Anda di halaman 1dari 102

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH PARITAS, PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DAN

PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI

MENYUSU DINI DI RSUD SALATIGA

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Kesehatan Ibu dan Anak

Oleh
Aik Khoniasari
S021308003

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PARITAS, PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DAN


PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI
MENYUSU DINI DI RSUD SALATIGA

Komisi Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Bhisma Murti dr.,MPH,M.Sc,Ph.D ----------------- ----------------


NIP 195510211994121001

Pembimbing II Dr Yulia Lanti Retno Dewi, dr., Msi ----------------- ----------------


NIP 196103201992032001

Telah dinyatakan memenuhi syarat


pada tanggal.2015

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Program Pacasarjana UNS

Prof. Bhisma Murti dr.,MPH,M.Sc,Ph.D


NIP 195510211994121001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PARITAS, PENGETAHUAN IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DAN


PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI
MENYUSU DINI DI RSUD SALATIGA

TESIS

Oleh
Aik Khoniasari
S021308003

Telah dipertahankan di depan penguji


dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ............................ 2015

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr.,Sp.PA(K) -----------------


NIP 194903171976091001
Sekretaris Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr.,Sp.KJ(K) -----------------
NIP 194611021976091001
Anggota penguji Prof. Bhisma Murti dr.,MPH,M.Sc,Ph.D -----------------
NIP 195510211994121001
Dr Yulia Lanti Retno Dewi, dr., Msi -----------------
NIP 196103201992032001

Mengetahui :

Direktur Ketua Program Studi


Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Prof. Bhisma Murti dr.,MPH,M.Sc,Ph.D


NIP 196007271987021001 NIP 195510211994121001
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN


PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :


1. Tesis yang berjudul Pengaruh Paritas, Pengetahuan Ibu, Dukungan
Keluarga, dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan IMD di
RSUD Salatiga ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis
dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan
dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima
sanksi, baik Tesis beserta gelar Magister saya dibatalkan serta diproses
sesuai dengan peraturan Perundang- undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum
ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai autor dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari
ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik yang berlaku.

Surakarta,

Aik Khoniasari
S021308003

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya tesis yang berjudul Pengaruh Paritas, Pengetahuan Ibu, Dukungan
Keluarga, dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Inisiasi Menyusu Dini Di RSUD
Salatiga dapat diselesikan dengan baik.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan arahan serta
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, S.Pd, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Direktur Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Bhisma Murti dr.,MPH,M.Sc,Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Program Pacasarjana UNS dan selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr Yulia Lanti Retno Dewi, dr., Msi, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan masukan hingga tesis ini selesai.
5. Prof. Dr. Ambar Mudigdo dr.,Sp.PA(K), selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan masukan hingga tesis ini selesai.
6. Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr. Sp.KJ(K), selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan masukan hingga tesis ini selesai.
7. Seluruh staf Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pacasarjana UNS
yang telah membantu administrasi dalam penyusunan tesis ini.
8. Dinas Kesehatan Kota Salatiga, RSUD Kota Salatiga, Bapolinmas Kota Salatiga, RST
dr. Asmir Salatiga yang telah membantu terselesainya tesis ini.
9. Keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat sehingga tesis ini selesai
10. Teman-teman IKM yang selalu menyemangati dalam penyusunan tesis ini hingga
selesai.

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna,
karenanya imbauan, kritikan, masukan dan tindak lanjut sangat peneliti harapkan. Akhir
kata penulis mengucapkan selamat membaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis
sendiri dan pembaca semuanya.

Surakarta, Juli 2015

(Penulis)

commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ........................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS DAN PUBLIKASINYA ................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiii
ABSTRAK ................................................................................................. xiv
ABSTRACT ............................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan masalah .............................................................. 4
C. Tujuan penelitian ................................................................ 4
D. Manfaat penelitian .............................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 6
1. Air Susu Ibu (ASI)......................................................... 6
a. Definisi ASI............................................................ 6
b. Komposisi ASI........................................................ 6
c. Manfaat ASI............................................................ 6
d. Faktor penyebab berkurangnya ASI....................... 9
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)......................................... 10
a. Pengertian................................................................ 10
b. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini.............................. 11
c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)................... 12

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)............. 15


e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan MDGs................. 17
3. Teori................................................................................ 17
a. Teori Belajar Sosial................................................. 17
1) Belajar melalui observasi.................................... 18
2) Efikasi diri........................................................ 20
3) Parent Empowerment........................................ 23
b. Teori Perilaku Kesehatan....................................... 24
c. Teori Motivasi Herzberg........................................ 25
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu untuk Melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)........................................ 25
a. Paritas...................................................................... 25
b. Pengetahuan Ibu...................................................... 26
c. Dukungan Keluarga................................................. 27
d. Peran Tenaga Kesehatan.......................................... 28
5. Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)................... 29
6. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)................... 31
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran............................................................ 35
D. Hipotesis Penelitian ............................................................ 35
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian ................................................................ 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 37
C. Populasi dan Sampel........................................................... 37
D. Definisi Opersional Variabel .............................................. 38
E. Instrumen Penelitian ........................................................... 40
F. Tehnik Analisis Data .......................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................. 44
B. Hasil Penelitian ................................................................... 44
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Karakteristik Subjek Penelitian......... 44


2. Hubungan Antar Variabel Penelitian Dengan
Pelaksanaan IMD.......................................................... 46
3. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda................................. 47
C. Pembahasan ........................................................................ 48
1. Pengaruh Paritas Terhadap Pelaksanaan IMD.............. 48
2. Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Pelaksanaan IMD 50
3. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap
Pelaksanaan IMD.......................................................... 51
4. Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap
Pelaksanaan IMD.......................................................... 52
D. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 53
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 54
B. Implikasi ............................................................................. 54
C. Saran ................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 56

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

NO. Judul Tabel Halaman

2.1 Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi.................. 22


2.2 Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor
Tingkah Laku ..................................................................... 23
4.1 Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Paritas, dan PelaksanaanInisiasi Menyusu Dini................... 45
4.2 Hasil analisis bivariat hubungan paritas, pengetahuan,
dukungan keluarga, dan peranpetugas kesehatan
dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini......................... 46
4.3 Hasil analisis Regresi Logistik Ganda.................. ............... 47

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

NO. Judul Gambar Halaman


2.1 Interaksi antara Faktor Personal, Behaviour dan
Enviroment................................................................... 19
2.2 Kerangka Pemikiran......................................................... 35

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian.......................................................... 61


Lampiran 2 : Uji Validitas dan Reliabilitas............................................ 66
Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian.......................................................... 69
Lampiran 4 : Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden........ 72
Lampiran 5 : Hasil Analisis Uji Chi Square........................................... 73
Lampiran 6 : Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Ganda....................... 77
Lampiran 7 : Jadwal Penelitian.............................................................. 79
Lampiran 8 : Surat Izin Studi Pendahuluan........................................... 80
Lampiran 9 : Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas........................... 81
Lampiran 10 : Surat Balasan Validitas dan Reliabilitas........................... 82
Lampiran 11 : Surat Izin Penelitian.......................................................... 83
Lampiran 12 : Surat Balasan Penelitian RSUD Salatiga.......................... 84
Lampiran 13 : Surat Balasan Penelitian Kesbangpol............................... 85
Lampiran 14 : Biodata Mahasiswa.......................................................... 86
Lampiran 15 : Dokumentasi Penelitian................................................... 87

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi


AKI : Angka Kematian Ibu
ASI : Air SusuIbu
IMD : InisiasiMenyusuDini
MDGs : Millennium Development Goals
OR : Odds Ratio
UNICEF : United Nations of Childrens Fund
WHO : World Health Organization

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
Aik Khoniasari. S021308003. Pengaruh Paritas, Pengetahuan, Dukungan Keluarga,
dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di RSUD
Salatiga. Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti dr., MPH,M.Sc,Ph.D., Pembimbing II : Dr
Yulia Lanti Retno Dewi, dr., Msi. Tesis. Surakarta: Program Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Latar Belakang : Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
adalah melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bayi baru lahir pada ibunya.
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan
IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan karena terbukti dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah meneliti pengaruh paritas,
pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan
IMD di RSUD Salatiga
Subyek dan Metode :. Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross
sectional. Lokasi di RSUD Salatiga dengan subjek adalah ibu-ibu yang melahirkan
sebanyak 70 orang dengan exhaustive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Analisis data menggunakan regresi logistik
Hasil : Ada hubungan negatif antara Paritas dan Pelaksanaan IMD, meskipun secara
statistik kedua tidak terbukti signifikan (OR = 0,78, CI 95% = 0,16-3,75, p = 0,753). Ada
hubungan positif antara Pengetahuan dan Pelaksanaan IMD, meskipun secara statistik
hubungan keduanya mendekati signifikan (OR = 3,62, CI 95% = 0,64-20,59, p = 0,147).
Ada hubungan negatif antara Dukungan Keluarga dan Pelaksanaan IMD, meskipun secara
statistik hubungan keduanya tidak signifikan (OR = 0,51, CI 95% = 0,11-2,45, p = 0.403).
Ada hubungan positif antara Peran Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan IMD, dan secara
statistik hubungan keduanya terbukti signifikan (OR = 34,27, CI 95% 3,82-307,46, p =
0,002).
Kesimpulan : Ada dua variabel yang tidak signifikan, yaitu Paritas dan Dukungan
Keluarga. Sementara variabel lainnya, yaitu Pengetahuan dan Peran Tenaga Kesehatan
terbukti signifikan terhadap Pelaksanaan IMD.

Kata Kunci: Paritas, Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, Peran Tenaga Kesehatan,
Pelaksanaan IMD

commit to user

xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Aik Khoniasari. S021308003. The Influence of Parity, Knowledge, Family Support, and
The Role of Health Workers Against The Implementation of The Early Initiation of
Sucking in RSUD Salatiga. Advisor I : Prof. Bhisma Murti dr., MPH,M.Sc,Ph.D., Advisor
II : Dr Yulia Lanti Retno Dewi, dr., Msi. Thesis. Surakarta: Public Health Science of
Postgraduate Program of The University of Sebelas Maret Surakarta

Background : One of the efforts to improve sucking success is through The


Implementation of Early Initiation of Sucking (IMD) by the newborn on the mother.
Indonesian Government supports WHO and UNICEF policy that recommends IMD as the
act of "saving lives" because it is proven to reduce morbidity and infant mortality. The
purpose of this research is to examine the influence of parity, mothers knowledge, family
support, and the role of health workers against the Implementation of IMD in RSUD
Salatiga
Subjects and Methods : This study is a descriptive analytic with cross sectional design.
The location is in RSUD Salatiga with the subjects are mothers who gave birth as many as
70 people with exhaustive sampling. The technique of collecting data used questionnaires.
Data analysis used logistic regression
Result : There is a negative relationship between parity and Implementation of IMD,
although statistically the relationship of both was not proven to be significant (OR=0.78, CI
95%= 0.16 to 3.75, p=0.753). There is a positive relationship between knowledge and
Implementation of IMD, although statistically the relationship of both is approaching
significant (OR= 3.62, CI 95%=0.64 to 20.59, p= 0.147). There is a negative relationship
between family support and Implementation of IMD, although statistically the relationship
of both was not significant (OR=0.51, CI 95%=0.11 to 2.45, p= 0.403). There is a positive
relationship between the role of health workers and Implementation of IMD, and
statistically the relationship of both proved to be significant (OR=34.27, CI 95% 3.82 to
307.46, p= 0.002).
Conclusion: There are two variables that are not significant, namely parity and family
support. Meanwhile, two other variables, namely knowledge and the role of health workers
proved to be significant to the Implementation of the IMD.

Keywords: Parity, The Knowledge of The Mother, Family Support, The Role of Health
Workers, Implementation Of IMD

commit to user

xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan yang terjadi pada ibu dan anak masih menjadi pokok
permasalahan utama di Indonesia, hal ini ditandai dengan masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kondisi ini mencerminkan
belum maksimalnya pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat. Mengutip data
hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Target Pemerintah dalam program
Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI menjadi 102 per
100.000 KH dan AKB menjadi 23 per 100.000 KH pada tahun 2015.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), AKB sebagian besar
terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53 %. Sampai dengan saat ini, faktor tersebut
masih menjadi salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian bayi.
Menurut Ayu (2013) 13 persen kematian bayi dapat dikurangi dengan memberikan Air
Susu Ibu (ASI). ASI berperan penting menciptakan bayi sehat, sebab ASI mengandung
beberapa nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak bayi.
ASI juga mengandung zat-zat yang meningkatkan imunitas dan melindungi bayi dari
berbagai penyakit.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI adalah
melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bayi baru lahir pada ibunya.
IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, dimana bayi dibiarkan
mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak
mencari payudara. IMD akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI
eksklusif dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya
hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang


merekomendasikan IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan karena terbukti
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Hasil penelitian Edmond et al.
(2006) menunjukkan, inisiasi menyusu dalam satu jam pertama pasca lahir
menurunkan 22 persen risiko kematian bayi usia 0-28 hari. Sebaliknya, penundaan
inisiasi meningkatkan risiko kematian. Bahkan bila inisiasi menyusu terlambat
dilakukan (setelah hari pertama), dapat meningkatkan risiko kematian 2-4 kali.
Meskipun pemberian ASI dini membuktikan menurunkan risiko kematian bayi baru
lahir, namun pelaksanaannya belum maksimal (baik di Rumah Sakit, Puskesmas,
Polindes, Rumah Bersalin maupun Bidan Praktik Swasta / BPS). Penelitian oleh
Karindra Aji Hidayat (2012) menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD di RS 0,6 kali
kemungkinannya lebih kecil dibandingkan di Bidan atau Puskesmas, hal tersebut
dikarenakan persalinan di Rumah Sakit cenderung lebih banyak persalinan tindakan
dan section caesaria sehingga lebih jarang dilakukan IMD karena kondisi ibu maupun
bayi yang tidak memungkinkan. Meskipun angka pelaksanaan IMD di Bidan dan
Puskesmas lebih tinggi, namun ternyata belum semuanya melaksanakannya, salah satu
faktor enggan dilaksanakannya IMD adalah karena angka keberhasilannya masih
belum 100 persen.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, cakupan IMD Nasional yaitu sebesar
34,5%, dimana persentase IMD tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
sebesar 52,9% sedangkan terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 21,7% (Riskesdas,
2013). Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Salatiga menunjukkan
bahwa pada bulan September sampai November 2014 dari 270 persalinan yang terdiri
dari 203 persalinan normal, dan 68 sectio caesaria, yang melakukan Inisiasi Menyusu
Dini sebanyak 190 kelahiran. Hal ini membuktikan masih ada 30% persalinan yang
tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa masih terdapat ibu yang
memiliki tingkat kesadaran rendah untuk melakukan IMD pada bayinya, untuk itu
dibutuhkan pemahaman yang baik pada ibu tentang pentingnya melakukan IMD.
Menurut Thompson (1995) pemberian ASI secara dini diperlukan untuk kelangsungan
commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

