, atau dari sumber elcsternal seperti yang sudah disebutkan di atas, entah
lewat Intcrnet atau lainnya.
SURVEI LITERATUR
Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya
publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi
peneliti. Perpustakaan merupakan pusat penyimpaman yang kaya bagi data sekunder,
dan peneliti biasanya menghabiskan beberapa minggu dan terkadang bulan untuk
menelusuri buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan konferensi, disertasi doktoral,
tesis master, publikasi pemerintah, laporan keuangan, pemasaran, dan lainnya, untuk
menemukan informasi yang terkait dengan topik penelitian mereka. Dengan basis data
komputerisasi yang kini tersedia dan dapat diakses, pencarian literatur pun menjadi
sangat cepat dan mudah, dan hisa dilakukan tanpa harus memasuki pintu gerbang
sebuah gedung perpustakaan.
Peneliti dapat memulai survei literatur, bahkan sambil mengumpulkan informasi dari
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Meninjau literatur yang berkaitan dengan
bidang topik pada saat ini membantu peneliti untuk memfokuskan wawancara
berikutnya secara lebih baik pada aspek-aspek tertentu yang ditemukan penting dalam
publikasi studi lain, bahkan jika hal tersebut belum mengemuka selama tanya-jawab
pendahuluan.