proses laktasi karena refleks menghisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang
produksi ASI selanjutnya. Selain itu pemberian ASI secara dini dapat merangsang
kontraksi uterus ibu sehingga dapat meminimalkan terjadinya perdarahan post partum
dan bayi dapat memperoleh kekebalan secara dini melalui kolostrum. Kolostrum ini
kaya akan zat gizi dan antibodi yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Kolostrum
akan muncul lagi 30 jam kemudian, kalau bayi tidak segera disusui pada 30 menit
pertama setelah kelahiran maka bayi akan kehilangan zat bergizi tinggi dari ibunya
(Roesli, 2002).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk menyusui dini (IMD),
menurut Soetjiningsih (1997), Gerakan ASI Ekslusif (2006), Roesli (2008), dan
Prasetyono (2009) diantaranya adalah paritas, pengetahuan ibu, dukungan keluarga,
dan tenaga kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program peningkatan
penggunaan ASI. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ratri (2000), bahwa paritas mempengaruhi perilaku menyusui dini. Penelitian
Saleh (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ASI mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 tahun. Lebih jauh hasil penelitian
Campbell (2002) juga menyatakan bahwa pendidikan formal sangat penting karena
dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Semakin tinggi
tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan
lebih banyak informasi yang diserap. Penelitian Tarigan (2012) menunjukkan bahwa
dukungan keluarga dan tenaga kesehatan sebagai faktor penguat untuk pemberian ASI
Eksklusif kepada bayi. Namun demikian untuk membuktikan apakah faktor-faktor
tersebut berpengaruh pada pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam. Untuk itu judul dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Paritas, Pengetahuan Ibu, Dukungan Keluarga, dan Peran Tenaga Kesehatan Terhadap
Pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga.

commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah penelitian tersebut di atas maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Adakah pengaruh paritas, pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan peran tenaga
kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengaruh paritas,
pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan terhadap
pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum tersebut di atas maka tujuan khusus dalam
penelitian ini adalah:
2. Menganalisis pengaruh paritas terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga.
3. Menganalisis pengaruh pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan IMD di RSUD
Salatiga
4. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap pelaksanaan IMD di
RSUD Salatiga.
5. Menganalisis pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di
RSUD Salatiga.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris tentang penerapan Teori Belajar
Sosial (Social Learning Theory) Albert Bandura untuk menjelaskan pelaksanaan
IMD pada ibu pasca persalinan di Indonesia.

commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Salatiga
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara objektif kepada RSUD
Salatiga berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu
menyusui pertama kali pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya yang
berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama.

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Definisi ASI
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya
(Khasanah, 2010).
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011).
ASI adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh setiap bayi
idealnya diberikan selama 6 bulan pertama kehidupan (IDAI, 2010).
b. Komposisi ASI
ASI yang pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut
dengan hind milk. Foremilk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air,
sedangkan hind milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak (Roesli,
2002). Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja (1997) bahwa komposisi ASI
tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi dipengaruhi
stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi.
Kandungan yang terdapat dalam ASI diantaranya :
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah
melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak
mengandung protein dan vitamin, berfungsi untuk melindungi bayi dari
penyakit infeksi.

commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber untuk otak. Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14
hari setelah melahirkan).
3) Protein
Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan
protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang
terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus
bayi dibandingkan dengan susu formula.
4) Taurin
Taurin adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI.
Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak.
5) Lemak
Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI
sekitar 70-78%.
6) Mineral
Zat besi, kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak
terlalu banyak. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan darah dan tulang.
7) Vitamin
a) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan.
b) Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D
juga berasal dari sinar matahari.
c) Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah.
d) Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.
e) Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan
terdapat dalam ASI.

commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8) Zat Kekebalan
Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir
dari ibunya melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan
penyakit.
(Pudjiadi, 2008)
c. Manfaat ASI
1) Manfaat ASI bagi bayi
Komposisi ASI sangat menentukan proses pertumbuhan dan jaringan
otak bayi. Penting untuk mempertimbangkan manajemen pemberiannya.
ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat (Sitepu, 2013).
Bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari sembilan bulan akan
menjadi dewasa yang lebih cerdas, karena ASI mengandung DHA/AA. ASI
juga bisa menurunkan risiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,
infeksi saluran kencing, dan juga bisa menurunkan resiko kematian bayi
mendadak. Pada umur enam sampai dua belas bulan, ASI masih merupakan
makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60 persen kebutuhan
bayi, ASI mengurangi risiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi
(Sitepu, 2013).
2) Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu menurut Aprilia (2009) antara lain :
(1) Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
(ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
(2) Menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium.
(3) Membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan.
(4) Menurunkan risiko DM Tipe 2.
(5) Pemberian ASI sangat ekonomis.
(6) Mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah
melahirkan.
commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(7) Mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan
saja.
(8) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi
3) Manfaat ASI bagi keluarga
Manfaat ASI bagi keluarga menurut Aprilia (2009) antara lain :
(1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak
untuk merebus air, susu dan peralatan.
(2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)
dalam perawatan kesehatan.
(3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI eksklusif.
(4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
(5) Pemberian ASI pada bayi berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
selalu siap tersedia.
d. Faktor penyebab berkurangnya ASI
1) Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan
inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui.
2) Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.
Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumya
produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada
periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI
ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3) Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi
sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak
memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.

commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Faktor Fisik Ibu


Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain
yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,
perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi
produksi ASI (Depkes, 2005).

2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


a. Pengertian
Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan yaitu 30
menit pertama setelah kelahiran bayi (Depkes, 2001). Menyusui dini juga
dikatakan sebagai suatu perilaku mempercepat proses menyusui pada bayi baru
lahir (Bobak, 2005). Sedangkan Inisiasi Menyusu Dini menurut Roesli (2008)
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Menurut Depkes (2009)
Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu
segera setelah lahir, membiarkannya mencari puting kemudian menyusu sampai
puas.
Protokol berbasis bukti yang telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF
tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa :
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir
selama paling sedikit satu jam.
2) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika
diperlukan.
3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru
lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, seperti memandikan,
menimbang, pemberian vitamin K, dan obat tetes mata.
Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara eksklusif. Pada umumnya sebelum 5-6 jam setelah dilahirkan bayi harus
dicoba untuk disusui walaupun ibu belum mengeluarkan ASI (Pudjiadi, 2005).
Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan,
commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru
akan keluar pada hari ke-3 atau lebih, sehingga akan memaksa petugas kesehatan
memberi makanan PASI karena bayi yang tidak mendapat cukup ASI akan rewel
(Purwanti, 2004).
Menurut Welford (2001) mengatakan bahwa ketika bayi pertama kali
menghampiri payudara, bayi akan disambut oleh kolostrum yang telah ada sejak
ibu melahirkan, hisapan bayi akan merangsang payudara untuk memproduksi
ASI. Menurut Pudjiadi (2005) bahwa pada hari-hari pertama setelah melahirkan
biasanya ASI belumkeluar banyak, akan tetapi menyusui bayi merupakan
stimulasi bagi kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.
Menyusui dini dapat mengkondisikan kadar hormon prolaktin tidak
sempat turun dalam peredaran darah ibu, sehingga kolostrum untuk hari pertama
akan lebih cepat keluar. Tidak adanya rangsangan pada puting susu berarti
membiarkan kadar hormon prolaktin dan oksitosin turun secara perlahan dalam
peredaran darah, sehingga menyebabkan ASI yang keluar sedikit dan berhenti
sebelum bayi berumur 6 bulan. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak
ASI dikeluarkan (dihisap) dan hal ini akan membuat semakin banyak ASI yang
diproduksi (Purwanti, 2004).
b. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Depkes RI (2008), beberapa tahap perilaku bayi saat proses
Inisiasi Menyusu Dini antara lain meliputi :
1) Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga
(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka
lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal Ini meningkatkan kepercayaan
diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik bayinya. Kepercayaan
diri ayahpun menjadi bagian keberhasilan dan mendidik anak bersama ibu.

commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum,
mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau rasa ini akan membimbing bayi untuk menentukan
payudara dan puting susu ibu.
3) Mengeluarkan air liur saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya,
bayi mulai mengeluarkan air liurnya.
4) Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-
hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh
dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang
mungil.
5) Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik (Roesli, 2008).
c. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Menurut Bergstrom (2007) manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) meliputi:
1) Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi
a) Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
b) Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
c) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi
d) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni
di usus bayi dan menyaingi bakteri patogen
e) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa
jam setelah persalinan
f) Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas
ikterus normal pada bayi baru lahir
2) Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
a) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang.

commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2
jam pertama.
c) Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin.
d) Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan
mempercepat pelepasan plasenta.
Depkes (2007) menyatakan beberapa manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dan kontak kulit dengan kulit adalah sebagai berikut:
1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
Kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan insting dan bisa
diperkirakan akan dapat menstabilkan pernapasan, mengendalikan
temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih
baik, mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan
efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat lahirnya
dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak
terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi
kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan
perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan
mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus
bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya.
2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Oksitosin berfungsi
membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca persalinan lebih
rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting untuk kelekatan
hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan dapat mengurangi rasa nyeri
saat plasenta lahir. Prolaktin berfungsi meningkatkan produksi ASI,
membantu ibu mengatasi stress. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi
setelah bayi selesai menyusu, menunda ovulasi.

commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini untuk bayi


a) Mendapat makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar
kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
b) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada
bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi.
c) Meningkatkan kecerdasan
d) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan, dan napas
e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
f) Mencegah kehilangan panas
g) Merangsang kolostrum segera keluar
4) Keuntungan Menyusu Dini untuk Ibu
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
5) Memulai menyusu dini akan :
a) Mengurangi 22 % kematian bayi berusia 28 hari kebawah.
Menurut penelitian Edmond (2006) dikutip oleh Roesli (2008),
mengatakan bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam
pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama
satu jam) maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan.
Sedangkan jika menyusu pertama dimulai saat bayi berusia di atas dua
jam dan di bawah 24 jam pertama maka tinggal 16% nyawa bayi di
bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.
b) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan
meningkatkan lamanya bayi disusui.
c) Merangsang produksi susu.
d) Memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi
paling kuat beberapa jam pertama setelah lahir.

commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir
menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan penundaan
Inisiasi Menyusu Dini (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana,
neonatus 2,5 kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah
24 jam dibanding menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir.
Di Nepal, neonatus 1,4 kali lebih mungkin untuk meninggal jika pemberian ASI
dimulai setelah 24 jam pertama. Para penulis memperkirakan bahwa sekitar
seperlima dari semua kematian bayi (22% di Ghana dan 19% di Nepal) dapat
dihindari jika ASI mulai diberikan dalam satu jam pertamakehidupan semua bayi
yang baru lahir. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini khususnya bagi bayi prematur
dan berat lahir rendah (Lucas dan Cole, 1990; Lucas et al, 1994). IMD dan ASI
ekslusif selama 6 bulan merupakan kontribusi utama dalam menurunkan
mortalitas bayi dan anak-anak. Pentingnya IMD merupakan salah satu
rekomendasi WHO (WHO, 2010).
d. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Menuru Roesli (2008), beberapa pendapat masyarakat yang tidak benar yang
dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi antara lain :
1) Bayi Kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan ibu.
Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5C dalam dua menit jika bayi
diletakkan di dada ibu.
2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini
membantu menenangkan ibu.
3) Tenaga Kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya untuk
persalinan kala tiga. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan
ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil member dukungan
pada ibu.
commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk


Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan
pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5) Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara sedangkan
yang dijahit adalah bagian perineum ibu.
6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit Gonore
(Gonorrhea) harus diberikan setelah lahir
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy
Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda
setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur
Menunda memandikan bayi berarti mencegah hilangnya panas tubuh bayi.
Selain itu memberi kesempatan verniks untuk meresap, melunakkan, dan
melindungi bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
8) Bayi kurang siaga
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi
tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup
ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukanbantuan
lebih untuk bounding. Menurut Hamilton (1995) periode reaktivitas (pada 30-
60 menit setelah lahir) bayi dalam keadaan terjaga dengan mata terbuka,
memberikan respon terhadap stimulus, menghisap dengan penuh semangat
dan menangis, kecepatan pernapasan sampai 82 x/menit, denyut jantung
sampai 180x/ menit, bising usus aktif.
9) Kolostrum tidak keluar atau jumlahnya tidak memadai sehingga diperlukan
cairan lain.
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Volume
kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam.
commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10) Kolostrum tidak baik/ berbahaya untuk bayi.


Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai
imunisasi pertama dan mengurangi penyakit kuning pada bayi baru lahir,
kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
e. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs
Menurut Roesli (2008) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berperan dalam
pencapaian tujuan Millennium Development Goals (MDGs), karena:
1) Membantu mengurangi kemiskinan
Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif enam
bulan dan lama menyusui.
2) Membantu mengurangi kelaparan
Kebutuhan makanan bayi akan terpenuhi secara bermakna sampai usiadua
tahun jika masih menyusu pada ibunya. Pemberian ASI membantu
mengurangi angka kejadian kurang gizi. Bayi yang diberi kesempatan
menyusu dini akan delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Bayi
yang diberi kesempatan Inisiasi Menyusu Dini akan lebih mungkin disusui
sampai usia dua tahun bahkan lebih.
3) Membantu mengurangi angka kematian anak balita
Peran Inisiasi Menyusu Dini dapat mengurangi 22% kematian neonatus.
Inisiasi Menyusu Dini mengurangi angka kematian balita 8,8%. Inisiasi
Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama
menyusu sampai dua tahun sehingga dapatmenurunkan kematian anak secara
menyeluruh.

3. Teori
a. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Hal-hal yang paling dominan dibahas oleh Bandura (1977) dalam Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) adalah efikasi diri dan penelitian
observasi (penelitian modeling).

commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Belajar melalui observasi


Menurut Bandura (1977), kebanyakan belajar terjadi tanpa
reinforcement (penguatan) yang nyata. Dalam penelitiannya ternyata orang
dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon yang lain. Belajar
melalui observasi memang lebih efisien dibandingkan dengan belajar
berdasarkan pengalaman langsung.
Macam-macam bentuk belajar melalui observasi adalah:
a) Peniruan (modelling)
Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau
meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling,
karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang
dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan
penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses
kognitif.
b) Modeling tingkah laku baru
Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini
dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk
tingkah laku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan
yang lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang
dapat diingat kembali suatu saat nanti.
c) Modeling Mengubah Tingkah laku lama
Dua dampak modeling terhadap tingkah laku lama : pertama, tingkah
laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang
sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak
diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat
untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial,
tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum.

commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d) Modeling Simbolik
Dewasa ini sebagian besar tingkah laku berbentuk simbolik. Film dan
televisi menyajikan contoh tingkah laku yang tidak terhitung yang
mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai
sumber model tingkah laku.
e) Modeling Kondisioning
Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi
kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning).
Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon
emosional.
Faktor-faktor penting dalam belajar melalui observasi: 1) Perhatian, 2)
Representasi, 3) Peniruan tingkah laku, 4) Motivasi dan penguatan. Satu
konsep penting yang dikemukakan Bandura, adalah resiprokal determinism,
yaitu seseorang akan bertingkah laku berdasarkan situasi yang dipilih secara
aktif. Dalam menganalisis tingkah laku seseorang, ada tiga komponen yang
harus ditelaah, yaitu individu itu sendiri (P:person), lingkungan
(E:environmental), serta perilaku individu itu sendiri (B:behaviorisme)
(Gambar 2.1). Namun, individu akan bertindak setelah adanya proses
kognisi (Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, dan
Penilaian).
Perilaku

Personal Lingkungan

Gambar 2.1. Interaksi antara Faktor Personal, Behavior dan


Enviroment

commit to user

19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Aplikasi teori belajar social learning:


a) Latihan pengusaan; mengajari klien menguasai tingkah laku yang
sebelumnya tidak bisa dilakukan klien. Cara ini dilakukan melalui
treatment konseling melalui cara-cara yang mendalam.
b) Modeling terbuka; klien dapat melihat model secara nyata, biasanya
diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh
modelnya mengikuti tingkah laku yang diinginkan, sampai akhirnya
mampu melakkan sendiri tanpa adanya bantuan.
c) Modeling simbolik; klien melihat model melalui media. Kepuasan
vicarious dapat mendorong pengamat untuk mencobanya.
Berdasarkan Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang
dikemukan oleh Bandura (1977), dapat dijelaskan secara singkat bahwa
belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat
antara individu itu sendiri (P:person), lingkungan (E:environmental), serta
perilaku individu itu sendiri (B:behaviorisme).
2) Efikasi diri
Mencakup dua pengertian penting, yaitu:
a) Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication-efficacy expectation)
adalah persepsi diri sendiri seberapa bagus diri sendiri dapat berfungsi
dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan
bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
b) Ekspektasi hasil (outcome exspectation) adalah perkiraan atau estimasi
diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil
tertentu.
Efikasi itu sebenarnya merupakan penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau tidak tepat dalam
mengerjakan sesuai dengan yang disyaratkan.
Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah
perubahan ekspektasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan
diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah
commit to user

20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu


prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious
experience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan emosi
(Emotinal/Physiological states).
a) Pengalaman performansi
Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa
yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi
pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Semakin sulit
tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
b) Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model social. Efikasi akan meningkat ketika
mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun
jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan
dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri
sipengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika
mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang
tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang
diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
c) Persuasi Sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui
persuasi social. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi
yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri.
Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat
realistik dari apa yang dipersuasikan.
d) Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi
efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress,
dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi
(yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.

commit to user

21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1. Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi


Sumber Cara Induksi
Pengalaman Participant modeling Meniru model yang
Performansi berprestasi
Performance Menghilangkan pengaruh
desenzation buruk prestasi masa lalu
Performance exposure Menonjolkan keberhasilan
yang pernah diraih
Selfinstructed Melatih diri untuk
performance melakukan yang terbaik
Pengalaman Live modeling Mengamati model yang
Vikarius nyata
Symbolic modeling Mengamati model
simbolik, film, komik,
cerita.
Persuasi Suggestion Mempengaruhi dengan
Verbal kata-kata berdasar
kepercayaan
Exhortation Nasihat, peringatan yang
mendesak/memaksa.
Self-instruction Memerintah diri sendiri
Interpretive treatment Interpretasi baru
memperbaiki interpretasi
lama yang salah
Pembangkitan Attribution Mengubah atribusi,
Emosi penanggungjawab suatu
kejadian emosional
Relaxation biofeedback Relaksasi
Symbolic Menghilangkan sikap
desensitization emosional dengan
modeling simbolik
Symbolic exposure Memunculkan emosi secara
simbolik

Menurut Bandura (1977), sumber pengontrol tingkah laku adalah


resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri
merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan
tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi
penentu tingkah laku mendatang yang penting. Sehingga setiap individu
mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda,
commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tergantung kepada kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu,
kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu, keadaan fisiologis
dan emosional seperti kelelahan, kecemasan, apatis, murung.
Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan
yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan
prediksi tingkah laku (Tabel 2).

Tabel 2.2. Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor


Tingkah Laku
Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas
yang sesuai dengan
kemampuannya
Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain
sukses pada tugas yang
dianggapnya sulit
Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah
lingkungan menjadi responsif,
melakukan protes, aktivitas
social, bahkan memaksakan
perubahan.
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah,
merasa tidak mampu

3) Parent Empowerment
Menurut Bigman et.al. (1998), dikutip oleh Olin et.al. (2010)
intervensi yang dibuat atau dikembangkan berdasarkan teori pemberdayaan
orang tua dapat digunakan untuk meningkatkan efikasi diri orang tua di
dalam membantu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan anak-anak
mereka.
Menurut Gibson et.al. (1998), dikutip oleh Olin et.al. (2010)
pemberdayaan orang tua merupakan proses mengenali dan meningkatkan
kemampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka,

commit to user

23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memecahkan masalah-masalah, dan memobilisasi sumber daya yang


diperlukan untuk mengendalikan hidup mereka.
Menurut Gibson et al. (1998), dikutip oleh Olin et.al. (2010)
pemberdayaan orangtua termasuk proses yang dinamis, meliputi empat
komponen kunci:
(1) pemahaman dan penerimaan diagnosis anak
(2) refleksi kritis diri mereka sendiri dan situasi mereka dengan mengambil
kelebihan, kemampuan dan sumber daya mereka sendiri
(3) bertanggung jawab atas perawatan anak mereka melalui advokasi,
mempelajari bagaimana untuk menangani sistem perawatan kesehatan,
belajar untuk bertahan, berinteraksi dengan penyedia, membangun
kemitraan yang aktif dengan mereka yang terlibat dalam pengasuhan
anak mereka dengan saling menghormati dan membuka komunikasi
(dokter tahu diagnosis dan orangtua tahu anak)
(4) gigih dalam usaha mereka dari waktu ke waktu.
Melalui proses tersebut, frustrasi orangtua dengan berbagai sistem
layanan dan penyedia, dengan keluarga mereka dan dengan sendiri berfungsi
sebagai kekuatan penting untuk sebuah tindakan. Melalui refleksi kritis,
pemberdayaan orang tua menyalurkan frustrasi mereka dalam merawat anak
mereka, memungkinkan mereka untuk mengembangkan rasa kompetensi dan
kekuatan untuk menghadapi realitas dari diagnosis anak mereka, mengambil
alih, dan bertahan dari waktu ke waktu.
b. Teori Perilaku Kesehatan
Model Precede-Procede Green dan Kreuter,kesehatan dipengaruhi oleh
2 faktor yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku (non
behaviour causes), sedangkan faktor perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu :
1) Faktor dari diri sendiri/ pengaruh, adalah faktor-faktor yang mendahului
perilaku untuk menetapkan pemikiran ataupun motivasi yang terdiri dari

commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pengetahuan, pengalaman, sikap, persepsi, nilai, keyakinan dan variabel


demografi.
2) Faktor pemungkin, adalah kemampuan dari sumber daya yang penting untuk
membentuk perilaku. Faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang,
peraturan dan kemampuan sumber daya.
3) Faktor penguat, adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
mendapatkan dukungan dan tidak dengan memberikan reward, insentif dan
punishment.
c. Teori Motivasi Herzberg
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan
faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk
keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia,
imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan
faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang
termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
kehidupan (faktor intrinsik).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu untuk Melakukan Inisiasi Menyusui


Dini (IMD)
a. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan
jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup atau mati setelah viabilitas
dicapai, tidak mempengaruhi paritas. Primipara adalah seorang wanita yang
sudah menjalani kehamilan sampai janin mencapai tahap viabilitas sedangkan
multipara adalah seorang wanita yang sudah menjalani dua atau lebih kehamilan
dan menghasilkan janin sampai tahap viabilitas. Viabilitas adalah kapasitas untuk
hidup di luar uterus, sekitar 22 minggu periode menstruasi (20 minggu
kehamilan) atau berat janin lebih dari 500 gram (Bobak, 2005).

commit to user

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Ebrahim (1979), seorang ibu yang mengalami laktasi kedua dan
seterusnya cenderung untuk lebih baik daripada yang pertama. Laktasi kedua
yang dialami ibu berarti ibu telah memiliki pengalaman dalam menyusui
anaknya. Begitu pula dalam laktasi ketiga dan seterusnya. Sedangkan pada
laktasi pertama ibu belum mempunyai pengalaman dalam menyusui sehingga ibu
tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan benar untuk menyusui bayinya.
Soetjiningsih (1997), Gerakan ASI Ekslusif (2006), Roesli (2008), dan
Prasetyono (2009) menyatakan bahwa faktor paritas adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD).
Penelitian Madjid (2003) menunjukkan bahwa ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai anak (primipara) masalah menyusui sering timbul, berbeda
dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya. Penelitian
Ratri (2000) menunjukkan hal yang sama bahwa paritas mempengaruhi perilaku
menyusui dini.
b. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun
tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, et al., 2007)
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu
membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia
menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada
kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan
konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak.
Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta,
namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau
ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan

commit to user

26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari
(Bambang, 2008).
Menurut Roesli (2008), hambatan utama adalah kurang pengetahuan
tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang
baik tentang IMD. Kehilangan pengetahuan tentang IMD berarti kehilangan
besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan
terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan
cara perawatan yang optimal. Menurut Perinasia (2004), hambatan disebabkan
karena kurangnya pengetahuan ibu tentang laktasi. Banyak ibu yang
merasabahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI,
sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI kurang. Tenaga
kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada aat pemeriksaan
kehamilan.
Rosita (2008) juga menyatakan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan
yang tinggi biasanya akan lebih cepat memahami dan menerima sebuah
informasi, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu tentang
segala nutrisi dan manfaat yang terdapat dalam ASI akan memotivasi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
c. Dukungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan
dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian
keluarga yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan dan
kegagalan menyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah,
yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2008).
Pendapat tersebut juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Rosita
(2008), bahwa faktor sosial budaya menjadi faktor utama menurunnya angka
commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberian ASI Eksklusif dan meningkatnya pemakaian susu formula, karena


kurangnya dukungan suami dan adanya berbagai mitos yang berkembang di
masyarakat tentang ASI dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI
eksklusif.
Pendapat Soetjiningsih (1997), Gerakan ASI Ekslusif (2006), Roesli
(2008), dan Prasetyono (2009) menyatakan, bahwa faktor dukungan keluarga
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Hasil penelitian Saleh (2011) menunjukkan bahwa dukungan suami yang
rendah dalam praktik ASI Eksklusif sehingga mendorong ibu dalam memberikan
makanan dan susu formula kepada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
maka dapat dijelaskan bahwa dukungan keluarga termasuk dalam hal ini suami
memiliki kontribusi yang besar dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI
secara eksklusif termasuk memberikan kolostrum pada bayinya.
Penelitian Tarigan (2012) menunjukkan bahwa dukungan keluarga
sebagai faktor penguatuntuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Arifiyanti (2010), menunjukkan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian kolostrum.
d. Peran Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan melakukan upaya kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Tenaga kesehatan juga memerlukan sikap yang mendukung terhadap
menyusui melalui pengalaman dan pengertian mengenai berbagai keuntungan
pemberian ASI. Tenaga kesehatan membina atau membangun kembali
kebudayaan menyusui dengan meningkatkan sikap positif yang sekaligus dapat
menjadi teladan bagi wanita lainnya (Perinasia, 2004). Menurut Soetjiningsih
(1997), sukses atau tidaknya menyusui sudah dimulai pada waktu ibu masih
hamil yaitu pada waktu pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan harus
commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memberikan penyuluhan tentang laktasi, melakukan pemeriksaan payudara ibu


dan menganjurkan perawatan payudara pada waktu masih hamil, termasuk
menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir.
Gerakan ASI Ekslusif (2006), Roesli (2008), dan Prasetyono (2009) menyatakan
bahwa dukungan tenaga kesehatan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pelaksanaan IMD oleh ibu kepada bayinya.
Penelitian Tarigan (2012) menunjukkan bahwa dukungan tenaga
kesehatan yang menolong persalinan sebagai faktor penguat untuk pemberian
ASI Eksklusif kepada bayi. Menurut penelitian Ratri (2000) bahwa ada hubungan
bermakna antara pemberian ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI
yang diterima saat pemeriksaan kehamilan. Ibu yang menerima nasihat tentang
ASI memiliki rata-rata pemberian ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam
setelah lahir.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahardjo (2005) juga mengatakan,
bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam
pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan. Penolong persalinan merupakan
kunci utama keberhasilan dalam satu jam pertama setelah melahirkan (immediate
breastfeeding) karena dalam kurun waktu tersebut peran penolong masih
dominan. Kondisi tidak nyaman yang dirasakan ibu melahirkan
danketidakpedulian tenaga kesehatan yang ada di ruang bersalin dalam
memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak
tenteram dan tenang sehingga akan menghambat proses pengeluaran ASI.
Apabila penolong memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi
ibudan bayi diharapkan akan terjadi.

5. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Kementerian Kesehatan RI (2010) memberikan pedoman pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini sesaat setelah bayi lahir. Pedoman ini berlaku untuk tenaga
medis yang bertugas di seluruh puskesmas dan jaringannya, dalam upaya untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir di Indonesia.
commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Teknisnya, sesaat setelah bayi lahir dan dipotong tali pusatnya, bayi segera
diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap, dimana antara kulit bayi dengan
kulit ibu kontak langsung. Proses Inisiasi Menyusu Dini ini bisa dilakukan, jika
proses persalinan ibu dilakukan secara normal, sehingga memungkinkan ibu untuk
melakukan IMD sesuai yang dianjurkan. Sedangkan, bagi ibu yang melahirkan
secara caesar, peluang untuk melakukan IMD lebih kecil, mengingat kondisi
kesehatan ibu pasca operasi belum memungkinkan untuk melakukan itu
(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Pedoman pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Dianjurkan ada pendamping persalinan yang mendampingi ibu di kamar
bersalin, bisa suami atau anggota keluarga yang lain.
a. Bayi lahir segera dikeringkan seluruh tubuhnya, kecuali tangannya tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
b. Apabila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu di
mana kulit bayi melekat kulit ibu (skin to skin contact) dengan posisi mata bayi
setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan tak lupa bayi diberi topi.
c. Biarkan bayi sendiri yang mencari puting susu ibu, sementara ibu dianjurkan
untuk merangsangnya dengan sentuhan lembut.
d. Tenaga kesehatan mendukung dan membantu ibu dalam mengenali perilaku bayi
sebelum proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
e. Biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibu minimal 1 jam, meskipun
bayi sudah selesai menyusu kurang dari 1 jam.
f. Apabila dalam waktu 1 jam bayi belum menemukan puting susu ibu, dekatkan
mulut bayi dengan puting susu ibu dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu
terjadi selama 30 menit atau 1 jam sesudahnya.
Setelah proses IMD ini selesai dilakukan, barulah bayi dilakukan
penanganan lebih lanjut oleh tenaga kesehatan, seperti ditimbang, diukur,
dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada

commit to user

30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

paha kiri. Satu jam kemudian, bayi diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada
paha kanannya.

6. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Pelaksanaan IMD adalah hasil interaksi antara pengetahuan dan sikap ibu
hamil mengenai IMD dengan berbagai faktor lain, yang berupa respons/tindakan.
Hal ini terjadi akibat paparan informasi mengenai IMD yang diterima oleh ibu
tersebut. Pengetahuan dan sikap ibu mengenai IMD termasuk dalam factor
predisposisi, yaitu faktor yang berasal dari dalam ibu tersebut. Agar pengetahuan
dan sikap ibu dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan perlu adanya faktor
pendukung dan faktor pendorong. Faktor pendukung adalah faktor yang berupa
lingkungan fisik yang memungkinkan terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup
ketrampilan dan sumber daya seperti sarana kesehatan dan kebijakan pemerintah.
Sedangkan faktor pendorong adalah faktor yang dapat menguatkan kemungkinan
terjadinya perilaku. Faktor ini mencakup dukungan dari petugas kesehatan dan
anggota keluarga terdekat (Aprilia, 2009)
Hingga saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD. Penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
Penelitian Madjid (2003) dan Ratri (2000) menunjukkan bahwa paritas
mempengaruhi perilaku menyusui dini. Penelitian lain yang dilakukan oleh Saleh
(2011) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI mempengaruhi ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 tahun, Penelitian Tarigan (2012) juga
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
kolostrum.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Saleh (2011) menunjukkan bahwa
dukungan keluarga termasuk dalam hal ini suami memiliki kontribusi yang besar
dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif termasuk
memberikan kolostrum pada bayinya. Begitu pula penelitian Tarigan (2012)
menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagai faktor penguat untuk pemberian
commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ASI Eksklusif kepada bayi. Penelitian Arifiyanti (2010) juga menunjukkan bahwa
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian kolostrum.
Penelitian Tarigan (2012) dan Rahardjo (2005) juga menunjukkan bahwa
dukungan petugas yang menolong persalinan sebagai faktor penguatuntuk
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Peneliti lainnya, yaitu Ratri (2000), juga
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian ASI pertama kali
dengan pemberian nasehat ASI yang diterimasaat pemeriksaan kehamilan.
Selain itu, terdapat berbagai pendapat yang beredar di masyarakat yang
dapat mengganggu program pelaksanaan IMD, salah satunya adalah pendapat
bahwa ASI tidak bisa diproduksi segera setelah melahirkan. Pendapat ini biasanya
disebabkan oleh pengaruh dari mertua atau orang tua dari ibu yang berpendapat
bahwa ASI baru bisa diproduksi 2-3 hari setelah melahirkan. Pendapat ini tidak
benar karena ASI bisa diproduksi segera setelah melahirkan (Aruldras, et.al, 2010).
Pendapat yang lain adalah pendapat bahwa kolustrum akan membahayakan bayi.
Pendapat ini terbentuk karena kolustrum berwarna kekuningan sehingga orang
mengira kolustrum akan menyebabkan ikterus (Aruldras, et al, 2010, Huang, et al,
2009).
Terdapat pula pendapat bahwa ibu harus dijahit terlebih dahulu sehingga
harus berpisah dari bayinya. Pendapat ini tidak benar karena sementara dijahit ibu
tetap dapat melakukan proses IMD. Dan yang terakhir adalah pendapat bahwa bayi
harus dimandikan, diberi vitamin K dan tetes mata segera setelah lahir sehingga
tidak bisa melakukan IMD. Pendapat bayi harus dimandikan terlebih dahulu
umumnya karena pendapat orang tua dari ibu yang berpendapat bahwa bayi yang
belum dimandikan dianggap kotor sehingga tidak dapat disusui terlebih dahulu.
Pendapat ini tidak benar karena bayi tidak harus dimandikan terlebih dahulu dan
jika dimandikan terlebih dahulu justru akan menghilangkan manfaat IMD.
Sedangkan mengenai vitamin K dan tetes mata, pendapat ini tidak sepenuhnya
benar karena pemberian vitamin K dan tetes mata dapat menunggu hingga 1 jam
dan bayi dapat melakukan IMD (Aruldras, et al, 2010, Verasisca, et al, 2010,).

commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengukuran pelaksanaan IMD dapat menggunakan metode wawancara


dengan cara konfirmasi langsung pada responden (Engebretsen, et al, 2007). Hasil
konfirmasi tersebut kemudian dipakai untuk menyimpulkan apakah responden
tersebut melakukan IMD atau tidak. Hasil konfirmasi tersebut kemudian dicatat
pada lembar wawancara. Hasil penelitian Hidayat (2012) menyatakan menyatakan
bahwa untuk melakukan pengukuran pelaksanaan IMD dapat dilakukan
menggunakan penilaian sebagai berikut: ibu yang melakukan IMD dikorelasikan
jika dalam waktu 1 jam pertama kelahiran bayi, ibu segera melakukan IMD, dan
dinilai tidak melakukan IMD jika ibu menyusui bayinya > 1 jam.

B. Penelitian yang Relevan


1. Penelitian Reni Fahriani, Rinawati Rohsiswatmo, Aryono Hendarto (2014)
Penelitian dengan judul Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
yang dilakukan di RS St Carolus Jakarta ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pemberian ASI eksklusif antara primipara dan multipara. Proporsi ASI
eksklusif yang tinggi pada ibu primipara karena sebagian besar (60%) sudah
memperoleh konseling ASI sejak masa kehamilan.
2. Penelitian Baihaki (2013)
Penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Post
Partum tentang Manajemen Laktasi di Ruang Inap Kebidanan RSUD Raden
Mattaher Jambi Tahun 2013, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan terhadap sikap ibu post partum tentang manajemen
laktasi. Ibu dengan pengetahuan buruk memiliki peluang 1,324 kali lebih besar
untuk memiliki sikap yang buruk tentang manejemen laktasi.
3. PenelitianTarigan (2012)
Penelitian dengan judul Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif (Knowledge, Attitude and Behavior of the
Mother of the Baby to theBreast Feeding Exclusively), menunjukkan bahwa
dukungan keluarga dan petugas kesehatan sebagai faktor penguat untuk pemberian
commit to user

33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ASI Eksklusif kepada bayi. Penelitian juga menunjukkan bahwa faktor pemicu
dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi adalah pengetahuan.
4. Penelitian Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq (2009)
Penelitian dengan judul Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik
Pemberian ASI Eksklusif ini menunjukkan hasil bahwa peran suami dan orangtua
tidak begitu besar. Meski tampak bahwa peran orangtua (ibu atau mertua) lebih
besar dari peran suami. Suami lebih banyak mendukung apapun yang dilakukan
oleh ibu. Sedangkan, orangtua biasanya mempengaruhi ibu untuk segera memberi
makanan/minuman tambahan kepada bayi. Banyak orangtua yang tidak mengetahui
bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pemberian hanya ASI saja
sebaiknya 6 bulan dan tidak boleh terlalu dini.
5. Penelitian Rahardjo (2005)
Rahardjo (2005) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Pemberian ASI dalam 1 Jam Pertama Setelah Melahirkan (Analisa Data SDKI
2002-2003), menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan
pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga kesehatan terutama bidan.
Penolong persalinan merupakan kunci utama keberhasilan dalam satu jam pertama
setelah melahirkan (immediate breastfeeding) karena dalam kurun waktu tersebut
peran penolong masih dominan. Kondisi tidak nyaman yang dirasakan ibu
melahirkan dan ketidakpedulian petugas kesehatan yang ada di ruang bersalin dalam
memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan membuat ibu tidak tenteram
dan tenang dalam hal ini akan menghambat proses ASI. Apabila penolong
memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi
diharapkan akan terjadi.

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Kerangka Pemikiran

Peran
Paritas Petugas

Pengetahuan

Dukungan
Belajar Berdasarkan Motivasi Keluarga
Pengalaman

Efikasi Diri
Pemberdayaan
Klien

Pelaksanaan
IMD

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.2. Model Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh paritas terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga. Ibu
multipara memiliki kemungkinan lebih besar melakukan IMD daripada ibu
primipara.
2. Terdapat pengaruh pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan IMD di RSUD Salatiga.
Pengetahuan ibu yang tinggi memiliki kemungkinan lebih besar bagi ibu untuk
melakukan IMD daripada pengetahuan ibu yang rendah.

commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap pelaksanaan IMD di RSUD


Salatiga. Dukungan keluarga yang kuat memiliki kemungkinan lebih besar bagi ibu
untuk melakukan IMD daripada dukungan keluarga yang lemah.
4. Terdapat pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan IMD di RSUD
Salatiga. Peran tenaga kesehatan yangmaksimal memiliki kemungkinan lebih besar
bagiibu untuk melakukan IMD daripada peran tenaga kesehatan yang minimal.

commit to user

36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan cross-
sectional (potong-lintang). Dengan pendekatan potong-lintang, semua variabel yang
diteliti baik variabel independen maupun dependen diukur pada saat yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di RSUD Salatiga dan dilakukan pada bulan Februari
2015.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Sasaran dan Populasi Terjangkau
Populasi sasaran penelitian adalah seluruh ibu pasca melahirkan. Populasi
sumber (populasi terjangkau) adalah ibu pasca melahirkan di RSUD Salatiga.
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi yaitu ibu pasca melahirkan baik secara spontan ataupun
secara Sectio Cesarea, dan usia reproduksi antara 18 sampai dengan 45 tahun.
Kriteria Eksklusi yaitu ibu pasca melahirkan dengan penyulit/komplikasi.
3. Tehnik pengambilan sampel
Tehnik sampling yang digunakan adalah exhaustive sampling. Ukuran
sampel diperkirakan menurut desain analisis data yang akan dilakukan, yaitu
analisis multivariat yang melibatkan 4 variabel independen. Dalam model analisis
multivariat dibutuhkan 15-20 subjek penelitian per sebuah variabel independen.
Jadi dalam penelitian ini minimal dibutuhkan 4 x (15 hingga 20 subjek) = 60
hingga 80 subjek penelitian (Murti, 2010).

commit to user

37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Definisi Operasional Variabel


1. Paritas
Definisi : Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh
responden sampai dengan saat dilakukan penelitian
Alat : Check List
Skala : Nominal
Hasil Ukur : a. Primipara : 0
b. Multipara : 1
2. Pengetahuan Ibu
Definisi : Segala sesuatu yang diketahui responden tentang IMD
meliputi: pengertian, dan manfaat
Alat : Kuisioner
Skala : Kontinu
Hasil Ukur : Pengukuran variabel dengan kuisioner menghasilkan data
kontinu. Untuk keperluan analisis data dengan model
Regresi Logistik Ganda, maka data tersebut diubah
menjadi nominal (kategoikal, dikotomi) sebagai berikut :
a. Rendah : < 50% dari jumlah di jawab Betul : 0
b. Tinggi : 50% pernyataan di jawab Betul : 1
3. Dukungan Keluarga
Definisi : Berbagai bentuk kecenderungan dukungan yang diberikan
oleh anggota keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan
sebagainya) tentang IMD
Alat : Kuisioner
Skala : Kontinu
Hasil Ukur : Pengukuran variabel dengan kuisioner menghasilkan data
kontinu. Untuk keperluan analisis data dengan model
Regresi Logistik Ganda, maka data tersebut diubah
menjadi nominal (kategoikal, dikotomi) sebagai berikut :

commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Lemah : < 50% dari jumlah dijawab Ya : 0


b. Kuat : 50% pernyataan dijawab Ya : 1
4. Peran Petugas Kesehatan
Definisi : Berbagai bentuk kecenderungan peran yang diberikan
oleh petugas kesehatan RSUD Salatiga yang diamati oleh
ibu tentang IMD berupa konseling maupun bantuan fisik.
Alat : Kuisioner
Skala : Kontinu
Hasil Ukur : Pengukuran variabel dengan kuisioner menghasilkan data
kontinu. Untuk keperluan analisis data dengan model
Regresi Logistik Ganda, maka data tersebut diubah
menjadi nominal (kategoikal, dikotomi) sebagai berikut :
a. Kecil : < 50% dari jumlah di jawab Ya : 0
b. Besar : 50% pernyataan di jawab Ya : 1
5. Pelaksanaan IMD
Definisi : Hasil interaksi antara pengetahuan, sikap dan faktor-
faktor lain yang ditunjukkan dengan tindakan ibu, yang
diketahui dengan menggunakan metode wawancara
tentang dilakukan tidaknya IMD
Alat : Check List
Skala : Nominal
Hasil Ukur :
a. Tidak melakukan IMD : menyusui > 1 jam pertama
kelahiran : 0
b. Melakukan IMD : menyusui 1 jam pertama
kelahiran : 1

commit to user

39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas
a. Validitas isi
Validitas isi dari kuesioner dinilai dengan cara memeriksa apakah item-
item pertanyaan di dalam kuesioner memang sudah sesuai dengan isi (content) dari
masing-masing variabel yang diteliti. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai
kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang
relevan, yang umumnya digunakan oleh peneliti dalam penelitian serupa
sebelumnya dan pakar di bidang penelitian tersebut.
Berdasarkan dari sintesis teori, penggunaan definisi variabel menurut
peneliti sebelumnya dan pakar, selanjutnya isi dari masing-masing variabel
dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi. Selanjutnya kisi-kisi tersebut dituangkan
dalam pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi
yang tinggi jika semua item pertanyaan kuesioner relevan dan meliputi semua
aspek isi variabel yang akan diukur.
b. Validitas muka
Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, dengan memperhatikan
tata bahasa, susunan item-item pertanyaan, sehingga masing-masing item
pertanyaan dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar.
c. Validitas konstruk
Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa
variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang
relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak
relevan (discriminant validity).
d. Validitas criteria
Validitas kriteria suatu pengukuran sebuah alat ukur dengan
membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standard emas. Karena
dalam penelitian ini tidak ada standard emasnya, maka dibuatkan instrumen baru
dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam
penuangan dalam pembuatan kuesioner.
commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Karena instrumen ini belum bersifat baku, maka dilakukan uji validitas dan
reliabilitas di populasi sumber dan berada di dalam sampel. Uji validitas dan
reliabilitas ini dilakukan sebelum pengambilan data dan menggunakan ukuran
sampel sebanyak 20 ibu pasca bersalin.
2. Uji Reliabilitas
Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas:
(1) Konsistensi internal; dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk
kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masing-masing bertujuan untuk
mengukur suatu variabel komposit yang sama. Konsistensi internal yang akan
diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit
meliputi Item-Total Correlation dan Split-Half Reliability.
a. Konsistensi Internal
1) Korelasi Item-Total
Dalam penelitian ini akan dinilai korelasi item-total (item-total
correlation), yaitu suatu indikator yang menunjukkan kekuatan korelasi
antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item
yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka
korelasi item-total disebut juga korelasi item-sisa (item-rest correlation).
Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total
0.20. Item yang berkorelasi lebih rendah tidak akan digunakan, jika perlu
diganti dengan membuat item baru.
2) Reliabilitas Belah-Paroh
Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half
reliability) yaitu penilaian konsistensi internal (homogenitas) alat ukur
dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat
ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Jika alat ukur memiliki
konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Reliabilitas
Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha ()
Cronbach.

commit to user

41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha


Cronbach 0.60. Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat
ukur. Tetapi ada beberapa keadaan di mana alpha Cronbach tinggi tidak
menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai alpha Cronbach tergantung
dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika
jumlah item pertanyaan alat ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat,
meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik.
3. Stabilitas
Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas ketika
digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik.
Stabilitas (disebut juga reprodusibilitas) alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini
adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu
yang berbeda (test-retest reliability). Stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil
pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) 0.50.

F. Tehnik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi regresi logistik
ganda. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

1n = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana :
P = Probabilitas untuk melaksanakan IMD
1-p = Probabilitas untuk tidak melaksanakan IMD
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Paritas (0 : Primipara ; 1 : Multipara)
X2 = Pengetahuan Ibu (0 : Rendah ; 1 : Tinggi)
X3 = Dukungan Keluarga (0 : Lemah ; 1 : Kuat)
X4 = Peran Tenaga Kesehatan (0 : Minimal ; 1 : Maksimal)

commit to user

42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Odds Ratio (OR) digunakan untuk menunjukkan kekuatan hubungan atara


variabel-variabel. Kemaknaan statustik OR diuji dengan uji Wald. Dalam model regresi
logistik, rumus OR = exp ()

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


RSUD Kota Salatiga mempunyai letak yang sangat strategis, berada di tengah kota
yang mudah dijangkau dengan transportasi dan berada di tepi jalur jalan raya Solo
Semarang. RSUD Kota Salatiga berdiri di atas tanah milik Pemerintah Kota Salatiga
seluas 33.600 m2 dengan fasilitas bangunan induk ditambah 9.500 m2, 6.500 m2
diantaranya merupakan paket Inpres Tahun 1984.
RSUD Kota Salatiga merupakan Rumah Sakit milik pemerintah Kota Salatiga kelas
C dan sejak 1 April 1995 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Daerah.
Kemudian pada tahun 2008 RSUD Kota Salatiga meningkatkan kelas RS dari kelas C
menjadi kelas B Non Pendidikan sampai sekarang. Pada tahun 1996/1997 RSUD Kota
Salatiga telah mendapatkan pengakuan akreditasi sebagai Rumah Sakit Sayang Bayi
dari UNICEF dan pada tahun 1997 telah mendapatkan sertifikat akreditasi penuh untuk
lima standar pelayanan dari Dep. Kes RI selama 3 tahun. Dan mendapat sertifikat
akreditasi penuh untuk 16 standar pelayanan dari Dep Kes RI selama 3 tahun pada
tahun 2008 serta RSUD menjadi BLUD sejak awal tahun 2009.
Visi RSUD Salatiga yaitu mewujudkan Rumah Sakit Mandiri sebagai pilihan utama
dengan pelayanan yang bermutu.Dimana Misi RSUD Salatiga yaitu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan paripurna, berhasil guna dan berdaya guna, melaksanakan proses
perubahan terus menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan prima, meningkatkan
kualitas sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan stratejik, meningkatkan
kesejahteraan karyawan. RSUD Kota Salatiga mempunyai 15 ruang bangsal, 1
keuangan, 1 bina program, 1 Tata Usaha, dan 1 penunjang atau pelayanan.

B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Hasil karakteristik umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
commit to user

44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, dan


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Variabel n %
Umur
<=25 tahun 26 37.10
26-35 tahun 37 52.90
36-45 tahun 7 10.00
Total 70 100
Pendidikan
SD 6 8.60
SLTP 18 25.70
SLTA 38 54.30
DIII 2 2.90
S1 6 8.60
Total 70 100
Pekerjaan
PNS 3 4.30
Swasta 13 18.60
Karyawan 9 12.90
Ibu Rumah Tangga 39 55.70
Petani 6 8.60
Total 70 100
Paritas
Primipara 29 41.40
Multipara 41 58.60
Total 70 100
Pelaksanaan IMD
Tidak IMD 16 22.90
IMD 54 77.10
Total 70 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subyek penelitian memiliki


umur 26-35 tahun (37 orang atau 52,90%), tingkat pendidikan SLTA, yaitu
sebanyak 38 orang (54,30%), mayoritas subyek penelitian tidak bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 39 orang (55,70%), mayoritas ibu pernah
melahirkan sebelumnya (multipara), yaitu sebanyak 41 orang (58,60%), dan
mayoritas ibu melaksanakan IMD (54 orang atau 77,10%).

commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Hubungan antar variabel penelitian dengan pelaksanaan IMD


Hasil analisis bivariat hubungan paritas, pengetahuan, dukungan keluarga,
dan peran petugas kesehatan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil analisis bivariat hubungan paritas, pengetahuan, dukungan
keluarga, dan peran tenaga kesehatan dengan pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini

Variabel IMD OR p
Ya % Tidak % Total %
Paritas
Primipara 23 79.3 6 20.7 29 100 0.81 0.716
Multipara 31 75.6 10 24.4 41 100
Pengetahuan
Rendah 18 58.1 13 41.9 31 100 8.67 0.001
Tinggi 36 92.3 3 7.7 39 100
Dukungan
Keluarga
Lemah 19 79.2 5 20.8 24 100 0.84 0.771
Kuat 35 76.1 11 23.9 46 100
Peran Tenaga
Kesehatan
Kecil 12 44.4 15 55.6 27 100 52.5 <0.001
Besar 42 97.7 1 2.3 43 100

Tabel 4.2 menunjukkan dari Hasil uji Chi Square tidak ada hubungan yang
bermakna antara paritas ibu dengan pelaksanaan IMD (p = 0,716) dengan OR= 0,80
(95% CI 0,257-2,546). Ibu yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak
melaksanakan IMD (92,3%) dibanding ibu yang memiliki pengetahuan rendah
(58,1%). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan
IMD (p= 0,001) dengan OR= 8,67 (95% CI 2,19-34,35), artinya pengetahuan ibu
yang tinggi memiliki kemungkinan 8,67 kali untuk meningkatkan IMD oleh ibu
dibanding pengetahuan ibu yang rendah. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan pelaksanaan IMD (p= 0,771) dengan OR=0,837 (95% CI
0,253-2,768). Peran tenaga kesehatan khususnya bidan yang besar lebih mampu
memberikan dorongan bagi ibu untuk melaksanakan IMD (97,7%) dibanding peran
bidan yang kecil (44,4%). Ada hubungan yang bermakna antara dukungan peran
commit to user

46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bidan dengan pelaksanaan IMD (p= <0,001) dengan OR=52,50 (95% CI 6.28-
438.91), artinya peran bidan yang besar memiliki kemungkinan 52,50 kali untuk
meningkatkan IMD oleh ibu dibanding peran bidan yang lemah.
3. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda
Untuk mengatahui apakah paritas, pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan
peran bidan berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD maka digunakan analisis
regresi logistik. Adapun hasil analisis regresi logistik, diperoleh hasil sebagai
disebutkan Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
Variabel CI 95%
OR P
Batas bawah Batas atas
Paritas 0.78 .161 3.75 0.753
Pengetahuan Ibu 3.62 .637 20.59 0.147
Dukungan Keluarga 0.51 .108 2.45 0.403
Peran Tenaga kesehatan 34.27 3.821 307.46 0.002

n observasi = 70
-2 Log likelihood = 43.96
Nagelkerke R Square = 54,7%

Nagelkerke R Square sama halnya dengan R Square (Koefisien Determinasi)


pada analisis regresi linier, yaitu digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
independen variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square hasil analisis data adalah
sebesar 0.547. Artinya variabel independen pada model regresi log, yaitu paritas,
pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan peran tenaga kesehatan secara bersama-
sama mampu menjelaskan variabel pelaksanaan IMD sebesar 54.70%.
-2 Log likelihood merupakan goodness of fit (kesesuaian) model regresi log
dalam penelitian ini ketika digunakan dalam menganalisis data sampel. Dalam
analisis ini diperoleh nilai -2 Log likelihood yang cukup kecil, yaitu 43.96. Jadi
cukup baik dalam menjelaskan hubungan variabel tersebut dalam data sampel.
Berdasarkan hasil analisis multivariat regresi logistik pada Tabel 4.3
dijelaskan hubungan masing-masing variabel independen dengan dependen. Pada
variabel paritas dapat dijelaskan, bahwa terdapat hubungan negatif tapi secara
commit to user

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

statistik tidak signifikan antara paritas dengan IMD (p=0.753> alpha=0.05). Ibu
multipara memiliki kemungkinan untuk melakukan IMD 0.78 lebih rendah daripada
ibu primipara (OR=0.78, CI 95%= 0.16 3.75).
Pada variabel pengetahuan ibu dapat dijelaskan, bahwa terdapat hubungan
positif, meskipun secara statistik mendekati signifikan antara pengetahuan ibu
tentang IMD dan pelaksanaan IMD. Ibu yang berpengetahuan tinggi memiliki
kemungkinan untuk melaksanakan IMD 3.6 kali lebih besar daripada ibu dengan
pengetahuan rendah (OR= 3.62, CI 95%=0.64 - 20.59, p= 0.147).
Pada variabel dukungan keluarga, terdapat hubungan negatif tapi secara
statistik hubungan antara dukungan keluarga dan IMD tidak signifikan. Ibu pasca
persalinan yang memiliki dukungan keluarga kuat kemungkinan untuk melakukan
IMD 0.51 kali lebih rendah daripada ibu dengan dukungan keluarga lemah
(OR=0.51, CI 95%=0.11 2.45, p= 0.403).
Pada variabel peran tenaga kesehatan, terdapat hubungan positif, dan secara
statistik hubungan peran tenaga kesehatan khusunya bidan dengan pelaksanaan IMD
signifikan. Peran bidan yang besar memiliki kemungkinan meningkatkan
pelaksanaan IMD oleh ibu 34.27 kali lebih besar dari pada peran bidan yang kecil
(OR=34.27, CI 95% 3.82 307.46, p= 0.002).
Berdasarkan hasil analisis model multivariat pada Tabel 4.3 dapat
disimpulkan bahwa dari empat variabel independen yang diuji diperoleh satu
variabel yang berpengaruh secara signifikan dengan pelaksanaan IMD, yaitu
variabel peran tenaga kesehatan.

C. Pembahasan
1. Pengaruh Paritas terhadap pelaksanaan IMD
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa variabel paritas berhubungan negatif
dengan IMD, tapi secara statistik tidak signifikan dengan pelaksanaan IMD. Fakta
hasil penelitian tersebut menjelaskan, bahwa seorang ibu yang mengalami laktasi
kedua dan seterusnya tidak memberikan jaminan bahwa seorang ibu lebih baik
dalam memberikan IMD pada bayinya daripada yang pertama. Hasil penelitian ini
commit to user

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahriyani et al. (2014), bahwa tidak
terdapat perbedaan pemberian ASI eksklusif antara primipara dan multipara.
Proporsi ASI eksklusif yang tinggi pada ibu primipara karena sebagian besar (60%)
sudah memperoleh konseling ASI sejak masa kehamilan.
Hasil analisis tabulasi silang menunjukkan, bahwa ternyata ibu primipara
sebagian besar juga melaksanakan IMD (79.3%), seperti halnya ibu multipara
(75.6%). Data hasil penelitian tersebut memberikan bukti empirik tidak ada
perbedaan antara ibu primipara dan multipara dalam pelaksanaan IMD. Temuan
hasil penelitian ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam
melaksanakan IMD. Hasil penelitian menemukan bahwa pengetahuan dan peran
tenaga kesehatan merupakan faktor yang memiliki kontribusi positif terhadap
pelaksanaan IMD. Temuan tersebut menunjukkan bahwa adanya peran yang besar
dari tenaga kesehatan khususnya bidan (RSUD Salatiga) dalam memberikan
bantuan, termasuk dalam hal ini memberikan penjelasan dan informasi tentang
manfaat dan tata laksana menyusui kepada ibu hamil lebih memberikan dorongan
bagi ibu untuk melaksanakan IMD.
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, maka hasil penelitian ini
bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Madjid (2003) yang menunjukkan ibu-ibu yang baru
pertama kali mempunyai anak (primipara) masalah menyusui sering timbul, berbeda
dengan ibu-ibu multipara yang sudah pernah menyusui sebelumnya. Selain itu, hasil
penelitian ini juga bertentangan hasil penelitian Ratri (2000) yang menunjukkan
bahwa paritas mempengaruhi perilaku menyusui dini.
Selain itu hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat Ebrahim
(1979), seorang ibu yang mengalami laktasi kedua dan seterusnya cenderung untuk
lebih baik daripada yang pertama. Laktasi kedua yang dialami ibu berarti ibu telah
memiliki pengalaman dalam menyusui anaknya. Begitu pula dalam laktasi ketiga
dan seterusnya. Sedangkan pada laktasi pertama ibu belum mempunyai pengalaman
dalam menyusui sehingga ibu tidak mengetahui bagaimana cara yang baik dan
benar untuk menyusui bayinya. Juga bertentangan dengan pendapat Soetjiningsih
commit to user

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1997), Roesli (2008), dan Prasetyono (2009) menyatakan bahwa faktor paritas
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD).
2. Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap pelaksanaan IMD
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa variabel pengetahuan ibu memiliki
hubungan positif dengan pelaksanaan IMD, meskipun secara statistik variabel
pengetahuan mendekati signifikan terhadap pelaksanaan IMD. Temuan hasil
penelitian ini setidaknya menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu
faktor yang setidaknya memberikan kontribusi positif terhadap pelaksanaan IMD
pada ibu.
Kondisi di atas dapat dijelaskan dengan melihat data hasil penelitian pada
tabel tabulasi silang antara pengetahuan dan pelaksanaan IMD. Pada tabel tersebut
dapat dilihat bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak
melaksanakan IMD (92.3%) dibanding ibu yang memiliki pengetahuan rendah
(58.1%). Hasil uji Chi Square juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan IMD (p= 0,001)
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, setidaknya sejalan dengan hasil
penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saleh (2011), Tarigan (2012)
Arifiyanti (2010), Siswanti (2010), Dewi (2012), dan Baihaki (2013) serta Rosita
(2008) yang pada dasarnya hasil penelitian mereka sepakat bahwa pengetahuan ibu
merupakan faktor pemicu yang mempengaruhi pemberikan ASI Eksklusif oleh ibu
melahirkan.
Selain itu, temuan hasil penelitian ini setidaknya juga tetap sejalan dengan
pendapat Roesli (2008), yang menyatakan, bahwa hambatan utama adalah kurang
pengetahuan tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan yang baik tentang IMD. Kehilangan pengetahuan tentang IMD berarti
kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan
perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang
vital dan cara perawatan yang optimal. Perinasia (2004) juga memiliki pendapat
yang sama, bahwa hambatan disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang
commit to user

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

laktasi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah
lebih baik dari ASI, sehingga cepat menambah susu formula bila merasa ASI
kurang. Tenaga kesehatan masih banyak yang tidak memberikan informasi pada
saat pemeriksaan kehamilan. Pendapat-pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Soetjiningsih (1997), dan Prasetyono (2009), bahwa pengetahuan adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini
(IMD)
3. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap pelaksanaan IMD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan keluarga, secara
statistik tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD. Fakta hasil penelitian ini
menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara ibu yang memiliki
dukungan keluarga lemah dan ibu yang memiliki dukungan tenaga kuat terhadap
pelaksanaan IMD. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil tabulasi silang yang
menunjukkan, bahwa ibu dengan tingkat dukungan keluarga lemah (79.2%) juga
melaksanakan IMD, hal tersebut tidak berbeda jauh dengan ibu yang mendapat
dukungan keluarga kuat (76,1%).
Informasi hasil penelitian ini setidaknya sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fikayati dan Safiq (2009) yang menunjukkan, bahwa peran suami
dan orangtua tidak begitu besar. Meski tampak bahwa peran orangtua (ibu atau
mertua) lebih besar dari peran suami. Suami lebih banyak mendukung apapun yang
dilakukan oleh ibu. Sedangkan, orangtua biasanya mempengaruhi ibu untuk segera
memberi makanan/minuman tambahan kepada bayi. Banyak orangtua yang tidak
mengetahui bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan pemberian hanya ASI
saja sebaiknya 6 bulan dan tidak boleh terlalu dini.
Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian ini, maka temuan hasil
penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan Saleh (2011), dan Tarigan (2012)
yang pada dasarnya menurut hasil penelitian mereka, bahwa dukungan keluarga
sebagai faktor penguat untuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Selain itu, hasil
penelitian ini juga bertentangan dengan pendapat Soetjiningsih (1997), Roesli
commit to user

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2008), dan Prasetyono (2009) yang menyatakan, bahwa fakor dukungan keluarga
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu untuk melakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD).
4. Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan terhadap pelaksanaan IMD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran tenaga kesehatan khususnya
bidan memiliki hubungan positif dan secara statistik hubungan peran bidan dengan
pelaksanaan IMD terbukti signifikan. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut,
peran bidan yang besar memiliki kemungkinan meningkatkan pelaksanaan IMD
oleh ibu 34.27 kali lebih besar dari pada peran bidan yang kecil.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tarigan (2012), bahwa dukungan tenaga kesehatan yang menolong persalinan
sebagai faktor penguatuntuk pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Juga penelitian
yang dilakukan oleh Ratri (2000), bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian
ASI pertama kali dengan pemberian nasehat ASI yang diterimasaat pemeriksaan
kehamilan. Ibu yang menerima nasehat tentang ASI memiliki rata-rata pemberian
ASI pertama kali paling cepat yaitu 26,25 jam setelah lahir.
Selain itu, hasil penelitian ini juga memberikan dukungan pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2005), bahwa faktor dominan yang
berhubungan dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama adalah tenaga
kesehatan terutama bidan. Penolong persalinan merupakan kunci utama
keberhasilan dalam satu jam pertama setelah melahirkan (immediate breastfeeding)
karena dalam kurun waktu tersebut peran penolong masih dominan. Kondisi tidak
nyaman yang dirasakan ibu melahirkan dan ketidakpedulian petugas kesehatan yang
ada di ruang bersalin dalam memberikan perhatian dan tanggapan yang positif akan
membuat ibu tidak tenteram dan tenang sehingga akan menghambat proses ASI.
Apabila penolong memotivasi ibu untuk segera memeluk bayinya maka interaksi
ibu dan bayi diharapkan akan terjadi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Perinasia
(2004), bahwa tenaga kesehatan memerlukan sikap yang mendukung terhadap
menyusui melalui pengalaman dan pengertian mengenai berbagai keuntungan
commit to user

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemberian ASI. Tenaga kesehatan membina atau membangun kembali kebudayaan


menyusui dengan meningkatkan sikap positif yang sekaligus dapat menjadi teladan
bagi wanita lainnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Soetjiningsih (1997), bahwa
sukses atau tidaknya menyusui sudah dimulai pada waktu ibu masih hamil yaitu
pada waktu pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan harus memberikan
penyuluhan tentang laktasi, melakukan pemeriksaan payudara ibu dan
menganjurkan perawatan payudara pada waktu masih hamil, termasuk
menganjurkan untuk menyusui bayinya dalam 30 menit pertama setelah lahir.
Begitu juga dengan Roesli (2008), dan Prasetyono (2009), juga menyatakan hal
yang sama, bahwa dukungan petugas kesehatan merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi pelaksanaan IMD oleh ibu kepada bayinya.

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Beberapa variabel tidak menunjukkan pengaruh yang secara statistik tidak
signifikan terhadap pelaksanaan IMD, yang artinya temuan penelitian ini banyak
terjadi karena kebetulan sehingga kurang bisa diandalkan.
2. Confidence Interval 95% terlalu lebar, sehingga presisi rendah dalam mengestimasi,
akibat dari sampel kurang besar.
3. Penelitian ini menggunakan design penelitian potong lintang (cross sectional).
Design penelitian ini mudah dan murah untuk dilakukan tetapi design ini tidak kuat
untuk memberikan bukti tentang pengaruh variabel indipenden terhadap variabel
dependen, karena variabel indipenden dan dependen diukur pada saat yang sama.
Bukti tentang pengaruh bisa dihasilkan jika penelitian menggunakan design
longitudinal misalnya studi kohor. Pada studi kohor variabel indipenden diukur
terlebih dahulu daripada variabel dependen.
Tetapi, terdapat juga kelebihan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan
pendekatan analisis multivariat. Jadi pengaruh variabel-variabel perancu yang juga
secara teoritis bisa mempengaruhi pelaksanaan IMD dikendalikan di dalam analisis
data ini.
commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Variabel paritas memiliki hubungan negatif dengan pelaksanaan IMD, meskipun
secara statistik kedua variabel tersebut tidak terbukti signifikan (OR=0.78, CI 95%=
0.16 3.75, p=0.753).
2. Variabel pengetahuan memiliki hubungan positif dengan pelaksanaan IMD,
meskipun secara statistik hubungan kedua variabel tersebut mendekati signifikan
(OR= 3.62, CI 95%=0.64 - 20.59, p= 0.147).
3. Variabel dukungan keluarga memiliki hubungan negatif dengan pelaksanaan IMD,
meskipun secara statistik hubungan antara dukungan keluarga dan IMD tidak
signifikan (OR=0.51, CI 95%=0.11 2.45, p= 0.403).
4. Variabel peran tenaga kesehatan memiliki hubungan positif dengan pelaksanaan
IMD, dan secara statistik hubungan kedua variabel tersebut terbukti signifikan
(OR=34.27, CI 95% 3.82 307.46, p= 0.002).

B. Implikasi
Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura (1977) yang
menekankan pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku kesehatan didukung dalam
penelitian ini. Peningkatan pelaksanaan IMD oleh Ibu dapat ditingkatkan dengan
mengaktifkan peran bidan di RSUD dalam memberikan konseling tentang manfaat
pentingnya melakukan IMD pada bayi selama kehamilan. Selain memberikan manfaat
pada Ibu, konseling yang dilakukan oleh bidan juga akan memberikan kesadaran
kepada keluarga (suami atau orang tua ibu). Timbulnya kesadaran pada keluarga tentu
akan meningkatkan efikasi bagi si ibu dalam pelaksanaan IMD.

commit to user

54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Bagi masyarakat
Begitu pentingnya manfaat dari IMD, maka penting bagi ibu yang
melahirkan perlu untuk melaksanakan IMD. Untuk meningkatkan kesadaran ibu
dalam hal tersebut, maka hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Selama kehamilan, ibu perlu aktif melakukan konsultasi bidan yang
melakukan pemeriksaan kehamilannya.
b. Selama kehamilan, penting bagi keluarga terutama suami untuk terus
mendampingi istri saat melakukan konsultasi dengan bidan. Sehingga setelah
kelahiran bayi, suami dapat memberikan dukungan yang baik (moral maupun
materiil) kepada ibu dalam melaksanakan IMD.
2. Bagi Institusi Kesehatan
Terbukti berpengaruhnya peran tenaga kesehatan terhadap pelaksaan IMD
bagi ibu, maka penting bagi bidan untuk secara sadar (tanpa diminta) memberikan
konseling kepada setiap ibu (klien) selama kehamilan. Selain itu, hal yang penting
lainnya, yaitu bidan perlu secara terus menerus meningkatkan pengetahuan, dan
keterampilannya tentang pelaksanaan IMD sehingga pada saat memberikan
pelayanan kepada klien, apa yang disampaikan merupakan hal-hal yang up to date,
dan apa yang dilakukannya benar-benar memberikan solusi terbaik bagi setiap
masalah pelaksanaan IMD yang dihadapi oleh klien.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang faktor lain
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD oleh ibu.

commit to user

55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, E. 2012. Faktor Determinan Status Kesehatan Bayi Neonatal Di RSKIDA Siti
Fatimah Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.6 (3), Hal. 33-41.

American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine.


(2007). Suntikan Vitamin K dan Tetes Mata untuk Mencegah Gonore
(Gonorrhea) harus segera diberikan-tidak benar (hlm. 32), dalam Roesli (2008),
Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.

Aprilia, Y. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif
Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

Arifiyanti, N, 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian Kolostrum


pada Bayi Baru Lahir di BPS CH.Sudilah Ganjar Agung Metro Barat.
http://harsonosites.com.

Aruldas K, Khan ME, Hazra A. Increasing Early and Exclusive Breastfeeding in Rural
Uttar Pradesh. Journal of Family Walfare. 2010; 56:43-50

Ayu, Gusti P. Indonesia Berada di Posisi 4 Jumlah Kematian Bayi di Asia Tenggara.
http://www.beritasatu.com/riset/115962-indonesia-berada-di-posisi-4-jumlah-
kematian-bayi-di-asia-tenggara.html

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jakarta
: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Baihaki, Hanif M. Noor, Sotia Ningsih. 2013. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Post Partum Tentang Manajemen Laktasi Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rsud
Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. Jurnal Online Universitas Jambi Vol 1, No 1
(2013)

Bambang, W. (2008). Teknologi Pembelajaran dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.

Bergstrom, A., Okong, P. & Ransjo-Arvidson, A. B. 2007. Immediate maternal thermal


respons to skin-to-skin care of newborn. Acta Pediatrica, 96(5), 655-658.

commit to user

56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. http://www..bkkbn..go.id.

Bobak, Lowendermik; Jensen. 2005 Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Campbell, K. 2002. Family food environments of children: does socioeconomics status


make a difference. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Buku Panduan Manajemen Laktasi:


Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

. 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas


Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.

. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui : Sejak Lahir Sampai Enam Bulan


Hanya ASI Saja. Jakarta : Depkes RI.

. 2009. Pesan-Pesan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Dewi, N. 2009. Prilaku Ibu Menyusui dalam Memberikan Asi di Kelurahan Timbangan
Kecamatan Inderalaya Utara Tahun 2009. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.,
Vol.3(2), Hal. 43-57.

Ebrahim, G.J. 1979. Air Susu Ibu. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood BR.


Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality. Pediatrics.
2006;117:380-6.

Engebretsen IMS, Wamani H, Karamagi C, Semiyaga N, Tumwine J, Tylleskar T. Low


adherence to exclusive breastfeeding in Eastern Uganda: A community-based
cross-sectional study comparing dietary recall since birth with 24-hour recall.
BMC Pediatrics. 2007; 7(10):1-12

Fahriani, Rohsiswatmo, dan Hendarto. 2014. Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Indonesia
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-6-7.pdf. 23 Mei 2015.

Fikawati, S & Syafiq, A. 2009. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.4, No.3, Desember
2009.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269769&val=7113&title=P
commit to user

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

enyebab%20Keberhasilan%20dan%20Kegagalan%20Praktik%20Pemberian%20
ASI%20Eksklusif. 23 Mei 2015.

Fithananti, N. 2012. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Puskesmas


Dalam Pelaksanaan Program ASI Eksklusif Di Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.2(1), Hal. 7-20.

Gerakan ASI Ekslusif. 2006. Gerakan ASI Eksklusif.


http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/gerakanasieksklusif.html, diakses pada 3
November 2014.

Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Herzberg F. The Motivation to Work. John Willey and Sons, Inc. New York; 1966

Hidayat, A 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Edisi 2

Huang A, Tai BC, Wong LY, Lee J, Yong EL. 2009. Differential risk for early
breastfeeding jaundice in a multi-ethnic Asian cohort. Ann Acad Med
Singapore.38(3):217-24

IDAI. 2010. Bedah ASI. Jakarta: FK UI.

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Panduan pelayanan kesehatan bayi baru lahir berbasis
perlindungan anak. Jakarta : Direktorat kesehatan anak khusus..

Khasanah, N. 2010. ASI atau Susu Formula Ya?. Yogyakarta:FlasBook

Lucas, A.M., R Morley, T J Cole, and S M Gore A randomized multicentre study of human
milk versus formula and later development in preterm infants. Arch Dis Child. 70:
F141-F146 (1994).

Lucas, A. & Cole, T.J. Breast milk and neonatal necrotising enterocolitis. The Lancet. Dec
22-29;336 (8730): 1519-1523 (1990).

Madjid, 2003. Perilaku Pemberian ASI pada Masyarakat di Daerah Cirebon, Cianjur,
Kediri dan Blitar [Tesis]. Jawa Timur. Universitas Airlangga.

Mubarak, Chayatin N, Rozikin K, Supradi. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar


Proses Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mullany, Joanne Katz, Yue M. Li, Subarna K. Khatry, Steven C. LeClerq, Gary L.
Darmstadt, and James M. Tielsch. 2008. Breast-feeding patterns, time to
initiation, and mortality risk among newborns in Southern Nepal. J Nutr. 138:
599-603
commit to user

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Murti, B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: UGM Press.

Nugroho, T. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medik.

Olin SS, Hoagwood KE, Rodriguez J, Radigan M, Burton G, Cavaleri M, Jensen S. Impact
of empowerment training on the professional work of family peer advocates.
Children and Youth Services Review. 2010a Advance online publication. doi:
10.1016/j.childyouth.2010.06.012. [PMC free article] [PubMed]

Perinasia, 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Menuju Persalinan Aman dan Bayi
Baru Lahir Sehat. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan Kemanfaatannya.
Jogyakarta: Diva Press.

Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis pada Anak edisi keempat. Jakarta : FKUI.

Pudjiadi A.H, Hegar B, Handryastuti S, Salamia N, Ellen P., Devita E. 2011. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta: EGC.

Rahardjo, Setiyowati. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI


dalam 1 Jam Pertama Setelah Melahirkan (Analisa Data SDKI 2002-2003).
Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ratri, C. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama Kali di
Purwakarta Jawa Barat tahun 1998 (Analisa Data Sekunder Pengembangan
Survei Cepat Untuk Menilai Kualitas Pelayanan KIA di DT II). Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Roesli, U. 2002. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta : Elex Media Kompitundo.

. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda.

Rosita, S. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana.

Saleh, La Ode Amal. 2011. Faktor-Faktor Yang Menghambat Praktik ASI Eksklusif Pada
Bayi Usia 0-6 Bulan (Studi Kualitatif di Desa Tridana Mulya, Kec.Landono
Kab.Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara). Diakses tanggal 19 September 2014
dari eprints.undip.ac.id/35946/1/424_La_Ode_Amal_Saleh_G2C309009.

commit to user

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Siswanti, D. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Kolostrum


dengan Pemberiannya di Wilayah Puskesmas Giriwoyo I Kabupaten Wonogiri.
http://digilib.uns.ac.id.

Sitepu. 2013. Perilaku Ibu Post Partum dalam Pemberian ASI Kolostrum di Rumah Sakit
Martha Friska Brayan Tahun 2012. Program Studi Keperawatan Fakultas
Keperawatan, USU, Sumatra Utara.

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Suraatmaja, 1997. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Tarigan, I, 2012. Pengetahuan dan Sikap Perilaku Ibu Bayi Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif (Knowledge, Attitude and Behavior of the Mother of the Baby to the
Breast Feeding Exclusively). Jakarta : Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI.

Thompson, E. 1995. Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd Edition. USA:
WB Saunders.

Virarisca, S. 2010. Metode Persalinan dan Hubungannya dengan Inisiasi Menyusu Dini.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol.7(2), Hal. 92-108

Welford, H. 2001. Menyusui Bayi Anda. PT. Dian Rakyat, Jakarta.

World Health Organization. Early Initiation of Breastfeeding: the Key to Survival and
Beyond. 2010

commit to user

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KUESIONER PENELITIAN

I. IDENTITAS RESPONDEN
Isilah identitas diri saudara dengan keadaan yang sebenarnya :

1. No. Responden :

2. Umur : a. 25 tahun
b. 26 s/d 35 tahun
c. 36 s/d 45 tahun
d. 46 s/d 55 tahun
e. > 55 tahun
3. Pendidikan Terakhir : a. SLTP
b. SLTA
c. D III
d. S1
e. S2
f. Lain-lain ........................
4. Pekerjaan : a. PNS
b. Swasta
c. Karyawan
d. Ibu Rumah Tangga
e. Lainnya.......................

commit to user

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR OBSERVASI

a. Paritas : Primipara
Multipara

b. Pelaksanaan IMD : 1 jam setelah bayi lahir


: > 1 jam setelah bayi lahir

LEMBAR KUESIONER
Pengetahuan Ibu

Pernyataan Pilihan Jawaban


No.
Dukungan Pengetahuan Benar Salah
1 Menyusui dini adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah
bayi dilahirkan yaitu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
2 Menyusui dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi dilahirkan
yaitu lebih dari 1 jam setelah kelahiran bayi.
3 Menyusui dini adalah suatu perilaku mempercepat proses menyusui
pada bayi baru lahir.
4 Menyusui dini adalah suatu perilaku memperlambat proses
menyusui pada bayi baru lahir.
5 Menyusui dini adalah mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
6 Menyusui dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut
ibu segera setelah lahir, membiarkannya merayap mencari puting
kemudian menyusu sampai puas.
7 Menyusui dini adalah membantu bayi menemukan puting ibu
kemudian menyusu sampai puas.
8 Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya
segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
9 Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi
bantuan jika diperlukan.
10 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi adalah untuk
menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
11 Manfaat IMD bagi bayi adalah untuk mendinginkan bayi.
12 Manfaat IMD bagi bayi adalah mendapatkan kolostrum yang kaya
akan antibodi, penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan bayi
terhadap infeksi.
13 Manfaat IMD bagi bayi adalah mendapatkan kolostrum yang
berwarna kuning yang basi.
commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14 Manfaat IMD bagi bayi adalah dapat menjilat kulit ibu dan menelan
bakteri yang aman.
15 Manfaat IMD bagi bayi adalah dapat menjilat kulit ibu dan menelan
bakteri yang jahat.
16 Manfaat IMD untuk ibu dan bayi agar lebih tenang.
17 Manfaat IMD adalah menciptakan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
agar lebih baik.
18 Dalam tahapan IMD, pada 30 menit pertama, bayi diam tidak
bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya.
19 Dalam tahapan IMD, pada 30 menit pertama, bayi menjilat puting
ibu.
20 Dalam tahapan IMD, antara 30-40 menit bayi mengeluarkan suara,
gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan.
21 Dalam tahapan IMD, antara 30-40 menit bayi akan menjilat puting
ibu.
22 Dalam tahapan IMD, bayi mengeluarkan air liur saat menyadari
bahwa ada makanan di sekitarnya.
23 Dalam tahapan IMD, bayi mulai bergerak ke arah payudara, dengan
kaki menekan perut, lalu menjilat-jilat kulit ibu.
24 Dalam tahapan IMD, pada akhirnya bayi akan menemukan,
menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik.
25 Melakukan IMD berarti membiarkan bayi kedinginan.
26 Melakukan IMD berarti bayi berada pada suhu yang aman karena
melakukan kontak kulit.
27 Melakukan IMD berakibat ibu kelelahan setelah melahirkan.
28 Melakukan IMD dapat menenangkan ibu.
29 Melakukan IMD berarti memberikan bayi kolostrum yang berwarna
kuning yang basi.
30 Melakukan IMD berarti memberikan bayi kolostrum yang
mengandung banyak antibodi.

commit to user

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dukungan Keluarga

Pernyataan Pilihan Jawaban


No.
Dukungan Keluarga Ya Tidak
1 Suami/keluarga menyarankan kepada Anda untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
2 Suami/keluarga menyarankan kepada anda untuk menolak IMD.
3 Suami/keluarga menyediakan tempat atau memilih tempat
pelayanan kesehatan yang nyaman dan bersih untuk proses
persalinan dan IMD bagi Anda.
4 Suami/keluarga membantu Anda memilih tenaga kesehatan yang
sesuai dengan Anda, sehingga memberikan kemudahan bagi Anda
untuk melakukan IMD.
5 Suami/keluarga mencari informasi tentang IMD di internet, buku,
atau tenaga kesehatan dan menginformasikannya kepada Anda.
6 Suami/keluarga memberikan informasi tentang manfaat IMD
kepada Anda.
7 Suami/keluarga menjelaskan kepada Anda tentang pentingnya
melakukan IMD bagi bayi dan ibu.
8 Suami/keluarga menyarankan kepada Anda untuk memberikan Air
Susu Ibu (ASI) dari pada susu formula.
9 Suami/keluarga menyarankan kepada anda untuk memberikan susu
formula dari pada ASI.
10 Suami/keluarga menjelaskan kepada Anda bahwa air susu yang
pertama kali keluar atau disebut kolostrum sebagai imunisasi
pertama bagi bayi.
11 Suami/keluarga menjelaskan kepada Anda bahwa air susu yang
pertama kali keluar atau disebut kolostrum tidak baik untuk bayi.
12 Suami/keluarga berusaha menciptakan rasa aman dan nyaman
kepada Anda dengan menemani Anda saat melakukan IMD.
13 Suami/keluarga meninggalkan Anda saat melakukan IMD.
14 Suami/keluarga acuh kepada keadaan Anda dan bayi pada saat
berlangsungnya IMD.
15 Suami/keluarga memperhatikan prilaku bayi Anda saat Anda
menyusui pertama kali.
16 Suami menyedikan biaya khusus untuk persalinan dan pelaksanaan
IMD.

commit to user

64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Peran Tenaga Kesehatan

Pernyataan Pilihan Jawaban


No.
Peran Ya Tidak
1 Tenaga Kesehatan menganjurkan agar ibu mendapat dukungan dan
pendamping selama proses persalinan dari suami atau keluarga.
2 Tenaga Kesehatan membantu meningkatakan rasa percaya diri ibu
dengan memberikan suasana yang layak dan nyaman untuk
persalinan.
3 Tenaga Kesehatan memfasilitasi ibu mengurangi rasa nyeri
persalinan dengan mobilisasi dan relaksasi.
4 Tenaga Kesehatan meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
tengkurap tanpa dibatasi alas agar terjadi kontak kulit.
5 Tenaga Kesehatan menyelimuti ibu dan bayi dan memakaikan topi
di kepala bayi.
6 Tenaga Kesehatan memberi anda bantuan untuk memulai kegiatan
menyusui dalam 1 jam setelah persalinan.
7 Tenaga Kesehatan memberikan kesempatan kepada bayi begitu
lahir dan Anda untuk bergabung setidaknya dalam 30 menit setelah
persalinan.
8 Tenaga Kesehatan membiarkan bayi mencari puting susu Anda, dan
tidak memaksakan bayi ke puting Anda.
9 Tenaga Kesehatan membantu bayi mencari puting susu Anda, dan
memaksakan bayi ke puting Anda.
10 Tenaga Kesehatan melaksanakan semua asuhan pada bayi Anda
sebelum pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
11 Tenaga Kesehatan menunda semua asuhan pada bayi Anda yang baru
lahir normal hingga bayi selesai menyusu.
12 Tenaga Kesehatan memberikan dorongan kepada Anda untuk
menyusui bayi Anda secara ekslusif.
13 Tenaga Kesehatan memberikan dorongan kepada Anda menyusui
bayi dengan susu formula.
14 Tenaga Kesehatan membantu Anda memperbaiki kebiasaan yang
mungkin menyebabkan masalah menyusui.
15 Tenaga Kesehatan memberikan informasi kepada Anda untuk terus
menyusui sampai anak Anda berusia 2 tahun atau lebih.

commit to user

65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DUKUNGAN KELUARGA
ITEM PERNYATAAN
No. TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 12
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14
3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 13
4 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 13
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 12
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13
9 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4
10 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8
11 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 10
12 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12
13 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 12
14 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 7
15 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
16 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 5
17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
18 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12
19 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 7
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

PERAN TENAGA KESEHATAN


ITEM PERNYATAAN TOTAL
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
2 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 7
3 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
6 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 9
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14
9 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 9
10 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 5
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13
14 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 9
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
16 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 6
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
commit to user

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Reliability
(DUKUNGAN KELUARGA)
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

1. VAR00016 dk1
2. VAR00017 dk2
3. VAR00018 dk3
4. VAR00019 dk4
5. VAR00020 dk5
6. VAR00021 dk6
7. VAR00022 dk7
8. VAR00023 dk8
9. VAR00024 dk9
10. VAR00025 dk10
11. VAR00026 dk11
12. VAR00027 dk12
13. VAR00028 dk13
14. VAR00029 dk14
15. VAR00030 dk15
16. VAR00031 dk16

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

VAR00016 9.6500 13.3974 .4298 .8157


VAR00017 9.7000 12.8526 .5652 .8077
VAR00018 9.6000 13.5158 .4744 .8148
VAR00019 9.6500 13.8184 .2686 .8235
VAR00020 9.8500 12.5553 .5448 .8076
VAR00021 9.8500 12.6605 .5123 .8098
VAR00022 9.8000 13.3263 .3312 .8213
VAR00023 9.8000 13.1158 .3957 .8173
VAR00024 9.8500 12.5553 .5448 .8076
VAR00025 10.0500 12.8921 .4179 .8162
VAR00026 10.3000 13.1684 .4524 .8141
VAR00027 9.9000 12.8316 .4443 .8143
VAR00028 9.9500 13.3132 .2981 .8243
VAR00029 9.7500 13.6711 .2483 .8258
VAR00030 9.9500 12.2605 .6052 .8031
VAR00031 9.8500 12.9763 .4165 .8161

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 20.0 N of Items = 16

Alpha = .8247
commit to user

67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Reliability
(PERAN TENAGA KESEHATAN)
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

1. VAR00001 pp1
2. VAR00002 pp2
3. VAR00003 pp3
4. VAR00004 pp4
5. VAR00005 pp5
6. VAR00006 pp6
7. VAR00007 pp7
8. VAR00008 pp8
9. VAR00009 pp9
10. VAR00010 pp10
11. VAR00011 pp11
12. VAR00012 pp12
13. VAR00013 pp13
14. VAR00014 pp14
15. VAR00015 pp15

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

VAR00001 11.4000 9.9368 .4313 .8476


VAR00002 11.4500 9.9447 .3851 .8509
VAR00003 11.3000 10.0105 .5729 .8414
VAR00004 11.3500 9.6079 .6512 .8359
VAR00005 11.3000 10.2211 .4600 .8462
VAR00006 11.3000 10.0105 .5729 .8414
VAR00007 11.3000 10.3263 .4044 .8486
VAR00008 11.3500 9.8184 .5525 .8411
VAR00009 11.6000 10.1474 .2564 .8613
VAR00010 11.3500 9.6079 .6512 .8359
VAR00011 11.4500 9.2079 .6735 .8329
VAR00012 11.5000 9.6316 .4689 .8462
VAR00013 11.4500 9.5237 .5470 .8409
VAR00014 11.3500 10.1342 .4084 .8485
VAR00015 11.3500 10.0289 .4559 .8461

Reliability Coefficients

N of Cases = 20.0 N of Items = 15

Alpha = .8533
commit to user

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGETAHUAN IBU
ITEM PERTANYAAN
NO TOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26
2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
7 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 21
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
9 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
17 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
18 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
20 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 24
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 24
27 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27
28 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15
29 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
30 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
32 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 26
36 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
38 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27
39 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
43 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 29
46 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
47 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26
48 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27
49 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 26
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
51 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
52 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
54 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
57 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 24
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
60 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29
64 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 26
67 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 27
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26
70 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
TOT 65 55 66 67 65 63 57 68 70 64 70 70 70 57 61 69 68 52 54 57 66 60 57 64 70 70 68 70 70 70
commit to user

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DUKUNGAN KELUARGA
ITEM PERTANYAAN
NO TOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
6 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
7 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 25
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
12 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
15 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
18 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
27 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
28 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 10
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
32 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
35 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
38 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
39 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
40 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
43 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
46 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
47 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
50 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
53 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
59 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
64 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
65 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
69 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
70 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
TOT 68 70 70 70 52 49 49 70 70 68 69 68 80 70 69 70
commit to user

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERAN TENAGA KESEHATAN


ITEM PERTANYAAN
NO TOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
3 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
7 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
10 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14
15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 11
16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 13
17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
20 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
25 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5
26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13
28 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 13
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
38 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 6
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
43 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
48 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 6
49 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14
54 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
57 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 7
58 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14
60 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
62 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
66 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
67 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 6
68 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
69 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
70 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6
TOT 70 70 70 54 50 51 55 53 52 52 43 55 62 59 53
commit to user

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KARAKTERISTIK DATA RESPONDEN

Umur ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid <=25 tahun 26 37.1 37.1 37.1
26-35 tahun 37 52.9 52.9 90.0
36-45 tahun 7 10.0 10.0 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid SLTP 18 25.7 25.7 25.7
SLTA 38 54.3 54.3 80.0
DIII 2 2.9 2.9 82.9
S1 6 8.6 8.6 91.4
Lain-lain 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid PNS 3 4.3 4.3 4.3
Swasta 13 18.6 18.6 22.9
Karyawan 9 12.9 12.9 35.7
Ibu Rumah Tangga 39 55.7 55.7 91.4
Lain-lain 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Paritas ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid Primipara 29 41.4 41.4 41.4
Multipara 41 58.6 58.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
imd
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak IMD 16 22.9 22.9 22.9
IMD 54 77.1 77.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

commit to user

72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dukungan keluarga dikotomi (Ok)


Crosstab
imd
Tidak IMD IMD Total
dukungan keluarga dikotomi lemah Count 5 19 24
% within dukungan keluarga 20.8% 79.2% 100.0%
dikotomi
Kuat Count 11 35 46
% within dukungan keluarga 23.9% 76.1% 100.0%
dikotomi
Total Count 16 54 70
% within dukungan keluarga 22.9% 77.1% 100.0%
dikotomi

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .085a 1 .771
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .086 1 .770
Fisher's Exact Test 1.000 .510
Linear-by-Linear Association .084 1 .772
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.49.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for dukungan .837 .253 2.768
keluarga dikotomi (lemah /
kuat)
For cohort imd = Tidak IMD .871 .342 2.219
For cohort imd = IMD 1.040 .801 1.351
N of Valid Cases 70

commit to user

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

paritas ibu Ok
Crosstab
imd
Tidak IMD IMD Total
paritas ibu Primipara Count 6 23 29
% within paritas ibu 20.7% 79.3% 100.0%
Multipara Count 10 31 41
% within paritas ibu 24.4% 75.6% 100.0%
Total Count 16 54 70
% within paritas ibu 22.9% 77.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig Exact Sig.
Value df sided) . (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .132a 1 .716
Continuity Correctionb .006 1 .941
Likelihood Ratio .133 1 .715
Fisher's Exact Test .780 .474
Linear-by-Linear Association .130 1 .718
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.63.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for paritas ibu .809 .257 2.546
(Primipara / Multipara)
For cohort imd = Tidak .848 .347 2.073
IMD
For cohort imd = IMD 1.049 .813 1.353
N of Valid Cases 70

commit to user

74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peran tenaga kesehatan


peran tenaga kesehatan dikotomi * imd Crosstabulation
imd
Tidak IMD IMD Total
peran petgas kesehatan kecil Count 15 12 27
dikotomi % within peran petgas 55.6% 44.4% 100.0%
kesehatan dikotomi
besar Count 1 42 43
% within peran petgas 2.3% 97.7% 100.0%
kesehatan dikotomi
Total Count 16 54 70
% within peran petgas 22.9% 77.1% 100.0%
kesehatan dikotomi
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 26.652a 1 .000
b
Continuity Correction 23.719 1 .000
Likelihood Ratio 28.661 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 26.271 1 .000
Association
N of Valid Cases 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for peran 52.500 6.280 438.907
petgas kesehatan dikotomi
(kecil / besar)
For cohort imd = Tidak 23.889 3.344 170.650
IMD
For cohort imd = IMD .455 .298 .695
N of Valid Cases 70

commit to user

75
Pengetahuan ibu
Crosstab
imd
Tidak IMD IMD Total
Pengetahuan ibu rendah Count 13 18 31
% within Pengetahuan ibu 41.9% 58.1% 100.0%
tinggi Count 3 36 39
% within Pengetahuan ibu 7.7% 92.3% 100.0%
Total Count 16 54 70
% within Pengetahuan ibu 22.9% 77.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.486a 1 .001
Continuity Correctionb 9.626 1 .002
Likelihood Ratio 11.938

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 70 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 70 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 70 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number
of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
Tidak IMD 0
IMD 1

Block 0: Beginning Block


Classification Tablea,b
Predicted
imd Percentage
Observed Tidak IMD IMD Correct
Step 0 imd Tidak IMD 0 16 .0
IMD 0 54 100.0
Overall Percentage 77.1
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.216 .285 18.263 1 .000 3.375
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables knowdic 11.486 1 .001
pptotdic 26.652 1 .000
dktotdic .085 1 .771
paritas .132 1 .716
Overall Statistics 28.371 4 .000
Block 1: Method = Enter

commit to user

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 31.298 4 .000
Block 31.298 4 .000
Model 31.298 4 .000
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood
Square Square
1 43.958a .361 .547
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
imd
Percentage
Observed Tidak IMD IMD Correct
Step 1 imd Tidak IMD 11 5 68.8
IMD 5 49 90.7
Overall Percentage 85.7
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower Upper
a
Step 1 knowdic 1.287 .887 2.106 1 .147 3.622 .637 20.591
pptotdic 3.534 1.119 9.969 1 .002 34.274 3.821 307.463
dktotdic -.667 .797 .700 1 .403 .513 .108 2.448
paritas -.252 .803 .099 1 .753 .777 .161 3.750
Constant .011 .762 .000 1 .988 1.011
a. Variable(s) entered on step 1: knowdic, pptotdic, dktotdic, paritas.

Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
paritas ibu 70 0 1 .59 .496
imd 70 0 1 .77 .423
dukungan keluarga dikotomi 70 0 1 .66 .478
peran petgas kesehatan dikotomi 70 0 1 .61 .490
Pengetahuan ibu 70 0 1 .56 .500
Valid N (listwise) 70

commit to user

78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan Tahun 2014/ 2015

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli

1 Penyusunan proposal

2 Konsultasi dan
penyusunan
3 Seminar proposal

4 Revisi proposal

5 Uji validitas dan


reliabilitas
6 Pengumpulan data

7 Analisis data

8 Penyusunan laporan
dan konsultasi
9 Ujian tesis

10 Revisi tesis

commit to user

79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BIODATA

a. Nama : Aik Khoniasari, S.SiT


b. Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 27 Desember 1987
c. Profesi/Jabatan : Bidan
d. Alamat Rumah : Jl. Saparua No.19 RT 06/ RW 07 Kel. Tegalrejo
Kec. Argomulyo Salatiga
Tel. : 08562215555
e-mail : aik.khoniasari@gmail.com
e. Riwayat Pendidikan
No Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar
1. STIKES Ngudi Waluyo D4 Kebidanan 2010 S.SiT
Ungaran
2. STIKES Ngudi Waluyo D3 Kebidanan 2009 Amd.Keb
Ungaran

commit to user

86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DOKUMENTASI PENELITIAN

commit to user

87

Anda mungkin juga menyukai